Disusun oleh :
Alwan Taufiqurrohman (142015070)
Herul Maulana (142015105)
Pembimbing :
Riny Yolandha Parapat, S.T., M.T., Ph.D
PENDAHULUAN
Pembuatan katalis berukuran nano dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
Top-down dan Bottom-up. Top-down berarti membuat katalis berukuran nano
dari bahan yang berukuran besar lalu diperkecil dengan cara mekanik (size
reduction). Bottom-up berarti katalis berukuran nano dibuat dari reaksi kimia dan
kristalisasi atau proses presipitasi yang umumnya dipengaruhi oleh kondisi pH.
3. Menganalisis nilai Aktivitas dan Yield ketika sebelum dan sesudah dilakukan
optimasi pada nanokatalis Ag dan Pt
4. Menganalisis nilai Aktivitas dan Yield ketika sebelum dan sesudah dilakukan
optimasi nanokatalis Pt dengan 3 dan 4 faktorial desain
5. Menganalisis nilai Aktivitas dan Yield ketika sebelum dan sesudah dilakukan
optimasi nanokatalis Pt pada pereduksi biji anggur dan kulit manggis
2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi nilai Aktivitas dan Yield?
4. Bagaimana nilai Aktivitas dan Yield ketika sebelum dan sesudah dilakukan
optimasi nanokatalis Pt dengan 3 dan 4 faktorial desain?
5. Bagaimana nilai Aktivitas dan Yield ketika sebelum dan sesudah dilakukan
optimasi nanokatalis Pt pada pereduksi biji anggur dan kulit manggis?
TINJAUAN PUSTAKA
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam sintesis nanomaterial, yaitu
secara top down dan bottom up. Top down merupakan pembuatan struktur nano
dengan memperkecil material yang besar, sedangkan bottom-up merupakan cara
merangkai atom atau molekul dan menggabungkannya melalui reaksi kimia untuk
membentuk nano struktur [17]. Contoh metode top down adalah penggerusan
dengan alat milling, sedangkan teknologi bottom up yaitu menggunakan teknik
sol-gel, presipitasi kimia, dan aglomerasi fasa gas [18]. Sintesis nanopartikel
dengan metode top down dan bottom up dapat dilihat pada Gambar 2.1
Sumber : [21]
2.2 Mikroemulsi
1. Keuntungan
2. Kekurangan
Obat farmasetik peptida dan protein sangat poten dan spesifik dalam
fungsi fisiologisnya. Meskipun begitu, pemberiannya secara oral sangat sulit.
Pemberian oral secara konvensional (tidak berdasarkan mikroemulsi) hanya
menghasilkan ketersediaan hayai kurang dari 10% sehingga umumnya tidak aktif
secara terapetik bila diberikan secara oral. Akibat hal tersebut, sebagian besar obat
protein hanya tersedia dalam bentuk parenteral. Meskipun begitu, obat peptida
memiliki waktu paruh biologis yang sangat kecil bila diberikan secara parenteral
sehingga perlu diberikan dalam dosis ganda.
2.2.1 Surfaktan
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Karakteristiknya yang hidrofilik disebabkan karena adanya gugus ionik yang
cukup besar, yang biasanya berupa gugus sulfat atau sulfonat Contohnya
surfaktan anionik diantaranya linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat
(AS), alkohol ester sulfat (AES), alfa olein sulfonat (AOS), parafin (secondary
alkane sulfonat, SAS) dan metil ester sulfonat (MES).
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Surfaktan jenis ini memecah dalam media cair, dengan bagian kepala
surfaktan kationik bertindak sebagai pembawa sifat aktif permukaan.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil dimethil ammonium
dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
Dari grafik tersebut terlihat bahwa surfaktan anionics berwarna biru muda
mencapai 57% merupakan jumlah surfaktan yang paling banyak pemakaiannya,
kemudian untuk surfaktan non ionics berwarna hijau sebanyak 40%, surfaktan
cationics berwarna merah sebesar 2% serta penggunaan surfaktan amphoteric
berwarna kuning yang paling kecil yaitu 1% [10].
a. Winsor tipe I, sistem terdiri dari dua fasa, bagian atas merupakan fasa minyak
dan bagian bawah merupakan fasa oil in water.
b. Winsor tipe II, sistem terdiri dari dua fasa, bagian bawah merupakan fasa air
dan bagian atas merupakan fasa water in oil.
c. Winsor tipe III, sistem terdiri dari tiga fasa yaitu fasa minyak, fasa tengah
(terdiri dari minyak, surfaktan, dan air), serta fasa air.
d. Winsor tipe IV, sistem terdiri dari satu fasa yang mengandung minyak,
surfaktan dan air.
