PATOFISIOLOGI
“ PROSES TERJADINYA INFEKSI ”
Dosen Pengampu :
Al Murhan, SKM., M.Kes
Disusun Oleh:
1. Dinda khaerunisa (2114401061)
2. Intan Fitria (2114401068)
3. Marsela Panca Destrianti (2114401071)
4. Martinus Rony Kristianto (2114401072)
Segala Puja dan puji syukur kita haturkan Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat sehingga
alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Proses Terjadinya Infeksi ” ini
Apabila didalam makalah ini masih terdapat kekeliruan, oleh sebab itu kami
mengharapkan keritikan dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan Teman-Teman agar saya
Semoga makalah yang saya tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi
temen-temen mahasiswa keperawatn dan semoga bisa menjadi bahan refrensi untuk
Penulis
Kelompok 7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------
1.1. Latar Belakang Masalah ------------------------------------
1.2. Rumusan Masalah ---------------------------------------------
1.3. Tujuan Penulisan ---------------------------------------------
BAB II PEMBAHASAN ------------------------------------------------------
2.1 Definisi Penyakit Infeksi _____________________________
2.2 Agen Penyebab Infeksi ............................................................
2.3 Proses Infeksi Kuman s.d Timbulnya Penyakit .......................
2.4 Diagnosa Penyakit Infeksi .......................................................
BAB III PENUTUP ------------------------------------------------------------
3.1 Simpulan -----------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
tidak saja di indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ada beberapa jenis bakteri
infeksi kulit yang disebabkan oleh S. aureus dan S. pyrogens seperti selulit,
makanan manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan bentuk dan ukuran yang
beragam. Bakteri dapat ditemukan di tanah, air, hingga di dalam tubuh manusia.
Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup di suhu yang ekstrem atau terpapar radiasi.
Bakteri ada yang hidup di dalam organ pencernaan atau di permukaan kulit dan
tidak berbahaya. Namun, ada juga bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi
jika masuk ke dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri:
- Malaria
- Toksoplasmosis
- Trikomoniasis
- Giardiasis
- Infeksi cacing pita
- Infeksi cacing gelang
- Kutu rambut
- Kudis
Diagnosis penyakit infeksi hampir selalu dimulai oleh riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Teknik identifikasi yang lebih terperinci melibatkan kultur agen
infeksi yang diisolasi dari penderitanya. Kultur memungkinkan identifikasi organisme
penginfeksi dengan memeriksa karakteristik mikroskopis mereka, dengan mendeteksi
keberadaan zat yang dihasilkan oleh patogen, dan dengan secara langsung
mengidentifikasi organisme dengan genotipnya. Teknik lain (seperti sinar-X,
pemindaian tomografi terkomputasi (CT), pemindaian PET atau MRI) digunakan
untuk menghasilkan gambar kelainan internal yang dihasilkan dari pertumbuhan agen
infeksi. Gambar tersebut berguna dalam mendeteksi, misalnya, abses tulang atau
ensefalopati spongiformis yang ditimbulkan oleh prion.
Diagnosis simtomatik
Diagnosis dibantu oleh gejala yang muncul pada setiap individu yang menderita
penyakit infeksi, tetapi metode ini biasanya membutuhkan teknik diagnostik
tambahan untuk mengonfirmasi kecurigaan tersebut. Beberapa tanda klinis tertentu,
yang disebut tanda patognomonik, merupakan karakteristik khusus yang menjadi
indikasi suatu penyakit; tetapi hal ini jarang terjadi. Tidak semua infeksi bersifat
simtomatik. Pada anak-anak, adanya sianosis, pernapasan cepat, perfusi perifer yang
buruk, atau ruam petekie meningkatkan risiko infeksi serius hingga lebih dari 5 kali
lipat.
Kultur mikrob
Apabila tidak ada teknik kultur plat yang sesuai, beberapa mikroorganisme
membutuhkan hewan hidup sebagai media pertumbuhan. Bakteri
seperti Mycobacterium leprae dan Treponema pallidum dapat tumbuh pada hewan,
meskipun teknik serologis dan mikroskopis membuat penggunaan hewan hidup tidak
diperlukan lagi. Virus juga biasanya diidentifikasi menggunakan media lain selain
hewan hidup. Beberapa virus dapat tumbuh dalam telur berembrio. Metode
identifikasi lain yang bermanfaat adalah xenodiagnosis, atau penggunaan vektor untuk
mendukung pertumbuhan agen infeksi. Penyakit Chagas tidak mudah didiagnosis
karena sulit untuk menunjukkan keberadaan agen penyebab penyakit ini,
yaitu Trypanosoma cruzi, pada penderitanya. Oleh karena itu, diagnosis definitif sulit
ditegakkan. Dalam kasus ini, xenodiagnosis melibatkan penggunaan vektor T. cruzi,
yaitu Triatominae, serangga yang tidak terinfeksi, yang mengisap darah seseorang
yang diduga terinfeksi. Serangga tersebut kemudian diperiksa untuk mendeteksi
keberadaan T. cruzi dalam ususnya.
Mikroskopi
Alat utama lain untuk mendiagnosis penyakit infeksi adalah mikroskop. Hampir
semua teknik kultur yang dibahas di atas bergantung, pada titik tertentu, pada
pemeriksaan mikroskopis untuk mengidentifikasi agen infeksi secara definitif.
Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan instrumen sederhana,
seperti mikroskop cahaya majemuk, atau dengan instrumen serumit mikroskop
elektron. Spesimen yang diperoleh dari penderita penyakit dapat dilihat langsung di
bawah mikroskop cahaya, dan sering kali dapat membantu identifikasi dengan cepat.
Mikroskop juga sering digunakan bersama dengan teknik pewarnaan biokimia, dan
dapat bersifat sangat spesifik ketika dikombinasikan dengan teknik berbasis antibodi.
Suatu antibodi dapat dilabel dengan teknik fluoresens sehingga dapat diarahkan untuk
mengikat dan mengidentifikasi antigen spesifik yang ada pada patogen. Mikroskop
fluoresens kemudian digunakan untuk mendeteksi antibodi tersebut, yang telah
berikatan dengan antigen di dalam sampel klinis atau sel yang dikultur. Teknik ini
sangat berguna untuk mendiagnosis penyakit virus, yang tidak mampu diidentifikasi
oleh mikroskop cahaya.
Dengan demikian, teknologi saat ini telah mampu mendeteksi agen infeksi dengan
cepat dan spesifik. Satu-satunya kesulitan untuk menjadikan PCR sebagai alat
diagnosis standar adalah biaya yang cukup tinggi dan penerapannya yang tidak
mudah. Beberapa penyakit juga tidak cocok didiagnosis dengan PCR, contohnya
adalah penyakit klostridial (tetanus dan botulisme). Penyakit-penyakit ini pada
dasarnya adalah keracunan biologis oleh sejumlah kecil bakteri infeksius yang
menghasilkan neurotoksin yang sangat kuat. Tidak terjadi perbanyakan agen infeksi
yang signifikan, yang akan membatasi kemampuan PCR untuk mendeteksi
keberadaan bakteri-bakteri tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi#Uji_biokimia
2. https://www.alodokter.com/penyakit-infeksi
3. https://hellosehat.com/infeksi/penyakit-infeksi/
4.