Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SINGKATAN & AKRONIM

ANGKA & LAMBANG BILANGAN

DOSEN : RIAN ANDRI PRASETYO

Di susun oleh : kelompok 4

INTAN FITRIA ( 2114401068)

MERI PADILA ( 2114401073 )

SYAQILAH ( 2114401091 )

VINA SAFITRI ( 2114401100 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan sistem bunyi yang arbter  yang konvensional. Bahasa


merupakan alat komunikasi sehari-hari. Dalam berkomunikasi kadang kita
menggunakan singkatan dan akronim agar mempermudah komunikasi baik
komunikasi langsung maupun komunikasi tak langsung(SMS, email, dan
sebagainya). Namun hal ini justu menimbulkan masalah dalam penstrukturan
singkatan dan akronim dlam bahasa.

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan


sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan, dizaman era globalisasi dan penggunaan reformasi
demokrasi ini, masyarakat di tuntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan
memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai
bahan pendukung kelegkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian
informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis
, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Dalam memandu satu kesempatan dalam etika penulisan angka dan lambang
bilangan, disinilah peran aturan baku tersebut digunakan, dalam hal ini kita selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasa indonesia yang baik dan benar. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa indonesia dapat di gunakan secara baik dan
benar.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. SINGKATAN

singkatan adalah pemendekkan kata dengan cara menggabungkan satu atau lebih
huruf pada awal kata yang kemudian digabungkan dari beberapa kata. Singkatan
dibaca berdasarkan bunyi asli hurufnya.

CIRI-CIRI SINGKATAN

1. Pada singkatan, penulisan disertai oleh tanda titik di antara huruf ataupun di
akhir huruf sesuai aturannya, kecuali penulisan nama lembaga/organisasi dan
surat resmi.

Contoh :

R.A. (Raden Ajeng)

S.H. (Sarjana Hukum)

Bpk. (bapak)

2. Pada singkatan, pembacaan ejaannya dilakukan dengan membaca atau


mengeja huruf per huruf sesuai dengan bunyi asli huruf tersebut

Contoh :

SMA (Sekolah Menengah Atas)


DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

KTP (Kartu Tanda Penduduk)

HP (Hand Phone)

PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

3. Untuk semua yang berkenaan dengan lembaga atau organisasi


Pemerintahan/Negara, termasuk dokumen resmi negara, maka penulisan
semua hurufnya harus huruf kapital.

Contoh :

MPR (Majelis Permusyarawatan Rakyat)

APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

TVRI (Televisi Republik Indonesia)

4. Untuk semua yang berkaitan dengan nama orang baik itu jabatan, gelar,
pangkat, alias/sapaan, ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertamanya.
Contoh :

Ir. Basuki Ismail

Sdr. (Saudara) Adelina Puspita

Dian Anggraini, S.E.

Kol. (Kolonel) Suripto

5. Untuk yang bersifat umum, ditulis dengan huruf kecil.


Contoh :

a.l. (antara lain)

s.d. (sampai dengan)

hlm. (halaman)

dll. (dan lain lain)

ybs. (yang bersangkutan)

Yth. (Yang terhormat)

B. AKRONIM
Akronim adalah gabungan huruf awal atau suku kata awal dari beberapa kata
yang kemudian diperlakukan sebagai kata atau dengan kata lain akronim dapat dibaca
langsung.

CIRI-CIRI AKRONIM

1. Dari segi penggunaan tanda baca titik, pada akronim, penulisan tanpa disertai
tanda titik sama sekali.

Contoh :

ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

SIM (Surat Ijin Mengemudi)

IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan)

HUMAS (hubungan masyarakat)

RUSU (rumah susun)


RUKO (rumah toko)

2. Dari pengejaan hasil penyingkatannya, pada akronim, kita bisa membaca


penyingkatan kata secara langsung seperti layaknya membaca sebuah kata
yang baru terbentuk.

Contoh :

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional)

ormas (organisasi masyarakat)

raker (rapat kerja)

rudal (peluru kendali)

3. Penggunaan Huruf Kapital Untuk nama organisasi atau lembaga jika


gabungan tersebut terdiri dari huruf-huruf, maka semua huruf ditulis dalam
huruf kapital.

Contoh :

LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

PASI (Pasukan Atletik Seluruh Indonesia)

KPK (Komisi Pemberantas Korupsi)

PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia

MA (Mahkamah Agung)

KPU (Komisi Pemilihan Umum)


4. Untuk nama organisasi atau badan yang berupa campuran gabungan suku kata
dan huruf, ditulis dengan huruf kapital pada huruf awalnya saja.

