Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Asbabun Nuzul dan Munasabah Al-Qur’an


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Al-Qur‟an dan Hadist”

Dosen Pengampu : Mashudi, S.E.I., M.E.I.

Disusun oleh kelompok 1

1. Achmad Roziqin 212105030077


2. Nanda Novia Anggraini 212105030047
3. Putri Nabila 212105030062
4. Vanisya Agni Macella 212105030056

PROGRAM AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur dan Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh
Bapak Mashudi, S.E.I., M.E.I. untuk mata kuliah Al-Qur‟an dan Hadist, dengan
judul : “Asbabun Nuzun dan Munasabah Al-Qur‟an”
Kami menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga apa yang kami tulis dalam
makalah ini bisa sangat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 6 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................

Kata Pengantar ................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah......................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah ............................................................................ 2

Bab II Pembahasan ........................................................................... 3

2.1. Pengertian dan urgensi asbabun nuzul ......................................... 3


2.2. Metode dan macam-macam asbabun nuzul.................................. 8
2.3. Pengertian dan metode munasabah ............................................ 10
2.4. Macam-macam munasabah ........................................................ 11

Bab III Penutup ................................................................................ 13

3.1. Kesimpulan .................................................................................. 13

Daftar Pustaka .................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang diwahyukan oleh Allah swt. sebagai
mukjizat paling agung bagi Nabi Muhammad saw. dan seluruh umatnya.
Karena al-Qur‟an walaupun ia diturunkan dengan bahasa arab, namun ia tidak
hanya ditujukan untuk orang Arab semata, melainkan sebagai rahmat bagi
semesta alam. Ia merupakan pedoman bagi seluruh umat manusia yang mau
memahami serta mendalaminya. Untuk menjadikan al-Qur‟an itu sesuai
dalam setiap masa dan kondisi apapun, maka kita harus memahaminya sesuai
pemahaman yang benar, dengan cara salah satunya adalah dengan tidak hanya
terpaku kepada teks (redaksi), melainkan juga dengan konteks (kondisi).
Karena dengan memahami konteks sejarah dalam penurunan al-Qur‟an, maka
kita akan memahami apa yang sebenarnya menjadi sasaran dari pada ayat-
ayat al-Qur‟an tersebut. Oleh karena keagungan al-Qur'an inilah maka setiap
umat Islam seyogyanya senantiasa berpedoman terhadap al-Qur'an dengan
diikuti sikap yang terbuka degan hal baru yang tidak menyimpang dengan
ajaran Islam.
Pada saat itulah seorang muslim harus lebih tekun berusaha mendalami
ajaran-ajaran agamanya, menyimak dengan teliti apa yang dikatakan al-
Qur‟an, pegangan seluruh umat Islam di samping sunah rasul saw. Karena
Allah swt. menegaskan di dalam al-Qur‟an ayat 53 surah Fusshilat bahwa
yang Maha Menyaksikan akan memperlihatkan “ayat-ayatnya” pada segenap
alam dan pada pribadi diri manusia sendiri, sehingga akan nyata dengan jelas
bahwa al-Qur‟an itulah yang haq, pegangan yang dapat diandalkan, petunjuk
bagi mereka yang ingin terhindar dari kesesatan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan urgensi asbabul nuzul ?
2. Apa saja metode dan macam-macam asbabul nuzul ?
3. Apa pengertian dan metode munasabah ?
4. Apa saja macam-macam munasabah ?

1.3. Tujuan Masalah


1. Menjelaskan pengertian dan urgensi asbabul nuzul.
2. Menjelaskan metode dan macam-macam asbabul nuzul.
3. Menjelaskan pengertian dan metode munasabah.
4. Menerangkan macam-macam munasabah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asbabun Nuzul dan Urgensi Asbabun Nuzul


Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata“asbab”
dan “nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu dapat disebut asbab an nuzul, dalam
pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran, seperti
halnya asbab alwurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist.1
Banyak pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di
antaranya :
1. Menurut Az-zarqoni:
Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta
hubungan dengan turunnya ayat al-qur‟an yang berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Ash-shabuni:
Asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Subhi Shalih:
Asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat al-qur‟an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa,
sebagai respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika
peristiwa itu terjadi.

