Anda di halaman 1dari 75

Status Ujian IKM REVISI

OPTIMALISASI PERAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS


PELAMBUAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN CAPAIAN ASI
EKSKLUSIF GUNA MENURUNKAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN

Diajukan Untuk Memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik IKM


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :

Muhammad Halil Gibran, S.Ked


NIM. 1930912310127

Pembimbing :
Dr. Farida Heriyani, MPH

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
FEBRUARI, 2022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Data Umum 1

1.2 Data Khusus 23

1.3 Latar Belakang Masalah 38

1.4 Tujuan Penulisan 40

BAB II PERMASALAHAN

2. 1 Identifikasi Masalah.................................................... 42

2. 2 Prioritas Pemecahan Masalah..................................... 43

2. 3 Identifikasi Penyebab Masalah................................... 43

BAB III PEMBAHASAN 47

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

4.1 Alternatif Pemecahan Masalah 53

4.2 Prioritas Pemecahan Masalah 53

4.3 Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah 58

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 61

5.2 Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 65

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Distribusi jumlah penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja


Puskesmas Pelambuan tahun 2022 3
1.2 Distribusi jumlah penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pelambuan tahun 2022 4
1.3 Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan tahun
2022 4
1.4 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Berdasarkan Umur Tahun 2022 5
1.5 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2022 6
1.6 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
berdasarkan Status Pendidikan Tahun 2022 6
1.7 Data Sarana dan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan Kota Banjarmasin Tahun 2021 10
1.8 Jumlah Sarana dan Prasarana Tempat-Tempat Umum dan Tempat
Pengelolaan Makanan 10
1.9 Jumlah Sarana Puskesmas Pelambuan Tahun 2021 Berdasarkan
PMK 43/2021 10
1.10 Jumlah Sarana Penunjang Puskesmas Pelambuan Tahun
2021 12
1.11 Jumlah Posyandu menurut kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pelambuan Tahun 2021 13
1.12 Data Ketenagaan Puskesmas Pelambuan Tahun 2021 14
1.13 Jumlah dan Jenis 9 Tenaga Kesehatan Strategis Berdasarkan
PMK 43/2020 di Puskesmas Pelambuan Kota Banjarmasin
Tahun 2021 14
1.14 Data Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas

iii
Pelambuan Tahun 2021 20
1.15 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
tahun 2020 23
1.16 Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Pelambuan tahun 2020 24
1.17 Hail cakupan penggunaan asi eksklusif diwilayah kerja
Puskesmas Pelambuan 37
1.18 Hasil survey ibu balita mengenai pengetahuan tentang asi eksklusif.. 37
2.1 Penentuan Prioritas Masalah 46
4.1 Hasil analisis masalah berdasarkan metode SWOT 53
4.2 Alternatif Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah 54
4.3 Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan metode
PAHO-CENDES 57

iv
DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1.1 Wilayah Kelurahan Pelambuan dan wilayah Kelurahan Belitung


Selatan 1
1.2 Denah Puskesmas Pelambuan 13
1.3 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
tahun 2020 26
1.4 Grafik kasus ispa balita di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan tahun
2018-2021 36
1.5 Grafik Angka Kunjungan ispa balita Setiap Bulan Pada Tahun 2021
di Puskesmas Pelambuan 36
2.1 Kerangka problem tree mengenai tingginya angka ispa di
puskesmas pelambuan 43

v
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1.1 Transkrip Wawancara dengan Petugas Kesehatan 66


1.2 Lembar Kuesioner 68

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Data Umum

A. Identitas Puskesmas

1. Kategori Puskesmas Berdasarkan Karakteristik Wilayah

Kategori Puskesmas Pelambuan berdasarkan karakteristik wilayah adalah

puskesmas yang berada di kawasan perkotaan.

2. Kategori Puskesmas Berdasarkan Kemampuan Penyelenggaraan

Kategori Puskesmas berdasarkan kemampuan penyelenggaran adalah non

rawat inap.

