Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
R.A. Kartini
tidak dikaruniai
umur panjang, dia lahir pada 21 April
1879 dan meninggal pada 17 September
1904. Tetapi umur yang singkat itu
mampu menggoreskan sebuah ri
wayat yang dikenal banyak
orang. Kartini
dikenal lewat surat-suratnya ya
ng mampu menggetarkan hati setiap
pembacanya. Surat-surat itu kartin
i tulis sejak 25 Mei 1899 sampai 7
September 1904. Surat terakhir Ia tulis
tepat sepuluh hari sebelum meninggal.
1
Hidupnya yang singkat seakan-akan
memantulkan misteri yang cukup
memukau, karena Kartini adalah ga
dis bangsawan pingitan, namun ia
mempunyai jiwa yang peka terhadap lingkungan bangsanya. Sebagai
penentang poligami Kartini membiarkan dirinya menjadi istri ke empat
dari
R.M Joyohadiningrat seorang Bupati Re
mbang. Surat-surat Kartini memang
telah menjadi bukti sejarah tentang keme
lut yang terjadi di sebuah masyarakat
yang sedang mengalami perubahan mendasar. Ia bukan hanya mewakili
cita-
cita tentang perubahan, namun juga me
njadi kiblat. Yakni,
kiblat baru yang
ditandai oleh masuknya pengaruh pendidika
n barat ke benak masyarakat Jawa
tradisional pada masa itu.
2
Dalam surat-surat yang membentang
pada jarak kurang lebih dalam
waktu lima tahun, dapat ditelusuri tenta
ng pengalaman Kartini, sebagai anak
zaman yang sedang mengalami peruba
han. Kartini bukanlah pemenang dalam
perlawanannya tersebut. Dia harus be
rani melawan terhadap penjajah,
penindasan, kekolotan, kebodohan, dan ke
serakahan tanpa harus menyebut
dirinya “pahlawan”. Dia juga harus be
rhadapan dengan pihak kolonial Barat
1
RA. Kartini,
Habis Gelap Terbitlah Terang,
terj. Armin Pane, (Jakarta: Balai Pustaka,
2004), hlm. 5.
2
Siti Soemandari Soeroto,
Kartini: Sebuah Biografi,
(Jakarta: Gunung Agung, 1979),
hlm. 180.
2
yang hendak menghalangi perubahan-peruba
han yang sedang terjadi di tengah
bangsanya.
3
Namun, renungan-renungan spiritual Kartini yang menarik dan
mendalam jarang sekali disinggung
dalam tulisan manapun, padahal
perubahan yang terjadi dalam lingkungan Kar
tini saat itu akan merambah juga
dalam kehidupan keagamaannya. Ag
ama, khususnya untuk kehidupan
masyarakat di Indonesia, tidak bisa
dipisahkan dari seluruh upaya untuk
mengubah masyarakat. Renungan-renungan sp
iritual Kartini yang tajam dan
cerdas juga akan selalu menjadi ra
ngsangan bagi munculnya renungan yang
baru.
4
Gagasan Kartini tentang Tuhan da
n Agama bukanlah sebuah gagasan
orisinil dalam masyarakat Jawa maupun
Barat. Namun gagasan Kartini itu
memiliki orisinalitas yang terletak pada aktifitas korespondensinya dengan
sahabat-sahabatnya yang beda agama.
Aktifitas tersebut nampaknya mengarah
pada bentuk dialog antar agama yang be
lum pernah dilakukan oleh seorang
pemikir agama di tanah Jawa saat it
u. Kartini bisa dikatakan orang yang
pertama kali melakukannya
5
.
Kartini berkeyakinan tentang mono
teisme bahwa kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa adalah tuhan se
mua orang dan semua agama. Paham
Kartini tentang tuhan lebih banyak bersif
at realistik dari pada metafisik,
karena Kartini menganggap bahwa Tuhan
adalah kebajikan. Sehingga makna
yang diberikan Kartini pada-Nya menga
ndung suatu sifat positif, jelas tanpa
sesuatu yang samar
6
.
