Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA

OLEH:

PUTRI NINDI S

P1337420419080

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN BLORA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan karunia
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Evaluasi pada Asuhan Keperawatan
pada Lansia” pada mata kuliah Keperawatan Gerontik di
Politeknik Kesehatan Denpasar ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan
ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun,
sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang
membaca, sehingga kami dapat menyempurnakan makalah
ini untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar bisa
lebih baik lagi.

Blora, 3 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ii

DAFTARISI……………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.   LatarBelakang……………………………………….......1
1.2.   RumusanMasalah………………………………………...2
1.3.   TujuanTulisan…………………………………………….2
1.4.   ManfaatTulisan…………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertianevaluasikeperawatan………………………….  
2.2  Fungsi darievaluasikeperawatan………………………….  
2.3  Tujuan dan manfaat darievaluasikeperawatan……………. 
2.4  Kriteria dalam melakukanevaluasikeperawatan …………..
2.5  Teknik dalamevaluasikeperawatan…………………………  
2.6  Langkah-langkah dalam melakukanevaluasikeperawatan….  
2.7  Evaluasi asuhan keperawatanpadalansia…………………….  

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia sudah diatur oleh pemerintahdalam


Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2004 tentang UpayaPeningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.Dalam PP tersebutdijelaskan bahwa
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia meliputi tata kehidupan dan penghidupan
sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan,
dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara
untuk mengadakan pemenuhankebutuhan-
kebutuhanjasmaniah,rohaniah,dansosialyangsebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban
manusia sesuai denganPancasila. Sebagai perawat yang professional, kita harus
selalu berpikir kritis dari setiap tahap yang ada dalam proses keperawatan karena
hal tersebut untuk keberhasilan perawatan khususnya pada tahap evaluasi.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi adalah
suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil-
hasil yang telah direncanakn sebelumnya. Evaluasi merupakan suatu proses
untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai obyektif, efisien, dan
efektif, serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu
pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program
perencanaan yang akan datang. Oleh karena itu evaluasi sangat di butuhkan
setelah kita melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan
meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif. (Nursalam, 2008).

Menilik dari uraian latar belakang di atas maka penulisingin


mengetahui lebih jauh mengenai “Evaluasi pada Asuhan Keperawatan
 pada Lansia”. 
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan evaluasi keperawatan?
1.2.2 Apa saja fungsi dari evaluasi keperawatan?
1.2.3 Apa saja tujuan dan manfaat dari evaluasi keperawatan?
1.2.4 Apa saja kriteria dalam melakukan evaluasi keperawatan?
1.2.5 Bagaimana teknik dalam evaluasi keperawatan?
1.2.6 Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan evaluasi
keperawatan?
1.2.7 Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan pada lansia?
1.3 Tujuan Tulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi
keperawatan.
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi dari evaluasi keperawatan.
1.3.3 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari evaluasi keperawatan.
1.3.4 Untuk mengetahui kriteria dalam melakukan evaluasi keperawatan.
1.3.5 Untuk mengetahui teknik dalam evaluasi keperawatan.
1.3.6 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan evaluasi
keperawatan.
1.3.7 Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada lansia.
1.4 Manfaat Tulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan
pembaca mengenai evaluasi asuhan keperawatan pada lansia
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini dapat menjadi pedoman bagi pembaca yang sedang melaksanakan
praktik keperawatan terlebih tentang evaluasi keperawatan pada lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaluasi Keperawatan


Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi keperawatan didefinisikan sebagai
keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan
klien yang telah ditetapkan dengan respons perilaku klien yang tampil. Sementara
itu, menurut Potter and Perry (2005), evaluasi keperawatan adalah kategori
perilaku keperawatan dalam menetukan pembuatan dan pencatatan hasil tindakan
keperawatan yang telah dicapai.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan,
terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta
tenaga kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson(2007):
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai 
2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan 

Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selamasetiap kontak


perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang
ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada
saat pasien baru datang dari ruang bedah maka perawat akan mengevaluasi
setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam
dan seterusnya. 

Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah
yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan
pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang
membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada tahap
pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan
sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan
keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.

Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi


bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus
yang baru. Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat
membandingkan respon pasien terhadap outcome yang telah direncanakan dan
menggunakan informasi ini untuk me-review asuhan keperawatan. 

2.2 Fungsi dari EvaluasiKeperawatan


Beberapa fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu:

1. Menentukan perkembangan kesehatanklien.

2. Menilai efektifitas, efesiensi danproduktifitas.

3. Menilai pelaksanaan asuhankeperawatan.

4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.

