Anda di halaman 1dari 8

Sastra Koran

di Hari Minggu yang Senggang

Oleh: Khothibul Umam


Sastra?
Horatio  dulce et utile
“Menghibur” para pembaca di kala
senggang saat membaca koran
sehingga “berguna” untuk
memberikan pencerahan terhadap
suatu rumus “kebenaran”?
Sastra koran mungkin bisa
dikatakan sebagai salah satu
peletak pondasi sastra
Indonesia.
Hampir semua penulis di
Indonesia pada paruh pertama
abad XX berkarir di bidang
media.
Setelah dekade 1960-an, praktis hanya
majalah Horison yang mampu
bertahan hingga sekarang. Horison
seakan menjadi rujukan akan
keabsahan sebuah karya sastra dengan
redaksinya yang mumpuni semacam
Mochtar Lubis, H.B. Jassin, Zaini,
Taufiq Ismail, Soe Hok Djin (Arif
Budiman), dan D.S. Moeljanto
Pada masa Orde Baru, seiring
arah politik yang makin totaliter
militeristik, dunia sastra juga
mengalami imbasnya.
Banyak karya sastra yang
menyuarakan “perlawanan”
dicekal. Media yang terlalu kritis
DIBREDEL.
Seno Gumira Ajidarma:

“KETIKA
JURNALISME
DIBUNGKAM,
SASTRA HARUS
BICARA”
1990an-sekarang
Makin maraknya penerbitan sastra
(cerpen/puisi) di koran-koran
Orde Baru runtuh. Euforia
keterbukaan mengemuka seiring
era reformasi.
Wibawa Horison mulai pudar.
Sastra Koran
Koran yang seharusnya
mengabarkan fact ternyata ikut
mengabarkan fiction.
Fenomena sastra koran sangat
khas Indonesia (Kuntowijoyo,
1999: ix)

Anda mungkin juga menyukai