Tajwid 101
Module 7
Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah IOU
1
© Islamic Online University TAJ 101
Hari ini kita akan melanjutkan dialog dan pelajaran kita mengenai sifat-sifat huruf
hijaiyah, lebih spesifik pada ash-shifatil ashliyah atau sifat-sifat asli pada huruf yang
merupakan sifat yang tetap dan tidak berubah pada huruf yang terdiri atas dua jenis, yakni sifat
Pembahasan kita telah mencakup sifat-sifat yang memiliki sifat kebalikan, seperti al-
hams dan al-jahr serta pada pembahasan terakhir kita telah membahas sifat asy-syiddah, ar-
rakhawah dan at-tawassuth. Adapun pada hari ini kita akan membahas dua pasang sifat, yakni
InsyaAllah kita memulai dari al-isti’la dan al-istifalah. Al-isti’la dalam bahasa Arab
berarti menjadi tinggi, ketinggian atau kenaikan. Dalam ilmu tajwid, al-isti’la didefinisikan
Hal ini menyebabkan bunyi huruf yang timbul menjadi lebih tinggi atau lebih tebal.
Pada dasarnya, al-isti’la adalah sifat yang menjadikan bunyi huruf tertentu menjadi tebal. Dan
bagaimana kita membuat bunyi huruf tebal? Yakni dengan mengangkat punggung lidah ke
langit-langit mulut.
sebagaimana disebutkan Imam al-Jazari dalam syair beliau “wa sab’u ulwi khussho, dhoghthin,
qizh hasor” yang berarti “dan tujuh huruf yang tinggi terkumpul pada khussho, dhoghthin,
qizh”.
2
© Islamic Online University TAJ 101
Ketujuh huruf tersebut ialah kho, shod, dhod, ghoin, tho, qof, dan zho. Ketujuh huruf
ini ialah huruf yang tinggi, maksudnya ialah anda mengangkat punggung lidah sehingga
membuatnya menjadi tinggi mencapai langit-langit mulut sehingga saat anda membaca huruf-
Maka trik untuk menjadikan pembacaan huruf menjadi tebal ialah dengan mengangkat
punggung lidah. Dan pada ketujuh huruf tersebut, kita mengangkat punggung pada setiap
situasi baik saat bertanda fathah, dhommah, kasroh maupun sukun. Adapun pada sifat
Mari kita lihat contoh mengangkat lidah pada huruf-huruf berikut. Huruf pertama yakni
huruf kho, yang pada bagian latihan terdapat “kho, khu, khi”, yang mana kita mengangkat
lidah. “kho, khu, khi”, “akh, ikh, ukh”. Perhatikan bahwa hurufnya menjadi tebal dengan
mengangkat lidah dan jika kita tidak mengangkat lidah atau menurunkannya maka akan
Perhatikan bahwa perbedaan antara “kho” dan “ha” ialah pada mengangkat atau
menurunkan lidah, dan kondisi pertama yang tepat. Contoh mengenai huruf pertama terdapat
dalam al-Qur’an pada kata “khoolidiin”, yang jika kita membacanya secara tepat dengan
mengangkat lidah akan terucap “khoolidiin”, namun bila kita menurunkan lidah akan terbaca
“haalidiin” yang merupakan pengucapan yang tidak tepat untuk huruf “kho” karena kita tidak
mengangkat lidah sehingga yang terucap justru huruf “ha” (tipis), bukan huruf “kho”.
3
© Islamic Online University TAJ 101
Huruf selanjutnya adalah huruf shod. Bila kita lihat pada latihan, terdapat “sho, shu,
shi”, “ash, ish, ush”. Perhatikan tebal dari pengucapan huruf shod. Bila kita melakukannya
dengan tidak tepat, maka yang terucap adalah huruf “sin“. Yakni bila kita merendahkan lidah
yang terucap adalah “sa, su, si” dan “as, is, us”.
Perbedaan antara shod dan sin adalah mengenai sifat mengangkat lidah dan al-itbaq
yang nanti akan kita bahas. Bila kita merendahkan lidah maka akan muncul huruf sin.
