Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM STUDI TAHAP AKADEMIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN T.

A
2018/2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “Fisioterapi Dada dan Suction”.
Dalam pembelajaran kali ini, mahasiswa dituntut untuk mampu memahami bagaimana melakukan
fisioterapi dada dan suctioning. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai fisioterapi dada dan suction. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
kesempurna. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………..………………...i DAFTAR ISI………………….


……………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………....1 1.1 Latar


Belakang………………………………………………………….1 1.2 Tujuan…………………………………………………………………..2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS……………………………………….....3 2.1 Fisioterapi
Dada………………………………………………………..3 2.1.1 Defenisi………………………………………….……………….3 2.1.2
Tujuan……………………………………………….…………...3 2.1.3 Indikasi………………………………………….……………….4
2.1.4 Kontra Indikasi………………………………………….……….4 2.1.5 Konsep Fisiologis Fisioterapi
Dada………………….…...……..5 2.1.6 Prosedur Tindakan (SOP/ Standar Operasional Prosedur)………8 2.2
Suction…………………………………………………………………11 2.2.1 Defenisi………………………………………………….………
11 2.2.2 Tujuan…………………………………………………………...11 2.2.3
Indikasi………………………………………………………….11 2.2.4 Kontra Indikasi………………………………………………….12
2.2.5 Prosedur Pelaksanaan……………………………………………12 BAB 3
PENUTUP…………………………………………………………15 3.1
Kesimpulan……………………………………………………………..15 3.2
Saran…………………………………………………………………....15 DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….16

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisioterapi dada atau teknik pembersihan jalan nafas, atau
postural drainage dan perkusi merupakan metode pembersihan jalan nafas yang digunakan oleh para
fisioterapis. Pada beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan pada pasien rawatan intensif yang
terintubasi dan menggunakan ventilator, untuk mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti

nosocomial pulmonary,
bronchopulmonary infection, atelektasis. Fisioterapi

adalah

suatu

cara

atau

bentuk

pengobatan

untuk

mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam
yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya
disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan. Fisioterapi dada
adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang
bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini
sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi
paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan
memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk
mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat
digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit
pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan
parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi
rangkaian: postural drainage, perkusi, vibrasi, nafas dalam dan batuk efektif. Kontra indikasi fisioterapi
dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan
masif, sedangkan kontra
indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru
dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.Fisioterapi dada merupakan
tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang
memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa-mahasiswi mengetahui tentang pelaksanaan fisioterapi dada dan suction dan dapat
dipraktikkan di rumah sakit nantinya. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Agar mahasiswa-mahasiswi mengetahui
pengertian fisioterapi dada. 2. Agar mahasiswa-mahasiswi mengetahui tentang tujuan fisioterapi dada.
3. Agar mahasiswa-mahasiswi mengetahui tentang konsep fisiologis fisioterapi dada. 4. Agar mahasiswa-
mahasiswi mengetahui tentang prosedur pelaksanaan fisioterapi dada. 5. Agar mahasiswa-mahasiswi
mengetahui tentang pengertian suction

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Fisioterapi Dada 2.1.1 Defenisi Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk
pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif
termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada adalah

suatu rangkaian tindakan keperawatan

yang terdiri atas perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk yang
efektif. (Brunner & Suddarth, 2002: 647). Tujuan: untuk membuang sekresi bronkial, memperbaiki
ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan. Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk
pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam
fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, panas, dingin, massage dan latihan yang
mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek
pengobatan (Krausen, 1985 dalam Helmi, 2005). Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi
yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi tabik yang bersifat akut maupun kronis (Badget,
1984 dalam Helmi, 2005). 2.1.2 Tujuan Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah: 1.
Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan. 2. Membantu membersihkan sekret dari
bronkus. 3. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran secret. 4.
Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru. 5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh
mendapatkan oksigen yang cukup.

6. Mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan. 1.1.3 Indikasi 1. Pofilaksis (antibiotik) untuk mencegah
penumpukan secret yaitu pada pasien : a) Pasien yang memakai ventilasi b) Pasien dengan tirah baring
lama c) Pasien dengan produksi sputum meningkat d) Pasien dengan batuk yang tidak efektif 2.
Mobilisasi sekret yang tertahan a) Pasien dengan atelectasis (pengkerutan paru-paru/collaps) yang
disebabkan oleh secret b) Pasien dengan absesparu (penumpukan pus di paru) c) Pasien dengan
pneumonia d) Pasien pre dan post operatif e) Pasien neorologi dengan kelemahan umum dan gangguan
menelan atau batuk 1.1.4 Kontra Indikasi 1. Tenson pneumototraks (tekanan akibat adanya akumulasi
udara) 2. Hemoptysis 3. Gangguan system kardivaskuler seperti hipertensi, infark miokard akut dan
aritmia 4. Edema paru 5. Efusi pleura 6. Meningkatkan tekanan intrakranial

