DISUSUN OLEH
19303241015
Indonesia adalah negara dengan hutan tropis paling besar ketiga di dunia (setelah Brazil
dan Zaire). Keanekaragaman hayati merupakan basis berbagai pengobatan dan penemuan
industri farmasi dimasa mendatang. Jumlah tumbuhan berkhasiat obat di Indonesia diperkirakan
sekitar 1.260 jenis tumbuhan.Tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi
sebagai antioksidan, zat perwarna, penambah aroma makanan, parfum, insektisida dan obat. Ada
150.000 metabolit sekunder yang sudah diidentifikasi dan ada 4000 metabolit sekunder
“baru”/tahun.
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan maupun
tumbuhan. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat
dijadikan sebagai sumber antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker. Antioksidan
adalah zat yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi.
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan
mutu produk pangan.
Banyak penelitian telah membuktikan manfaat mengkonsumi tanaman yang berkhasiat
antioksidan, seperti dapat menurunkan resiko penyakit jantung, kanker, katarak dan penyakit
degeneratif lain karena proses. Hal ini menjadikan antioksidan, terutama dari alam, banyak
diminati di dunia saat ini. Baru-baru ini, antioksidan menjadi topik menarik. Ini merupakan
minat yang besar bagi khalayak ramai, ahli obat, nutrisi, penelitian ilmu kesehatan dan makanan
untuk mengetahui kapasitas dan unsur antioksidan pada makanan yang kita konsumsi begitu pula
pada tumbuhan.
Perkembangan penelitian bahan alam sebagai antibakteri menunjukkan bahwa terdapat
tanaman yang berpotensi sebagai agen antibakteri. Ara (Ficus carica L.) merupakan salah satu
tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan, antivirus, anthelmintik, serta antibakteri (Joseph
dan Raj, 2011). Serta Karet Kebo (Ficus elastica) memiliki rasa pedas dan bersifat netral.
Beberapa bahan kimia terkandung dalam karet kebo diantaranya getah berupa senyawa karet
(lateks). Karet kebo dapat digunakan untuk mengobati bisul, maag, amenorrhoea sekunder, dan
rematik sendi. Dari kedua jenis genus ini, akan dibahas terkait identifikasi struktur terpenoid
sebagai Antioksidan.
BAB II
ISI
A. Terpenoid
Terpen merupakan suatu senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh
tumbuhan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Hidrokarbon umumnya
dikenal sebagai terpena dan senyawa yang mengandung oksigen disebut terpenoid adalah
konstituen yang paling penting dari minyak esensial. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa
golongan terpen dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder. Terpena
dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa
hewan laut. Disamping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka
peyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa steroid
adalah turunan skualena, suatu triterpen, juga karoten dan retinol. Nama “terpen” diambil
dari produk getah tusam, “terpentin” (turpentine). Terpenoid merupakan derivat
dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpenoid disebut juga dengan
isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren
(C5H8). Secara struktur kimia terpenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena ,
dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus
hidroksil, karbonil ataupun gugus fungsi lainnya.
B. Genus Ficus
Ficus adalah genus tumbuh-tumbuhan yang secara alamiah tumbuh di
daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di zona ugahari. Terdiri dari sekitar 850
spesies, jenis-jenis Ficus ini dapat berupa pohon kayu, semak, tumbuhan menjalar
dan epifit serta hemi-epifit dalam familia Moraceae. Secara umum jenis-jenisnya dikenal
sebagai ara, pohon ara atau kayu ara (Mink. kayu aro; Sd. ki ara; bahasa Inggris: fig
trees atau figs). Pohon tin (Common Fig; Ficus carica) adalah spesies yang banyak
ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar Laut
Tengah (dari Afganistan sampai Portugal), dan dibudidayakan sejak zaman purba karena
buahnya. Buah yang dihasilkan kebanyakan spesies dapat dimakan, meskipun hanya
mempunyai nilai ekonomi lokal. Namun, buah-buah ini umumnya merupakan sumber
makanan yang penting bagi banyak hewan liar. Pohon-pohon ara juga berperan penting
dalam kebudayaan baik karena nilai religinya, seperti halnya pohon beringin (F.
benjamina) dan pohon bodhi (F. religiosa), maupun karena banyak kegunaan praktis
yang dihasilkannya.
Ara (Ficus) kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang hijau sepanjang tahun dan
menghuni berbagai relung ekologi, namun beberapa spesies yang menggugurkan daun
tumbuh terbatas di daerah di luar wilayah tropis dan di dataran tinggi. Jenis-jenis ara
dikenali dari perbungaannya yang unik dan pola penyerbukannya (en:pollination
syndrome) yang khas, yang melibatkan sejenis tawon dari familia Agaonidae untuk
menyerbuki bunga-bunganya yang tertutup.
Identifikasi jenis dari banyak spesiesnya agak sukar dilakukan, akan tetapi
sebagai suatu kelompok, ara relatif mudah terbedakan dari jenis-jenis tumbuhan
lainnya. Banyak di antaranya yang memiliki akar gantung atau akar udara, bentuk
perawakan yang khas; serta bentuk buah yang unik, yang membedakan kelompok ini dari
tetumbuhan yang lain. Buah ara sebetulnya adalah karangan bunga tertutup yang dikenal
sebagai bunga periuk (syconium); disebut demikian karena bentuknya
menyerupai periuk tertutup atau hampir tertutup, di mana pada dinding dalamnya
berjejal-jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran amat kecil. Kelak, jika bunga-
bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah
tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun juga hanya buah semu.
Ciri-ciri vegetatif ara yang cukup khas, di antaranya, adalah adanya getah (lateks)
putih hingga kekuningan, beberapa jenisnya dengan jumlah yang melimpah, yang keluar
apabila bagian-bagian tumbuhan ara ini dilukai. Kuncup daunnya di ujung ranting
terlindungi oleh sepasang saun yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di
buku-buku rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan
menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang
(tri-veined) yang khas. Getah putih dan sepasang daun penumpu yang meninggalkan
bekas cincin juga merupakan ciri suku Moraceae.
C. Ficus Elastica (Karet Kebo)
Indonesia memiliki ribuan jenis tumbuhan yang tersebar di berbagai daerah, di
mana keanekaragaman hayati yang ada tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
obat modern dan tradisional. Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan memakai
obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Semakin mahalnya harga
obat modern dipasaran merupakan salah satu alasan untuk menggali kembali penggunaan
obat tradisional. Banyak jenis tanaman obat di Indonesia yang telah dimanfaatkan sebagai
bahan baku obat, sebagian spesies tanaman tersebut bahkan telah diuji secara klinis
kandungan fitokimia, khasiat dan keamanan penggunaannya (Sartono, R, 2011). Salah
satu tanaman berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti radang kulit bernanah, bisul, berakdarah, tersiram air
panas, gatal-gatal, diare, pembalut luka baru dan sebagai alternatif obat luka yaitu
tanaman daun karet kebo (Hariana, A.H, 2013).
Karet Kebo (Ficus elastica) memiliki rasa pedas dan bersifat netral. Beberapa
bahan kimia terkandung dalam karet kebo diantaranya getah berupa senyawa karet
(lateks). Karet kebo dapat digunakan untuk mengobati bisul, maag, amenorrhoea
sekunder, dan rematik sendi. Untuk diminum, rebus akar 30 – 50 g akar. Untuk
pemakaian luar, giling akar secukupnya, bubuhkan pada tempat yang sakit (rematik dan
bisul).Getah yang diperoleh dari sadapan batang dioleskan pada bisul, lalu balut
(Dalimartha, 2011).