Contoh :

Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)

Iwapi (Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia)

Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional)

Bulog (Badan Urusan Logistik)

5. Untuk yang bukan nama badan atau organisasi, maka penulisannya cukup
dengan huruf kecil semua. Contoh :

pemilu (pemilihan umum)

jurdil (jujur dan adil)

rapim (rapat pimpinan)

C. ANGKA

Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Contoh:

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
D. BILANGAN

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.

CIRI-CIRI BILANGAN

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.

Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.

Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang tidak memberikan suara.

Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf
itu tidak ada pada awal kalimat.

Misalnya:

Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.

Panitia mengundang 250 orang peserta.

Bukan:

250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu


3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan


usahanya.

Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi;
(b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.

Misalnya:

0,5 sentimeter tahun 1928

5 kilogram 17 Agustus 1945

4 meter persegi 1 jam 20 menit

10 liter pukul 15.00

Rp5.000,00 10 persen

US$ 3,50* 27 orang

£5,10* ¥100

2.000 rupiah
Catatan:

(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.

(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan
tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya,
kecuali di dalam tabel.

5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau


kamar.

Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5

Hotel Mahameru, Kamar 169

6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh

Misalnya:

dua belas (12)


tiga puluh (30)

lima ribu (5000)

b. Bilangan pecahan

Misalnya:

setengah (1/2)

seperenam belas (1/16)

tiga perempat (3/4)

dua persepuluh (0,2) atau (2/10)

tiga dua pertiga (3 2/3)

satu persen (1%)

satu permil (1o/oo)

Catatan:

(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.

(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf
yang dapat menimbulkan salah pengertian.

Misalnya:

20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)

22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)


20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)

150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)

152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

(1). pada awal abad XX (angka Romawai kapital)

dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)

Pada awal abad kedua puluh (huruf)

(2). kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)

di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)

di tingkat kedua gedung itu (huruf)

9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, huruf A, nomor 5).

Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)

tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima


puluhan)

uang 5.000-an (uang lima-ribuan)


10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).

Misalnya:

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu
lima ratus rupiah lima puluh sen).

Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas


harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu
dolar).

Catatan:

(1). Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.

(2). Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam


terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.

(3). Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab
I dalam naskah dan buku.
BAB III

PENUTUP

Akronim dan singkatan digunakan untuk mempermudah komuikasi, namun


dalam kehidupan sehari-hari baik dalam komunikasi langsung, sms, atau FB,
penyingkatan sering terpengaruh oleh bahasa gaul yang menimbulkan kesalahan
dalam penstrukturan.Yang perlu diperhatikan adalah dalam pembuatan akronim dan
singkatan kita harus tetap memperhatikan kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia.

Sebuah angka digunakan untuk melambangkan bilangan, suatu entitas abstrak


dalam ilmu matematika.Tetapi bagi orang-orang awam, angka dan bilangan seringkali
dianggap dua entitas yang sama, merekapun menganggap angka dan bilangan sebagai
bagian dari matematika.Perbedaan angka dan bilangan itu seperti seorang individu
manusia dengan nama yang melekat pada individunya yaitu masing-masing individu
mempunyai nama, 0=nol, 1=satu, 2=dua, 3=tiga, 4=empat, 5=lima, dan
seterusnya.Jadi jelas bahwa yang dinamakan dengan angka adalah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9.Sedangkan bilangan adalah : nol, satu, dua, tiga, empat, lima, dan
seterusnya.Atau agar lebih mudah memahaminya, angka sebenarnya dapat juga
disebut sebagai lambang bilangan yang menyatakan nama dari suatu bilangan
bilangan tertentu.

Memang bahasa Indonesia belum cukup baku sebagai alat komunikasi dalam
ilmu dan sains, sehingga belum ada konsesus resmi bahwa ‘angka’ dan ‘bilangan’
melambangkan dua hal yang sangat berbeda.Demikian pula, kedua kata angka dan
bilangan masih sering di pertukaran dengan nomer
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pementukan Istilah!Bandung# Yrama $idya, *9)= >>>>>>, *9)=, pengertian dan
"ontoh singkatan lengkap#http#??'''.kelasindonesia.com?*9)=?9@?pengertian-dan-
contoh-singkatan-lengkap.html %diakses*9)=-)9-9=&Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia.2004.Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang
Disempurnakan.Jakarta:Pusat Bahasa.Mustakim.1996.Tanya Jawab Ejaan Bahasa
Indonesia untuk Umum.Jakarta:Gramedia PustakaUtama.Nazar,
Noerzisri.2004.Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah.Bandung:
Humniora.http://afirmanto.blogspot.com/2010/04/ejaan-yang-disempurnakan-
eyd.Diakses,25 November 2016

Anda mungkin juga menyukai