Perbedaan antara shod dan sin adalah seberapa tinggi anda mengangkat lidah serta seberapa
lama anda menaruh lidah pada langit-langit mulut yang nanti akan dibahas pada al-itbaq.
Contoh pengucapan huruf shod yang bersifat tebal ini terdapat dalam firman Allah
“Wash shooffaati” dan pada firman Allah lainnya “shiroothol ladziinya”, “shirooto”, “shi”.
Dan bila anda menurunkan lidah, yang merupakan kesalahan umum dalam pengucapannya
Huruf selanjutnya adalah dhod. Kita akan lihat bahwa pengucapan huruf ini dengan
mengangkat lidah akan membuatnya berbunyi seperti ini “dho, dhu, dhi”, “adh, idh, udh”. Dan
bila kita tidak mengucapkan hurufnya dengan benar, maka yang muncul ialah bunyi mirip
Pengucapan yang benar dari makhraj didapatkan dengan mengangkat lidah, sehingga
bila tidak bunyi yang muncul akan mirip huruf dal, tidak seperti yang benar yakni “dho, dhu,
4
© Islamic Online University TAJ 101
dhi”, “adh, idh, udh”. Kita temukan ini sebagaimana dalam firman Allah “waladh dhoolliin”.
Maka, dhod memiliki sifat al-isti’la atau ketinggian karena kita mengangkat punggung lidah
saat mengucapkannya.
Huruf selanjutnya adalah ghoin. “gho, ghu, ghi”, “agh, igh, ugh”. Kata dalam al-Qur’an
terkait huruf ini ialah “al-ghoolibuun” dan “ghisyaawah”. Dan bila mengucapkannya dengan
merendahkan lidah yang merupakan cara yang tidak tepat, maka yang muncul ialah “ga, gu,
gi”. Anda bisa lihat perbedaan yang muncul pada “gho” dan “ga”.
Huruf selanjutnya dengan sifat al-isti’la adalah tho. Cara yang tepat dalam
mengucapkannya ialah adanya bunyi yang tebal sebagai berikut “tho, thu, thi” dan contohnya
di dalam al-Qur’an ialah “faidza jaa’atith thoommatul kubro”, “ath thoommah”, “thoba’ah”,
“thubi’ah”, “thibaaqo” . “Tho, thu, thi”, dan bila berhenti pada huruf tersebut “ath, ith, uth”
dengan adanya al-qalqalah. Bila anda merendahkan lidah anda saat membacanya, maka yang
muncul adalah bunyi huruf ta. Bukannya bunyi “tho” melainkan bunyi “ta” yang muncul.
Huruf tinggi/al-isti’la selanjutnya adalah qof. Bunyi huruf qof ialah dengan menaikkan
lidah adalah sebagai berikut: “qo, qu, qi”. Contohnya di dalam al-Qur’an adalah “qoolu”,
“qoola”, “qiila”, “quu anfusakum”. Dan bila anda tidak membacanya dengan benar, yakni
dengan merendahkan lidah maka yang muncul adalah bunyi “ka”, mirip dengan huruf kaf
menjadi “kaala”. Ini adalah pengucapan yang tidak tepat, kita harus mengangkat lidah sehingga
menjadi “qoola”.
5
© Islamic Online University TAJ 101
Huruf tinggi/tebal yang terakhir adalah zho, yang dibaca tebal dengan mengangkat
punggung lidah sehingga akan berbunyi seperti ini: “zho, zhu, zhi”. Dan contohnya di dalam
Adapun bila anda merendahkan lidah maka bunyinya akan mirip huruf “za”. Bila anda
tidak mengangkat lidah saat mengucap huruf “zho” maka yang muncul huruf “za”, bukannya
dhoghthin, qizh”, dan kita harus mengangkat lidah saat mengucapkannya agar suara yang
muncul menjadi tebal. Perhatikan bahwa bunyi huruf-huruf tersebut paling tebal saat bertanda
Jadi terdapat tingkatan tebalnya bunyi yang akan kita bahas di waktu yang akan datang
namun perhatikan bahwa tebalnya bunyi memiliki tingkatan. Seperti pada “kho” yang lebih
tebal dari “khu”, yang lebih tebal dari “khi”. Kemudian “akh” lebih tebal dari “ukh”, yang lebih
Hal yang sama terjadi pada qof. “qo” lebih tebal dari “qu”, yang lebih tebal dari “qi”,
dan seterusnya. Tingkat ketebalan bertingkat dari yang bertanda fathah, kemudian dhommah
kemudian kasroh. Begitu pula bila bertanda sukun maka yang paling tebal ialah yang didahului
6
© Islamic Online University TAJ 101
Ini akan kita bahas lebih lanjut dalam pembahasan pada pelajaran mendatang, yakni
tentang tingkat ketebalan atau tafkhim. Bila anda membuat huruf terbaca terbaca tebal maka
disebut tafkhim. Maka bila seseorang membaca “khalidiin”, kita katakan dalam bahasa Arab
“fakhkhim al-kho’” atau tebalkan huruf kho’-nya. Maka, hasil dari al-isti’la atau meninggikan
lidah adalah tafkhim atau bunyi yang tebal. Wallahu ta’ala a’lam.
Sifat kebalikan dari al-isti’la adalah al-istifalah, yang dalam bahasa Arab bermakna
menjadi rendah atau kerendahan. Dalam ilmu tajwid didefinisikan sebagai merendahkan
punggung lidah pada dasar mulut saat mengucapkan huruf-hurufnya sehingga membuat
Dan huruf-huruf al-istifalah, sebagaimana yang dapat anda tebak ialah huruf-huruf
hijaiyah yang tidak termasuk huruf=huruf al-isti’la. Bila huruf al-ist’la adalah “khussho,
dhoghthin, qizh”, maka huruf-huruf al-istifalah yang merupakan kebalikan dari sifat al-isti’la
Huruf-huruf tersebut secara rinci ialah hamzah, ba, ta, tsa, jim, ha (tipis), dal, dzal, ro,
za, sin, syin, ‘ain, fa, kaf, lam, mim, nun, ha (tebal), waw, dan ya dan alif. Huruf-huruf tersebut
Maksudnya ialah saat membacanya, anda harus merendahkan punggung lidah dan
dengan merendahkan punggung lidah akan didapatkan huruf yang tipis bunyinya. Bila anda
7
© Islamic Online University TAJ 101
dengan tidak tepat justru mengangkat lidah saat mengucapkan huruf-huruf tersebut, maka akan
Kita ambil contoh pada hamzah yang dengan benar berbunyi “a, i, u” seperti pada
“alhamdu”, bukan “ol” (bila dibaca tebal) melainkan “al”,“alhamdu”. Pada kata “Allah”, huruf
lam yang tebal yang nanti akan dijelaskan alasannya (mengapa menjadi tebal), namun
hamzahnya sendiri pada awal kata tersebut berbunyi “A”, “Allah”, bukan “olloh”. Bila anda
membaca hamzah dengan merendahkan punggung lidah akan berbunyi “a, i, u”, sedangkan
bila anda mengangkat lidah akan dihasilkan bunyi yang tebal menjadi “o, i, u”. Bunyi yang kita
Huruf selanjutnya adalah “ba, bi, bu”, yaitu huruf ba. Bunyinya ialah “ba, bi, bu” bila
anda merendahkan lidah pada dasar mulut saat mengucapkannya. Misalkan pada kata
“baathilin”, “bihi”, “barqin”. Kata-kata tersebut memiliki huruf ba di dalamnya, dan kita
merendahkan lidah saat membaca huruf ba sehingga mendapatkan bunyi yang tipis.
Namun, bila kita membacanya dengan bunyi yang tebal dan mengangkat lidah maka
yang muncul adalah “boothilin”. Hal yang sama akan terjadi pada kata “barqin”, yang jika anda
mengangkat lidah saat mengucapkannya akan menjadi “borqin”, dan ini tidaklah tepat.
Huruf selanjutnya adalah ta. Huruf ta bila anda membacanya dengan benar, anda akan
merendahkan lidah pada dasar mulut sehingga akan didapatkan bunyi “ta, ti, tu, at, it, ut”. Hal
8
© Islamic Online University TAJ 101
ini sebagaimana terdapat dalam firman Allah “ta’aala”, bukan “tho’aala” karena ta berbunyi
Hal yang sama bila kita menemui tanda sukun, anda harus membuatnya berbunyi tipis
khususnya bila didahului huruf-huruf tebal (al-isti’la). Anda harus memastikan bahwa anda
mengucapkan huruf al-isti’la dengan tebal kemudian merendahkan lidah agar huruf ta berbunyi
tipis.
Huruf selanjutnya adalah tsa. Tsa bila bertanda fathah, maaf bila dibaca tipis dengan
merendahkan lidah menjadi “tsa, tsi, tsu” dan bila terbaca dengan tidak tepat yakni dibaca tebal
akan menjadi “tso, tsi, tsu” yang tidak dikenal dalam bahasa Arab. Misalkan bunyi huruf tsa
Huruf selanjutnya adalah jim. “ja, ji, ju”, “jabal”, “ju’ila” dan “jinnah”. Bila dibaca
tebal akan menjadi “jo, ji, ju” seperti pada “johannam”. Pengucapan ini tidaklah tepat. Itu
terjadi karena mengangkat lidah, padahal seharusnya kita merendahkan lidah sehingga terucap
Huruf berikutnya adalah ha (tipis). “ha, hi, hu”, bukan “ho/kho”. Cara yang tepat
membaca huruf ha (tipis) ialah membaca dengan tipis/ringan seperti “ha, hi, hu”, “habl” atau
9
© Islamic Online University TAJ 101
Dan jika kita membacanya dengan tebal menjadi “ho”, “hobl” dan ini tidaklah tepat.
Atau pada “hijaaroh” (ha dibaca tebal), dan ini tidaklah tepat. Bunyi “hi” tadi terlalu tebal dan
Huruf selanjutnya adalah dal. Dengan membacanya secara tipis akan didapatkan bunyi
“da, di, du, ad, id, ud”. Bila anda mengangkat lidah maka bunyi yang muncul adalah “dho, dhi,
dhu”, mirip dengan huruf dhod yang bersifat tebal. Contohnya ialah pada kata “dakhola”, dan
bila anda membacanya tebal akan berbunyi “dhokhola” sehingga menjadi tidak tepat.
Huruf selanjutnya adalah dzal. “dza, dzi, dzu” dan bila anda mengucapkannya dengan
benar akan berbunyi “wadz dzaariyaati”, “dzaalika”. Dan bila anda tidak mengucapkannya
dengan benar, yakni dengan mengangkat lidah akan berbunyi “dzo”, “wadz dzooriyaati”,
“dzoolika”. Pengucapan ini tidaklah tepat dan anda haruslah merendahkan lidah.
Huruf ro adalah kasus yang khusus. Huruf ini memiliki aturan khusus. Kadang-kadang
berbunyi tebal dan terkadang bunyi tipis. Ringkasnya, bila ro bertanda fathah atau dhommah
maka berbunyi tebal yakni “ro, ru”. Adapun bila bertanda kasroh akan berbunyi tipis seperti
Bila ro bertanda sukun maka perhatikan tanda pada huruf yang mendahuluinya. Bila
huruf sebelumnya bertanda fathah atau dhommah maka berbunyi tebal seperti pada “qur’aana”,
“yar‘a”, “qur’aanan”. Pada sukun, kita harus melihat tanda baca yang mendahuluinya. Bila
10
© Islamic Online University TAJ 101
Namun, bila huruf sebelumnya bertanda kasroh, maka perhatikan huruf setelah ro. Bila
setelahnya bukan huruf isti’la “khussho, dhoghthin, qizh” maka terbaca tipis seperti pada
“fir’aun”. Namun bila setelahnya huruf tebal (al-isti’la) maka huruf ro juga dibaca tebal seperti
pada “qirthoos”.
Demikianlah ringkasan aturan pada huruf ro. Dan bila huruf sebelum ro bertanda sukun
maka lihat huruf yang mendahului sukun dan berlaku hukum yang sama. Pembahasan
mengenai aturan huruf ro akan kita perdalam pada kajian di waktu yang mendatang dengan
izin Allah.
Huruf ro dibaca tebal bila bertanda fathah atau dhommah seperti pada “rosuulun”.
Adapun ro bertanda dhommah maka dibaca tebal pula. Saya sedang berpikir kata yang
mengandung ro bertanda dhommah. Bila sudah dapat insyaAllah kita berpindah pada ro dengan
tanda kasroh yang dibaca tipis seperti pada “rijaalun”, ro dengan dhommah “ruwaydan” dan
seterusnya.
Dan huruf berikutnya ialah za. Huruf za dibaca tipis dan bila anda merendahkan lidah
menjadi “za, zi, zu” dan bila dibaca tebal menjadi “zo, zi, zu” dan itu tidaklah tepat. “idzaa
zulzilat”, “zulzilat”, dhommah pada huruf za pertama dan kasroh pada huruf za kedua.
11
© Islamic Online University TAJ 101
Huruf berikutnya adalah sin. “sa, si, su”. Ini adalah huruf sa yang tipis dengan
merendahkan lidah. “sa, si, su”. Bila anda menaikkan lidah maka akan menjadi shod seperti
ini: “sho, shi, shu”. Contohnya ialah kata “as-samaa’”, “sirooja”, “subulan”. Bila dibaca tebal
akan menjadi “ash-shomaa’”, “shubulan”, “shiroojan” dan itu tidaklah tepat maka kita harus
merendahkan lidah.
Huruf selanjutnya adalah syin. “sya, syi, syu”. Contohnya pada “min syarri”. Kesalahan
umum yang dilakukan orang-orang ialah mengucapkan huruf syin dengan tebal menjadi “syo”
seperti pada “min syorri”. Dan ini tidaklah tepat. Kita harus merendahkan lidah agar bunyinya
menjadi tipis menjadi “min syarri” atau “syaro’u”, bukan “syoro’u”, “wasy syamsi” bukan
Selanjutnya huruf ‘ain. Bila kita membacanya tipis dengan merendahkan lidah akan
menjadi “’a, ‘i, ‘u”. Contohnya ialah pada “robbil ‘aalamiin” dan “’inaban”. Bila kita
membacanya tebal dengan menaikkan lidah akan menjadi “’o” seperti “robbil ‘oolamiin” atau
“’inaban”, dan ini tidaklah tepat. Kita harus membacanya dengan merendahkan lidah sehingga
Kemudian huruf fa. “fa, fi, fu”. Inilah pengucapan yang benar. Bila diucapkan tidak
secara tepat akan menjadi “fo, fi, fu”. Ini pengucapan yang tidak tepat. Kita harus merendahkan
lidah untuk mendapatkan bunyi yang tipis, yakni “fa, fi, fu” seperti pada kata “faidzaa”, bukan
12
© Islamic Online University TAJ 101
Kemudian huruf kaf. “ka, ki, ku”, dan bila kita mengangkat lidah dalam
mengucapkannya akan menjadi “ko, ki, ku”, mirip qof karena tebalnya namun berbeda karena
perbedaan makhraj. “ko, ki,, ku”. Contohnya ialah pada kata “al-kaafiruun”, pengucapan yang
benar secara tipis. Bila kita mengucapkannya dengan mengangkat lidah akan menjadi “al-
koofiruun” dan itu tidaklah tepat. Yang benar adalah “ka, ki, ku”.
Huruf selanjutnya adalah huruf lam. “la, li, lu”, bukan “lo, li, lu”. “falamma” bukan
“falomma”. “Lubada” (tipis) bukan “lubada” (tebal). “lil mu’miniin” (tipis), bukan “lil
Huruf lam selalu menjadi huruf yang dibaca tipis dengan merendahkan lidah saat dibaca
kecuali pada dua kondisi. Pertama pada lafazh “Allah” atau lafzhul jalalah, dan lafzhul jalalah
memiliki empat kondisi, yakni kondisi bila huruf sebelumnya adalah fathah, dhommah, kasroh
atauu bila kita membaca lafazh “Allah” secara langsung seperti pada ayat kursi.
Bila didahului tanda kasroh maka dibaca tipis seperti pada “bismillaahi”,
“a’udzubillaahi”, “billaahi” karena itu adalah huruf lam normal dan dibaca tipis. “bismillaahi”,
bila didahului tanda kasroh maka dibaca tipis. Namun, bila didahului tanda dhommah atau
Perhatikan ketebalan dari pengucapan lam. Angkat lidah anda sehingga akan
didapatkan bunyi “walloohu”. Adapun contoh lafazh yang didahului tanda dhommah, saya
13
© Islamic Online University TAJ 101
perlu mencari contohnya. Intinya adalah bila lafazh “Allah” didahului tanda dhommah maka
Perlu waktu untuk mencarinya karena kebanyakan didahului tanda fathah dan kasroh.
Kondisi keempat adalah bila kita membacanya secara langsung dari lafazh “Allah”
sebagaimana pada ayat kursi “Alloohu laa ilaaha ilaa huwal hayyul qayyuum”, “Alloohu”.
Huruf lam adalah huruf rendah (al-istifaalah) yang dibaca tipis kecuali pada lafazh
“Allah” yang didahului tanda fathah atau dhommah. Sebagaimana Imam al-Jazari katakan “wa
Dan pada kalimat ini terdapat contoh lafazh yang didahului dhommah yang kita cari
sebelumnya. Kita tebalkan huruf lam pada nama Allah yang didahului tanda fathah atau
dhommah seperti pada contoh yang diberikan “’Abdulloohi”. “wa lamma qooma ‘abdulloohi”,
Pada contoh, bila anda memberikan tanda fathah, dhommah atau kasroh pada huruf dal sebelum
lafazh Allah maka anda akan membaca tebal huruf lam bila huruf dal bertanda fathah atau
14
© Islamic Online University TAJ 101
Kemudian huruf mim, “ma, mi, mu” dan nun “na, ni, nu”. Kita lihat bahwa huruf mim
seperti pada “maaliki” bukan “mooliki”. Kemudian huruf nun, “na, ni, nu” pada “robbinnaas”,
bukan “robbinnoos”. Kemudian “ha, hi, hu” (ha tebal) seperti pada “haa ulaa’” bukan “hoo
ulaa’”. “ha, hi, hu” adalah benar dan “ho, hi, hu” adalah tidak tepat.
Kemudian huruf waw. “wa, wi, wu” bukan “wo, wi, wu”. Contohnya adalah “wa
idzaa”, “wa lahu”. Huruf terakhir adalah huruf ya, yaitu “ya, yi, yu”, bukan “yo”. “yaa ayyuhal
ladziina aamanuu” bukan “yoo ayyuha”. Ringkasnya adalah bahwa manfaat dari mempelajari
sifat al-istifaalah ialah membaca huruf secara tipis dengan cara merendahkan lidah.
Dapat disimpulkan bahwa semua huruf al-istifaalah dibaca tipis kecuali huruf ro pada
situasi yang telah kami sebutkan dan juga huruf lam pada situasi yang telah kami sebutkan.
Kami telah menyebut bahwa huruf lam dibaca tebal pada nama “Allah” yang didahului
dhommah atau fathah, kemudian huruf ro dibaca tipis bila bertanda kasroh atau didahului tanda
kasroh saat ia bertanda sukun dan setelahnya tidak terdapat huruf tebal (al-isti’la). Walloohu
ta’aala a’lam. Kita akan membahas aturan huruf ro pada pelajaran mendatang.
Sifat huruf berikutnya yang kita pelajari hari ini adalah al-ithbaaq dan al-infitaah. Al-
ithbaaq dalam bahasa Arab bermakna menempelkan pada sesuatu. Dalam ilmu tajwid
didefinisikan menempelkan sebagian lidah pada langit-langit mulut saat mengucapkan huruf-
huruf ithbaaq serta menjadikan bunyi huruf terpusat di antara lidah dan langit-langit mulut.
15
© Islamic Online University TAJ 101
Huruf-hurufnya ialah shod, dhod, tho, dan zho sebagaimana perkataan Imam al-Jazari
“wa shoodun, dhoodun, tho’un, zho’un muthbaqoh”. Huruf shod, dhod, tho, dan zho adalah
muthbaqoh atau memiliki sifat al-ithbaaq. Maka, shod, dhod, tho, dan zho adalah huruf-huruf
ithbaaq.
Perhatikan bahwa semua huruf-huruf ini ialah huruf-huruf al-isti’la dalam “khussho,
dhoghthin, qizh” namun keempat huruf tersebut memiliki sifat tambahan yakni al-ithbaaq.
Kami menyebutkan sebelumnya huruf isti’la diucapkan dengan menaikkan lidah, sekarang
setelah lidah diangkat kita berikan perlakuan tambahan pada huruf-huruf al-ithbaaq yakni
dengan menempelkan lidah pada langit-langit mulut. Hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap
waktu namun sebagian dari lidah ditempelkan pada langit-langit mulut hanya pada saat
“sho”, angkat punggung lidah anda dan biarkan menempel pada langit-langit lidah.
“sho, dho”, bagian dari lidah anda harus ditempelkan pada langit-langit mulut sangat
mengucapkan “dho” dan juga harus ditinggikan lidahnya untuk menjangkau langit-langit
mulut.
Bunyi “tho” dibunyikan dengan menempelkan sebagian besar bagian lidah pada langit-
langit mulut. “tho”. Maka pada dasarnya ini adalah langit-langit mulut dan lidah terjepit serta
menempel pada langit-langit mulut sehingga akan menutupi langit-langit mulut seluruhnya.
16
© Islamic Online University TAJ 101
“tho” yakni huruf ketiga kemudian “zho”, punggung lidah ditempelkan pada langit-langit
mulut, dan lidah berada di antara gigi depan. Kita lihat pada “zho”, punggung lidah di sini
kemudian langit-langit di sini dan lidah ditempelkan di atas seperti huruf shod.
Apa yang terjadi bila anda memberikan sifat al-ithbaaq? Anda memberikan ketebalan
ekstra padanya. Jika pada al-isti’la kita membuat hurufnya menjadi lebih tebal dari huruf al-
istifaalah, kemudian dari huruf al-isti’la ada huruf-huruf ithbaaq dan ada yang bukan huruf-
huruf al-ithbaaq.
Maka pada huruf ithbaaq bunyinya menjadi lebih tebal, yakni pada huruf-huruf shod,
dhod, tho, dan zho dibandingkan huruf-huruf al-isti’la lainnya yakni qof, ghoin dan kho. Ketiga
huruf tersebut memiliki ketebalan yang berbeda dari shod, dhod, tho dan zho karena tidak
bersifat al-ithbaaq.
Apakah kita memiliki tingkatan dalam sifat ithbaaq? Ya, ada. Huruf yang paling tebal
adalah tho. Mengapa? Karena selain memiliki sifat al-isti’la dan al-ithbaaq, yakni
membunyikannya dengan mengangkat lidah dan menempelkan lidah pada langit-langit mulut,
huruf tho memiliki sifat jahr dan syiddah yang telah kita bahas sebelumnya yang merupakan
sifat-sifat yang kuat. Tho adalah huruf yang paling tebal di antara huruf Arab/hijaiyah.
Sementara tingkatan terendah dalam sifat ithbaaq dimiliki huruf zho. Mengapa? Karena huruf
17
© Islamic Online University TAJ 101
Meskipun sama-sama memiliki sifat al-ithbaaq dan al-isti’la, dibandingkan huruf tho
yang juga memiliki sifat jahr dan syiddah, huruf zho memiliki huruf ar-rakhawah yang
Ar-rakkhawah sebagaimana yang telah kita bahas ialah keluarnya bunyi huruf saat
membaca huruf tersebut sehingga berbunyi “azh”, sementara pada huruf tho, bunyinya
tertahan. Maka, huruf tho ialah huruf ithbaaq paling tebal sementara huruf zho adalah paling
Adapun tingkatan pertengahan ialah huruf shod dan dhod. Jadi, tingkatan ithbaaq ialah
huruf tho, yang paling lemah/tipis ialah huruf zho, sementara huruf ithbaaq yang pertengahan
Kemudian, bila kita membandingkan antara al-ithbaaq dan al-isti’la maka kita katakan
al-isti’la lebih umum dari al-ithbaaq karena semua huruf ithbaaq juga merupakan huruf al-
Lingkaran yang besar adalah al-isti’la sementara lingkaran yang lebih kecil adalah al-
ithbaaq. Juga, al-isti’la hanya menaikkan lidah sementara al-ithbaaq memberi sifat tambahan
padanya, yakni tidak hanya sekedar menaikkan lidah melainkan menempelkan sebagian lidah
18
© Islamic Online University TAJ 101
Dan pada sebagian huruf ithbaaq, seluruh bagian lidah menempel pada langit-langit
mulut dan pada sebagian lainnya hanya sebagian lidah saja yang menempel pada langit-langit
mulut. Manfaat dari al-ithbaaq adalah member ketebalan yang lebih pada huruf-huruf al-isti’la.