𝑚𝐵
𝛼=𝑚 (2.1)
𝐴 +𝑚𝐵
dimana 𝑚𝐴 dan 𝑚𝐵 merupakan massa air (A) dan massa minyak (B).
dimana 𝑚𝐴, 𝑚𝐵, 𝑚𝐶 merupakan massa air (A), massa minyak (B) dan massa
surfaktan (C) [33].
𝑚𝐷
𝛿=𝑚 (2.3)
𝐶 +𝑚𝐷
Metode mikroemulsi adalah salah satu teknik baru dan ideal untuk
pembuatan partikel nano anorganik [13]. Ketika dicampurkan, minyak dan air
tidak bercampur dan membentuk dua fasa yang terpisah. Upaya untuk
menggabungkan kedua fase memerlukan energi yang akan membentuk asosiasi
minyak-air.
Dispersi yang baik dari droplet yang dihasilkan dalam mikroemulsi cocok
untuk sintesis partikel nano dan memiliki potensi yang cukup baik untuk
mengendalikan reaksi kimia yang mungkin terjadi pada mikroemulsi [1]. Ide
dasar teknik mikroemulsi diilustrasikan pada gambar [10]. Mikroemulsi memiliki
beberapa kelebihan yang sangat tepat pada berlangsungnya pembuatan
nanopartikel.
1. Kemudahan persiapan karena mikroemulsi dapat bekerja pada suhu kamar dan
mudah dibuat.
Adapun faktor yang mempengaruhi bentuk dan ukuran partikel yaitu agen
pereduksi, tipe surfaktan dan penambahan ko-surfaktan, temperatur larutan, waktu
reaksi, dan penambahan elektrolit.
1. Agen pereduksi
Setiap agen pereduksi memiliki potensial yang berbeda-beda. Adanya
perbedaan potensial tersebut menyebabkan perbedaan kecepatan untuk mereduksi
logam. Hal tersebut mempengaruhi bentuk dan ukuran partikel yang disintesis.
(c) (d)
Gambar 2.11 Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dengan surfaktan (a)
T-X 100 ,(b) AOT ,(c) CTAB dan (d) Tween 80
3. Temperatur larutan
5. Laju pengadukan
6. pH
Partikel dengan ukuran yang besar akan dihasilkan pada nilai pH yang
rendah [39].
Metode optimasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode Central
composite desain dan Box-behnken.
X
X2 3
X1
X
1
(Sumber : Google)
CCD Box-Behnken
Jumlah
X1 X2 X3 Jumlah Ulangan X1 X2 X3
Ulangan
1 -1 -1 -1 1 -1 -1 0
1 +1 -1 -1 1 +1 -1 0
1 -1 +1 -1 1 -1 +1 0
1 +1 +1 -1 1 +1 +1 0
1 -1 -1 +1 1 -1 0 -1
1 +1 -1 +1 1 +1 0 -1
1 -1 +1 +1 1 -1 0 +1
1 +1 +1 +1 1 +1 0 +1
1 -1.682 0 0 1 0 -1 -1
1 1.682 0 0 1 0 +1 -1
1 0 -1.682 0 1 0 -1 +1
1 0 1.682 0 1 0 +1 +1
1 0 0 -1.682 3 0 0 0
1 0 0 1.682
6 0 0 0
TOTAL RUN = 20 TOTAL RUN = 15
Terdapat beberapa jenis ANOVA, yaitu: ANOVA satu jalur (one way
ANOVA) dan ANOVA dua jalur (two way ANOVA). One way ANOVA
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel, bila pada
setiap sampel hanya terdiri atas satu kategori. Sedang two way ANOVA
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel bila peneliti
melakukan kategorisasi terhadap sampel.
(Sumber : Google)
1. Analisis data tentang frekuensi masalah atau penyebab dalam suatu proses.
2. Ketika terdapat banyak masalah atau sebab dan ingin difokuskan pada
masalah yang paling signifikan.
3. Analisis penyebab yang luas dengan melihat komponen yang spesifik.