5. Menunjang tanggung gugat dan tanggungjawab.

2.3  Tujuan dan Manfaat dari Evaluasi Keperawatan

Sebagaimana dikemukakan oleh Potter and Perry (2005), bahwa secara umum
tujuan evaluasi adalah untuk : 

1.   Menilai atau membandingkan apakah tujuan yang ingin dicapai dalam


rencana keperawatan tercapai atau tidak, setelah dilakukan tindakan
keperawatan

2.   Melakukan pengkajian ulang apabila ternyata rencana keperawatan yang


telah ditetapkan belum atau sudah tercapai sehingga hasil evaluasi dapat
dipergunakan untuk perbaikan perencanaan selanjutnya.
3.  Menilai keterlibatan secara aktif sasaran, tenaga pelaksana, serta tim
kesehatan lainnya.

4. Menemukan factor penghambat maupun penunjang dalam pelaksanaan


pemberian pelayanan keperawatan.

Sedangkan manfaat kegunaan evaluasi menurut Basford Lynn dan


Oliver Slevin (2006), adalah untuk menentukan perkembangan kesehatan
klien, untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktivitas dari tindakan,
keperawatan yang telah diberikan, untuk menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan, mendapatkan umpan balik, serta sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

2.4 Kriteria dalam Evaluasi Keperawatan

Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basford Lynn dan
Oliver Slevin (2006), yaitu kriteria proses dan kriteria keberhasilan. Pertama,
kriteria proses (evaluasi proses) adalah menilai jalannya proses keperawatan
sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu kefektiafan terhadap tindakan. Kedua, kriteria keberhasilan (evaluasi
hasil/sumatif) adalah menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan
dengan perubahan tingkah laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara paripurna.

2.5  Teknik dalam Evaluasi Keperawatan

1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga
disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan
merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.

Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah


kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin
hubunganan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga
bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan
berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengajian.

Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.


Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi
keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat keperawatan.
Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk
mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran dan perasaan. Teknik
tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati
dan rasa kepedulian yang tinggi.

Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali


jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal
meliputi :mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari. Tahapan wawancara / komunikasi :

a. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan
klien. Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak
boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka
sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan
dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah
dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu
yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan.
Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data
yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana
menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan
arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal
yang perlu diperhatikan :
1) Fokus wawancara adalah klien
2)  Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
6) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
7) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara
pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara
perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat
mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu
membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan
keluhan-keluhannya / pendapatnya secara bebas
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman
dan nyaman bagi klien
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6)  Tidak bersifat menggurui
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan
8) Mengurangi hambatan-hambatan
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara
duduk)
10) Menghindari adanya interupsi
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat
indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan
dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang
dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi
adalah:
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan
secara terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik
tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data
yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan
menghitung nafas bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar
data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan
klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat
dibaca dan dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan klien..
2.6 Langkah-Langkah dalam Evaluasi Keperawatan :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
2.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Lansia.
Evaluasi asuhan keperawatan pada lansia pada dasarnya tidak berbeda dengan
evaluasi asuhan keperawatan pada anak, keperawatan maternitas, keperawatan
komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan jiwa, dan keperawatan medical
bedah. Untuk dapat mengevaluasi asuhan keperawatan, maka perlu dibandingkan
apakah tindakan keperawatan yang diberikan menghasilkan perubahan pada klien
sesuai tujuan yang ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang. Atau dalam kata lain, apakah rencana tindakan yang dirumuskan efektif
dalam mencapai tujuan atau mengatasi diagnosis keperawatan
Menurut Lismidar (1990), ada tiga alternative pencapaian tujuan yang dapat
dipergunakan untuk memutuskan atau menilai, sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, dan tujuan
tidak tercapai.
1. Tujuan tercapai

Apabila pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal yang
ditentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.

Contoh :

Diagnosa keperawatan (Dx) : cemas berhubungan dengan perubahan dalam


status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status
ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang mendalam dalam perubahan
hidup, mudah tersinggung, dan gangguan tidur.