Kartini dalam memahami agama tidak
hanya sekedar teks saja. Ia
beranggapan bahwa segalanya harus bisa
dipertanggung jawabkan kepada akal
dan sesuai dengan kriteria pemikira
n dirinya. Ia ingi
n dalam memahami
3
Maryati Soebagio dan Sapariah Sadli,
Kartini Pribadi Mandiri,
(Jakarta: Gramedia,
1990), hlm. 100.
4
Th. Sumartana,
Tuhan dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini,
(Jakarta: PT.
Temprint, 1993), hlm. 56.
5
Ibid,
hlm. 93.
3
agama harus sampai dengan sari-sarinya
yakni filsafatnya. Meskipun Kartini
berteori sendiri di bidang keagamaan, ia
tetap menjadi wanita muslimah yang
taat walaupun kadang ia gelisah denga
n pendidikan agama yang ia peroleh
saat itu. Karena ulama’nya selalu
memojokkan perempuan dengan rendahnya
kedudukan perempuan dibanding laki-laki
7
.
Dalam penelitian ini, peneliti akan
meneliti tentang pendidikan agama
yang telah Kartini peroleh atau kegelis
ahan batin Kartini yang bersangkutan
dengan masalah-masalah agama. Bagaimana ia menempatkan agama
dalam
proses perubahan masyarakat serta apa
peran yang bisa dijalankan oleh agama
dengan kejadian tersebut.
Sedangkan mengenai tujuan pendidikan
itu sendiri kar
tini berpendapat
bahwa, pendidikan tidak hanya mencerdask
an otak saja namun juga harus bisa
membentuk budi pekerti yang luhur. Pernya
taan ini tercantum dalam suratnya
yang tertanggal 21 Januari
1901 Kartini mengatakan
bahwa: “ pendidikan
adalah mendidik budi pekerti dan jiw
a ... kewajiban mendidik belumlah
selesai apabila ia hanya baru menced
askan pikiran saja
, dia juga harus
mendidik mendidik budi.
8
Berangkat dari pemikiran Kartini
mengenai pendidikan, maka kita
mengetahui bahwa tidak ada perbedaan antara pendapat Kartini dengan
tujuan
pendidikan agama itu sendiri terutama
pendidikan Islam. Menurut Qodri
Azizy pendidikan Islam adalah mendidi
k siswa atau siswi untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam.
9
Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berbuat atau berakhlak
yang tidak baik yang nantinya bisa
merugikan umat manusia, begitu juga
dengan agama yang lain. Semua agama yang ada di dunia pada umumnya
mengajarkan umatnya untuk berbuat yang
bisa memberikan manfa’at bagi
umat manusia.
6
Pramoedya Ananta Toer,
Panggil Aku Kartini Saja
, (Jakarta: Hasta Mitra, 2000), hlm.
242.
7
Idjah Chodijah,
Rintihan Kartini
, (Jakarta: Ikhwan, 1986), hlm. 95.
8
R.A. Kartini,
Op Cit,
hlm. 78
9
Prof. Dr. Qodri Azizy,
Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik
Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat),
(Semarang: Aneka Ilmu, 2002), hlm. 22.
4
Agama pada dasarnya mengajarkan kedamaian, dan tidak pernah
menganjurkan pada umatnya untuk memb
eda-bedakan antar sesama umat.
Saling menghormati dan saling menghargai
adalah salah satu wujud dari
pendidikan Agama Islam dalam ranah af
ektif yaitu akhlak. Gagasan Kartini
tentang Tuhan dan Agama bukanlah
sebuah gagasan orisinil dalam
masyarakat Jawa maupun Barat. Namun gagasan Kartini itu memiliki
orisinalitas yang terletak pada akti
fitas korespondensinya dengan sahabat-
sahabatnya yang beda agama. Aktifita
s tersebut nampaknya mengarah pada
bentuk dialog antar agama yang belum pe
rnah dilakukan oleh seorang pemikir
agama di tanah Jawa saat itu. Kartini
bisa dikatakan oran
g yang pertama kali
melakukannya.
