Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN DALAM PEMBELAJARAN

AL-ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


AL-ISLAM
Yang di bina oleh Saiful Wakid, MPd.I

oleh:
Eko Prasetyo Susanto
(2111011078)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
DESEMBER, 2021
EMBRIOLOGI
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan
(developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari
tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk
hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai embrio dengan penekanan
kepada polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan pemahaman anda
tentang embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini akan
dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi (Haviz, 2014).
Sadler (2012) mengilustrasikan embriologi dengan sebuah contoh adanya
perubahan sebuah sel menjadi seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu,
yaitu suatu proses yang menggambarkan bahwa telah terjadinya suatu fenomena
besar dan sangat kompleks. Ilmu yang mengkaji tentang fenomena ini disebut
dengan embriologi. Pada proses ini, termasuk juga kajian tentang aspek-aspek
molekuler, seluler, dan struktural yang saling berkontribusi untuk membentuk
suatu organisme.
Pada ayat 14, dijelaskan pembentukan segumpal darah (‘alaqoh).
Pembentukan ‘alaqoh terjadi setelah proses peleburan antara sel spermatozoa
dengan sel telur kemudian terbentuklah zigot (merupakan cikal bakal manusia).
Konsep embriologi di dalam Al-Qur’an ini telah dipelajari dalam embriologi
modem yang mengungkap bukti perjalanan zigot yang dalam perkembangan
selanjutnya menjadi ernbrio kemudian menuju ke dinding rahim. Zigot akan
membelah membentuk embrio dan mengalami beberapa kali pembelahan. Dalam
proses pembelahan ini juga diiringi dengan perjalanannya menuju ke rahim
sebagai tempat yang kokoh untuk melekatnya embrio. Di dalam rahim inilah
embrio berkembang menjadi janin (Kiptiyah, 2007).
A’laqoh dalam bahasa arab berarti lintah (leech), yakni suatu suspensi
(suspended thing) atau segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan
binatang tingkat rendah, berbentuk seperti buah pir, dan hidup dengan menghisap
darah. Ternyata sifat dan bentuk lintah ini dapat diterapkan pada a’laqoh. Hal ini
senada dengan pengertian dalam kamus bahasa arab, yakni arti kata “’alaq” dalam
bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara
harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk
menghisap darah. Jadi a’laqoh adalah suatu stadium embrionik yang berbentuk
seperti buah pir ketika sistem cardiovaskular (sistem pembuluh jantung) sudah
mulai tampak dan hidupnya tergantung kepada darah ibunya. A’laqoh terbentuk
sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan praembrionik ini digugurkan,
maka ia akan tampak seperti segumpal darah (Suryanto, 2015).

SYIRIK

Secara definitif, syirik berasal dari bahasa Arab yang artinya perbuatan
atau iktikad menyekutukan Allah SWT dengan zat lain. syirik artinya juga
penyandaran suatu perbuatan kepada selain Allah SWT. Di mana maknanya, jika
seseorang menganggap bahwa suatu kejadian atau perbuatan dapat terjadi secara
mandiri tanpa campur tangan Allah SWT atau disandarkan kepada zat lain, maka
ia sudah jatuh pada dosa syirik. Allah SWT menyatakan bahwa orang yang
melakukan syirik tidak akan diampuni dosanya, kecuali melakukan taubat nasuha,
menyesali tindakan syiriknya, dan tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari [syirik] itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar," (QS. An-Nisa [4]: 48).
Macam-macam syirik :
1. Syirik besar (syirk akbar)
Syirik besar adalah perbuatan yang jelas-jelas menunjukkan sikap
menyekutukan Allah SWT, seperti menganggap bahwasanya ada Tuhan
selain Allah, menyembah berhala, atau meyakini keberadaan dewa-dewi
sebagai tandingan Allah SWT.
Perbuatan syirik besar juga dilakukan ketika seseorang meminta
doa atau munajat kepada selain Allah SWT, seperti ke pohon keramat,
memasang sesajen ke sungai, gua, dan sebagainya. Orang yang melakukan
syirik besar mengingkari sifat-sifat suci Allah SWT, seperti menganggap
bahwa Allah memiliki anak, meniadakan kekuasaan Allah, dan lainnya.
Orang yang melakukan perbuatan syirik besar dengan sengaja, maka
statusnya sudah murtad dan tidak sah dianggap sebagai umat Islam.
2. Syirik kecil (syirk asghar)
Syirik kecil juga dikenal dengan sebutan syirik tersembuyi karena
seseorang sering kali tidak sadar sudah melakukan perbuatan tersebut.
Secara definitif, syirik kecil artinya menyandarkan suatu kejadian kepada
selain Allah SWT. Contoh syirik kecil adalah ketika seseorang
menyatakan bahwa: "Jika saya tidak ditolong oleh dokter itu, saya pasti
akan mati.”
Sering kali, syirik kecil berbentuk riya, melakukan suatu perbuatan
baik, termasuk ibadah, namun dengan tujuan ingin dipuji atau dipandang
baik oleh orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil, yaitu riya. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat
tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia, 'Pergilah kepada
orang-orang yang kalian berbuat riya kepada mereka di dunia. Apakah
kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?',” (H.R. Ahmad).