1
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti, Al-Itqon fi Ulumil Qur’an (Kairo : Musthafa al-Babi al-Halabi,
1951), hal. 40.

3
4. Mana’ Al-Qathan:
Asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya
al-qur‟an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa
kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi.

Kendatipun redaksi pendifinisian di atas sedikit berbeda, semuanya


menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-qur‟an, dalam rangka menjawab,
menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian
tersebut. Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai
untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur‟an dan
memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu
bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al-qur‟an masih
turun (ashr at-tanzil).2 Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya al-qur‟an itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial,
seperti ketegangan yang terjadi diantara suku Aus dan suku khazraj ;
kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimami shalat
dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah
seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah
lewat, sedang, atau yang akan rerjadi. Persoalan mengenai apakah seluruh
ayat al-qur‟an memiliki asbab annuzul atau tidak, ternyata telah menjadi
bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa
tidak semua ayat al-qur‟an memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat
al-qur‟an yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida‟), dan
sebagian lainnuya diturunkan dengan di latarbelakamgi oleh sesuatu
peristiwa (ghair ibtida‟). Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para
ulama. Akan tetapi sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-
qur‟an pada masa turunnya al-qur‟an merupakan latar belakang makro al-
qur‟an, sedangkan riwayat-riwayat asbab an-nuzul merupakan latar belakang
mikronya.pendapat ini berarti mengaggap bahwa semua ayat Alquran
memiliki sebab-sebab yang melatar belakanginya.

2
Rosihon Anwar, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 61.

4
Urgensi dan Kegunaan Asbab An-Nuzul
Asbab an-nuzul mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-qur‟an.
Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami
riwayat asbab an-nuzul suatu ayat. Al-Wahidi (W.468H/1075M.) seorang
ulama klasik dalam bidang ini mengemukakan; “pengetahuan tentang tafsir
dan ayatayat tidak mungkin, jika tidak dilengkapi dengan pengetahuan
tentang peristiwa dan penjelasan dengan turunnya suatu ayat. Sementara
ibnu daqiq al-id menyatakan bahwa penjelasan asbab an-nuzul Merupakan
salah satu jalan yang baik dalam rangka memahami al-qur‟an. Pendapat
senada di ungkapkan oieh ibnu taimiyah bahwa mengetahui asbab annuzul
akan menolong seorang dalam upaya memahami ayat, karena pengetahuan
tentang sebab akan melahirkan pengetahuan tentang akibat. Pemahaman
asbab an-nuzul akan sangat membantu dalam memahami konteks turunnya
ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus dan
kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar
jika mengabaikan riwayat asbab an-nuzul.
Muhammad chirzin dalam bukunya: al-qur‟an dan ulum al-qur‟an
menjelaskan, dengan ilmu asbab an-nuzul. Pertama, seorang dapat
mengetahui hikmah di balik syariat yang di turunkan melalui sebab tertentu.
Kedua, seorang dapat mengetahui pelaku atau orang yang terlibat dalam
peristiwa yang mendahului turunnya suatu ayat. Ketiga, seorang dapat dapat
menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umumdan dalam
keadaan bagaimana ayat itu mesti di terapkan. Keempat, seorang dapat
menyimpulkan bahwa Allah selalu memberi perhatian penuh pada rasulullah
dan selalu bersama para hambaNya.
Study tentang asbab an-nuzul akan selalu menemukan relevansinya
sepanjang peradaban perjalanan manusia, mangingat asbab an-nuzul manjadi
tolak ukur dalam upaya kontekstualisasi teks-teks al-qur‟an pada setiap
ruang dan waktu serta psiko-sosio-historis yang menyertai derap langkah
kehidupan manusia. Lebih lanjut sebagaimana dijelaskan oleh manna khalil
al-qattan dalam bukunya mabahith fi ulum al-qur‟an diantara faedah ilmu

