Disusun untuk Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Gender Dalam Bahasa
Indonesia yang diampu oleh Dr. Drs. Suyanto, M.Si., dan Drs. Moh Muzakka,
M.Hum.
Disusun oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
Abstrak
Sastra tidak hanya memberikan kenikmatan dan kepuasan batin, tetapi juga
sebagai sarana penyampaian pesan moral kepada masyarakat atas realitas sosial.
Karya sastra tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang
keadaan dan situasi yang terjadi pada masa penciptaan karya sastra itu, baik
sosial, budaya, agama, politik, ekonomi, dan pendidikan. Mengkaji karya sastra
dapat dilakukan dengan berbagai sudut pandang, tergantung pendekatan atau
kajian yang dipakai, salah satu bentuk pengkajian karya sastra yaitu dari sudut
pandang feminisme terhadap karya sastra itu sendiri. Dari latar belakang yang
menarik inilah penulis menyusun tugas akhir yang berjudul “Feminisme dalam
Film Perempuan Berkalung Sorban Karya Hanung Bramantyo”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan unsur feminisme yang terdapat dalam film
Perempuan Berkalung Sorban karya Hanung Bramantyo. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif berbentuk kualitatif dengan teknik
analisis isi (content analysis) yang sering kali digunakan untuk mengkaji pesan-
pesan. Metode analisis ini digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen.
Dokumen yang dimaksud di sini adalah film Perempuan Berkalung Sorban karya
Hanung Bramantyo. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik
noninteraktif dengan melakukan penelitian secara intensif dari film, melakukan
pencatatan secara aktif dengan metode content analysis. Hasil penelitian dari
unsur feminisme sastra adalah: (1) marginalisasi perempuan, mengakibatkan
kemiskinan yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya penggusuran,
bencana alam atau proses eksploitasi, (2) subordinasi perempuan, dalam hal ini
perempuan dianggap sebagai makhluk yang irasional dan emosional sehingga
diyakini jika kaum perempuan tidak bisa menjadi pemimpin dalam hal ini
mengakibatkan kaum perempuan menduduki posisi yang sangat tidak penting atau
tidak dianggap, (3) stereotipe terhadap perempuan adalah pelebelan atau
penandaan terhadap suatu kelompok tertentu, (4) kekerasan terhadap perempuan
adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun mental psikologis
seseorang, (5) beban kerja perempuan, adanya anggapan bahwa kaum perempuan
memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala
rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi
tanggung jawab kaum perempuan. Analisis unsur feminisme yang terdapat dalam
film Perempuan Berkalung Sorban dapat dijadikan sebagai model bahan ajar
untuk materi pembelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi kita sebagai makhluk sosial untuk mencermati mengenai
ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat.
PENDAHULUAN
Salah satu film yang mengangkat mengenai feminisme adalah film Perempuan
Berkalung Sorban karya Hanung Bramantyo yang dirilis pada 2009. Film ini
bercerita tentang perjalanan hidup seorang wanita bernama Anissa yang hidup dan
besar dalam lingkungan pesantren. Dalam kehidupannya di pesantren, Anissa
diajarkan bahwa seorang perempuan harus patuh dan tunduk terhadap laki-laki.
Hal inilah yang membuat Anissa beranggapan bahwa perempuan ditempatkan dan
dianggap lemah. Sejak kecil Anissa merasakan keinginan perempuan sangat
terbatas dalam menentukan pilihannya, seperti keinginannya yang mau
menunggang kuda dan menjadi seorang ketua kelas yang tidak diperbolehkan
karena Anissa seorang perempuan. Film ini merepresentasikan bahwa perempuan
muslim dalam lingkungan pesantren memiliki hak yang berbeda dengan laki-laki
dan peran perempuan dianggap tidak relevan. Berdasarkan latar belakang di atas
penulis tertarik untuk meneliti feminisme dalam film Perempuan Berkalung
Sorban.