10
Dalam konteks kekinian, gagasan Kartini mengenai Tuhan dan agama
amat relevan untuk mengembangkan pemikiran tentang hubungan antar
agama
yang lebih positif serta kerja sama antar agama untuk mengatasi persoalan
kemasyarakatan bersama-sama. Diha
rapkan pemikiran pendidikan agama
Kartini bisa menawarkan masukan ba
ru dalam mengurai masalah yang tengah
dihadapi dunia pendidikan saat ini. Dala
m penelitian ini, peneliti akan meneliti
tentang kehidupan keberagaman Kartin
i saat itu, pemikiran Kartini dan
pendidikan Agama Islam, juga nilai-nila
i pendidikan agama Islam pada surat-
surat Kartini dalam buku Habis Gelap Te
rbitlah Terang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dan
kerangka pemikiran di atas, ada
beberapa masalah yang menjadi baha
n penelitian yang akan dikaji:
a. Bagaimana kehidupan keberagaman Kartini saat itu.
b. Bagaimana Pandangan Kartini terhadap pendidikan Agama Islam yang
ada
di dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
c. Bagaimana nilai-nilai pendidikan
agama Islam yang ada dalam buku Habis
Gelap Terbitlah Terang.
10
R.A. Kartini,
Op Cit,,
hlm. 93.
5
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana kehi
dupan keberagaman Kartini saat itu.
b. Untuk mengetahui bagaimana pemi
kiran Kartini dan pendidikan Agama
Islam.
c. Untuk mengetahui bagaimana nilai-
nilai pendidikan agama Islam yang ada
dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
Alasan pemilihan topik:
1. Karena masih sedikitnya tulisa
n yang membahas tentang kehidupan
beragama Kartini atau pemikirannya tentang agama.
2. Kehidupan beragama yang bagaimanakah yang diinginkan oleh Kartini
yang ada di Indonesia khususnya.
3. Dengan kehidupannya yang singkat itu
bagaimana Kartini bisa menjadi
sebuah figur yang menarik untuk dikaji dan Kartini juga memiliki
segudang cita-cita untuk perubahan da
n perkembangan bangsanya secara
menyeluruh.
Alasan lain yang ada adalah dengan be
rbagai penjelasan diatas peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitia
n tentang pemikiran Kartini tentang
agama serta mencoba untuk menge
laborasikan dengan pendidikan.
Manfaat penelitian:
Manfaat dari penelitian ini ad
alah, peneliti dan pembaca akan
mengetahui hal ikhwal Kartini tidak hanya
sebagai pahlawan emansipasi saja
namun juga mengenal sosok Kartin
i sebagai orang beragama yang
menginginkan tatanan hidup beragama
yang penuh berkah serta mempunyai
gagasan indah untuk kebaikan kehidupan bangsanya.
D. Penegasan Istilah dan Pembatasan Masalah
Agar kajian ini dapat dipahami secara tepat dan benar, serta untuk
menghindari terjadinya kesalahpahama
n, maka peneliti mamandang perlu
untuk menjelaskan kata-kata yang esensial dalam judul serta maksud dari
kajian judul diatas. Adapun penegasan da
n batasan istilah da
ri judul diatas
adalah:
6
1. Nilai-nilai
Merupakan kata jamak dari n
ilai, dalam Ensiklopedi Umum
11
dijelaskan;
dalam ekonomi nilai adalah arti barang secara ekonomis. Dalam etika,
dikenal dengan nilai-nilai rokhani
yaitu yang baik, yang benar, dan yang
indah. Nilai-nilai itu mempunya sifa
t supaya direalisir yang disebut
dengan nilai aktuil, sedangkan yang
menunggun direalisir disebut nilai
ideal.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara
sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan fisik maupun psikis peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utuh.
