Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PERKULIAHAN 2

Matakuliah : Bioteknologi

SKS/Semester : 2 SKS/ Semester 6 (Enam)

Nama Dosen : Hifni Septiana Carolina, M.Pd

Waktu : Kamis, 03 Maret 2022

Oleh : Rizka Ambar Febriani

NPM : 1901081028

A. PROSES
Pada pertemuan kali ini membahas tentang “Bioteknologi”. Penyajian makalah
oleh, Della Mei Elana, Karnita Alfira Fahmi, dan Nita Andriani. Kelompok 1
membuka diskusi yang di moderatori oleh Della Mei Elana dan disusul
membagikan link google drive dimana didalamnya berisi video pembelajaran yang
dibuat oleh kelompok yang bertugas. Selanjutnya, penyampaian materi dan diskusi
tanya jawab melalui google meet. Setelah itu perkuliahan diakhiri dengan salam
penutup dari kelompok 1.

B. ISI
1. Pemaparan Penyaji
a. Sejarah Perkembangan Bioteknologi (Konvensional-Modern)
Sejarah bioteknologi sebelum era teknologi maju diawali dengan
ditemukannya proses fermentasi bir dan pembuatan keju oleh masyarakat
Mesir dan Sumeria pada sekitar tahun 2000 SM, kemudian berkembang pada
tahun 500 SM ditemukannya jamur penghasil antibiotik pada kedelai untuk
menangani infeksi. Masyarakat mesir kuno telah mengenal pemanfaatan
mikroorganisme untuk pembuatan bir, anggur, cuka, yogurt, dan lain-lain.
Bahkan bangsa yunani kuno telah melakukan proses bioteknologi dengan
melakukan pemuliaan pada tanaman-tanaman dengan kualitas baik serta
melakukan ternak hewan-hewan yang potensial untuk dimanfaatkan oleh
manusia.
Suharto menemukan membagi Era perkembagan bioteknologi ke
dalam 5 era yaitu:
1) Era Pra Pasteur, sebelum tahun 1865, penggunaan teknik fermentasi
menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan produk.
2) Era Pasteur (1986-1940), pengembangan industri fermentasi untuk
membuat etanol, butanol, asam organik serta pengolahan limbah secara
aerob.
3) Era Antibiotik (1940-1960), pembuatan penisilin yang digunakan pada
saat tentara Amerika di Normandy melakukan perang dunia kedua,
vaksin virus, teknologi kultur sel hewan, teknologi fermentasi media cair,
dan transformasi steorid.
4) Era Pasca Antibiotik (1960-1975), isolasi asam-asam amino, eludasi
struktur DNA, protein sel tunggal, enzim, protein sel tunggal, biogas, dan
teknologi DNA rekombinan.
5) Era Bioteknologi Modern (1975-sekarang), penggunaan rekayasa
genetika, zat antibodi monoklonal, produksi hormon, dan lain-lain.
Verma et al. (2011) membagi tahapan perkembangan bioteknologi ke
dalam tiga tahapan atau kategori yang berbeda yaitu bioteknologi kuno,
bioteknologi klasik, dan bioteknologi modern.
1) Bioteknologi Kuno (sebelum – 1800)
Sebagian besar perkembangan bioteknologi dimasa kuno terjadi
sebelum tahun 1800. Jika melihat semua perkembangan bioteknologi di
masa kuno, sebagian besar penemuan diperoleh berdasarkan pengamatan
umum tentang alam yang dapat digunakan untuk kehidupan manusia
pada saat itu. Manusia menggunakan gua-gua yang dingin untuk
menyimpan makanan pada jangka yang panjang dan proses ini menjadi
jalan bagi evolusi tempat-tempat penyimpanan produk makanan.
2) Bioteknologi Klasik
Tahapan kedua perkembangan bioteknologi disebut dengan
bioteknologi klasik. Tahapan ini terjadi dari tahun 1800 hingga hampir
pertengahan abad ke dua puluh. Penemuan penting selama periode ini
adalah dikembangkannya vaksin terhadap cacar dan rabies oleh Edward
Jenner, dokter Inggris dan Louis Pasteur, ahli biologi Prancis. Edward
Jenner, penemu vaksin untuk penyakit cacar dan rabies.
3) Bioteknologi Modern
Perang dunia kedua menjadi faktor penghambat utama
berkembangnya ilmu pengetahuan. Setelah berakhirnya perang dunia
kedua, beberapa penemuan yang sangat penting dilaporkan dan
membuka jalan bagi bioteknologi modern. Pada tahun 1953, Watson &
Crick untuk pertama kalinya melaporkan model struktur DNA yang
dikenal dengan model rantai ganda DNA. Model ini mampu menjelaskan
berbagai fenomena terkait dengan replikasi DNA dan peran DNA dalam
pewarisan sifat.
b. Sejarah Perkembangan Bioteknologi Indonesia Dan Dunia
Bioteknologi di Indonesia telah berkembang sejak lama, misalnya
pembuatan keju, tempe, oncom dan lain sebagainya. Namun bioteknologi
modern baru berkembang pada tahun 1985 ketika Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan yang mengizinkan munculnya program Bioteknologi seperti
Bioteknologi pertanian IPB, Bioteknologi kesehatan di UGM dan
Bioteknologi Industri di ITB Bandung. Tujuan pemerintah dalam program
ini adalah untuk meningkatkan penelitian di bidang bioteknologi dan
memperluas jaringan bioteknologi di tingkat nasional maupun internasional
(Wahyono, 2001).
Perkembangan bioteknologi di Indonesia masih tergolong dalam
kategori tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Minimnya dana
penelitian menjadi fakor penyebab ketertinggalan Indonesia dalam