Sifat kebalikannya yang merupakan sifat terakhir yang kita bahas hari ini adalah al-infitaah.
Al-infitaah merupakan kebalikan dari sifat al-ithbaaq. Secara bahasa maknanya adalah
Dalam ilmu tajwid didefinisikan sebagai adalah terbukanya atau adanya jarak antara
lidah dan langit-langit mulut saat mengucapkan huruf-huruf infitaah sehingga bunyinya tidak
terkonsentrasi antara lidah dan langit-langit mulut. Maka kita dapatkan kebalikan dari al-
ithbaaq.
Bila al-ithbaaq ialah menempelkan lidah pada langit-langit mulut, sementara pada al-
infitaah terdapat jarak atau terbukanya ruang antara lidah dan langit-langit mulut. Karena itu,
bunyi yang timbul tidak terjebak atau terkonsentrasi pada lidah dan langit-langit mulut
Dan, semua huruf hijaiyah selain huruf al-ithbaaq adalah huruf-huruf al-infitaah. Bila
huruf-huruf ithbaaq adalah huruf-huruf shod, dhod, tho, dan zho maka huruf-huruf al-infitaah
adalah huruf-huruf hijaiyah lainnya yakni alif, ba, ta, tsa, jim, ha (tipis), kho’, dal, dzal, ro, zal,
ro, za, sin, syin, ‘ain, ghoin, fa, qof, kaf, lam, mim, nun, waw, ha (tebal), ya dan hamzah.
19
© Islamic Online University TAJ 101
Kedua puluh lima huruf tersebut adalah huruf-huruf al-infitaah. Perbedaan utama antara
al-ithbaaq dan al-infitaah adalah, pada al-infitaah anda akan menemukan adanya jarak atau
terbukanya ruang antara lidah dan langit-langit mulut sementara pada al-ithbaaq, sebagian lidah
Jika digambarkan mengenai sifat al-infitaah, anda akan menyaksikan pada lidah saat
anda membaca huruf-huruf al-infitaah tidak tertempel pada langit-langit mulut. Karena itu kita
katakan bahwa lidah menjadi lebih dekat dan tertempel pada langit-langit lidah saat membaca
huruf-huruf ithbaaq.
Namun, pada al-infitaah posisi lidah lebih jauh dari langit-langit mulut, sekalipun pada
huruf yang tebal seperti kho’, ghoin dan qof. Pada huruf-huruf al-infitaah ini terlihat bahwa
Sebagai ringkasan, kita telah membahas huruf-huruf tinggi atau al-isti’la “khussho,
dhoghthin, qizh” yang dibaca tebal dengan menaikkan lidah kemudian kita juga telah
membahas huruf rendah atau tipis, yakni huruf-huruf al-istifaalah yang dibaca dengan
Kemudian kita juga membahas sifat al-ithbaaq dan al-infitaah. Al-ithbaaq yakni
ketebalan huruf lebih spesifik, yang diperoleh dengan menempelkan sebagian lidah pada
langit-langit mulut saat membaca hurufnya sehingga bunyinya menjadi lebih tebal dan
20
© Islamic Online University TAJ 101
Huruf-hurufnya ialah shod, dhod, tho, dan zho. Kita juga telah membahas sifat
kebalikannya, yakni al-infitaah yang diperoleh dengan cara membuka ruang atau member jarak
antara lidah dan langit-langit mulut saat membaca huruf-huruf al-infitaah sehingga bunyinya
tidak terkonsentrasi antara langit-langit mulut dan lidah. Huruf-hurufnya ialah semua huruf
21