5
asbab an-nuzul dalam dunia pendidikan, para pendidik megalami banyak
kesulitan dalam penggunaan media pendidikan yang dapat membangkitkan
perhatian anak didik supaya jiwa mereka siap menerima pelajaran dengan
penuh minat dan seluruh potensi intelektualnya terdorong untuk
mendengarkan dan mengikuti pelajaran. Asbab an-nuzul adakalanya berupa
kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang di
sampaikan kepada rasulullah untuk mengetahui hukum suatu masalah,
sehingga al-qur‟an pun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut.
Seorang guru sebenarnya tidak perlu membuat suatu pengantar dengan
sesuatu yang baru dan di pilihnya; sebab bila ia menyampaikan sebab asbab
an-nuzul, maka kisahnya itu sudah cukup untuk membangkitkan perhatian,
minat menarik memusatkan potensi intelektual dan menyiapkan jiwa anak
didik untuk menerima pelajaran, serta mendorong mereka untuk
mendengarkan dan memperhatikannya. Mereka segera dapat memahamai
pelajaran itu secara umum dengan mengetahui asbab an-nuzul karena di
dalamnya terdapat unsur-unsur kisah yang menarik. Dengan demikian jiwa
mereka terdorong untuk mengetahui ayat apa yang rahasia perundangan dan
hukum-hukum yang terkandung didalamnya, yang kesemua ini memberi
petunjuk kepada manusia kejakan kehidupan lurus, jalan menuju kekuatan
kemuliaan dan kebahagiaan. Para pendidik dalam dunia pendidikan dan
pengajaran di bangku-bangku sekolah atau punpendidikan umum,dalam
memberikan bimbingan dan penyuluhan perlu memanfaatkan konteks asbab
an-nuzul untuk memberikan rangsangan kepada anak didik yang temgah
belajar dan masyarakat umum yang di bimbing. Cara demikian merupakan
cara paling bermanfaat dan efektif untuk mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan tersebut dengan menggunakan metode pemberian pengertian
yang paling menarik.
Dalam kaitannya dengan kajian ilmu shari‟ah dapat ditegaskan bahwa
pengetahuan tentang asbab an-nuzul berfungsi antara lain:
1. Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan
perhatian syara‟ tehadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik,
jenis kelamin dan agama. Jika dianalisa secara cermat, proses penetapan

6
hukum berlangsung secara manusiawi, seperti pelanggaran minuman
keras,misaalnya ayat-ayat al-qur‟an turun dalam empat kali tahapan
yaitu: QS. An-nahl: 67, QS. Al-baqarah: 219, QS. An-nisa‟: 43 dan QS
Al-Maidah: 90-91.
2. Mengetahui asbab an-nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap
beberapa ayat. Misalnya. Urwah ibnu zubair mengalami kesulitan
dalam memahami hukum fardu sa‟i antara sofa dan marwa QS. Al-
baqarah/2: 158: Artinya: “sesungguhnya sofa dan marwa adalah
sebagian dari shiarshiar. Barang siapa yang beribadah haji ke baitullah
ataupun umroh, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‟i antara
keduanya .dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, sesungguhnya Allah maha mensyukuri kebaikan lagi
maha mengetahui”.
Urwah bin zubair kesulitan memahami”tidak ada dosa” di dalam
ayat ini lalu ia menanyakan kepada aisyah perihal ayat tersebut, lalu
aisyah menjelaskan bahwa peniadaan dosa di situ bukan peniadaan
hukum fardhu peniadaan di situ dimaksudkan sebagai penolak
keyakinan yang telah mengakar di hati muslimin pada saat itu, bahwa
melakukan sa‟i antara sofa dan marwah termasuk perbuatan jahiliyah.
Keyakinan ini didasarkan atas pandangan bahwa pada masa pra
islam di bukit safa terdapat sebuah patung yang di sebut”isaf” dan di
bukit marwah ada patung yang di sebut”na‟ilah”. Jika melakukan sa‟i di
antara bukit itu orang jahiliyah sebelumnya mengusap kedua patung
tersebut. Ketika islam datang, patung-patung tersebut itu di hancurkan,
dan sebagian ummat islam enggan melakukan sa‟i di tempat itu, maka
turunlah ayat ini; QS. Al-Baqarah:158.
3. Pengetahuan asbab an-nuzul dapat menghususkan (takhsis) hukum
terbatas pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah (khusus as-
sabab) sebab khusus. Sebagai contoh turunnya ayat-ayat dhihar pada
permulaan surat almujadalah, yaitu dalam kasus aus ibnu as-samit yang
mendzihar istrinya, khaulah binti hakam ibnu tha‟labah. Hukum yang

7
terkandung dalam ayat-ayat ini khusus bagi keduanya dan tidak berlaku
bagi orang lain.
4. Yang paling penting ialah asbab an-nuzul dapat membantu memahami
apakah suatu ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya
dalam hal apa ayat itu di terapkakemn. Maksud yang sesungguhnya
suatu ayat dapat di pahami melalui asbab an-nuzul.
5. Pengetahuan tentang asbab an-nuzul akan mempermudah orang yang
menghafal ayat-ayat al-qur‟an serta memperkuat keberadaan wahyu
dalam ingatan yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.
Sebab, pertalian antara sebab dan musabab (akibat), hukum dan
peristiwa, peristiwa dan pelaku, masa dan tempatnya, semua ini
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mantapnya dan terlukisnya
dalam ingatan.

2.2. Metode dan Macam-macam Asbabun Nuzul


Metode Mengetahui Asbabun Nuzul

Untuk mengetahui Sebab Nuzul tidak boleh hanya dengan melalui akal
atau pendapat, iaitu Bi al-Ra‟yi, tetapi mestilah dengan riwayat yang sahih
dan pendengaran, juga hendaklah mereka itu menyaksikan sendiri ayat itu
diturunkan atau pun mereka yang mengetahui sebab-sebabnya dan mengkaji
tentangnya terdiri daripada sahabat, tabi‟in dan mereka yang bertukus-lumus
mengkaji ilmu ini yang terdiri daripada kalangan ulama yang dipercayai. 3

Untuk itu, ulama Salaf dan ahli Tafsir begitu teliti dan sangat berhati-hati
dalam perkara ini, di mana ulama mengetahui Asbab Nuzul dan perkara yang
berkaitan dengan sebab penurunan al-Quran dengan melalui riwayat para
Tabi‟in dan para sahabat atau juga melalui riwayat yang secara sah berasal
daripada Nabi.

Apa yang jelas dan pastinya, walaupun dalam setengah keadaan, ulama
mengetahui Asbab Nuzul dengan berdasarkan riwayat daripada tabi‟in dan
sahabat, namun riwayat yang diterima itu bukanlah sebagai pendapat biasa,
3
Achmad Baiquny, “Al-Qur’an Ilmu pengetahuan dan teknologi”, Cet. V (Yogyakarta : PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2001), hlm.109.

8
tetapi ia merupakan riwayat yang marfu‟, iaitu riwayat yang berdasarkan
kepada Nabi, maka ia dapat diterima sebagai riwayat yang sahih.

Berkaitan dengan pentingnya riwayat yang sah bersandarkan kepada


Nabi atau riwayat yang marfu‟ itu, adalah untuk diterima sebagai hukum
atau sah. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh al-wahidi: Adalah
tidak sah menyatakan sesuatu pendapat berkaitan dengan Asbab Nuzul,
kecualilah dengan bersandarkan kepada riwayat yang sah ataupun dengan
mendengar sendiri secara langsung daripada mereka yang menyaksikan
turunnya ayat, mengetahui sebabnya serta berusaha bersungguh-sungguh
untuk menelitinya.