12
Agama adalah suatu prinsip kepercayaan kepada
Tuhan (dewa, dan sebagainya) dengan
ajaran kebaktia
n dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan keper
cayaan itu. Jadi pendidikan agama
Islam adalah usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara
optimal sesuai dengan statusnya, dengan
berpedoman kepada syariat Islam
yang disampaikan oleh Ra
sul Allah yang setia denga
n segala aktivitasnya
guna tercipta kondisi kehidupan Islami
yang ideal, selamat, aman,
sejahtera dan berkualitas serta memper
oleh jaminan (kesejahteraan) hidup
di dunia dan akhirat.
13
3. Habis Gelap Terbitlah Terang
Adalah buku yang berisi surat-surat R.
A. Kartini yang bernuansa renungan
atau curahan hati yang dikirimkan ke
pada teman-temannya di Belanda.
R.A. Kartini adalah pahlawan wanita
Indonesia, dilahirkan pada tanggal
21 April 1879 di Jepara, puteri dari
R.A.A. Sosroningrat (Bupati jepara).
14
Pembatasan Masalah:
Kiranya perlu peneliti memberi bata
san masalah yang akan diteliti.
Peneliti hanya akan meneliti atau membahas tentang kehidupan
11
Ensiklopedi Umum,
(Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm. 894.
12
Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit.
, hlm. 10.
13
Jalaluddin,
Teologi Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 72.
14
Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 8,
(Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990), hlm. 195.
7
keagamaan Kartini, pemahaman Kartin
i tentang agama, serta bagaimana
pemikiran Kartini tentang pendidikan agama.
E. Telaah Pustaka
Kajian mengenai pemikiran R.A. Kartini tentang Pendidikan Agama
sangat sedikit ditemukan yang banyak ki
ta temukan saat ini adalah tulisan-
tulisan atau artikel-artikel mengenai R.A. Kartini sebagai pahlawan
emansipasi.
Ada sebuah skripsi yang telah ditulis oleh Elin Nur Aslichah yang
berjudul Pendidikan berwawasan gender.
Tulisan tentang Kartini sebagai
pahlawan emansipasi juga ada pada buku Jonk Tondowidjojo yang
berjudul
mengenang R.A. Kartini dan tiga sauda
ra dari Jepara. Buku yang berjudul
rintihan Kartini yang di tulis oleh Idjah Chotijah.
Riwayat Kartini telah menjadi sumb
er ilham yang tak pernah kering,
hidupnya penuh warna. Riwayat hidup Ka
rtini akan selalu menarik untuk
dikaji karena pribadinya dan hi
dupnya yang syarat dengan persoalan.
Kehadirannya dalam sejarah tidaklah di
wujudkan dalam berbagai rentetan
tindakan, namun dalam wujud surat-su
rat yang ditinggalka
nnya. Surat-surat
yang ditulis dengan bahasa
Belanda itu adalah tuli
san gadis pribumi yang
kental akan adat istiadat.
15
Memiliki gaya bahasa yang indah dan mempunyai
kemampuan dialog yang intens se
hingga mampu membawa pembaca untuk
menyelami isinya.
Selama ini banyak buku serta artikel d
itulis mengenai Kartini. Tulisan-
tulisan tersebut dengan berbagai perspe
ktif, serta analisis, telah banyak pula
aspek kehidupannya ditampilkan ke
permukaan. Sejarah hidupnya yang
berliku-liku, serta sisi pengalaman
yang memilukan tetap menjadi bahan
renungan yang abadi.
Tulisan-tulisan yang muncul kebanyakan untuk mendudukkan
sumbangan pikirannya dalam mengangka
t derajat wanita Indonesia. Namun
ada juga tulisan tentang pemikiran ka
rtini mengenai pendidikan yang ditulis
15
Ninuk M. Pambudy,

Seratus Satu Tahun Setelah Kepergian Kartini”
,
Kompas
, 21
April 2005, hlm. 1.