Tujuan : 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan


pasien dapat : 

a. Memonitor intensitas cemas


b. Melaporkan tidur yang adekuat
c. Mengontrol respon cemas
d. Merencanakan strategi koping dalam situasi stress
Intervensi:
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
b. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi
ketakutan
c. Identifikasi ketika perubahan level cemas
d. Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Implementasi:
a. Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
b. Mendampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan
c. Mengidentifikasi ketika perubahan level cemas
d. Menginstruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Evaluasi:
a. Intensitas cemas hilang
b. Tidur adekuat
c. Respon cemas normal
d. Koping dalam situasi stress normal

2. Tujuan Sebagaian Tercapai


Apabila pasien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang ditentukan.
Contoh:

Diagnosa Keperawatan (Dx): Cemas berhubungan dengan perubahan


dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,

lingkungan, status ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang mendalam


dalam perubahan hidup mudah tersinggung dan gangguan

tidur. Tujuan:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan


 pasien dapat:

a. Memonitor intensitas cemas.


b. Melaporkan tidur yang adekuat.
c. Mengontrol respons cemas.
d. Merencanakan stategi koping dalam situasi stres.
Intervensi
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas.
b. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.
c. Identifikasi ketika perubahan level cemas
d. Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi.
Implementasi:
a. Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan
cemas
b. Mendampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.
c. Mengidentifikasi ketika perubahan level cemas.
d. Menginstruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Evaluasi:
a. Intensitas cemas berkurang.
b. Tidur adekuat.
c. Respons cemas belum normal.
d. Koping dalam situasi stres normal.

3. Tujuan tidak tercapai


Apabila pasien tidak mampu atau samasekali tidak
menunjukkan perilaku yang diharapkan, sesuai dengan pernyataan
tujuan yang ditentukan.
Contoh:

Diagnosa Keperawatan (Dx): Cemas berhubungan dengan perubahan


dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang
mendalam dalam perubahan hidup mudah tersinggung dan gangguan
tidur.

Tujuan:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan


pasien dapat:

a. Memonitor intensitas cemas.


b. Melaporkan tidur yang adekuat.
c. Mengontrol respons cemas.
d. Merencanakan stategi koping dalam situasi stres.
Intervensi

a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas.


b. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi
ketakutan.
c. Identifikasi ketika perubahan level cemas.
d. Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi.
e.
Implementasi

a. Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas


b. Mendampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.
c. Mengidentifikasi ketika perubahan level cemas.
d. Menginstruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Evaluasi
a. Pasien masih merasa cemas.
b. Tidur belum adekuat.
c. Respons cemas tidak normal.
d. Koping dalam situasi stres tidak normal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi keperawatan didefinisikan
sebagai keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respons perilaku klien yang
tampil.
3.1.2 Beberapa fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu : Menentukan
perkembangan kesehatan klien, Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas,
Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan, Sebagai umpan balik untuk
memperbaiki mutu, Menunjang tanggung gugat dan tanggungjawab.
3.1.3 Tujuan evaluasi adalah untuk menilai atau membandingkan apakah
tujuan yang ingin dicapai dalam rencana keperawatan tercapai atau
tidak, setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3.1.4 Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basford
Lynn dan Oliver Slavin (2006), yaitu kriteria proses dan kriteria
keberhasilan.
3.1.5 Tekhnik yang sering digunakan dalam evaluasi keperawatan lansia
adalah tekhnik wawancara, teknik observasi, dan studi dokumentasi.
3.1.6 Langkah-Langkah dalam Evaluasi Keperawatan, menentukan kriteria,
standar dan pertanyaan evaluasi, mengumpulkan data baru tentang
klien, menafsirkan data baru, membandingkan data baru dengan
standar yang berlaku, merangkum hasil dan membuat kesimpulan,
melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
3.1.7 Menurut Lismidar (1990), ada tiga alternative pencapaian tujuan yang
dapat dipergunakan untuk memutuskan atau menilai, sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan
tercapai sebagian, dan tujuan tidak tercapai.

3.2 Saran

Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada

 berbagai pihak, yaitu:

1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang


Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada Lansia
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi
untuk lebih mendalami materi tentang Evaluasi pada Asuhan
Keperawatan pada Lansia
DAFTAR PUSTAKA

H.Lismidar,dkk.2002 .Proses Keperawatan.Jakarta:Penerbit Universitas


Indonesia
H.Zaidin Ali,MBA,MM.2009 .Dasar-Dasar Dokumentasi
Keperawatan.Jakarta:EGC
Nursalam. 2008.  Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik .
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.2009 .Proses dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika Setriadi. 2008.  Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta:GrahaIlmu.
Sunaryo.2016 .Asuhan Keperawatan Gerontik .Yogyakarta:Penerbit ANDI

Anda mungkin juga menyukai