mengembangkan bioteknologi. Anggaran riset Indonesia merupakan
anggaran terendah di Asia tenggara yaitu 0.2% atau 17 triliun, sedangkan
Singapura dan Thailand telah menganggarkan dana riset sebesar 2.5%,
sementara Malaysia menganggarkan 1.8% (LIPI, 2016). Dana riset sendiri
76% bersumber dari anggaran APBN dan sisanya dari pihak swasta.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keterlambatan perkembangan
bioteknologi ini meliputi dana penelitian yang rendah, sumberdaya manusia
dan kurangnya fasilitas. Faktor lain seperti budaya dan agama juga
mempengaruhi perkembangan bioteknologi di Indonesia.
c. Prospek Bioteknologi Di Indonesia
1) Bioteknologi Di Bidang Pertanian
Penelitian pengembangan bioteknologi dalam bidang pertanian
dilakukan untuk merakit varietas unggul seperti tanaman padi dan
tanaman semusim yang sangat membantu dalam menyediakan kebutuhan
pangan di Indonesia. Perkembangan bioteknologi dalam bidang pertanian
memiliki potensi yang menguntungkan. Menurut Sharma et al. (2002),
rekayasa genetika membuka peluang yang luas bagi pemulia untuk
mengakses gen dan trait baru dari sumber yang eksotik dan beragam
untuk dimasukkan ke dalam varietas/hibrida unggul. Tujuan utama dari
perakitan produk rekayasa genetika adalah untuk mengatasi berbagai
permasalahan pangan yang dihadapi di berbagai belahan dunia karena
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, termasuk Indonesia (Azadi
dan Peter, 2010). Produk rekayasa genetika bermanfaat untuk
mengurangi penggunaan pestisida kimia, menghasilkan makanan yang
lebih bergizi serta obat-obatan.
2) Bioteknologi Dalam Bidang Kesehatan
Bioteknologi dalam bidang kesehatan memberikan kesempatan
dalam pemecahan masalah yaitu mendiagnosa, mencegah, serta
mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit genetis. Penerapan
antibodi monoklonal dapat membantu mendiagnosa suatu penyakit
(Prentis, 1984). Widyastuti (2017) melaporkan bahwa perkembangan
bioteknologi di bidang kesehatan yaitu terapi gen yang dapat digunakan
untuk penanganan penyakit baik bersifat genetis ataupun bukan. Terapi
gen merupakan teknologi yang memungkinkan gengen yang rusak dapat
diganti dengan gen-gen normal menggunakan vektor untuk menyisipkan
DNA ke dalam sel (Moeljoprawiro, 2005).
Vaksin merupakan produk bioteknologi yang terus dikembangkan
baik vaksin untuk manusia ataupun ternak. Vaksin merupakan bahan
antigenik yang digunakan untuk kekebalan terhadap suatu penyakit yang
biasanya mengandung virus atau mikroorganisme yang telah dimatikan
atau dilemahkan (Melief et al., 2015). Pemberian vaksin (imunisasi) di
Indonesia telah diselenggarakan pada tahun 1956 dan mengalami
perkembangan serta perluasan pada tahun 1977 dalam rangka
pencegahan penularan beberapa penyakit (Menteri Kesehatan, 2017).
3) Bioteknologi Di Bidang Lingkungan
Bioteknologi lingkungan telah diterapkan di Indonesia sejak
perkembangan industri dan urbanisasi yang telah mengganggu
lingkungan yang awalnya bersih. Perkembangan bioteknologi dalam
bidang lingkungan dapat merestorasi lingkungan yang tercemar serta
meningkatkan kualitas lingkungan terutama bagi manusia. Untuk
mengatasi permasalahan lingkungan, bioteknologi memanfaatkan
mikroorganime dalam pengolahan limbah atau permasalahan lingkungan
yang lain dikarenakan penggunaan mikroorganisme ini dinilai lebih
alami dan tidak menimbulkan dampak yang berbahaya dibandingkan
menggunakan bahan kimia atau sintetis (Susilowati, 2007).
Bioteknologi memiliki banyak manfaat bagi lingkungan diantara
sebagai bioremediasi, bioleaching yaitu pelepasan logam dari mineral
atau sedimen, memproduksi pupuk hayati yang mudah didegradasi oleh
lingkungan serta mengurangi limbah plastik dengan memproduksi
bioplastik yang berasal dari gula, lemak, protein dan serat tanaman
(Fahmideh et al., 2014). Bioleaching merupakan aplikasi dari
bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan mikroorganisme dalam
prosesnya. Bioleaching di Indonesia diterapkan untuk mengekstraksi
emas, pyrate, tembaga dan besi.
C. REFLEKSI BAGI PENULIS
Dalam pertemuan perkuliahan ke tiga ini dengan pembahasan
“Perkembangan Bioteknologi” Telah dipahami bahwa, Hampir semua orang
pasti melakukan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari walaupun merea
belum mengerti apa itu bioteknologi dan istilah bioteknologi terdengar asing.
Pada dasarnya bioteknologi memang didominasi untuk memproduksi makanan.
Seiring perkembangan zaman para ahli meneliti beberapa organisme agar dapat
memperoleh suatu produk yang bermanfaat. Dan akhirnya mereka berhasil
menemukan produk-produk bioteknologi baru dari pemanfaatnan
microorganism.

Metro, 03 Maret 2022


Dosen Pengampu Penulis

Hifni Septina Carolina, M.Pd. Rizka Ambar Febriani

Anda mungkin juga menyukai