Anda di halaman 1dari 14

10

BAB II
DASAR TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep

dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan

bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi

permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000: 35)

berpendapat,”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi

pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan

modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally

Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,

pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam

bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu

teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan,

diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi

lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang

mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan

teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk

itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman
11

(2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas

permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai

beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama

sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.

2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan

siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk

menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih

dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.

2. Pengertian Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Bermain

Model pembelajaran dengan pendekatan bermain adalah suatu aktivitas

pembelajaran dalam bentuk permainan yang dilakukan di luar ruangan sebagai

materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

Melihat perkembangan ilmu keolahragaan, maka model pembelajaran

dengan pendekatan bermain dapat dikategorikan sebagai bentuk olahraga

modifikasi. Itu artinya pendekatan bermain dapat disebut juga bentuk gabungan

dari berbagai disiplin ilmu. Sebab dalam aktivitas bermain tidak hanya

mengandalkan gerak tubuh yang baik tetapi juga dapat menumbuhkan motivasi,
12

mempengaruhi psikis pelakunya, dan tentunya dapat dijadikan sebagai abstraksi

atas tindakan beserta evaluasi kinerjanya.

Jadi model pembelajaran dengan pendekatan bermain yang diberikan

kepada peserta didik sebagai kegiatan pembelajaran PJOK di sekolah, harus

dilaksanakan dengan menyesuaikan terhadap materi yang akan diberikan kepada

peserta didik. Sehingga kompetensi pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik

dan benar.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu cara menetapkan kuantitas dan kualitas

belajar. Hal ini dikarenakan tujuan pengajaran merupakan deskripsi tentang hasil

belajar yang seharusnya dicapai oleh siswa. Penilaian hasil belajar harus mengacu

kepada isi rumusan tujuan pengajaran itu. Menurut Oemar Hamalik (2008: 31)

“Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pegertian,

sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan”. Penilaian hasil belajar

merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan

pengajaran oleh siswa. Menurut Aunurrahman (2016: 36) “Hasil belajar adalah

ditandai dengan perubahan tingkah laku”.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


13

merupakan hasil belajar yang diperoleh peserta didik atau siswa setelah terjadinya

proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru

yang mencakup aspek psikomotor, aspek kognitif dan aspek afektif setiap selesai

memberikan materi pembelajaran. Hasil belajar kognitif berkenaan dengan aspek

intelektual, seperti pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap, nilai, minat, perhatian, dan

lain-lain. Hasil belajar psikomotor berkenaan dengan kemampuannya dalam

bidang praktik.

4. Pengertian Tolak Peluru

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik

yang dilakukan dengan cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang

terbuat dari logam sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan

menggunakan teknik tertentu.

Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram,

lempar lembing, dan lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan

indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan tolak peluru tidak membutuhkan area

pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.

Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat


14

yang tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam

olahraga tolak peluru, yaitu postur tubuh atlet dan penguasaan tekniknya.

Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih

besar pula sehingga cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan,

para atlet juara dunia rata-rata memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat

untuk melakukan tolakan.

Meski demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang,

bahkan kecil, tetapi mampu melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini

dimungkinkan jika atlet tersebut mampu menguasai teknik-teknik dasar dengan

baik dan memilih gaya tolak peluru yang paling tepat.

5. Teknik Tolak Peluru dan Lapangan Tolak Peluru

Gambar 1. Lapangan Tolak Peluru(Bismo Suryatmo, dkk, 2006:


37).

a. Gaya Tolak Peluru

Menurut(Eddy Purnomo & Dapan, 2011:134-140) Gaya dalam tolak


15

peluru dibagi menjadi dua yaitu:

1. Gaya Luncur atau Linear

a) Posisi Start dan Gerakan Awal

Posisi start pada gaya ini adalah kedua kaki parallel dan sedikitberjenjang

derada ditepi belakang dari lingkaran lempar, berat badan penolak dibebankan

pada kaki kanan, dengan punggungnya menghadap kea rah sector tolakan.

Selanjutnya peluru diletakkan pada pangkal jari-jari tangan kanan (ibi jari dan jari

kelingking sedikit diluruskan) dan peluru ditempatkan pada bagian depan leher

(cekungan tulang clavicula) kanan dan siku kanan keluar dengan sudut 45 derajat

terhadap badan.

Gerakan awal badan bagian atas dibungkukkan kearah horizontal/parallel

dengan tanah, kaki kiri sedikit ditekuk, ditarik mendekati kaki kanan/penopang

(1), tanpa halangan mulailah gerakan meluncur. Atau sepetri penjelasan

sebelumnya, setelah kaki ayaun/kaki kiri ditekuk, posisi ini ditahan sebentar

sebelum gerakan meluncur dimulai.