8
oleh Imam Tolkhah yang mengenai refl
eksi pemikiran pendidikan Kartini
dalam bukunya yang berjudul membuka je
ndela pendidikan. Ada juga pada
tulisannya Siti Djauhari Sudiro tent
ang peranan wanita golongan nasional
dalam buku perjuangan wanita 10 windu
setelah Kartini 1904-1984. Ada juga
artikel yang ditulis oleh
Ninuk M. Pambudy dalam surat kabar Kompas yang
berjudul Seratus Satu Tahun Se
telah Kepergian Kartini.
Kartini jarang dilihat sebaga
i seorang yang memperjuangkan
masyarakat secara umum. Padahal ap
abila dibaca dengan lebih teliti,
keprihatinan utama Kartini adalah tertuj
u pada nasib rakyat
di tanah jajahan
secara menyeluruh. Masalah emansipasi wa
nita adalah bagian dari upayanya
untuk mengangkat derajat dan hidup dalam kegelapan dan penindasan.
Ada satu buku yang ditulis oleh
Th. Sumartana tentang Tuhan dan
agama dalam pergulatan batin Kartin
i. Buku tersebut menjelaskan bahwa
kartini mengalami kegelisahan batin dala
m dirinya. Kartini sempat mengalami
kebimbangan, namun dengan segera ia sadar akan kebesaran Allah sebagai
Tuhan pencipta alam.
F. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Dalam hal ini, peneliti menggunakan pe
ndekatan penelitia
n rasionalistik.
Pendekatan ini bertolak dari filsaf
at Rasionalisme yang menekankan pada
pemaknaan empirik, pemahaman intelekt
ual, argumentasi yang logis, yang
didukung data empirik yang relevan agar menghasilkan produk
pengetahuan yang ilmiah, bukan sekedar fiksi.
16
b. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang peneliti kumpulkan di
dapatkan dengan metode kualitatif,
yaitu pengkajian dan penelaahan te
rhadap sumber kepustakaan yang
berhubungan dengan judul skripsi ini,
sumber-sumber tersebut adalah:
16
Prof. Dr. Noeng Muhajir,
Metodologi Penlitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Rake Saradin,
1991), hlm.83.
9
1. Sumber pokok (sumber primer),
yaitu buku yang berisi kumpulan
surat-surat Kartini dengan judul
Habis Gelap Terbitlah Terang
terjemahan Armijn Pane.
2. Sumber penunjang (sumber s
kunder), yaitu buku-buku penunjang
lainnya yang berkaitan dengan tema yang peneliti bahas.
c. Metode Analisis Data
1. Metode Deskriptif
Metode Deskriptif adalah pemapa
ran gambaran mengenai situasi yang
diteliti dalam bent
uk uraian naratif.
17
Dengan metode ini akan
diperoleh jawaban seputar permasalah
an yang ada dalam penelitian ini.
2. Metode Content Analisys (analisis isi)
Yaitu analisis terhadap makna yang terkandung dalam pemikiran
Kartini tentang nilai-nilai pendidi
kan agama Islam, menganalisa dan
memahami dari sebuah pendapat maupun sebuah buku, baik sebagian
maupun keseluruhan untuk mengeta
hui, memahami dan menjelaskan
isi dari sebuah buku tersebut.
18
Surat-surat yang ada dalam buku Habis
Gelap Terbitlah Terang, dianalisis
sesuai dengan isi yang tersurat,
kemudian diinterprtasikan sesuai
pesan atau isinya. Disamping itu,
analisis juga digunakan untuk memb
endingkan relevansi antara nilai-
nilai pendidikan agama Islam dengan isi surat-surat Kartini.
17
Nana Sudjana,
Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
(Bandung: Sinar Baru, 1989),
hlm. 198.
18
Sumardi Suryabrata,
Metode Penelitian,
(Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996), hlm

Anda mungkin juga menyukai