3. Peta Wilayah Kerja

Gambar 1.1 Wilayah Kelurahan Pelambuan dan wilayah Kelurahan Belitung Selatan

1
2

4. Luas Wilayah

Wilayah kerja Puskesmas Pelambuan memiliki luas wilayah 3,02 km 2, yang

terdiri dari 2 kelurahan, yaitu: Kelurahan Pelambuan dengan luas wilayah 1,81

km2 dan kelurahan Belitung Selatan dengan luas wilayah 1,21 km 2 yang

berbatasan dengan:

a. Kelurahan Pelambuan

Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Kuin Utara

Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Telaga Biru

Barat : Berbatasan dengan Sungai Barito

Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Teluk Dalam

b. Kelurahan Belitung Selatan

Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Belitung Utara

Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Teluk dalam

Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Kuin Cerucuk

Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pasar Lama

5. Gambaran Identitas Puskesmas Pelambuan Tahun 2022

Nama Puskesmas : Puskesmas Pelambuan

Kode Puskesmas : 6371 030202

Alamat : Jl. Barito Hulu No.41 RT.051 Kelurahan

Pelambuan, Kecamatan Banjarmasin Barat, 70118

Telepon : 0511-6727315

Email : puskes.pelambuan@gmail.com

\
3

6. Iklim

Iklim di wilayah Puskesmas Pelambuan seperti di Kota Banjarmasin pada

umumnya yakni beriklim tropis. Suhu rata-rata antara 25-38oC, curah hujan rata-

rata 277,9 mm/bulan dengan curah hujan 156 hari selama 1 tahun.

7. Karakteristik Demografi

A. Distribusi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan menurut data

adalah 41.147 jiwa, yang terdiri dari Kelurahan Pelambuan sebanyak 26.307 jiwa

sedangkan Kelurahan Belitung Selatan sebanyak 14.840 jiwa. Dengan jumlah

kepala keluarga di kecamatan Pelambuan terdapat 8.432 dan Kecamatan Belitung

Selatan 4.824 kepala keluarga pada tahun 2022.

B. Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah dan Jenis Kelamin

Tabel 1.1 Distribusi jumlah penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan tahun 2022
Jumlah Penduduk
Luas Laki- Jumlah
No Desa/Kelurahan Perempuan
Wilayah Laki (Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
1. Kelurahan Pelambuan 1,81 13.210 13.097 26.307
2. Kelurahan Belitung Selatan 1,21 7.302 7.538 14.840
Total 3,02 20.512 20.635 41.147

Sumber : Profil Desa dan Kelurahan Pelambuan dan Belitung Selatan tahun 2022

\
4

C. Distribusi Penduduk Berdasarkan Wilayah serta Kepadatan Penduduk

Tabel 1.2 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan Tahun 2022
N Luas Jumlah
Kelurahan Kepadatan
o (Km ) Penduduk (jiwa)
2

1 Pelambuan 1,81 26.307 14.565 jiwa/km2


2 Belitung Selatan 1,21 14.840 12.259 jiwa/km2
Jumlah 3,02 41.147 13.625 jiwa/km2

Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan jumlah penduduk yang dibagi

atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 km2. Menurut

undang-undang No. 5 tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah

dapat dikelompokan menjadi empat kategori yaitu:

 Tidak padat : kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km2

 Kurang padat : kepadatan penduduk mencapai 51 - 250 orang/km2

 Padat : kepadatan penduduk mencapai 250 - 400 orang/km2

 Sangat padat : kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km2

Berdasarkan undang-undang di atas, daerah Kelurahan Pelambauan dengan

kepadatan penduduk 14.565 jiwa/km2, dan daerah Kelurahan Belitung Selatan

dengan kepadatan penduduk 12.259 jiwa/km2. Kedua wilayah tersebut termasuk

dalam kategori sangat padat. Hal ini sangat berdampak kepada tingkat sanitasi,

tingkat kesehatan dan penyebaran penyakit di wilayah Puskesmas Pelambuan.

Tabel 1.3 Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan tahun 2022
Jumlah
No. Kelurahan Kepadatan Kategori
Penduduk
1 Pelambuan 26.307 14.565 jiwa/km2 Sangat Padat

\
5

Belitung
2 14.840 12.259 jiwa/km2 Sangat Padat
Selatan
Jumlah 41.147 13.625 jiwa/km2 Sangat Padat

Tabel 1.4 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan Berdasarkan


Umur Tahun 2022
Belitung
No. Tingkat Umur Pelambuan Jumlah
Selatan
1 0 - <5 tahun 1.802 949 2.751
2 5 – <10 tahun 2.299 1.192 3.524
3 10 - <15 tahun 2.353 1.225 3.578
4 Remaja (15-24 tahun) 4.557 2.432 6.989
5 25 - <50 tahun 10.241 5.634 15.875
6 50 – <60 tahun 3.047 1.823 4.870
7 Lansia 2.008 1.585 3.593

Berdasarkan data yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa

penduduk di wilayah Puskesmas Pelambuan terdiri dari berbagai golongan usia,

dan didominasi oleh golongan usia produktif. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa wilayah Puskesmas Pelambuan termasuk dalam kondisi

Bonus Demografi. Bonus demografi dipahami sebagai suatu kondisi di mana

komposisi atau struktur penduduk sangat menguntungkan dari segi pembangunan

karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara proporsi

penduduk yang tidak produktif (berusia kurang dari 14 tahun dan di atas 64

tahun) semakin kecil dan belum banyak. Dilihat dari struktur demografi

Indonesia dewasa ini, maka pada tahun 2020-2030 Indonesia berpeluang untuk

mengalami bonus demografi, di mana negara ini akan memiliki sekitar 180 juta

orang berusia produktif, sementara yang tidak produktif berkurang menjadi 60

\
6

juta jiwa. Ini berarti 10 orang usia produktif hanya akan menanggung 3-4 orang

usia tidak produktif. Dampaknya pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

jelas terjadi peningkatan tabungan masyarat dan tabungan nasional, yang akan

bermuara pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Begitu juga

dengan wilayah Puskesmas Pelambuan, karena didominasi oleh usia produktif

maka wilayah Puskesmas Pelambuan memiliki potensi yang baik dalam bidang

pembangunan terutama pembangunan kesehatan.

Tabel 1.5 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan Berdasarkan


Pekerjaan Tahun 2022
No. Pekerjaan Pelambuan Belitung Selatan Jumlah
1 Tidak/Belum Bekerja 7.848 4.076 11.924
2 ASN 465 702 1.167
3 Pengajar 119 142 261
4 Wiraswasta 7.868 4.518 12.386
5 Pertanian dan Peternakan 104 30 134
6 Nelayan 31 3 34
7 Agama dan Kepercayaan 4 39 43
8 Pelajar dan Mahasiswa 3.869 2.275 6.144
9 Tenaga Kesehatan 33 64 97
10 Pensiunan 119 227 346

Tabel 1.5 di atas menyimpulkan bahwa sebagian besar penduduk

berdasarkan pekerjaanya di wilayah Puskesmas Pelambuan adalah wiraswasta

diikuti dengan terbanyak selanjutnya adalah tidak/belum bekerja, pelajar dan

mahasiswa, ASN, dan pensiunan.

Tabel 1.6 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan berdasarkan


Status Pendidikan Tahun 2022
Belitung
No. Pendidikan Pelambuan Jumlah
Selatan
1 Buta Huruf 0 0 0

\
7

2 Belum Sekolah 5.902 3.207 9.109


3 Belum tamat SD/Sedarajat 3.076 1.527 4.603
4 Tamat SD/Sedarajat 4.835 1.659 6.494
5 Tamat SLTP/Sederajat 5.154 2.078 7.232
6 Tamat SMA/ Sederajat 6.175 4.245 10.420
7 D1/D2 84 147 231
8 D3 321 403 724
9 S1 725 1.431 2.156
10 S2 35 139 174
11 S3 0 4 4

Berdasarkan data di atas, terlihat sebagian besar penduduk wilayah

Puskesmas Pelambuan merupakan lulusan SLTA/Sederajat. Dengan mengetahui

tingkat pendidikan penduduk yang ada yaitu rata-rata lulusan SLTA/Sederajat

maka kemungkinan besar sudah dapat dilakukan perekrutan penduduk sebagai

calon Kader guna membantu pelayanan kesehatan wilayah sekitar. Hal ini

berpengaruh terhadap upaya penyuluhan dan promosi kesehatan dimana ketika

diadakan penyuluhan dan promosi kesehatan dapat memberikan edukasi yang

lebih mudah dipahami dan sebaiknya menggunakan bahasa dan kata-kata yang

mudah dipahami oleh penduduk dikaitkan dengan rata-rata tingkat pendidikan

masyarakat Kelurahan Pelambuan yang masih kurang.

8. Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan

cukup bervariasi, sebagian besar adalah wiraswasta.

9. Sarana Ekonomi/Transportasi/Komunikasi

\
8

Hampir seluruh wilayah kerja dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda

empat. Sarana komunikasi yang ada berupa Telepon dan Internet. Waktu tempuh

dari desa atau kelurahan Pelambuan ke Puskesmas berkisar 10 menit hingga 20

menit perjalanan darat, dan dari kelurahan Belitung Selatan menuju Puskesmas

kurang lebih 30 menit.

10. Lingkungan Pemukiman

Upaya penyehatan lingkungan pemukiman adalah upaya untuk

meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,

pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian

pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan

keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan.

Kegiatan peningkatan penyehatan lingkungan dan pemukiman bertujuan

berubahnya, terkendalinya, atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan

yang terdapat dimasyarakat, yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap

kesehatan mereka.

Secara khusus penyehatan lingkungan pemukiman bertujuan untuk

meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin masyarakat

mencapai derajat kesehatan yang optimal, terwujudnya kesadaran dan

keikutsertaan masyarakat dan sektor lain yang berkaitan serta bertanggung jawab

atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup. Rendahnya kepedulian

masyarakat terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas

lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan pelayanan penyehatan

\
9

lingkungan, kondisi ini antara lain tercermin pada pelayanan air limbah yang

masih menghadapi kendala dalam pengelolaannya.

Hal ini terkait dengan rendahnya kesediaan membayar dari masyarakat

terhadap pelayanan air limbah terpusat. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap

kualitas lingkungan di Banjarmasin, mengingat sungai yang dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai sarana transportasi dan sumber air untuk keperluaan MCK

(mandi, cuci dan kakus), perilaku memanfaatkan air sungai sebagai sumber untuk

MCK inilah yang menyebabkan rawannnya terjadi water borne disease seperti

penyakit saluran pencernaan.

11. Air Bersih

Berbagai upaya Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) untuk meningkatkan cakupan air ledeng sebagai

sumber air minum rumah tangga menunjukkan angka yang bervariasi, sampai

dengan Tahun 2021 cakupan akses air bersih untuk masyarakat Kelurahan

Pelambuan dan Kelurahan Belitung selatan sebanyak 8.408. cakupan air bersih

masih belum tercapai hingga 100% dikarenakan masih ada masyarakat yang

menggunakan air sumur dan sungai sebanyak 244 rumah sebagai kebutuhan

masyarakat.

12. Pengelolaan Sampah

Wilayah Puskesmas Pelambuan sudah memiliki Tempat Pengelolaan

Sampah (TPS) 2 untuk di Kelurahan Pelambuan dan 1 untuk di Kelurahan

Belitung Selatan.

B. Sumber Daya Puskesmas

\
10

1. Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat

Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar tahun 2021 relatif cukup baik

dalam jenis maupun jumlahnya. Sumber dana pengadaan obat berasal dari APBD

dan BPJS/JKN.

2. Sarana dan Fasilitas Kesehatan Pendukung Puskesmas Pelambuan

Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas Pelambuan didukung oleh

beberapa sarana dan fasilitas, antara lain:

Tabel 1.7 Data Sarana dan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Kota Banjarmasin Tahun 2021
No Nama Sarana & Fasilitas Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Buah
2. Puskesmas Pembantu 1 Buah
3. Posyandu Lansia 0 Buah
4. Posbindu 2 Buah
5. Rumah Sakit 2 Buah
6. Praktek Dokter Mandiri 7 Buah
7. Dokter gigi praktek Mandiri 1 Buah
8. Bidan Praktek Swasta 7 Buah
9 Laboratorium Klinik 0 Buah
10. Apotek 8 Buah
11. Perawat Praktek Mandiri 1 Buah
12. Optik 1 Buah

Tabel 1.8 Jumlah Sarana dan Prasarana Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan
Makanan
TTU TPM
Kelurahan
Tempat Ibadah Hotel Pasar

Pelambuan 20 0 1 93
Belitung Selatan 22 1 1 56
Total 42 1 2 149

\
11

Tabel 1.9 Jumlah Sarana Puskesmas Pelambuan Tahun 2021 Berdasarkan PMK
43/2020

No Nama Sarana/Fasilitas Jumlah

1. Ruang administrasi 1 buah

2. Ruang kantor untuk karyawan 1 buah

3. Ruang Kepala puskesmas 1 buah

4. Ruang rapat/diskusi Tidak ada

5. Ruang pendaftaran dan rekam 1 buah


medis

6. Ruang pemeriksaan umum 1 buah

7. Ruang Tindakan dan gawat 1 buah


darurat
8. 1 buah
Ruang KIA, KB, dan
9. 1 buah
Imunisasi
10. 1 buah
Ruang pemeriksaan khusus
11. Tidak ada
Ruang Kesehatan gigi dan
12. 1 buah
mulut
13. Tidak ada
Ruang KIE
14. Tidak ada
Ruang farmasi
15. 1 buah
Ruang persalinan
16. 1 buah
Ruang rawat pasca persalinan
17. Tidak ada
Ruang laboratorium
18. Tidak ada
Ruang tunggu
19. 1 buah
Ruang ASI
20. 1 buah
Ruang sterilisasi
21. Tidak ada
Ruang cuci linen

\
12

23. Dapur 2 buah

24. Gudang umum 1 buah

25. Kamar mandi/WC 1 buah

26. Rumah dinas tenaga kesehatan 2 buah

27. Parkir kendaraan roda 2 dan 4, 1 buah


serta garasi untuk ambulans,
28. 1 buah
dan puskesmas keliling

Tabel 1.10 Jumlah Sarana Penunjang Puskesmas Pelambuan Tahun 2021

No. Sarana Jumlah Kondisi


Baik Rusak Rusak
sedang berat
1 Gedung Puskesmas 1 buah 1
2 Gedung Pustu 1 buah 1
3 Gedung Poskeskel 1 buah 1
4 Mobil pusling 1 buah 1
5 Motor operasional 2 buah 2
6 Alat kesehatan 788 buah 788

\
13

Gambar 1.2 Denah Puskesmas Pelambuan


3. Cakupan Posyandu Menurut Strata

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat

penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga

dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya

dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar

program dan kegiatan untuk kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai dengan

\
14

situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek

pemberdayaan masyarakat. Posyandu merupakan wadah pemberdayaan

masyarakat yang dibentuk melalui musyawarah mufakat di desa/kelurahan dan

dikelola oleh Pengelola Posyandu, yang dikukuhkan dengan keputusan kepala

desa/lurah.

Strata Posyandu :
1. Posyandu Pratama
2. Posyandu Madya
3. Posyandu Purnama
4. Posyandu Mandiri

Tabel 1.11 Jumlah Posyandu menurut kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Tahun 2021
No Kelurahan Strata Posyandu Jumlah

Pratama Madya Purnama Mandiri

1 Pelambuan 0 10 0 0 10

2 Belitung Selatan 0 5 0 0 5

Jumlah 0 15 0 0 15

C. Data Ketenagaan

Berikut adalah data ketenagaan di Puskesmas Pelambuan pada Tahun 2021,


dapat dilihat pada tabel 2.4.3 berikut:
Tabel 1.12 Data Ketenagaan Puskesmas Pelambuan Tahun 2021
Status Kepegawaian Jumlah
No Jenis Ketenagaan/Profesi
PNS PTT/Kontrak Honor (orang)
1 Kepala Puskesmas 1 1
2 Kepala tata laksana 1 1
3 Dokter 4 4
4 Dokter gigi 1 1

\
15

Status Kepegawaian Jumlah


No Jenis Ketenagaan/Profesi
PNS PTT/Kontrak Honor (orang)
5 Bidan 6 1 7
6 Perawat 6 6
7 Perawat Gigi 3 1 4
8 Sanitarian 1 1
9 Nutrisionis 2 1 3
10 Analisis kesehatan 1 1 2
11 Tenaga Farmasi 3 1 4
12 SKM 1 1 2
13 Non nakes 5 2 2 9
Total 38 9 2 49

Tabel 1.13 Jumlah dan Jenis 9 Tenaga Kesehatan Strategis Berdasarkan PMK 43/2020
di Puskesmas Pelambuan Kota Banjarmasin Tahun 2021
Keterangan
Jenis Tenaga Kesehatan Standar PMK
No. Jumlah (Sesuai/Tidak
Strategis 43/2020
Sesuai)
1 Dokter 4 1 Sesuai
2 Dokter Gigi 1 1 Sesuai
3 Perawat 6 3 Sesuai
4 Bidan 7 4 Sesuai
Tenaga Promosi
5 Kesehatan dan Ilmu 3 2 Sesuai
Perilaku
6 Sanitarian 1 1 Sesuai
7 Nutrisionis 3 1 Sesuai
8 Apoteker/atau TTK 4 1 Sesuai
Ahli Teknologi
9 Laboratorium Medik 2 1 Sesuai
(ATLM)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kesehatan

strategis yang ada di Puskesmas Pelambuan sudah terpenuhi semuanya, ada

\
16

beberapa tenaga yang jumlahnya melebihi standar yang dipersyaratkan. Namun

secara keseluruhan jumlah tenaga yang ada memang sangat diperlukan apabila

dianalisa dengan analisa beban kerja yang ada di Puskesmas Pelambuan, maka

hasil analisa menunjukkan jumlah tenaga yang diperlukan sebagian besar sudah

sesuai jumlahnya.

D. Sistem Pelayanan Puskesmas Pelambuan

Puskesmas Pelambuan melakukan pelayanan setiap hari Senin sampai

dengan Sabtu. Jam buka loket pelayanan Puskesmas Pelambuan yaitu:

o Senin-Kamis : 08.00 - 12.00 WITA

o Jumat : 07.30 - 10.30 WITA

o Sabtu : 08.00 – 11.30 WITA

Puskesmas Pelambuan memberikan pelayanan pengobatan umum, gigi,

KIA/KB, imunisasi, DDTK, Anak/MTBS, PKPR, