AL-ISLAM
oleh:
Eko Prasetyo Susanto
(2111011078)
SYIRIK
Secara definitif, syirik berasal dari bahasa Arab yang artinya perbuatan
atau iktikad menyekutukan Allah SWT dengan zat lain. syirik artinya juga
penyandaran suatu perbuatan kepada selain Allah SWT. Di mana maknanya, jika
seseorang menganggap bahwa suatu kejadian atau perbuatan dapat terjadi secara
mandiri tanpa campur tangan Allah SWT atau disandarkan kepada zat lain, maka
ia sudah jatuh pada dosa syirik. Allah SWT menyatakan bahwa orang yang
melakukan syirik tidak akan diampuni dosanya, kecuali melakukan taubat nasuha,
menyesali tindakan syiriknya, dan tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari [syirik] itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar," (QS. An-Nisa [4]: 48).
Macam-macam syirik :
1. Syirik besar (syirk akbar)
Syirik besar adalah perbuatan yang jelas-jelas menunjukkan sikap
menyekutukan Allah SWT, seperti menganggap bahwasanya ada Tuhan
selain Allah, menyembah berhala, atau meyakini keberadaan dewa-dewi
sebagai tandingan Allah SWT.
Perbuatan syirik besar juga dilakukan ketika seseorang meminta
doa atau munajat kepada selain Allah SWT, seperti ke pohon keramat,
memasang sesajen ke sungai, gua, dan sebagainya. Orang yang melakukan
syirik besar mengingkari sifat-sifat suci Allah SWT, seperti menganggap
bahwa Allah memiliki anak, meniadakan kekuasaan Allah, dan lainnya.
Orang yang melakukan perbuatan syirik besar dengan sengaja, maka
statusnya sudah murtad dan tidak sah dianggap sebagai umat Islam.
2. Syirik kecil (syirk asghar)
Syirik kecil juga dikenal dengan sebutan syirik tersembuyi karena
seseorang sering kali tidak sadar sudah melakukan perbuatan tersebut.
Secara definitif, syirik kecil artinya menyandarkan suatu kejadian kepada
selain Allah SWT. Contoh syirik kecil adalah ketika seseorang
menyatakan bahwa: "Jika saya tidak ditolong oleh dokter itu, saya pasti
akan mati.”
Sering kali, syirik kecil berbentuk riya, melakukan suatu perbuatan
baik, termasuk ibadah, namun dengan tujuan ingin dipuji atau dipandang
baik oleh orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil, yaitu riya. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat
tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia, 'Pergilah kepada
orang-orang yang kalian berbuat riya kepada mereka di dunia. Apakah
kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?',” (H.R. Ahmad).
AGAMA ISLAM
Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti
tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total
kepada Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk
patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu
menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat
tetapi juga menyelamatkan.
Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Inti
ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.
Islam datang ke bumi untuk membangun manusia dalam kedamaian
dengan sikap kepasrahan total kepada Allah SWT, sehingga seorang yang
beragama Islam akan mengutamakan kedaiaman pada diri sendiri maupun pada
orang lain. Juga keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.
ُ َو ْال ُمهَا ِج ُر َم ْن ه ََج َر َما نَهَى هَّللا ُ َع ْنه،ْال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُمونَ ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِده
Artinya:
Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari
perkataannya, dan dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah
orang yang berhijrah dari sesuatu yang dilarang Allah. (HR. Nasa’i).
Nama agama Islam merupakan istilah yang menunjukkan sikap dan sifat
pemeluknya terhadap Allah SWT. Nama Islam lahir bukan karena pemberian dari
seseorang atau sekelompok masyarakat, melainkan berasal dari Sang Pencipta
langsung, Allah SWT.
Mengutip dari situs mui.or.id, kata Islam berasal dari kata dari “aslama”,
“yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti
kepasrahan atau ketundukan secara total kepada ajaran-ajaran Islam yang
diberikan oleh Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam
surat Al Maidah ayat 3, yang artinya
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu."
Selain itu, surat Ali Imran ayat 9 juga menyebutkan agama Islam, yang artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."
Disebutkan pula dalam surat Ali Imran ayat 85 yang artinya:
"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan
diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."
Sedangkan dalam hadis, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadis
tersebut kemudian terkenal sebagai hadis Jibril, karena saat itu, malaikat Jibril
yang berubah wujudnya menjadi seorang laki-laki datang menemui Rasulullah
untuk bertanya tentang Islam dan meminta penjelasan pada Rasulullah. Berikut
hadisnya:
Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata,
"Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-
tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat
hitam, pada dirinya tidak terlihat tanda-tanda seorang musafir, namun tidak ada
satu pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk di dekat Nabi SAW.
Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi SAW dan meletakkan telapak tangannya
di atas paha Nabi.
Dia berkata: Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam?
Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat bahwasannya tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
melaksanakan haji ke Baitullah jika engkau mampu melaksanakannya." (HR.
Muslim).
ADAB-ADAB BERPAKAIAN
Konsep tentang pakaian dalam Islam menjadi salah satu tema penting yang
tidak dapat diremehkan. Hal ini dikarenakan konsep pakaian berangkat dari ajaran
Islam itu sendiri. Mengingat secara historis kajian pakaian dalam Islam tercatat
dalam al-Qur’an.
Konsep berpakaian dalam Islam itu sendiri secara umum dapat didekati
dari dua aspek yakni akhlak dan fiqh. Kajian pakaian dari aspek akhlak
dikembangkan dari tema akhlak kepada sesama manusia.
Secara umum konsep berkpakain dalam Islam diklasifikasikan menjadi
dua yakni akhlak berpakain bagi muslim laki-laki dan akhlak berpakaian bagi
muslimah perempuan.