Gambar 2. Posisi kaki pada awal gerakan tolakan (Eddy


Purnomo & Dapan,2011:134).
16

Gambar 3. Posisi persiapan meluncur (Eddy Purnomo & Dapan,


2011:135).

b) Gerakan Luncur (glide)

Gerakan ini dimulai dengan pelurusan aktif kaki kiri pada arah lemparan

pada waktu bersamaan sedagai dorongan yang kuat dari kaki kanan. Pusat massa

badan terlebih dahulu dipindahkan dalam arah tolakan. Dorongan kaki kanan

sebagai kaki penopang atas tumit tidak dimulai sampai pusat nassa badan telah

pindah di belakang kaki kanan didalam arah tolakan. Kedua kaki sekarang

diluruskan.

Kaki kanan selanjutnya ditarik aftif dibawah badan tanpa mengangkatnya secara

aktif, pendaratannya adalah pada telapak kaki kanan kira-kira di titik pusat

lingkaran tolakan dan kaki kanan diputar sedikit dalam arah tolakan. Selanjutnya

kedua kaki mendahului badan, dadan bagian atas dan peluru tetap dibelakang

kepala dan lengan kiri mengarah jauh dari arah lemparan,dan poros pinggang dan

bahu adalah terpilin 90 derajat.


17

Gambar 4. Gerakan meluncur (Eddy Purnomo & Dapan,


2011:135).

c) Power Posisi

Power posisi dicapai setelah gerakan pelurusan dan pemutaran kaki

kanan pada saat kaki kiri mendarat pinggir depan lingkaran tolakkan, sedangkan

peluru masih dibelakang kaki kanan. Sikap power posisi adalah berat badan

berada pada kaki kanan, dan lutut kaki kanan ditekuk. Tumit kaki kanan dan jari

kaki kiri segaris, pinggang, bahu terpilin, kepala dan lengan kiri dikunci di

belakang, dan siku kanan membentuk sudut siku-siku dengan bedan, serta dagu ,

lutut kaki kanan, dan jari-jari kaki kanan vertical.

Gambar 5. Power posisi dilihat dari samping dan belakang


18

(Eddy Purnomo & Dapan, 2011:136).

d) Pelepasan Peluru (Delivery)

Pelepasan peluru dimulai dari pelurusan kedua kaki dan suatu pemutaran

torso, dan diawali dengan kaki kanan. Bila dilihat dari urutan gerak adalah kaki

kanan, pinggang kanan torso. Sedangkan sisi kiri badan diblokir, sehingga

bekerjanya seperti pengungkit dan membentuk suatu poros pada sisi kanan badan

untuk berputar. Pada tahap ini kaki kanan agak sedikit ditekuk dan mendorong ke

depan dan ke atas. Pelurusan badan ditopang oleh lengan kiri yang berayun ke kiri

dank e belakang, sampai poros bahu dan pinggang menjadi parallel dan tenaga

putaran itu ditepaskan.

Sekali badan telah diluruskan penuh, peluru dilepaskan dengan meluruskan lengan

kanan dan mendorong peluru dengan jari-jari. Dan pemulihannya mengikuti

tolakan dengan suatu pergantian kaki. Gerakan badan ke depan diserap oleh kaki

kanan, kaki kiri dipindahkan ke belakang dan badan bagian atas diturunkan guna

mencegah si penolak melangkahi balok penahan.

Gambar 6. Posisi saat menolak dan setelah


menolak (Eddy Purnomo & Dapan, 2011:137).
19

a) Power Posisi

Power posisi dicapai pada saat kaki kiri yang ditekuk diinjakkan pada

balok penahan. Power posisi berbeda dari yang ada pada gaya luncur, dimana kaki

lebih dekat bersama dan badan bagian atas lebih tegak.

Gambar 7. Power posisi (Eddy Purnomo & Dapan,


2011:139).

b) Pelepasan Peluru

Pelepasan peluru dimulai dengan pelurusan kedua kaki. Kaki kiri

ditempatkan secara kokoh dan berfungsi sebagai pengungkit terhadap putaran

kecepatan tinggi dari badan bagian atas dan bahu. Menahan lengan kiri

menperlambat gerakan ke bawah, pelurusan lengan penolak dimulai sebelum

kedua kaki diluruskan sepenuhnya dan terus secara ekplosif kedua kaki lepas

meninggalkan tanah.
20

Gambar 8. Posisi saat menolak dan setelah


menolak (Eddy Purnomo & Dapan, 2011:139).

c) Pemulihan

Pemulihan terjadi pada kaki kanan yang ditekuk dengan menurunkan badan saat

putaran berlanjut.

Gambar 9. Tahap pemulihan (Eddy Purnomo & Dapan,


2011:140).