AGAMA ISLAM
Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti
tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total
kepada Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk
patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu
menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat
tetapi juga menyelamatkan.
Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Inti
ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.
Islam datang ke bumi untuk membangun manusia dalam kedamaian
dengan sikap kepasrahan total kepada Allah SWT, sehingga seorang yang
beragama Islam akan mengutamakan kedaiaman pada diri sendiri maupun pada
orang lain. Juga keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.
ُ‫ َو ْال ُمهَا ِج ُر َم ْن ه ََج َر َما نَهَى هَّللا ُ َع ْنه‬،‫ْال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُمونَ ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِده‬
Artinya:
Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari
perkataannya, dan dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah
orang yang berhijrah dari sesuatu yang dilarang Allah. (HR. Nasa’i).
Nama agama Islam merupakan istilah yang menunjukkan sikap dan sifat
pemeluknya terhadap Allah SWT. Nama Islam lahir bukan karena pemberian dari
seseorang atau sekelompok masyarakat, melainkan berasal dari Sang Pencipta
langsung, Allah SWT.
Mengutip dari situs mui.or.id, kata Islam berasal dari kata dari “aslama”,
“yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti
kepasrahan atau ketundukan secara total kepada ajaran-ajaran Islam yang
diberikan oleh Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam
surat Al Maidah ayat 3, yang artinya
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu."
Selain itu, surat Ali Imran ayat 9 juga menyebutkan agama Islam, yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."
Disebutkan pula dalam surat Ali Imran ayat 85 yang artinya:
"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan
diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."
Sedangkan dalam hadis, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadis
tersebut kemudian terkenal sebagai hadis Jibril, karena saat itu, malaikat Jibril
yang berubah wujudnya menjadi seorang laki-laki datang menemui Rasulullah
untuk bertanya tentang Islam dan meminta penjelasan pada Rasulullah. Berikut
hadisnya:
Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata,
"Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-
tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat
hitam, pada dirinya tidak terlihat tanda-tanda seorang musafir, namun tidak ada
satu pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk di dekat Nabi SAW.
Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi SAW dan meletakkan telapak tangannya
di atas paha Nabi.
Dia berkata: Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam?
Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat bahwasannya tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
melaksanakan haji ke Baitullah jika engkau mampu melaksanakannya." (HR.
Muslim).

ADAB-ADAB BERPAKAIAN
Konsep tentang pakaian dalam Islam menjadi salah satu tema penting yang
tidak dapat diremehkan. Hal ini dikarenakan konsep pakaian berangkat dari ajaran
Islam itu sendiri. Mengingat secara historis kajian pakaian dalam Islam tercatat
dalam al-Qur’an.
Konsep berpakaian dalam Islam itu sendiri secara umum dapat didekati
dari dua aspek yakni akhlak dan fiqh. Kajian pakaian dari aspek akhlak
dikembangkan dari tema akhlak kepada sesama manusia.
Secara umum konsep berkpakain dalam Islam diklasifikasikan menjadi
dua yakni akhlak berpakain bagi muslim laki-laki dan akhlak berpakaian bagi
muslimah perempuan.
Adapun di tempat umum penampilan wanita dibatasi dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Kewajiban menutup aurat, seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
2. Kewajibanmenggunakan pakaian khusus di kehidupan umum, yaitu
kerudung (Khimar) dan jilbab (pakaian luar yang luas (seperti jubah) yang
menutup pakaian harian yang biasa dipakai wanita di dalam rumah
(mihnah), yang terulur langsung dari
atas sampai ujung kaki
3. Larangan tabarruj (menonjolkan keindahan bentuk tubuh, kecantikan dan
perhiasan di depan laki-laki non muhrim atau dalam kehidupan umum)
4. Larangan tasyabbuh terhadap laki-laki.