Macam-macam Asbabun Nuzul

Secara garis besar Asbab Al-Nuzul dapat dibagi menjadi 2 macam


yakni dalam bentuk peristiwa dan dalam bentuk pertanyaan.
Adapun dalam bentuk peristiwa dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sebagai
berikut :
1. Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk
antara segolongan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khasraj.
Peristiwa itu timbul dari intik-intik yang ditiupkan orang-orang yahudi
sehingga mereka bertetiak-teriak :"senjata-senjata". Peristiwa tersebut
menyebabkan turunnya beberapa ayat surah Ali imran melalui dari
firman Allah.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang
mengimami sholat sedang dalam keadaan mabuk sehingga tersalah
membaca surah Al-kafirun
3. Peristiwa itu berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-
persesuaian Umar Bin Khattab dengan ketentuan ayat Al-Qur'an. Dalam
sejarah ada beberapa harapan umar yang dikemukakan kepada Nabi
Muhammad SWA. Kemudian turun ayat yang dikandungnya sesuai
dengan harapan-harapan Umar tersebut. Sebagian ulama telah
menulisnya secara khusus. Sebagai contoh Imam Al-Bukhari dan
lainnya meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Umar berkata :" Aku

9
sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal : Aku katakan kepada Rasul,
bagaimana sekiranya kalau kita jadikan makam Ibrahim sebagai tempat
sholat".4

2.3. Pengertian dan Metode Munasabah


Dalam segi bahasa atau etimologi, kata munasabah menurut al-Suyuthi
dalam kitab al-Itqannya, disebutkan bahwa makna munasabah adalah al-
musyakalah yang berarti keserupaan dan al-muqarabah yang berarti
kedekatan. Dalam ilmu ushul fikih, terminologi munasabah juga digunakan
dalam persoalan „illat yang masuk dalam bab qiyas dan arti dari munasabah
dalam hal ini adalah wasf al-muqarib li al-hukum (sifat yang berkaitan
dengan hukum). Kata Munasabah juga punya kaitan dengan kata nasib yang
berarti hubungan antara kerabat yang tersambung antara satu dengan yang
lain, misalnya saudara dan paman.

Pengertian Munasabah Al-Qur’an secara terminologi (istilah) menurut


para ulama

Berikut ini adalah beragam penjelasan tentang pengertian munasabah al-


Qur‟an menurut para ulama :

a. Pengertian Munasabah Al-Qur‟an menurut al-Baqai, Munasabah al-


Quran adalah: Ilmu yang dengannya diketahui sebab urutan bagian-
bagian al-Quran.
b. Pengertian Munasabah Al-Qur‟an menurut al-Suyuti, Munasabah al-
Quran adalah: Ilmu yang dengannya diketahui segi-segi hubungan
bagian-bagian al-Quran antara yang satu dengan yang lain. Adapun
ucapan (bagian-bagian al-Quran) maksudnya adalah mencakup
seluruh hubungan antara ayat dengan ayat, hukum dengan hukum,
surah dengan surah, kisah dengan kisah, dan setiap bagian dari al-
Quran bersama dengan qarinah atau dalil yang menyertainya.

4
Ilmu Saudara “Asbabun Nuzul pengertian dan macam-macam”. Dalam
“http//www.ilmusaudara.com

10
Metode Munasabah sebagai metode kajian tafsir

Salah satu metode penafsiran klasik yang diperdebatkan adalah penafsiran


dengan gaya Munasabah. Penafsiran munasabah yang diartikan dengan
pengaitan makna dalam semua aspek ayat dengan jarak dan muatan berbeda,
menuai kritikan yang secara eksplisit menurut Imam Syaukani, bukannya
menambah jelas akan makna al-Qur‟an, tapi sebaliknya akan menambah
keraguan dan kebingungan. Kajian ini menjawab pengklasifikasian
metodologi tafsir klasik dalam bentuk ma‟tsur dan ra‟yi dengan prinsip
masing-masing golongan dalam penggunaan bentuk keduanya dan urutan-
urutan ayat, tauqifi dan ijtihadi, berimplikasi pada penggunaan dan
pengakuan Munasabah sebagia metode kajian tafsir.

2.4. Macam-macam Munasabah

Ditinjau dari sifatnya, Munasabah terbagi menjadi 2 bagiaan yaitu:

1. Zhairul Irtibath artinya munasabah ini terjadi karena bagian Al-


Qur‟an yang satu dengan yang lain nampak jelas dan kuat
disebabkan kuatnya kaitan kalimat yang satu dengan yang lain.
Deretan beberapa ayat yang menerangkan sesuatu materi itu
terkadang ayat yang satu berupa penguat, penafsir, penyambung,
penjelas, pengecualian, atau pembatas rutuh dan tidak terpisahkan.
Sebagai contoh, adalah hubungan antara ayat satu dan dua dari
surat Al-Isra‟ yang menjelaskan tentang di isra‟-kannya Nabi
Muhammad SAW, dan diikuti oleh keterangan tentang
diturunkannya Taurat kepada Nabi Musa. Dari kedua ayat tersebut
nampak jelas bahwa keduanya memberikan tentang diutusnya nabi
dan rasul.
2. Khaffiyul Irtibat artinya munasabah ini terjadi karena antara
bagian-bagian Al-Qur‟an tidak ada kesesuaian, sehingga tidak
tampak adanya hubungan diantara keduanya, bahkan tampak
masing masing ayat berdiri sendiri, baik karena ayat yang
dihubungkan dengan ayat lain maupun karena yang satu

11
bertentangan dengan yang lain. Hal tersebut tampak dalam dua
model, yakni hubungan yang ditandai dengan huruf „Athaf dapat
diteliti melalui susunan mudhodah, istithrod, takhollush, atau
tamsil, bisa kita lihat dari surat An-Nur ayat 35. Surat ini adalah
contoh athfiyyah melalui takhollush (melepaskan satu kata ke kata
yang lain, tapi korelasinya masih ada). Dalam ayat ini ada 5
Takholush yaitu:
a. An-Nur, dengan perumpamaannya di takhollush ke
ajazazah dengan menyebut sifatnya.
b. Menyebut An-Nur dan ajazazah ditakhollush dengan
menyebut asajaroh.
c. dari asajaroh ditakhollush dengan menyebut sifat zaitun.
d. sifat zaitunah ditakhollush ke sifat an-nur,
e. dari sifat an-nur ditakhollush ke nikmat Allah berupa
hidayah liman yasya’ahu.5

5
Fahreena. “Munasabah dalam Al-Qur’an”. Dalam http://www.fahreena.wordpress.com

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata“asbab” dan
“nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu dapat disebut asbab an nuzul, dalam
pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran.
Untuk mengetahui Sebab Nuzul tidak boleh hanya dengan melalui akal atau
pendapat, iaitu Bi al-Ra‟yi, tetapi mestilah dengan riwayat yang sahih dan
pendengaran, juga hendaklah mereka itu menyaksikan sendiri ayat itu
diturunkan atau pun mereka yang mengetahui sebab-sebabnya dan mengkaji
tentangnya terdiri daripada sahabat, tabi‟in dan mereka yang bertukus-lumus
mengkaji ilmu ini yang terdiri daripada kalangan ulama yang dipercayai.
Secara garis besar Asbab Al-Nuzul dapat dibagi menjadi 2 macam yakni
dalam bentuk peristiwa dan dalam bentuk pertanyaan.
Dalam segi bahasa atau etimologi, kata munasabah menurut al-Suyuthi
dalam kitab al-Itqannya, disebutkan bahwa makna munasabah adalah al-
musyakalah yang berarti keserupaan dan al-muqarabah yang berarti kedekatan.
Salah satu metode penafsiran klasik yang diperdebatkan adalah penafsiran
dengan gaya Munasabah.
Ditinjau dari sifatnya, Munasabah terbagi menjadi 2 bagiaan yaitu: Zhairul
Irtibath dan Khaffiyul Irtibat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia, 2006

Abdurrahman as-Suyuti, Jalaluddin, Al-ltqon fi Ulumil Qur'an. Kairo : Musthafa


al-Babi al- Halabi, 1951

Baiquny, Achmaad, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Yogyakarta :


PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2001

IlmuSaudara. Tanpa Tahun “Asbabun Nuzul Pengertian dan Macam-macam”.


Dalam http//www.ilmusaudara.com

Didik. Tanpa Tahun. “Pengertian Munasabah Al-Qur‟an secara Etimologi”.


Dalam http://www.kangdidik.com

Fahreena. Tanpa Tahun. “Munasabah Dalam Al-Qur‟an“. Dalam


http://www.fahreena.wordpress.com

14

Anda mungkin juga menyukai