6. Model Bermain Lempar Bola Pada Sasaran

Bermain lempar bola pada sasaran adalah model pembelajaran yang

dibuat oleh penulis agara mempermudah siswa untuk melakukan tolak peluru

gaya O’brien.

Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan dengan

menggunakan bermain, bermain merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh

para guru agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Dengan adanya

bermain proses belajar mengajar menyenangkan.Dengan bermain (play)

merupakan. istilah yang di gunakan secara bebas sehingga arti utamanya pun

hilang.Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk

kesenangan yang ditimbulkan, tanpa pertimbangan hasil akhir.


21

(Endro Puji Purwono, Dalam Bahan Ajar. Pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik,2011:84).

Teknik yang ada dalam tolak peluru tidak dirubah masih sesuai dengan

aturan sesungguhnya. Peluru yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah

dengan dimodifikasi yaitu peluru diganti dengan bola kecil yang ukuranya hampir

menyerupai peluru. Bola yang diisi dengan pasir yang tujuannya berfungsi

sebagai peluru.. Dalam pembelajaran tolak peluru gaya O’brien penulis dengan

cara bermain lempar bola pada sasaran tujuannya agar siswa termotifasi untuk

melakukan lemparan bola pada sasaran lemparan.

Cara melakukan bermain lempar sasaran siswa dibagi menjadi 2

kelompok, anak putri dibagi 2 kelompok anak putra di bagi 2 kelompok

permainan ini adalah melatih kekompakan, ketepatan, koordinasi dan ada unsur

kegembiraanya dan ada juga unsur kompetisinya, untuk jarak pada sasaran adalah

3 meter, cara melakukan permainan ini guru meniup peluit siswa pertama bersiap-

siap digaris star lari ke sasaran mengambil peluru kemudian lari lagi ke star untuk

melemparkan peluru kedalam sasaran dengan menggunakan tolak peluru gaya

O’Brien dilanjutkan oleh siswa berikutnya begitu seterusnya dan kelompok mana

yang paling bisa menghabiskan peluru dan memasukan terlebih dahulu melempar

kedalam sasaran itu yang menjadi pemenang, dan kelompok yang kalah diberi

hukuman sesuai dengan perjanjian.

B. Definisi Konsepsional

Berdasarkan penjelasan diatas dengan masalh yang telah di rumuskan


22

sebagai brikut:

pembelajaran atletik khususnya tolak peluru gaya o’brien. Materi tolak

peluru kurang begitu diminati oleh siswaAnak cenderung bosan karena

pembelajaran tolak peluru cenderung pasif, gerakannya juga tidak bebas serta

pembelajarannya yang monoton dan membosankan serta kurang menarik. Apalagi

guru dalam menyampaikan materi kepada siswa masih menggunakan metode

lama yaitu guru hanya mencontohkan kemudian anak disuruh menirukan.proses

pembelajaran yang belum berlangsung belum menunjukkan adanya partisipasi

secara penuh, padahal harus mampu mengembangkan kemampuan dirinya tidak

hanya aspek pisikomotorik saja tetapi juga aspek afektif dan kognitif.

Kondisi awal sebelum penelitian yaitu proses pembelajaran pendidikan

jasmani belum berjalan secara efektif yang disebabkan oleh beberapa faktor.

kurangnya inovasi dan kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran tolak

peluru gaya o’brien. Akibatnya siswa kurang berpartisipasi dan cepat bosan

mengikuti proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai

dengan maksimal. Oleh karena itu, hasil belajar pendidikan jasmani pada

kompetensi tersebut masih rendah, hal itu menuntut guru untuk dapat

memperbaiki proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan diatas, melalui pendekatan bermain lempar

bola pada sasaran dianggap tepat untuk diterapkan dalam meningkatkan

partisipasi siswa dan hasil belajar selama proses pembelajaran pendidikan

jasmani. pendekatan bermain lempar bola pada sasaran tolak peluru gaya o’brien

akan mempermudah siswa melakukan dan lebih mudah untuk memahami materi
23

yang disampaikan guru. pendekatan bermain lempar bola pada sasaran akan

meningkatkan minat siswa karena lebih mudah dan menarik. Apabila anak sudah

mulai senang dan bersemangat dengan modifikasi pendekatan bermain lempar

bola pada sasaran tolak peluru gaya o’brien tersebut, maka anak tidak akan

merasa bosan dan malas mengikuti pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan

partisipasi siswa dan hasil belajarnya sesuai dengan batas ketuntasan sekolah.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan di atas, maka maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar tolak peluru gaya O’brien pada

siswa kelas 1 SMP Negeri 4 Tenggarong meningkat dengan menggunakan

pendekatan bermain lempar sasaran

Anda mungkin juga menyukai