Adapun di tempat umum penampilan wanita dibatasi dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Kewajiban menutup aurat, seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
2. Kewajibanmenggunakan pakaian khusus di kehidupan umum, yaitu
kerudung (Khimar) dan jilbab (pakaian luar yang luas (seperti jubah) yang
menutup pakaian harian yang biasa dipakai wanita di dalam rumah
(mihnah), yang terulur langsung dari
atas sampai ujung kaki
3. Larangan tabarruj (menonjolkan keindahan bentuk tubuh, kecantikan dan
perhiasan di depan laki-laki non muhrim atau dalam kehidupan umum)
4. Larangan tasyabbuh terhadap laki-laki.
12. Berdoa.
Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri
dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya.Karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenarnya.
KONSEP TAUHID
1. Secara Etimiologi
Asal kata berasal dari Al Quran (bhs arab) dari kata wahhada, tawwahida,
yuwahhidu, tauhida, baqiyah yang berarti menjadikan sesuatu 'satu, tunggal' atau
meng-Esakan.
Dalam Al Quran jika Anda cermat ada bacaan tawwahida secara (bacaan
ilmu fiqih al quran) lebih dari satu surat yaitu (QS = Al Anbiyaa´[21] : 92 dan Al
Mu´minuun [23]:52). Jika baca sejarah siapa nabi yang diberi gelar Bapak Tauhid
Ibrahim as, di patenkan oleh Allah dalam (QS Az Zukhruf [43]:28).
2. Secara Terminologis
Meng-Esakan Allah hanya satu-satunya, tuhan yang patut di sembah.
Dimensi tauhid
1. Tauhid uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah Dzat Tuhan
yang benar (haq) dan wajib disembah dan melakukan
penyembahan/pemujaan hanya kepada-Nya. Orang-orang yang melakukan
penyembahan selain kepada Allah atau menduakan Allah berarti
melakukan kesalahan/kesesatan karena melakukan hal yang bertentangan
dengan tauhid uluhiyyah.
2. Tauhid rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan
makhluk dan mengatur seluruh realitas kehidupan. Benar bahwa dalam
kehidupan ini ada hukum alam, ada hukum sebab-akibat, tapi semuanya
tetap berada dalam pengaturan Allah. Orang-orang yang meyakini bahwa
realitas kehidupan ada dengan sendirinya dan segala sistem kehidupan
berjalan tanpa ada kendali dan pengaturan dari Allah berarti dia
melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid
rububiyyah.
3. Tauhid mulkiyyah, yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib
ditaati segala aturannya. Orang-orang yang memuja dan mensakralkan
pemimpin apalagi sampai mentaati perintahnya yang bertentanga dengan
aturan Allah berarti ia melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan
dengan tauhid mulkiyyah.
4. Tauhid asma wa sifat, meyakini bahwa Allah mempunyai nama dan
sifatsifat sebagaimana dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab suci al-
Quran dan melalui penjelasan Nabi Muhammad SAW (dalam al-Hadis),
tanpa menambah dan menyerupakan sifat dan nama Allah itu dengan nama
dan sifat-sifat makhluk. Orangorang yang tak mempercayai, mengubah,
atau pun menyerupakan sifat dan nama Allah dengan makhluk berarti ia
melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid asma wa
sifat.
Menurut Bukhari dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar) Tauhid merupakan
perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Qur’an sebagaimana
lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan pertama kali
kita temukan di dalam Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:“Hai sekalian
manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.Yang telah
menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air dari
langit, lalu Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi kalian.
Allah berfirman:“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang
Rasul (yang menyeru) agar kalian menyembah Allah dan menjauhi thagut.” (An-
Nahl:36).
KONSEP IMAN DAN AQIDAH ISLAM
Iman
1. Pengertian Keimanan (Iman)
Dalam islam Iman adalah aqidah atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi
ialah al-Qur’an. Iman secara bahasa berarti at-tashdiiq (pembenaran). Pengertian
dasar dari istilah iman ialah memberi ketenangan hati atau pembenaran hati. Jadi
makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat
menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang
dibenarkan oleh hati.
Keimanan dipandang sempurna, apabila ada pengakuan dengan lidah,
pembenaran dengan hati secara yakin dan tidak bercampur keraguan, dan
dilaksanakan dalam perbuatan sehari-hari. Iman sering juga dikenal dengan istilah
aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati.
Ada beberapa defenisi iman menurut para ahli, diantaranya :
Al-Imam Isma’il bin Muhammad At-Taimiy
اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna
semua ketaatan lahir dan batin”.
Al-Imam An-Nawawiy
اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan
anggota tubuh”.
Berdasarkan kedua redaksi hadis tersebut selanjutnya oleh sebagian besar
ulama dirumuskan bahwa pengertian iman secara keseluruhan meliputi :
1. Keyakinan tentang adanya Allah swt.
2. Keyakinan terhadap malaikat-malaikat Allah swt.
3. Keyakinan tentang kebenaran kitab-kitab yang diturunkan-Nya.
4. Keyakinan tentang kebenaran rasul-rasul utusan-Nya.
5. Keyakinan tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.
6. Keyakinan kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk
2. Landasan Hukum Keimanan (Iman)
Allah berfirman :
ٓ
ُ نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِهۦ َو ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ۚ ُك ٌّل َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو َم ٰلَِئ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ َو ُر ُسلِِۦه اَل نُفَ ِّر
ق بَ ْينَ َأ َح ۢ ٍد ِّمن ُأ
ِ َءا َمنَ ٱل َّرسُو ُل بِ َمٓا
صير ِ ك ْٱل َم َ َوا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ُغ ْف َران
َ ك َربَّنَا َوِإلَ ْي ۟ ُُ رُّ ُسلِ ِهۦ ۚ َوقَال