Khusus untuk wanita menopause diperbolehkan Allah untuk melepaskan


jilbabnya hanya saja tetap diperintahkan untuk tidak tabarruj, sehingga
diperbolehkan baginya menggunakan baju panjang selapis/tidak rangkap (bukan
jilbab) model apa saja selama tidak menampakkan keindahan tubuhnya seperti
baju panjang atas bawah, kulot panjang dan lain-lain, Qs. an-Nûr [24] Keberadaan
wanita di hadapan mahram atau bukan atau di hadapan suami atau bukan.
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian
(untuk lelaki dan wanita) yaitu :
1. Menutup aurat
Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat
wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan
tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat."
(HR.Bukhari).
2. Tidak menampakkan tubuh
Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak memenuhi syarat
menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh
merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya:
"Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan
memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan
satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-
liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.Mereka tidak
masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat
dicium daripada jarak yang jauh." (HR.Muslim)

3. Pakaian tidak ketat.


Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan yang
merangsang lawan jenis untuk bermaksiat.
4. Tidak menimbulkan perasaan riya.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang melabuhkan pakaiannya
kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari
kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang
memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian
kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu
Majah).
5. Lelaki, dan wanita berbeda.
Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita,
begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas
sabdanya yang artinya: "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap
lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan
Muslim). Beliau SAW juga bersabda: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita
dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera.
Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang
memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih).
7. Memanjangkan pakaian.
Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak
yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah
berfirman bermaksud: "Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-
anak perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka
memanjangkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (ketika mereka keluar
rumah); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang." ?(al-Ahzab:59).
8. Memilih warna sesuai.
Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan
warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda
bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan
mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).
9. Larangan memakai emas.
Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang
perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini
umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki
cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang sanggup bersubang dan
berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w.
bersabda bermaksud: "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan
dihalalkan (memakainya) kepada wanita."
10. Mulakan sebelah kanan.
Apabila memakai baju,celana atau seumpamanya, mulailah sebelah kanan.
Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah
suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai sandal,sepatu,
berjalan kaki dan bersuci."Apabila memakai sepatu atau seumpamanya, mulai
dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, mulai dengan sebelah kiri.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai sendal,
mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, mulai dengan
sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai sendal dan yang
terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian
Apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah, segala puji bagi-Mu,
Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan
apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada
kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah
datang daripada Rasulullah".

12. Berdoa.
Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri
dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya.Karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenarnya.

KONSEP TAUHID
1. Secara Etimiologi
Asal kata berasal dari Al Quran (bhs arab) dari kata wahhada, tawwahida,
yuwahhidu, tauhida, baqiyah yang berarti menjadikan sesuatu 'satu, tunggal' atau
meng-Esakan.
Dalam Al Quran jika Anda cermat ada bacaan tawwahida secara (bacaan
ilmu fiqih al quran) lebih dari satu surat yaitu (QS = Al Anbiyaa´[21] : 92 dan Al
Mu´minuun [23]:52). Jika baca sejarah siapa nabi yang diberi gelar Bapak Tauhid
Ibrahim as, di patenkan oleh Allah dalam (QS Az Zukhruf [43]:28).
2. Secara Terminologis
Meng-Esakan Allah hanya satu-satunya, tuhan yang patut di sembah.
Dimensi tauhid
1. Tauhid uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah Dzat Tuhan
yang benar (haq) dan wajib disembah dan melakukan
penyembahan/pemujaan hanya kepada-Nya. Orang-orang yang melakukan
penyembahan selain kepada Allah atau menduakan Allah berarti
melakukan kesalahan/kesesatan karena melakukan hal yang bertentangan
dengan tauhid uluhiyyah.
2. Tauhid rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan
makhluk dan mengatur seluruh realitas kehidupan. Benar bahwa dalam
kehidupan ini ada hukum alam, ada hukum sebab-akibat, tapi semuanya
tetap berada dalam pengaturan Allah. Orang-orang yang meyakini bahwa
realitas kehidupan ada dengan sendirinya dan segala sistem kehidupan
berjalan tanpa ada kendali dan pengaturan dari Allah berarti dia
melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid
rububiyyah.
3. Tauhid mulkiyyah, yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib
ditaati segala aturannya. Orang-orang yang memuja dan mensakralkan
pemimpin apalagi sampai mentaati perintahnya yang bertentanga dengan
aturan Allah berarti ia melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan
dengan tauhid mulkiyyah.
4. Tauhid asma wa sifat, meyakini bahwa Allah mempunyai nama dan
sifatsifat sebagaimana dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab suci al-
Quran dan melalui penjelasan Nabi Muhammad SAW (dalam al-Hadis),
tanpa menambah dan menyerupakan sifat dan nama Allah itu dengan nama
dan sifat-sifat makhluk. Orangorang yang tak mempercayai, mengubah,
atau pun menyerupakan sifat dan nama Allah dengan makhluk berarti ia
melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid asma wa
sifat.
Menurut Bukhari dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar) Tauhid merupakan
perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Qur’an sebagaimana
lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan pertama kali
kita temukan di dalam Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:“Hai sekalian
manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.Yang telah
menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air dari
langit, lalu Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi kalian.
Allah berfirman:“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang
Rasul (yang menyeru) agar kalian menyembah Allah dan menjauhi thagut.” (An-
Nahl:36).
KONSEP IMAN DAN AQIDAH ISLAM
Iman
1. Pengertian Keimanan (Iman)
Dalam islam Iman adalah aqidah atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi
ialah al-Qur’an. Iman secara bahasa berarti at-tashdiiq (pembenaran). Pengertian
dasar dari istilah iman ialah memberi ketenangan hati atau pembenaran hati. Jadi
makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat
menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang
dibenarkan oleh hati.
Keimanan dipandang sempurna, apabila ada pengakuan dengan lidah,
pembenaran dengan hati secara yakin dan tidak bercampur keraguan, dan
dilaksanakan dalam perbuatan sehari-hari. Iman sering juga dikenal dengan istilah
aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati.
Ada beberapa defenisi iman menurut para ahli, diantaranya :
 Al-Imam Isma’il bin Muhammad At-Taimiy
‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna
semua ketaatan lahir dan batin”.
 Al-Imam An-Nawawiy
‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan
anggota tubuh”.
Berdasarkan kedua redaksi hadis tersebut selanjutnya oleh sebagian besar
ulama dirumuskan bahwa pengertian iman secara keseluruhan meliputi :
1. Keyakinan tentang adanya Allah swt.
2. Keyakinan terhadap malaikat-malaikat Allah swt.
3. Keyakinan tentang kebenaran kitab-kitab yang diturunkan-Nya.
4. Keyakinan tentang kebenaran rasul-rasul utusan-Nya.
5. Keyakinan tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.
6. Keyakinan kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk
2. Landasan Hukum Keimanan (Iman)
Allah berfirman :
ٓ
ُ ‫نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِهۦ َو ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ۚ ُك ٌّل َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَِئ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر ُسلِِۦه اَل نُفَ ِّر‬
‫ق بَ ْينَ َأ َح ۢ ٍد ِّمن‬ ‫ُأ‬
ِ ‫َءا َمنَ ٱل َّرسُو ُل بِ َمٓا‬
‫صير‬ ِ ‫ك ْٱل َم‬ َ َ‫وا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ُغ ْف َران‬
َ ‫ك َربَّنَا َوِإلَ ْي‬ ۟ ُ‫ُ رُّ ُسلِ ِهۦ ۚ َوقَال‬

“Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari


Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan
yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali".
3. Macam-macam Iman
Macam-macam Iman (rukun iman) dapat diartikan sebagai pilar
keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat
enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada hari Kiamat
6. Iman kepada Qada dan Qadar
Aqidah
1. Pengertian Aqidah
Sesungguhnya aqidah merupakan masalah yang paling pokok dan paling
mendasar bagi setiap mukmin. Aqidah menjadi pintu awal masuknya seseorang ke
dalam Islam dan aqidah pula yang harus dia pertahankan hingga akhir hidupnya.
Seorang mukmin dituntut untuk membawa serta kalimah tauhid, kalimat ikhlas
‘laa ilaaha illallah’ hingga menghembuskan napas yang terakhir agar dia
dikategorikan ke dalam hamba-hamba Allah yang husnul khatimah. Semua
mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian adanya pasti meraih ridha
Allah Swt, rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena itu bahasan tentang aqidah
menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi setiap mukmin.
Aqidah (‫ )العقيدة‬dari segi bahasa (etimologis) berasal dari Bahasa Arab ( ‫) َعقَ َد‬
yang bermakna 'ikatan' atau 'sangkutan' atau menyimpulkan sesuatu. Aqidah juga
di artikan al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi
kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk
(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-
yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama sendiri adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah
dan diutusnya pada Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan
hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah yang dikemukakan oleh
para ulama Islam, antara lain:
Menurut Hasan Al-Banna
َ‫از ُجهُ َريْبٌ َوال‬ ¨َ ‫ك َو تَ ُكوْ نَ يَقِيْنا ً ِع ْند‬
ِ ‫َك الَ يُ َم‬ ْ ‫ك َوت‬
َ ‫َط َمِئ َّن اَلَ ْيهَا نَ ْف ُس‬ َ ُ‫ق بهَا قَ ْلب‬ َ ُ‫اَ ْل َعقَاِئ ُد ِه َي ْاالُ ُموْ ُر الَّتِ ْي يَ ِجبُ َأ ْن ي‬
َ ‫ص ِّد‬
‫يُ َخالِطُهُ َش ُّك‬
“Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib di yakini
kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.

Menurut Abu bakar Jabir al-Jazairy


ْ ِ‫ق ْالبَ َد ِهيَّ ِة ْال ُم َسلَّ َم ِة بِاْل َع ْق ِل َوالَّس ْمع َو ْالف‬
‫ط َر ِة يَ ْعقِ ُد َعلَ ْيهَا ْا ِال ْن َساُن قَ ْلبَهَا َوي ُْثنِي‬ َّ ‫ضايَا ْال َح‬
َ َ‫اَ ْل َعقِ ْي َدةُ ِه َي َمجْ ُموْ َعةٌ ِم ْن ق‬
ِ
ً‫صحُّ اَ ْن يَ ُكوْ نَ َأبَدا‬ ِ ُ‫ص َّحتِهَا قَا ِطعًا بِ ُوجُوْ ِدهَا َوثُبُوْ تِهَا الَ يُ َري ِخالَفُهَا َأنَّهُ ي‬ ِ ِ‫از ًما ب‬ِ ‫ص ْد َرهُ َج‬َ ‫ َعلَ ْيهَا‬.
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma)
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di
dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaanya secara pasti dan ditolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.
2. Landasan Hukum Aqidah
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja
yang disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah dalam sunnah-nya
wajib di imani, diyakini, dan diamalkan. Ada beberapa dalil tentang aqidah, yaitu:
Dalil Aqli
Dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya dipandang masuk akal
atau logis dan sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat menimbulkan adanya
keyakinan dan dapat memastikan adanya iman yang dimaksudkan. Dengan
menggunakan akal manusia merenungkan dirinya sendiri dan alam semesta, yang
dengannya ia dapat melihat bahwa dibalik semua itu terdapat adanya Tuhan
pencipta yang satu.
Dalil Naqli
Yaitu dalil yang bersumber dari al-Qur’an. Dan dalam hal ini, landasan
hukum aqidah yang bersumber dari al-Qur’an antara lain :
Surah al-Ikhlas, ayat 1-4
‫ َولَ ْم يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا َأ َح ۢ ٌد‬.‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬.ُ‫ص َمد‬
َّ ‫ ٱهَّلل ُ ٱل‬.‫۞قُلْ هُ َو ٱهَّلل ُ َأ َح ٌد‬
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
Surah an-Nahl, ayat 51 :
‫۞ َوقَا َل ٱهَّلل ُ اَل تَتَّ ِخ ُذ ٓو ۟ا ِإ ٰلَهَ ْي ِن ْٱثنَ ْي ِن ِإنَّ َما ه َُو ِإ ٰلَ ۭهٌ ٰ َو ِح ۭ ٌد فَِإ ٰيَّ َى فَٱرْ هَبُو ِن‬
Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

Surah al-Baqarah, ayat 163 :


‫۞ َوِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَ ۭهٌ ٰ َو ِح ۭ ٌد ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ٱلرَّحْ ٰ َمنُ ٱل َّر ِحي ُم‬
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim,bahwa Rasulullah
bersabda :
‫فإن هللا حرم على النار من قال ال إله إال هللا يبتغي بذلك وجه هللا‬
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang orang yang
mengucapkan ‫ ال إله إال هللا‬dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat)
wajah Allah”.
3. Tingkatan Aqidah
Tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya
tergantung dari dalil, pemahaman, penghayatan dan juga aktualisasinya.
Tingkatan aqidah ini paling tidak ada empat, yaitu Taqlid, Ilmul yaqin, ‘Ainul
yaqin, dan Haqqul yaqin.
Tingkat Taqlid
َ ‫ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ُأولَِئ‬
‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسُئواًل‬ َ َ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم ِإ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫۞ َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
Tingkat taqlid berarti menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa diketahui
alasan-alasanya.
Tingkat Ilmul Yaqin
Tingkat ilmul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan
ilmu yang bersifat teoritis. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-qur’an :
َ‫ثُ َّم َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُمونَ ۞ َكاَّل لَوْ تَ ْعلَ ُمون‬. ۞ َ‫ َحتَّى ُزرْ تُ ُم ْال َمقَابِ َر۞ َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُمون‬. ۞ ‫َأ ْلهَا ُك ُم التَّ َكاثُ ُر‬
ِ ِ‫۞ ِع ْل َم ْاليَق‬
‫ين‬
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam
kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu
mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.”
Tingkat ‘Ainul Yaqin
Tingkat ‘ainul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara.[13] Hal ini disebutkan
di dalam surah at-Takatsur ayat 6-7, yaitu :
‫۞لَتَ َر ُو َّن ْال َج ِحي َم ۞ ثُ َّم لَتَ َر ُونَّهَا َع ْينَ ْاليَقِي ِن‬
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin”.
Tingkat Haqqul Yaqin
Tingkat haqqul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan dan penghayatan pengamalan (empiris).[14] Sebagaimana disebutkan
di dalam al-Qur’an :
َ‫ين ۞ فَ َساَل ٌم لَك‬ِ ‫ب ْاليَ ِم‬
ِ ‫ان َو َجنَّةُ نَ ِع ٍيم ۞ َوَأ َّما ِإ ْن َكانَ ِم ْن َأصْ َحا‬
ٌ ‫فََأ َّما ِإ ْن َكانَ ِمنَ ْال ُمقَ َّربِينَ ۞ فَ َروْ ٌح َو َر ْي َح‬
‫ين ۞ َوَأ َّما ِإ ْن َكانَ ِمنَ ْال ُم َك ِّذبِينَ الضَّالِّينَ ۞ فَنُ ُز ٌل ِم ْن َح ِم ٍيم ۞ َوتَصْ لِيَةُ َج ِح ٍيم ۞ ِإ َّن‬ ِ ‫ب ْاليَ ِم‬
ِ ‫ِم ْن َأصْ َحا‬
‫ك ْال َع ِظ ِيم‬
َ ِّ‫ق ْاليَقِي ِن۞ فَ َسبِّحْ بِاس ِْم َرب‬
ُّ ‫۞هَ َذا لَهُ َو َح‬
“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada
Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta surga keni`matan. Dan
adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena
kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang
mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan
dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu
keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang Maha Besar”.

PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA


Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT,
menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-
Quran, bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang
diembanya.
Menurut Islam, manusia adalah  makhluk yang paling sempurna, ia
diciptakan untuk menjadi kholifah di bumi, pada saat manusia dilahirkan ia
membawa kemampuan-kemampuan yang disebut fitrah, fitrah inilah yang disebut
dengan potensi Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pendidikan, dalam Islam
sangat dikenal adanya fitrah. Manusia dalam Al-Quran adalah makhluk yang
dilahirkan dalam keadaan suci  pendidikanlah yang dapat mengubah dan
menentukan manusia menjadi manusia yang konkrit.
Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial
kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya.
Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep
yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada Dzat yang mencipta dan mengerti
manusia, yaitu Allah SWT, melalui Al-Qur'an. Lewat Al-Qur'an Allah
memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Karenanya, kalau kita ingin tahu
manusia lebih nyata, benar dan sungguh-sungguh, maka Al-Qur'an memberikan
gambaran tentang manusia sebagai berikut :
a. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif nun dan sin semacam insan,
ins, atau annas
b. Menggunakan kata basyar.
c. Menggunakan kata bani Adam, dan zuriyat Adam.
Demikian juga dengan tahapan-tahapan reproduksi manusia pertama tersebut
yang hanya lebih banyak menjelaskan tahapan yang berkaitan dengan unsur
tanahnya bukan unsur ruh Illahiyahnya. Melalui lsyarat penciptaan Adam a. s.
yang dikemukakan dalam ayat-ayat yang berbeda dan pengertian yang berbeda
pula ditemukan bahwa asal kejadian manusia tersebut sebagai berikut:
a. Bahwa Allah mendapatkan Adam dari tanah.
b. Pada ayat yang lain dijelaskan diciptakan dari tanah (thin) yang
merupakan campuran tanah dengan air.
c. Ayat yang lain mengemukakan bahwa tercipta dari lumpur hitam yang
diberi bentuk dan beeubah melalui proses udara.
d. Diciptakan dari tanah yang melekat (tanah liat) .
e. Diciptakan dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang
diberi bentuk
f. Diciptakan dari tanah kering seperti tembikar. (Najati, 1983)
Kemudian Allah SWT meniupkan ruh-Nya kepada materi tersebut sehingga.
terciptalah Adam 'Alaihissalam, sebagaimana Firman-Nya dalam surah Shaad 71-
72, artinya: Artinya: "Ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada Malaikat, Bahwa
sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah.Maka apabila telah aku
sempurnakan kejadian nya dan aku tiupkan pada roh (ciptaan) ku maka hendaklah
kamu bersujud kepada nya".
ANALISIS KASUS KAJIAN ISLAM/ AKHLAK
Istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Iman, Membenarkan dengan hati, mengucapkannya dengan lisan dan
mengamalkannya dengan perbuatan.
Ikhsan, seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk
tidak mengganggu orang lain.
Kafir, sebutan dalam Islam yang ditujukan kepada orang-orang yang
berada di luar agama Islam.
Madzmumah, akhlaq yang tercela, segala macam bentuk perbuatan,
ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa merusak iman dan mendatangkan dosa.
Mahmudah, akhlaq yang terpuji yaitu segla macam bentuk perbuatan,
ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa menambah iman dan mendatangkan
pahala.
Syirik, pangkal segala kejahatan dan penyelewengan serta rusaknya
pikiran atau tingkah laku. Syirik pada hakekatnya adalah ucapan atau akidah tanpa
ilmu.
Musyrik, pelaku perbuatan menyekutukan Allah dengan apa pun,
merupakan kebalikan dari ajaran ketauhidan, yang memiliki arti Mengesakan
Allah.
Dzolim, meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang
berbuat zalim disebut zalimin dan lawan kata dari zalim adalah adil
Maksiat, Maksiat bisa disebut sayyi’ah, bisa disebut khathi’ah, bisa
disebut itsmun, bisa juga disebut dzanbun. Semua sinonimnya, memiliki makna
yang berdekatan. Yang wajib dilakukan adalah mewaspadainya. Maksiat seperti
ghibah, bisa disebut dzanbun, bisa disebut maksiat, bisa juga disebut khathi’ah.
Takabur, sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya
dirinyalah yang paling hebat dan benar dibanding orang lain.
Khalifah, istilah khilafah berarti struktur pemerintah yang pelaksanaannya
diatur berdasarkan syariat Islam Khilafah juga dapat disebut dengan Imamah
'Uzma atau Imarah 'Uzma.

Anda mungkin juga menyukai