Anda di halaman 1dari 28

© Islamic Online University AQD 101

Islamic Online University

Bachelor of Arts in Islamic Studies


AQD 101

Aqeedah Subject 101


(Kuliah Aqidah 101)

Module 33

Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah IOU

1
© Islamic Online University AQD 101

Alhamdulillahi rabbil alamin washolatu wasalamu ala rasulil karim wa ala ali wa

ashhabihi wamanistanna bi sunnati ila yaumiddin. Segala puji bagi Allah, semoga shalawat

dan salam senantiasa tercurah pada nabi Muhammad (shalallahu alaihi wassalam), dan

kepada mereka yang mengikuti jalan kebenaran sampai hari akhir.

Pada kelas sebelumnya, terjadi sedikit kesalah fahaman berkenaan tentang waktu

yang tersisa bagi kita. Dengan klarifikasi yang diberikan setelah itu, kita akhirnya bisa

menyelesaikan kurikulum kita. Maka dari itu hari ini kita akan membahas dua bab yaitu

pepmbahasan mengenai berkurban pada selain Allah, bab 10 dan kemudian bab 11 setelah itu.

Latihan soal akan diberikan pada kalian di kelas berikutnya yang merangkum seluruh

pembahasan penting yang perlu diingat dalam bab ini. Apapun itu, bab ini adalah

pembahasan mendasar yang berhubungan dengan konsep pengurbanan dalam Islam dan

prinsip-prinsip yang mengaturnya. Penulis membawa bab kesepuluh ini dengan judul

Pengurbanan hewan yang dilakukan pada selain Allah. Apa yang dapat difahami dan yang

dihapus dari judul tersebut adalah kata ‘syirik’. Ini adalah apa yang sebenarnya beliau

inginkan sebagaimana praktek-praktek sebelumnya yang merupakan salah satu bentuk

kesyirikan. Seperti pada bab 9 yaitu pencarian berkah dari pohon batu dan lainnya, semuanya

berhubungan dengan praktek-praktek yang bertentangan dengan unsur-unsur Tauhid Al

Ibadah dan pada pembahasan ini kita akan berurusan dengan masalah kurban.

Ayat utama yang dibawakan oleh penulis adalah dari Surat Al An’am ayat 162

2
© Islamic Online University AQD 101

“Qul inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati illa hi rabbil ‘Alamin la

syarikala wa bidha lika umirtu wa ana awalul muslimin”

“Katakanlah (Muhammad) sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagiNya; dan yang demikianlah

diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)”

Ayat ini adalah ayat secara umum, persoalan mengenai berkurban adalah termasuk

bagian dari itu. Nabi s.a.w dan seluruh orang-orang beriman diperintahkan untuk

mengucapkan kalimat ini, dan kalimat ini adalah pernyataan untuk berkomitmen untuk Islam

dalam kehidupan ini bahwa segala aspek kehidupan kita yang telah tercantumkan disini baik

itu shalat atau pengurbanan yang nyata secara fisik atau tidak dan juga hidup serta mati,

kesemuanya adalah untuk Allah, Tuhan alam semesta. Kalimat ini menyeluruh pada segala

aspek kehidupan kita. Maka yang didinginkan dari pernyataan ini adalah setiap dari kita harus

berkomitmen kepada Allah s.w.t dan tidak ada satupun perbuatan dalam kehidupan kita yang

tidak dilakukan untuk Allah.

Seluruh aspek kehidupan kita menjadi sebuah bentk dari Ibadah ketika syarat-syarat

tertentu telah dipenuhi. Salah satunya adalah kita sadar akan Allah saaat melakukannya dan

hal itu dilakukan unutk mendapat keridaan Allah serta dilakukan dengan cara yang telah

diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. Ketika syarat-syarat dasar ini telah terpenuhi maka segala

perbuatan yang kita lakukan menjadi sebuah ibadah. Inilah yang membedakan Islam dengan

agama-agama lain, ketika ibadah dibatasi dengan perbuatan-perbuatan tertentu dalam

melakukan sebuah Ibadah sedangkan apa yang kita temukan hari ini adalah segalanya

3
© Islamic Online University AQD 101

dilakukan menurut cara masing-masing. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang

Nasrani, yang kita ketahui bahwa ia terbentuk dari pemahaman apa yang dilakukan untuk

Caesar adalah untuk Caesar tersebut dan apa yang untuk tuhan mereka adalah unutk tuhannya.

Keduanya merupakan dua aspek yang berbeda terpisahkan antara satu dengan lainnya. Segala

kehidupan dunia diserahkan pada Raja Caesar yang berkuasa saat itu sedangkan kehidupan

agama diserahkan pada Tuhan mereka. Sedangkan dalam Islam segalanya milik oleh Tuhan.

Di lihat dari segi yang paling sesuai di sini adalah, kurban menjadi sebuah perbuatan

syirik ketika ia dilakukan untuk memuliakan atau agar mendekat kepada sesuatu selain Allah.

Syirik adalah sebuah perbuatan yang dilakukan unutk memuliakan atau mendekat pada

sesuatu selain Allah. Hal ini termasuk salah satu dari syirik Akbar. Contohnya jika seorang

raja datang ke suatu daerah lalu seseorang menyembelih seekor hewan. Maka hewan tersebut

bisa jadi disembelihuntuk memuliakan raja tersebut dan untuk mendekat diri padanya.

Bagaimana kita tahu apakah itu yang didiinginkan dan bukan penyembelihan untuk acara

syukuran yang dipersembahkan pada Allah, kerena itu adalah penyembelihan lain yang

diperbolehkan bagi kita. Penyembelihan yang dipersembahkan untuk Allah contohnya adalah

menyembelih binatang untuk mensyukuri apa yang telah diberkati dalam kehidupan kita.

Pertanyaannya sekarang bagaimana kita membedakan antara kedua hal yang disebutkan tadi

(memuliakan dan mensykuri)? Bisa jadi orang tersebut menyembelih untuk menyukuri Allah

atas kedatangan sang raja yang mungkin dapat melihat kesusahan yang mereka hadapi dan

membawa perbaikan. Bagaimana kita bisa membedakannya?

Bagaimana kamu mengetahui dan menilai perbuatan tersebut. Tentunya permasalahan

niat adalah ilmu Allah. Kita tidak dapat mengadili niat seseorang, hanya orang yang

4
© Islamic Online University AQD 101

melakukannya yang tahu apa yang dia lakukan dan mengapa. Kita hanya dapat melihat

seseorang menyembelih binatang tersebut. Kita tidak tahu dengan pasti apakah ia

menyembelih karena kedatangan raja atau orang penting, atau hanya untuk menunjukkan

sebuah penghormatan padanya dan untuk mengambil hatinya, atau dia melakukan karena

bersyukur pada Allah atas kedatangan mereka yang mungkin dapat mendatangkan sedikit

perubahan pada daerah tersebut. Bagaimana kita mengetahui perbedaannya.