2.1.5 Konsep Fisiologis Fisioterapi Dada 1. Clapping/ Perkusi Dada

a. Pengertian Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada
klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk, tepukan tangan secara berirama
dan sistematis dari arah atas menuju kebawah.Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji
kemungkinan nyeri. Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

(ilustrasi tangan saat melakukan clapping) Cupping

adalah

menepuk-nepuk

tangan

dalam

posisi

telungkup. Clupping menepuk-nepuk tangan dalam posisi terbuka. Tujuan untuk menolong pasien
mendorong / menggerakkan sekresi didalam paru-paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat,
dilaksanakan dengan menepuk tangan dalam posisi telungkup. b. Tujuan: Perkusi dilakukan pada dinding
dada dengan tujuan melepaskan atau melonggarkan secret yang tertahan.

c. Indikasi Klien Yang Mendapat Perkusi Dada Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat
postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi. 2. Vibrasi
a. Pengertian
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang diletakan secara datar pada
dinding dada klien selama fase ekshalasi pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mucus kental yang melekat pada
bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.

(ilustrasi vibrasi pada fisioterapi dada) Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas.
Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan
dilanjutkan ekspirasi.

Vibrasi

dilakukan

dengan

cara

sampai akhir

meletakkan

tangan

bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar. Kontra indikasinya adalah patah
tulang dan hemoptisis. b. Tujuan Vibrasi

digunakan

setelah
perkusi

untuk

meningkatkan

turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan
perkusi. c. Indikasi Klien Yang Mendapat Vibrasi Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis
yang tidak diobati. 3. Postural Drainase Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai
segmen paru dengan bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi

khusus

yang

memungkinkan

gaya

gravitasi

membantu

mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke bronki dan trakea lalu
membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan.

(ilustrasi posisi postural drainase) Tujuan postural drainase adalah


menghilangkan

atau

mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk
mencegah mual, muntah dan aspirasi) dan menjelang/sebelum tidur. 2.1.6 Prosedur Tindakan (SOP/
Standar Operasional Prosedur) 1) Perkusi a. Persiapan Alat : 1) Handuk (jika perlu) 2) Peniti (jika perlu) 3)
Tempat sputum b. Prosedur Pelaksanaan: 1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan
seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci
tangan. 2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian tipis untuk mencegah
iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung. 3) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan
lambat untuk meningkatkan relaksasi 4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk. 5)
Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat untuk menepuk dada. 6)
Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.

7) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti mamae,
sternum,kolumna spinalis, dan ginjal. 8) Cuci tangan 2) Vibrasi a. Persiapan Alat: sama seperti pada
perkusi. b. Prosedur Pelaksanaan: 1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan. 2)
Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan didrainase, satu tangan
di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan. 3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi. 4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku lalu getarkan,
gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan gerakan jika
klien inspirasi. 5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang. 6) Setelah setiap
kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke tempat sputum. 7) Cuci tangan 3) Postural
Drainase 1. Persiapan Alat: 1. Bantal ( 2 atau 3 buah) 2. Tisue 3. Segelas Air hangat 4. Sputum Pot 2.
Prosedur Pelaksanaan: a. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti

perkenalkan

diri

perawat,

pastikan
identitas

klien,jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan. b. Pilih area tersumbat yang akan didrainase
berdasarkan pada pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto

dada. Agar efektif, tindakan harus dibuat individual untuk mengatasi spesifik dari paru yang tersumbat.
c. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. Bantu klien untuk memilih
posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan kaki yang

tepat.

Letakkan

bantal

sebagai

penyangga

dan

kenyamanan. Posisi khusus dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat. d. Minta klien
mempertahankan posisi selama 10-15 menit. Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan
waktu. Anakanak, prosedur ini cukup 3-5 menit. e. Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan
perkusi dan vibrasi dada atau gerakan iga di atas area yang didrainase.Memberikan dorongan mekanik
yang bertujuan memobilisasi sekresi pada jalan napas. f. Setelah drainase pada posisi pertama, minta
klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa batuk,
harus dilakukan pengisapan. Setiap sekresi yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan
melalui batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase selanjutnya.Batuk akan
sangat efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan. g. Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.
Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan membantu klien
menoleransi terapi dengan lebih baik. h. Minta klien minum sedikit air. Menjaga mulut tetap basah
sehingga membantu ekspetorasi sekresi. i. Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang
dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase postural digunakan
hanya untuk mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual.

j. Ulangi

pengkajian

dada

pada

setiap

bidang

paru.

Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya atau mengganti program drainase. k.
Cuci tangan. Mengurangi transmisi mikroorganisme. 2.2 Suction 2.2.1 Defenisi Suctioning

atau

penghisapan

merupakan
tindakan

untuk

mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat
dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).
Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan
selang catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012). Dapat disimpulkan hisap lendir
merupakan tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret pada
klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan memasukkan catheter suction ke
endotracheal tube sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat. 2.2.2
Tujuan Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk menghilangkan secret yang menyumbat jalan nafas,
untuk mempertahankan patensi jalan nafas, mengambil secret untuk pemeriksaan laboratorium, untuk
mencegah infeksi dari akumulasi cairan secret (Kozier & Erb, 2012). Elly (2000) juga menjelaskan tujuan
dilakukannya suction diantaranya untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum,
merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru. 2.2.3 Indikasi Menurut Smeltzer et al, (2002),
indikasi penghisapan lendir lewat endotrakeal adalah untuk: a) Menjaga jalan napas tetap bersih (airway
maintenance), apabila: 

Pasien tidak mampu batuk efektif.

Diduga aspirasi

b) Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan: 

Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan.


Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.

Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan.

c) Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium. d) Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk
evaluasi. e) Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.

2.2.4 Kontra Indikasi Dalam melakukan

tindakan

hisap

lender

perawat

harus

memperhatikan komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu (Kozier & Erb, 2002): a)
Hipoksemia b) Trauma jalan nafas c) Infeksi nosokomial d) Respiratory arrest e) Bronkospasme f)
Perdarahan pulmonal g) Disritmia jantung h) Hipertensi/hipotensi i) Nyeri j) Kecemasan. 2.2.5 Prosedur
Pelaksanaan Prosedur hisap lender ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan standar
prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari komplikasi dengan selalu menjaga kesterilan
dan kebersihan. Prosedur hisap lender menurut Kozier & Erb, (2004) adalah: a) Jelaskan kepada pasien
apa yang akan dilakukan, mengapa perlu, dan bagaimana pasien dapat menerima dan bekerjasama
karena biasanya tindakan ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu dalam
mengeluarkan sekret. b) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. c) Menjaga privasi pasien.

d) Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. e) Jika tidak ada kontraindikasi posisikan pasien semiflower agar
pasien dapat bernapas dalam, paru dapat berkembang dengan baik sehingga mencegah desaturasi dan
dapat mengeluarkan sekret saat batuk. f) Jika

perlu,

penghisapan

berikan akan

analgesia

merangsang

sebelum refleks

penghisapan, batuk,

hal

ini

karena dapat
menyebabkan rasa sakit terutama pada pasien yang telah menjalani operasi toraks atau perut atau yang
memiliki pengalaman traumatis sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pasien selama prosedur
penghisapan g) Siapkan peralatan 

Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100%.

Catheter suction steril sesuai ukuran

Pasang pengalas bila perlu.

Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mm hg untuk orang dewasa, dan 50-95
untuk bayi dan anak

Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu.

Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan tidak steril di tangan
nondominan untuk melindungi perawat

Pegang suction catether di tangan dominan, pasang catether ke pipa penghisap.

h) Suction catether tersebut diberi pelumas. 

Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan larutan garam steril.

Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction catheter untuk menghisap
sejumlah kecil larutan steril melalui catether.Hal ini untuk mengecek bahwa peralatan hisap bekerja
dengan benar dan sekaligus melumasi lumen catether untuk memudahkan penghisapan dan
mengurangi trauma jaringan

selama penghisapan, selain itu juga membantu mencegah sekret menempel ke bagian dalam suction
catether i) Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan dengan ambubag sebelum
penyedotan. 

Panggil asisten untuk prosedur ini

Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-15 l / min


Jika pasien terpasang trakeostomi atau ett, sambungkan ambubag ke tracheascanul atau ett

Pompa dengan Ambubag 3 - 5 kali, sebagai inhalasi, hal ini sebaiknya dilakukan oleh orang kedua yang
bisa menggunakan kedua tangan untuk memompa, dengan demikian volume udara yang masuk lebih
maksimal.

Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien.

Bereskan alat dan cuci tangan.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Fisioterapi

adalah

suatu

cara

atau
bentuk

pengobatan

untuk

mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam
yang dipakai antara lain listrik, sinar, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya
disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan (Krausen, 1985
dalam Helmi, 2005).

Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit
respirasi tabik yang bersifat akut maupun kronis (Badget, 1984 dalam Helmi, 2005). Suctioning atau
penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak
mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Tindakan suction merupakan suatu prosedur
penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang
endotracheal (Syafni, 2012). 3.2 Saran Semoga para pembaca khususnya mahasiswa-mahasiswi STIKes
Santa Elisabeth Medan dapat mengerti bagaimana prosedur pelasanaan fisioterapi dada dan suction dan
dapat diterapkan pada saat melakukan praktik di rumah sakit dengan baik nantiya.

DAFTAR PUSTAKA Makalah “TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL” oleh Suritmo, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2015. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srihartini-7217-
3babii.pdf Brunner,suddarth.1997.buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 vol.1. Jakarta:buku
kedoktern EGC. Perry, potter.1995. buku saku ketrampilan dan prosedur dasar edisi 3. Jakarta:buku
kedokteran EGC. https://www.academia.edu/8457234/Fisioterapi_Dada

Anda mungkin juga menyukai