Tujuan penelitian didasarkan pada uraian latar belakang dan rumusan masalah
yang sebelumnya telah diutarakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui yang ingin diraih dari rumusan masalah di atas yaitu :
Dalam penelitian ini memiliki manfaat, baik itu manfaat teoritis maupun manfaat
praktis.
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat menjadi
bahan acuan penelitian dengan tinjauan analisis feminisme yang mudah dipahami.
b. Bagi Pembaca
Aspek teoritis yang akan digunakan pada tinjauan pustaka dalam penelitian ini
yaitu berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian ini adalah :
METODE PENELITIAN
Menurut Suharsimi Arikunto, objek penelitian adalah variabel atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu perhatian. Sedangkan subjek penelitian adalah
tempat di mana variabel melekat. Objek penelitian ini adalah konsep teori
feminisme dalam film Perempuan Berkalung Sorban yang di sutradarai oleh
Hanung Bramantyo yang dirilis pada 15 Januari 2009. Sedangkan subjek
penelitian ini adalah film Perempuan Berkalung Sorban ini sendiri.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama),
sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada. Data primer yang didapatkan peneliti yaitu dari film Perempuan
Berkalung Sorban karya sutradara Hanung Bramantyo. Sementara data sekunder
yang didapatkan peneliti berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya serta buku-
buku yang sesuai dengan kajian penelitian.
Menurut Siyoto dan Sodik (2015: 98), analisa data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan
menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori
substantif. Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti ialah metode analisis
kualitatif yang data-datanya dianalisa dengan metode berupa teks dan narasi.
Metode ini memerlukan pendekatan dari data yang sifatnya lebih subjektif.
Metode analisis data kualitatif adalah metode pengolahan data secara mendalam
dengan data hasil pengamatan, wawancara, dan literatur.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Film ini berkisah mengenai perjalanan hidup Anissa, seorang wanita berkarakter
cerdas, berani, dan berpendirian kuat. Anissa hidup dan dibesarkan dalam
lingkungan dan tradisi Islam konservatif di keluarga kiai yang mengelola sebuah
Pesantren Salafiah Putri Al-Huda di Jawa Timur. Dalam lingkungan dan tradisi
konservatif tersebut, ilmu sejati dan benar hanyalah Al-Qur’an, Hadits dan
Sunnah, sedangkan buku-buku modern dianggap sebagai ajaran menyimpang.
Dalam Pesantren Salafiah Putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang
perempuan yang harus tunduk pada laki-laki, sehingga Anissa beranggapan bahwa
ajaran Islam hanya membela laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi
sangat lemah dan tidak seimbang. Tapi protes Anissa selalu dianggap bagaikan
rengekan anak kecil. Hanya Khudori (paman Anissa) dari pihak ibunya yang
selalu menemani Anissa, menghibur sekaligus menyajikan “dunia” yang lain bagi
Anissa. Diam-diam Anissa menaruh hati pada Khudori. Tapi cinta itu tidak
terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan
keluarga Kiai Hanan (ayah Anissa), sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat
Khudori selalu mencoba menghindari perasaannya pada Anissa. Sampai akhirnya
Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo, Mesir. Secara diam-diam Anissa
mendaftarkan kuliah ke Yogyakarta dan diterima. Namun Kiai Hanan tidak
mengizinkannya dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang
perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Namun Anissa
bersikeras dan protes kepada ayahnya.
Akhirnya Anissa malah dinikahkan dengan Samsudin (seorang anak kiai dari
pesantren salaf besar di Jawa Timur). Sekalipun hati Anissa berontak, tetapi
pernikahan itu tetap dilangsungkan. Kenyataannya, Samsudin yang berperangai
kasar dan ringan tangan menikah lagi dengan Kalsum. Harapan untuk menjadi
perempuan muslimah yang mandiri bagi Anissa seketika runtuh. Dalam kiprahnya
itu, Anissa dipertemukan lagi dengan Khudori dan keduanya masih sama-sama
mencintai. Film kemudian menceritakan perjalanan cinta Anissa dan Khudori dan
juga perjuangan Anissa untuk membela hak-hak perempuan muslim di tengah
rintangan keluarga pesantrennya yang konservatif.
Film ini mengisahkan seorang gadis yang hidup dalam lingkungan pesantren yang
membuatnya merasa terbatas dalam mengekspresikan diri sebab dituntut harus
menjaga batasan sebagai seorang perempuan. Berikut ini analisis dan
penjelasannya.
4.1.1 Marginalisasi
Dalam film ini unsur feminisme yang terkandung jelas adalah tentang
ketidakadilan atau marginalisasi. Marginalisasi pada perempuan merupakan
batasan-batasan yang diterima oleh kaum perempuan. Tokoh utama dalam film
ini mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan saudara laki-lakinya baik dari
segi pendidikan maupun kesempatan untuk menjelajahi potensi dirinya. Seperti
pada kutipan berikut “tidak seperti Wildan dan Rizal yang bebas keluyuran
dalam kuasanya, main bola, dan main layang-layang, serta aku disekap di dapur
untuk mencuci kotoran bekas makanan mereka, mengiris makanan hingga
mataku pedas demi kelezatan dan kenyamanan perut mereka (PBS, 2001: 48).”
Pada kutipan tersebut tampak bahwa ada perlakuan berbeda yang diterima oleh
tokoh utama dengan dua saudara laki-lakinya. Hal itulah yang akhirnya membuat
dia kerap melanggar aturan yang ada demi mendapatkan kebebasan yang dia
inginkan.
Dalam kontruksi budaya Jawa ada istilah boy preference (lebih berpihak kepada
anak laki-laki). Di mana anak laki-laki lebih diutamakan dan dihargai
kebebasannya dari pada anak perempuan. Ini pula yang terjadi dalam novel
Perempuan Berkalung Sorban yang mengambil latar di daerah Jawa Timur.
Pengambilan latar tempat di Jawa Timur sangat mendukung suasana dan
menjadikan film ini semakin hidup.
Subordinasi adalah suatu sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang
tidak penting. Perempuan dianggap terlalu emosional dan irasional sehingga
dikhawatirkan tidak bisa untuk memimpin. Dalam film Perempuan Berkalung
Sorban tidak menceritakan tentang kepemimpinan tapi perlakuan berbeda dalam
hal pendidikan. Di mana Anissa tidak diperkenankan melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi dikarenakan anggapan bahwa wanita tak perlu sekolah
tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga yang
pekerjaanya hanya di dapur, kasur, dan sumur. Lain halnya dengan saudara laki-
lakinya yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Meskipun pada akhirnya ketika
setelah SD menikah, dia tetap melanjutkan sekolahnya hingga jenjang tsanawiyah
atau setara SMA. Ia mencoba untuk menyingkirkan anggapan bahwa perempuan
hanya bisa jadi ibu rumah tangga dengan penggambaran tokoh Anissa yang teguh,
kukuh, tak menyerah untuk terus bersekolah.
Stereotipe adalah pelabelan atau penandaan negatif terhadap kelompok atau jenis
kelamin tertentu. Dalam film ini Anissa bercerai dengan suaminya (Samsudin)
yang kemudian menjadikanya seorang janda. Kerap kali orang menganggap
bahwa janda adalah seorang yang kurang baik, terlebih ketika dia kedapatan
berjalan dengan laki-laki, dia akan dicap sebagai wanita penggoda.
Beban kerja terhadap perempuan yaitu adanya anggapan bahwa kaum perempuan
memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala
rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi
tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan
yang harus bekerja keras menjaga kebersihan dan kerapihan rumah tangganya,
mulai dari membersihkan rumah, mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari
air untuk mandi hingga mengurus anak.
BAB 5
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. 2003. Pendekatan kuantitatif & kualitatif serta kombinasinya dalam
penelitian psikologis. Cetakan 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pembagian Tugas