Jika binatang tersebut kemudian dimasak lalu dihidangkan. Jika binatang tersebut

merupakan kurban yang dilakukan unutk Allah maka mereka akan mmenyebelihnya,

memasaknya dan membagikannya pada orang-oranng. Akan tetapi jika orang tersebut

menymbelihnya demi pemuliaan terhadap individu tertentu maka ia hanya akan

menyembellihnya dan kemudian membiarkannya begitu saja. Dia tidak mengambll

keuntukngan darinya. Hal inilah yang membuat seorang terlibat dalam kesyirikan meskipun

tidak ada pernyataan khusus yang menyatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk mencari

keridaan selain dari Allah.

Pada ayat tersebut juga dinyatakan “Bidhalika Umirtu”

“yang demikianlah diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama

berserah diri (muslim)”

Nabi s.a.w menyatakan disini bahwa ia adalah orang pertama yang menjadi muslim.

Apakah hal itu benar?

...

5
© Islamic Online University AQD 101

Iya, Beliau adalah orang muslim pertama pada masanya.

Ayat selanjutnya yang telah dibawakan adalah dari surat All Kautsar ayat ke tiga

“Fasalli li rabbika wnhaar”

“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai tanda Ibadah

dan mendekatkan diri pada Allah)”

Ini juga merupakan ayat yang berkaitan dengan persolan kurban. Tentunya dalam ayat

ini disebutkan “Fasalli li rabbika wnhaar” dan juga difahami wa wanhaar li rabbika. Sehingga

difahai dengan “Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah karena

Tuhanmu” sebagaimana yang disebutkan dalam bahasa Arab.

Terdapat tiga bentuk kurban yang diterima dalam Islam, yaitu yang biasa dilakukan

pada masa Haji, Idhul Adha bagi yang tidak melakukan Haji dan apa yang ketiga? Yaitu

Aqiqah bayi. Ketiga ini adalah yang diperbolehkan oleh agama, dan selain dari itu bisa jadi

diterima. Karena jika kamu melakukan kurban unutk sebuah acara selain dari ketiga keadaan

ini, maka bisa dikatakan sebagai perbuatan mubah dan dapat mencapai ridha Allah jika

dikurbankan lalu dibagikan makanan tersebut kepada orang-orang.

...

Walimah, tidak mesti mengandung perbuatan kurban, bisa jadi mengandung

perbuatan kurban dan bisa juga tidak dan diperbolehkan unutk berkurban dalam walimah.

6
© Islamic Online University AQD 101

Untuk masalah Aqiqah, Nabi s.a.w bersabda

“setiap anak itu ada aqiqahnya. Maka tumpahkanlah akan darahnya dan hilangkanlah

darinya kotoran.”

Hadits ini terdapat dalam Sunan Abi Daud.

Teks ketiga dari bab ini adalah yang berhubungan dengan permasalahn kurban yang

dilakukankepada selain Allah. Riwayatnya terdapat dalam Shahih Muslim yang diriwayatkan

oleh Ali Ibn Abi Thalib,

“Ia mengatakan Rasulullh s.a.w menyampaikan kepada kita empat perkara, Allah

mengutuk orang yang menyembelih binatang dengan menyebut selain Allah, Allah mengutuk

orang yang mengutuk orang tuanya, Allah mengutuk orang yang melakukan atau melindungi

bid’ah, Allah mengutuk orang yang mengubah batas-batas tanah.”

Judul yang diberikan adalah menyembelih sesuatu untuk selain Allah adalah syirik.

Tentunya kalimat ‘Allah mengutuk orang yang menyembelih binatang dengan menyebut

selain Allah’ di sini merupakan bukti bahwa ia adalah perbuatan haram, karena jika Allah

mengutuk sesuatu berarti ia haram. Perkataan syirik mungkin tidak disebutkan di sini tapi kita

dapat fahami bahwa menyembelih pada selain Allah termasuk golongan syirik dan tentunya

adalah perbuatan haram.

‘Allah mengutuk orang yang mengutuk orang tuanya’.

7
© Islamic Online University AQD 101

Terdapat riwayat lain dimana Nabi s.a.w mengatakan, salah satu dosa terbesar adalah

seorang anak yang mengutuk orang tuanya. Kemudian para sahabat bertanya “Bagaimana

seorang anak bisa mengutuk orangtuanya? Beliau menjawab “dengan cara anak ini mengutuk

ayah dari orang lain kemudian orang tersebut mengutuk ayahnya dan dengan mengutuk ibu

orang lain dan orang tersebut mengutuk ibunya.”

Artinya, dengan satu kutukan pada orangtua orang lain, dan orang tersebut membalas

mengutuk orangtuaya, ini dianggap sebagai mengutuk orangtua kita sendiri dan termasuk

salah satu dosa besar. Jadi, Allah akan mengutuk orag yang melakukan hal tersebut.

Allah mengutuk orang yang melakukan atau melindungi bid’ah

Poin hadits ini tentunya memerlukan penjelasan lebih dalam karena ia berhubungan

dengan konsep bid’ah dan siapakah yang disebut sebagai ahli bid’ah dan pada tingkatan apa

dia disebut demikian. Karena jika kita perhatikan kehidupan kaum muslim saat ini bid’ah

menjadi sesuatu yang telah merajalela dan tak terkendali, maka kita tidak mungkin unutk

menghentikan mereka atau memboikot mereka dengan menghindari komunikasi dengannya.

Lalu apa yang dimaksud dengan kalimat ini?

Pertama-tama, baik unutuk kita memahami apa makna bid’ah sebenarnya dan

tentunya Nabi s.a.w menyebutkan dalam beberapa riwayat bahwa beliau melarang dan

menentang keras terhadapnya. Sepet di sebuah hadits beliau mengatakan

“Man ahdatsa fii Amrina ma laysa minhu fahuwa radd”

8
© Islamic Online University AQD 101

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan

bagian darinya, maka ia tertolak.”

Ini adalah prinsip yang mendasar dan para sahabat sangat berhati- hati mengenai hal

ini. Lalu apa posisi kita saat ini. Pertama, kita harus mengerti apa yang dimaksud dengan

bid’ah secara makna bahasa yaitu hal yang baru atau sesuatu yang dibuat-buat yang belum

pernah ada sebelumnya. Itu adala makna secara etimologi, tidak pernah ada sebelumnya. Lalu

mengapa ini hal yang penting bagi kita untuk memahami makna bahasa, karena ini adalah

argumen yang digunakan oleh ahli bid’ah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Umar Ibn

Khattab saat beliau mengumpulkan orang-orang unutk melaksanakan sholat taraweeh di

dalam masjid dan di belakang salah satu sahabat, Ubay Ibn Ka’ab. Lalu saat mereka

melaksanakan shalat taraweeh berjama’ah ia berkata, ini adalah bid’ah yang baik, atau

“Ni’mal bid’ah hadhihi”. Maka mereka kemudian mengklasifikasi bid’ah menjadi dua

kategori yang berbeda. Bid’ah hasanah dan Bid’ah sayyi’ah. Bid’ah yang baik dan bid’ah

yang buruk. Akan tetapi Nabi s.a.w telah menegaskan bahwa “Kullu bid’atin dholalah” setiap

yang dibuat-buat adalah sesat. Artinya beliau mengutuk seluruh pelaku bid’ah. Jadi ketika

beliau menyatakan perkataan Kull setiap bid’ah, maka tidak ada seorangpun yang boleh

datang dan mengatakan bahwa ada sebagian bid’ah yang diperbolehkan. Karena Nabi s.a.w

telah mengatakan bahwa seluruhnya (adalah bid’ah). Kecuali jika beliau sendiri yang

mengatakan ada sebagian yang diperbolehkan dan diterima. Dalam bahasa Arab terdapat

qaidah yang mengatakan setiap yang umum mempunyai pengecualian.

“Maa min “Aamin illa wa khussis”

“Setiap yang Umam memiliki pengeculian”

9
© Islamic Online University AQD 101

Yang perlu diperhatikan di sini adalah, ketika Nabi s.a.w mengatakan “Setiap bid’ah

adalah dholallah” , ia mengataknannya seperti mengatakan “Kullu muskirin, khamrun” Setiap

yang memabukkan adalah khamr”. Kita tidak dapat mengatakan disini bahwa ada sebagian

yang memabukkan yang bukan termasuk haram. Nabi s.a.w mengatakan setiap yang

memabukkan adalah khamr”. Sekarang perbedaan dzat yang memabukkan tersebut dapat

digunakan atau tidak dapat dilihat dari cara penggunaannya. Karena jika muskir tersebut

dirubah menjadi cuka maka ia dapat digunakan untuk dikonsumsi. Jadi, ketika ia merupakan

bagian dari proses menjadi cuka maka tidak ada masalah padanya. Tetapi apapun itu kita

tidak bisa mengatakan bahwa tidak semua muskir adalah khamr karena Nabi s.a.w

mengatakan setiap muskir adalah khamr “Wa kullu khamrun haraam” dan segala bentuk

khamr adalah terlarang. Terlarang untuk apa?

Ia terlarang unutk dikonsumsi, inilah intinya. Dilarang menggunakannya untuk

dikonsumsi. Maka jika digunakan unutk antibeku, seperti di beberapa negara ketika salju

turun dan jika kalian tidak mencampurkan akohol ke dalam air di radiator kalian maka air itu

akan membeku ketika suhu airnya mencapai suhu beku dan radiator kalian dapat meledak dan

mesinnya akan rusak. Alkohol tersebut menaikkan suhu agar ia tidak membeku sehingga

kalian masih bisa mempertahankan air dalamnya dan agar mesin tersebut tetap dingin. Jadi

penggunaan seperti ini diperbolehkan.

Terpenting adalah Nabi s.a.w melarang segala bentuk bid’ah. Apa yang beliau

maksud di sini? Apakah yang beliau maksud adalah bid’ah di luar perkara agama karena

istilah bid’ah artinya, sesuatu baru yang diciptakan. Seperti mobil. Jika kalian mengatakan

seluruh bid’ah berarti mobil, karpet, AC dan seterusnya, semuanya dilarang? Akan tetapi

10
© Islamic Online University AQD 101

semua itu adalah sesuatu di luar persoalan agama sedangkan yang dimaksud adalah sesuatu

baru yang dibuat-buat dalam persoalan agama. Inilah area dimana tidak ada ruang unutk

sesutu yang dibuat-buat. Sehingga, Kullu bid’atin dholalah artinya setiap seuatu yang baru

dalam agama. Inilah pemahaman sebenarnya dan setiap yang dibuat-buat dalam agama

adalah perkara yang dilarang.

Lalu jika begitu, apa makna dari perkataan Umar bin Khattab ketika beliau

mengmpulkan semua orang? “Ni’mah bid’ah hadihi. Kita harus bertanya pada diri kita

sendiri, apakah Umar melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi s.a.w? Apakah ia

perbuatan baru yang dilakukan? Tidak, ia bukan sesuatu yang baru karena Nabi s.a.w sendiri

pernah melakukan 9 rakaat tahajud dengan berjamaah. Sehingga apa yang Umar bin Khattab

lakukan hanyalah sebuah pembaruan. Ia dikatakan sesuatu yang baru maksudnya adalah ia

adalah perkara yang baru-baru diperbarui dari segi pemahaman bahasa, bukan dengan arti

beliau membawa ssesuatu yang baru dalam perkara agama. Sehingga kita katakan bahwa

argumen mereka tidak memiliki dasar dan tidak dapat digunakan untuk membenarkan

oembagian kategori bid’ah dalam agama, seluruhnya tertolak.

Terdapat kasus lain dimana orang-orang akan membawa contoh perbuatan Bilal.

Mereka akan mengatakan bagaimana dengan bid’ah yang dilakukan oleh Bilal yaitu ketika

beliau selalu melakukan dua rakaat shalat setelah ia berwudhu’? 2 rakaat setelah wudhu’

adalah perbuatan bid’ah yang dilakukan oleh Bilal. Nabi s.a.w tidak melakukaknnya. Beliau

bermimpi mendegar terompah Bilal di hadapan beliau dalam surga. Sehingga beliau pun

bertanya pada Bilal apa alasannya dan apa yang ia lakukan. Kemudian Bilal menjawab bahwa

ia tidak melakukan apapun yang istimewa kecuali ia melaksanakan wudhu’ pada siang dan

11
© Islamic Online University AQD 101

malam hari kemudian beliau akan melaksanakaan shalat semampunya. Orang-orang

mempunyai kebiasaan melakukan dua rakaat tetapi tidak ditentukan harus melakukan dua

rakaat. Bahkan ia melakukan sebanyak yang ia mampu saat itu. Maka hal ini adalah bid’ah.

Akan tetapi yang terpenting adalah, nabi Muhammad s.a.w telah membenarkan perbuatannya

maka dari itu hal tersebut tidak dianggap sebagai bid’ah. Jadi perbuatan Sunnah, yaitu

kebalikan dari bid’ah adalah segala sesuatu yang dikatakan , dilakukan atau dibenarkan Nabi

s.a.w. sehingga perbuatan Bilal tadi termasuk dari kategori sunnah yang dibenarkan dan

bukan bid’ah. Sebagian orang mungkin akan menjadikan ini sebagai alasan untuk melakukan

bid’ah dalam agama.

Jika kita perhatikan dari mana awal mula bid’ah, mungkin ia merupakan perbuatan

yang tidak memiliki dasar sama sekali dari agama itu sendiri dan ia datang dari kebiasaan

penyembah berhala, atau bisa jadi ia merupakan amalan yang sebenarnya terdapat dalam

agama akan tetapi mereka melakukannya pada tempat,waktu atau cara yang tidak benar.

Sehingga bid’ah yang tidak memiliki dasar sama sekali disebut sebagai bid’ah Ashliyah dan

terdapat beberapa contoh yang diberikan. Salah satu contohnya adalah cincin pernikahan, kita

sebut ini sebagai bid’ah Ashliyah. Penggunaan cincin untuk menunjukkan status nikah

seseorang, tidak memiliki dasar apapun dalam agama karena pernikah merupakan sesuatu

yang berhubungan dengan agama. Apakah kita bisa mengatakan bahwa cincin adalah sesuatu

yang tidak didasari oleh apapun dalam agama? Apakah penggunaan cincin secara umum

tidak memiliki dasar apapun dalam agama?

...

12
© Islamic Online University AQD 101

Itu permasalahan emas, yang dipertanyakan disini adalah bolehkah kita mengatakan

bahwa cincin tidak memiliki dasar apapun dalam Islam?

...

Apakah penggunaan cincin merupakan sebuah amalan dalam Islam?

Tidak

Maka kita bisa katakan bahwa penggunaan cincin dalam acara keagamaan tidak

didasari oleh apapun dalam Islam. Kita bisa mengatakan hal tersebut. Akan tetapi tidak

berarti bahwa penggunaan cincin adalah sebuah perkara yang tidak dibenarkan. Ini adalah

dua hal yang berbeda. Penggunaan cincin adalah perkara yang dibolehkan karena Nabi s.a.w

menggunakan sebuah cincin tapi ia menetapkan beberapa ketentuan yang tidak dibenarkan

dalam penggunaanya dan siapapun tidak dibenarkan melakukannya dengan

menyandarkannya pada hal keagamaan. Siapapun tidak dibenarkan unutk meniru perbuatan

orang-orang kafir. Seseorang tidak dibenarkan mencari perlindungan dengan cincin yang

mungkin terdapat mata padanya dan dapat melindungi seseorang dari “Ain atau padanya

terdapat batu yang dapat berubah warna dan menunjukkan sifat seseorang, atau batu tertentu

yang digunakan pada bulan lahir tertentu sehingga ia akan melindungi diri seseorang. Ini

merupakan hal yang tidak dibenarkan. Sedangkan penggunaan cincin untuk menunjukkan

bahwa seseorang itu telah menikah, merupakan salah satu bentuk perbuatan kufar dan jika

perbuatan tersebut tidak memiliki dasar apapun dalam agama, karen bisa jadi jika ia

merupaakan kebiasaan kufar kita bisa katakan bahwa penggunaan sepatu, sepatu bot, jaket

atau baju. Tetapi yang terpenting adalah semuanya tidak berkaitan sama sekali dengan

perkara agama, ia hanya digunakan usebagai pelindung badan kita.

13
© Islamic Online University AQD 101

Nabi s.a.w biasa menggunakan apapun yang diberikan padanya, karena sering kali ia

menerima hadiah-hadiah seperti dari Mesir, syria atau yaman. Ia akan menggunnakan apa

saja yang diberiikan padanya dan tidak ada masalah dengan hal tersebut. Meskipun memang

ia menetapkan beberapa syarat dalam penggunaan warna pakaian bagi laki-laki, dan beberapa

bahan seperti sutra, dan beberapa hal lain. Akan tetapi selama pakaian tersebut tidak memiliki

konotasi agama lain maka kita dapat menggunakannya. Jadi yang tidak dapat diterima adalah

menggunakan pakaian panjang seperti Thob yang serupa dengan pakaian pendeta Nasrani

dengan tali dibagian pinggangya dan ada yang menggantung darinya. Secara external ia

terlohat seperti sebuah jubah akan tetapi model dan cara mereka menggunakannya adalah

perkara keagamaan dan tidak boleh digunakannya oleh orang Muslim.

Ketika kita berbicara tentang pakaian dan yan berkaitan dengannya atau perbuatan

dan prilaku yang merupakan kebiasaan orang-orang kafir, jika ia memiliki unsur keagamaan

maka jelas kita dilarang untuk menggunakannya, lalu bagaimana dengan cincin? Seeorang

mungkin akan mengatakan bahwa ia hanya sebuah tannda yang menunjukkan seorang itu

telah menikah, tidak ada unsur keagamaan padanya. Akan tetapi penggunaan cincin di jari

seseorang. Jika diantra kalian pernah melihat acara pernikahan Diana dan Charles ketika ia

memberikan cincin tersebut kepada uskup, kemudian uskup tersebut memasukkan cincin

tersebut ke ibu jari Diana dengan mengatakan “Dengan nama sang Bapak, anak dan ruh

kudus, Ameen”. Hal ini menunjukkan apa sebenarnya arti dari cincin tersebut. Ia

menunjukkan keyakinan terhadap trinitas dan hal itu adalah keyakinan dasar yang dimiliki

oleh agama Nasrani. Keyakinan tersebut berkaitan dengan waktu pernikahan berlangsung, ia

memiliki dua tujuan dan itulah yang akan dikatakan oleh pendeta katolik saat memasukkan

14
© Islamic Online University AQD 101

cincin itu. Sehingga ia merupakan perkara yang tidak dibenarkan bagi seorang Muslim dan

termasuk kategori Bid’ah Ashliyah.

Sama halnya dengan menyambut hari kelahiran Nabi s.a.w, sekali lai ia dikatakan

sebagai bid’ah ashliyah karena tidak ada dasar yang menyatakan hal tersebut dalam Islam dan

ia berasal dari kebiasaan orang-orang penyembah berhala.

Bid’ah Idhofiyah adalah perbuatan dimana seseorang menambahkan sebuah perbuatan

pada suatu amalan yang mempunyai dasar dalam Islam. Contohnya di Sri Langka, ketika

seseorang memberi salam antara satu dengan yang lain, mereka akan berjabat tangan lalu

orang pertama yang menyambut akan mengucapkan Allahuma Shali ‘Ala Muhammad. Itu

adalah kebiasaan mereka. Akan tetapi yang seharusnya dilakukan ketika kita menyambut

orang lain kita harus mengucapkan Assalamualaikum, itulah yang benar. Sekarang,

mengucapkan kalimatt Allahummasali ala Muhammad merupakan perbuatan yang baik karen

Nabi s.a.w bersabda, “Barangiapa yang mengucapkannya, maka Allah akan memberikan

padanya 10 kebaikan”. Ia adalah kalimat yang baik yang dapat diucapkan dimanapun kalian

berada. Akan tetapi mempunyai kebiasaan mengucapkannya saat berjabat tangan dan tidak

mengucapkan Assalamualaikum yang merupakan Sunnahnya, maka berarti kamu telah

membunuh sunnah tersebut. Karena Inilah yang dikatakan oleh Ulama di jaman dahulu,

ketika sebuah bid’ah mulai hidup maka Sunnah akan mati. Sehingga pada kasus tersebut

mereka telah membunuh sunnah mengucapakan Assalamualaikum dengan membawa sunnah

lain yaitu mengucapkan Allahumasali ‘ala Muhammad, tapi mengucapkanya pada saat itu

menjad Bid’ah.

15
© Islamic Online University AQD 101

Sunnah Idhofiyah bisa jadi dengan mengambil sebuah ungkapan umum dan

menggunakannya pada keadaan yang ditentukan yang tidak dapat diterima dan bukan

merupakan sunnah. Contoh lainnya adalah, ketika seseorang memutuskan unutk

melaksanakan sholat Tahiyatul Masjid dengan berjama’ah. Nabi s.a.w bersabda “sholat yang

dilakukan secara jama’ah akan dinilai 25 kali lipat dari sholat sendiri.” Ini merupakan prinsip

yang baik. Nabi juga pernah bersabda “Saat kamu memasuki Masjid hendaklah

melaksanakan 2 rkaat sebelum kamu duduk.” Sekarang bisakah kita mengkombinasikan

kedua hal ini? Contohnya jika kalian baru saja masuk masjid setelah menghadiri sebuah

ta’lim atau apapun itu, kemudian mengatakan marilah kita melaksanakan dua rakaat tersebut

secara berjama’ah. Tidak, kenapa tidak? Karena para sahabat tidak pernaha melakukannya

dan tidak pernah memahaminya seperti itu, yang pertama merupakan prinsip dasar yang

dilakukan untuk shalat fardhu dan yang kedua adalah untuk shalat dengan sendiri.

Terdapat macam-macam bid’ah yang disebut dengan tambahan dalam ucapan,

perbuatan, atau kepercayaan seperti tasbih, batu nisan dan penghapusan dimana seseorang

mungkin menghapus sebagian dee. Inilah dimana perbuatan Bid’ah dapat terjadi.

Dari segi penyebab bid’ah telah disebutkan di halaman 179-180. Pertama adalah

pernyataan yang tanpa didasari oleh ilmu, dimana seseorang menyatatakan sesuatu yang

berkaitan dengan agama karena kejahilan atu bisa juga kejahilan atau kebodohan dari segi

bahasa. Sebagimana yang terjadi pada kasus shalah ‘ala Nabi. . Bisa juga terjadi karena

kebodohan pada masalah sunnah, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan keshahihan dan

kelemahan sebuah riwayat. Bisa juga karena ketidafahaman terhadap perbuatan yang kurang

jelas atau makna kiasan yang tidak biasa digunakan yang ditafsirkan dari sebuah pemahaman.

16
© Islamic Online University AQD 101

Begitu juga karen mengikuti keinginan hawa nafsu. Contoh yang disebutkan disini adalah,

sebagian orang ingin terlihat muda sehingga mereka akan mencukur jenggot mereka, hal ini

dilakukan karena hawa nafsu mereka atau menyerupai orang Kufar sebagaimana yang terjadi

dalam peristiwa kekuasaan asing, ketika inggris menguasai sebgaian benua-benua dengan

membawa ajaran memperpanjang kumis dan memiliki dagu yang bersih tercukur. Ini

menjadi sebuah norma saat itu dan menumbuhkan jenggot saat itu adalah perkara yang aneh

dan terlihat seolah seperti Darwis atau semacamnya. Kemudian berserah diri pada sesat

seperti halnya Syi’ah dan Sufi dan lainya.

Jika kita berbicara tentang pelaku bid’ah pada hadits artinya kita sedang

membicarakan orang yang disebut sebagai Shohibul Bid’ah. Seorang yang telah mengenalkan

bid’ah berarti ia telah mempromosikan ajaran tersebut. Bukan orang biasa yang dibesarkan

dalam lingkungan bid’ah atau bukan juga bid’ah yang tidak mempengaruhi keyakinan yang

utama, maka kita tidak menggunakan hadits ini unutk kondisi tersebut. Bahkan jika kita

menganggapnya demikaian ia menjadi bid’ah itu sendiri. Kalimat ini tertuju pada mereka

para ahli bid’ah yaitu mereka yang menciptakan perbuatan bid’ah tesebut lalu

mengajarkannya. Dalil-dalil telah dibawakan pada mereka akan tetapi mereka menolaknya

dan tetap melanjutkan jalannya. Lalu bagi kalian untuk menghardik mereka di daerah kalian

dapat menimbulakan bahaya padamu dan keluargamu dan mempromosikan ajaran bid’ah itu

sendiri.

Poin terakhir yang disebutkan dalam hadits yaitu terkait dengan orang yang merubah

batas tanah adalah mereka yang mempunyai tujuan mencuri tanah milik orang lain. Terdapat

tanda yang dibuat untuk menentukan batas tanah seseorang dengan yang lain, lalu kemudian

17
© Islamic Online University AQD 101

ketika nilai harga dari tanah tersebut miningkat seorang diantara mereka akan memindahkan

tanda tersebut agar mendapat bagian lebih milik orang lain. Nabi s.a.w telah mengutuk orang

seperti ini dan bersabda

“Barangsiapa yang mengmbil sejengkal tanah secara dzalim maka dia akan

dikalungkan (dengan tanah) dari tujuh lapis bumi”

Hadits ini menunjukkan beratnya ancaman bagi pelakunya.

Hadits terakhir yang disebutkan terlihat sebagai poin yang cukup kuat berkenaan

dengan kurban yang dilakukan pada selain Allah. Akan tetapi hadits tersebut adalah hadits

yang lemah dan tidak cukup unutk dijadikan debagai sandaran, yaitu hadits tentang lalat

yang terdapat dalam halaman 181-182.

Konsep itu sendiri yaitu berkurban unutk selain Allah, semudah apapun itu adalah

sesuatu yang masuk akal, dalam kasus ini orang tersbut mengkurbankan seekor lalat. Akan

tetapi, jika ini adalah sebuah kasus dimana orang tersebut ingin melindungi nyawanya,

contohnya, seorang mengatakan “kamu akan berkurban unutknya atau kita akan mengmil

nyawamu?”. Kita tahu dalam keadaan ini hal tersbut diperbolehkan, kamu lakukan untuk

menyelamatkan nyawamu.

Bab 11 membahas tentang pengurabanan binatang yang diperbolehkan, artinya ia

adalah kurban yang dilakukan unutk Allah. Sedangkan kurban yang dilakukan di sebuah

tempat yang sebelumnya digunakan sebgai tempat pengkurban pada selain Allah. Ketika

18
© Islamic Online University AQD 101

sebuah kurban dilakukan di tempat yang sebelumnya digunakan unutk berkurban bukan

unutk Allah maka hal ini tidak dibenarkan. Dalil yang dibawakan oleh penulis adalah dalil

tentag masjid Dhoror atau Masjid yang berbbahaya. Allah s.w.t telah memerintahkan Nabi

s.a.w

“Janganlah kamu shalat di dalam masjid ituselama-lamanya. Sesungguhnya masjid

yan didirikan atas dasar Taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di

dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah azza wa

Jalla menyukai orang-orang yang bersih”

Hal ini mengacu pada masjid yang dibangun di Madinah oleh orang-orang Munafik

untuk bersaing dengan Masjid Kuba. Kemudian mereka mengundang Nabi s.a.w unutk

melaksanakan sholat di sana karen ia adalah sebuaah masjid yang dibangun, akan tetapi Nabi

s.a.w telah diperinthkan oleh Allah agar tidak melaksanakan sholat di dalamnya karena niat

orang-orang yang telah membangunnya. Dalil ini juga merupakan dalil untuk medirikan

shalat dalam gereja atau rumah ibadah lainnya. Karena jika kita tidak diperbolehkan unutk

melakasanakan sholat di sebuah Masjid yang dibangun dengan niat yang tidak benar maka

lebih-lebih lagi jika dilakukan di dalam rumah peribadahan lainnya.

Dalil apa yang menunjukkan hal di atas (kurban ditempat tersebut)?

Dalilnya adalah, shalat yang dilakukan di sebuah tempat dengan niat yang salah dan

kurban yang dilakukan di tempat di mana orang-orang menyembelih dengan niat yang salah

juga termasuk perkara yang dilarang. penulis ini menggunkan metode Qiyas di disini.

19
© Islamic Online University AQD 101

Sebagaimana Sholat tidak boleh dilakukan di sebuah tempat yang dibangun dengan niat yang

salah, sama halnya dengan kurban juga tidak dibenarkan.

Kemudian beliau (penulis) membawa dalil sebenarnya yang secara jelas melarangnya

yaitu di sebuah hadits

“Ada seorang laki-laki yang bernadzar menyembelih onta di Buwannah (naam

tempat). Maka Nabi s.a.w pun bertanya pada orang-orang “apakah di sana dulu ada berhala

jahiliyah yang disembah?” mereka menjawab, “Tidak ada” Lalu beliau kembali bertanya,

“ Apakah di sana pernaha diadakan perayaan hari raya mereka? Mereka menjawab “tidak”

Maka Rasulullah mengatakan “Tunaikan nadzarmu, karena tidak boleh menunaikan nadzar

untuk bermaksiat pada Allah dan tidak pula dalam urusan yang tidak disukai oleh anak Adam”

Ini adalah hadits shahih yang terdapat dalam riwayat Abu Daud, Bukhari dan Muslim.

Alhamdulillah wa shalatu wa salam ‘ala Rasulillah.

Hadits ini adalah bukti yang jelas yang menunjukkan larangan untuk menyembelih di

sebuah tempat yang telah dilakukan sembelihan pada selain Allah. Jiak kitta lihat dalam

kehidupan kita saat ini di daerah kaum Muslim dimana, binatang terkadang disembelih oleh

orang-orang kafir yang mempunyai tempat khusus unutk menyimpan dan menyembelih

binatang itu. Ini tidak berarti jika kalian pergi ke tempat yag sama lalu menyembelih binatang

kalian adalah perkara yang tidak dibenarkan. Kecuali jika tempat penyembelihan yang

digunakan itu adalah tempat peyembelihan yang mementingkan segi keagamaan dimana

mereka menyimpan dan menyembelih binatang mereka di sana. Jika ia hanya sebuah rumah

penyembelihan yang biasa digunakan unutk menyembelih sesuatu dengan nama Allah atau

20
© Islamic Online University AQD 101

menyembelih bukan untuk Allah maka dibenarkan unutk menyembelih di tempat tersebut,

dan tidak perlu bagi kalian unutk mencari tempat lain.

Terdapat beberapa poin penting dalam hadits tersebut, hadits tersebut membicarakan

tentang sumpah atau nadzar. Nadzar adalah sebuah perbuatan yang mewajibkan diri kalian

melakukan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah untuk dilakukan. Biasanya orang-orang

melakukan hal tersebut untuk mendapatkan sesuatu dari Allah, kalian bersumpah melakukan

sesuatu jika Allah memberikan sesuatu yang kamu inginkan. Sebenarnya ini adalah perkara

yang tidak disukai jika dilihat dari segi hukum.

Alhamdulillah wa shaolatu wa salam ‘ala rasulillah

Kita katakan dalam hadits ini tentatng persoalan Nadzar, ini adalah perkara utma dari

hadits ini meskipun kita mengunakannya sebagai dalil penyembelihan di tempat yang

sebelumnya dilakukan penyembelihan untuk selain Allah. Akan tetapi, sebagaimana

dikatakan sebelumnya adalah mewajibkan pada dirimu sesuatu yang tidak diwajibkan Allah

atas dirimu. Hal ini biasa dilakukan unutk mendapatkan dukungan atau semacamnya dari

Allah, seorang mengatakan “Jika Engkau memberikan ini untukku maka akau akan

melakukan psebuah amalan ibadah.” Nabi s.a.w tidak menyukai hal ini karena itu beliau

mengatakan

“ia tidak mendatangkan kebaikan dan nadzar hanya dikeluarkan oleh orang yang

pelit.”

21
© Islamic Online University AQD 101

Sebagian ulama menganggapya sebagai sesuatu yang tidak diperbolehkan sama sekali.

Akan tetapi pad umumnya hal ini diperbolehkan akan tetapi tidak disukai (makruh). Jika

nadzar itu berkenaan dengan sesuatu yang dilarang maka ia tidak boleh dipenuhi akan tetapi

ia tetap harus membayar kafarat karena ia telah melanggar nadzar tersebut. Nadzar terbagi

menjadi 6 kategori yang telah disebutkan pada halaman 193.

Pertama, nadzar yang bekaitan dengan ketaatan pada Allah, ia harus dipenuhi dan

merupakan kewajiban atas seseorang jika telah bersumpah melakukannya. Kedua, nadzar

yang terlarang, yaitu nadzar yang melanggar ketaatan pada Allah. Bahkan nadzar ini tidak

boleh dipenuhi, tetapi tetap memiliki kewajiban untuk membayar kafarat. Ketiga, adalah

nadzar yang setara dengan sumpah, ia boleh dlakukan dan harus dipenuhi atau boleh juga

dengan penebusan (kafarat). Keempat adalah nadzar dalam keadaan marah, sekali lagi ia

boleh dipenuhi atau membayar kafarat unutk melepasakannya. Kelima, Nadzar yang

berkaitan dengan sesuatu yang tidak disukai (makruh), sekali lagi terdapat dua pilihan.

Contoh yang biasa diberikan unutk kasus ini adalah, Nabi s.a.w pernah melihat seorang laki-

laki sedang dipapah oleh kedua anaknya. kemudian beliau bertanya mengapa ia tidak

berkendaraan. kemudian mereka menjawab “Ia bernadzar untuk melakukan haji dengan

berjalan kaki. Kemudian beliau menyuruh orang tersebut untuk membatalkan nadzarnya,

membayar kafarat dan pergi berkendaraan. Ia adalah seorang yang sudah tua dan hanya

menempatkan dirinya pada cobaan yang tidak penting. Kemudian yang terakhir adalah nadzar

yang dilakukan tanpa menetapkan amalan tertentu, penebusannya adalah seperti melanggar

sebuah sumpah. Nabi s.a.w bersabda

“Kafarat nadzar yang tidak disebutkan secara detail maka digolongkan sebagai kafarat

sumpah”

22
© Islamic Online University AQD 101

Ini adalah persoalan utama mengenai nadzar. Akan tetapi dalil utamanya disini adalah

hadits Nbai s.a.w ketika ia bertanya,

“apakah di sana dulu ada berhala jahiliyah yang disembah?”

Begitu juga dengan tempat yang padanya diadakan perayaan hari raya mereka.

Meskipun tidak ada dilakukan kurban disana akan tetapi ia merupakan tempat yang memiliki

unsur keagamaan. Sehingga kitapun tidak pergi ke tempat keagamaan untuk melakukan

kurban atau amalan lain seperti sholat dan lainnya.

Oke, itulah pembahasan kita mengenai prihal kurban pada bab 10 dan 11.

Apakah ada pertanyaan yang ingin ditanyakan?

saudara kita membawa sebuah persoalan dari Fiquh Sunnah yaitu ... sholat yang

terdapat di jilid 2 bagi kalian yang memilki bukunya secara terpisah. Berkenaan dengan

gereja dan sinagoga (rumah ibadah orang Yahudi), beberapa kalangan tabi’in seperti Asy

Sya’i dan Ibn Sirin dan Aqqa meganggap tidak ada masalah dalam melaksanakan sholat di

dalam gereja, jika seseorang berada tepat di dalam gereja pada waktu shalat, artinya ia tidak

menuju ke gereja unutk melakanakan sholat. Imam Al Bukhari mengatakan bahwa Ibnu Abas

telah melaksanakan shalat pada “kondisi dan keadaan tertentu” kecuali jika dalamnya

terdapat patung atau berhala.

Para kaum Muslim Nadran pernah menulis surat kepada Umar bin khattab, mereka

mengatakan bahwa mereka tidak menemukan tempat yang lebih bersih dan yangpantas

digunakan unutk shalat selain gereja. Umar mengatakan cipratkan padanya air lalu kemudian

shalat di dalamnya. Menurut madzhab Hanafi dan Syafi’i ini pada umumnya merupakan

perkara yang dibenci untuk shalat di tempat tersebut.

23
© Islamic Online University AQD 101

Riwayat seperti ini tentunya melibatkan pendapat para sahabat, bahwa sebagian dari

mereka mungkin melakukannya dan sebagian yang lain tidak. Kita mengetahui statemen Nabi

s.a.w yang mengantarkan kita pada prinsip dasar yaitu jika kondisi yang tidak biasa muncul

maka tidak ada masalah dengannya. kita juga mengetahui bahwa kita diperbolehkan makan

daging babi jika benar-benar kelaparan. Hal semacamnya dapat berlaku dalam kondisi dan

situasi darurat akan dan bukan sebagai hukum asal.

....

Persoalan mengenai membeli gereja lalu merubahnya menjadi Masjid, Jika seuah

gereja itu tidak lagi digunakan dan tidak ada simbol-simbol padanya, tempat tersebut telah

dibersihkan dan hanya menggunakan bangunannya maka diperbolehkan untuk

menetapkannya, akan tetapi jika kita dapat membangunnya kembali itu lebih baik. Akan

tetapi jika tujuan kalian adalah karena tidak mampu atau jika pemerintah tidak membenarkan

karena dianggap sebagai barang peninggalan sejarah atau hal lainnya maka kalian tidak ada

pilihan lain selain dalam persoalan ini. Tapi jika kalian mempunyai pilihan maka lebih baik

membangunnya kembali. kalian dapat temukan beberapa masjid di India yang digunakan oleh

orang-orang muslim yang merupakan candi yang dirobohkan. Kalian bahkan dapat melihat

batu-batu yang menunjukkan lambang tertentu yang telah disamarkan, karena pada aslinya ia

merupakan batu dari candi atu kuli tersebut. Sehingga mereka menggunakan batu-batunya

karena hanya itu yang tersedia akan tetapi mereka mencoba untuk menyamarkannya sebisa

mungkin dan kemudian membangunnya kembali.

...

Persoalan mengenai berjabat tangan setelah shalat yang merupakan salah satu bid’ah

yang dilakukan orang mesir yang telah menyebar ke negara-negara muslim lainnya dimana

mereka yang memiliki kebiasaan tesebut merasa hal itu merupakan penyempurnaan dari

24
© Islamic Online University AQD 101

shalat. Setelah memberi salam dan berjabat tangan dengan orang di sebelah kanannya

kemudian pada orang di sebelah kirinya. Jika hal tersebut tidak dilakukan di mesir, di

sebagian besar masjid maka seolah-olah shalat tersebt tidak sempurna dan orang-orang akan

menunggu sampai orang tersebut berjabat tangan. Contohnya, jika kalian setelah shalat

melakukan dzikir atau lainnya, kalian akan temukan orang-orang berdiri dan duduk menuggu

dan tidak akan pergi dan mereka tidak akan pergi sampai kalian berjabatan tangan dengan

mereka. ... Ini merupakan perbuatan bid’ah, dan telah muncul diantara mereka bid’ah ini.

Meskipun dalam kebiasaan sehari-hari, jika kalian belum pernah bertemu atau kalian adalah

orang baru dalam sebuah lingkungan tersebut maka tidak masalah jika kalian memberi salam

pada orang yang di kanan dan di kiri kalian. Kalian menyapa mereka untuk pertama kali

bertemu degannya atau karena sudah lama tidak bertemu dengnnya, maka hal tersebut

dibenarkan. Akan tetapi jika ia menjadi sebuah kebutuhan dan menimbulkan perasaan bahwa

shalatmu tidak akan sempurna tanpanya maka kalian telah melakukan bid’ah dalam perkara

agama.

Sekarang pertanyaannya adalah, seluruh orang melakukaknnya dalam masjid kmudian

seseorang mengarahkan tangannya padamu maka apa yang kamu lakukan? Apakah kalian

akan mengatakan “tidak terima kasih.” atau kalian akan menutup mata kalian, mungkin itu

opsi lainnya.

...

Saudara kita menyarankan agar kita berpura-pura menutup mata kita agar tidak dapat

melihat tangannya. InsyaAllah, ini merupakan pilihan, sebagian orang akan merasa sangat

tersinggung denannya tapi yang terpenting adalah, ketika kalian menjabat tangannya dan

kalian tidak memiliki niat apapun dan tidak menjadi sebuah kebiasaan yang kamu lakukan

25
© Islamic Online University AQD 101

maka karenaseperti pada umunya ia mengarahkan tangannya unutk berjabat tangan maka

berjabatan tangan dengannya diperbolehkan. Akan tetapi jika hal tersebut menjadi

kebiasaanmu, setiap hari melakukan hal tersebut maka kalian harus memikirkan cara lain

(untuk mrnghindarinya). Tutup matamu dengan melakukan dzikir, atau keluar dari barisan

shof atau melaksanakan sholat sunnah atau cara appun itu dengan meninggalkan hal tersebut

dan mengeuarkan diri kalian dari keadaan tersebut. InsyaAllah.

...

Persoalan mengenai peletakkan kuburan dalam Masjid adalah termasuk perbuatan

bid’ah. Saudara kita memberikan kita sebuah contih yaitu di India kalian akan susah

menemukan masjid yang tidak terdapat kuburan di dalamnya. Jika kuburan tersebut berada di

halaman dan tidak di dalam area masjid maka ini adalah kasus yang berbeda akan tetapi jika

ia terletak di dalam masjid di area menghadap ke kiblat maka lebih baik melaksanakan shalat

di rumah. Untuk kondisi seperti ini lebih baik bagi kalian untuk melaksanakan shalat di

rumah. InsyaAllah.

...

Tiga hari berpuasa atau memberi makan 10 orang miskin

...

Kita akan membahas kembali masalah itu InsyaAllah.

..

Perbedaan antara sumpah dan nadzar?

Nadzar adalah ketika kamu mengatakan “Ya Allah jika kau takdirkan akan sesuatu

maka hal ini akan terjadi”. Sedangkan sumpah adalah ketika kalian mengatakan “Demi Allah

26
© Islamic Online University AQD 101

aku akan melakukan ini” “Wallahi” atau “Wallahil ‘Adhim aku akan melakukan ini”

kemudian kalian tidak menunaikannya maka kalian ahrus membayar kafaratnya.

...

Pada sutu keadaan di mana orang menggunakan kalimat “Wallahi” sebagai penekanan,

mereka tidak benar-benar mengartikannya sebagai sumpah. Allah mengatakan bahwa Ia tidak

akan memperhitungkan “Laghu” yaitu perkataan yang ceroboh,yang tidak kalian ingin kalian

ucapkan sebenarnya, hanya keluar begitu saja dari mulutmu maka Allah tidak akan

menganggapnya. Akan tetapi jika kalian benar-benar mempunyai niat unutk itu, maka saat

itulah kalian bertanggungjawab atas kalimat tersebut.

...

Tentunya ini bukan kebiasaan yang baik, akan tetapi ia telah menjadi sebuah

ungkapan dala bahasa itu sendiri untuk menekankan sesuatu. Hal itu benar-benar ada dan

dapat digunakan. Akan tetapi ia tidak boleh digunakan secara terburu-buru, yaitu

menggunakan “Wallahi” untuk segalanya. Terkadang orang-orang menggunakan kalimat ini

sebagai tambahan dalam percakapan mereka dan menyelipkannya dalam kalimat.

Sebagaimana kita biasa mengatakan, “Kamu Tahu” lalu mengatakannya lagi dan lagi sama

halnya dengan “Wallahi wallahi”. Inilah yang menjadikan ia sesuatu yang tidak disenangi

oleh Allah atau disebut sebagai Makruh.

Oke kita akan berhenti unutk melaksanakan shalata jika tidak ada pertanyaan lagi

dari bagian akhwat. Untuk kelas berikutnya, kita akan menyelesaikan buku ini yaitu bab 12 ,

13, dan 14.

...

27
© Islamic Online University AQD 101

Ya kita akan bertemu lagi pada hari rabu depan.

...

Kalian akan dapatkannya pada hari Rabu. InsyaAllah untuk sisa dari latihan soal yang

belum dibagikan.

Subhanakallahumma wa bihamdika asyahadu Anla ilaha illa anta nastaghfiruka wa

natubu ilaiyk.

28

Anda mungkin juga menyukai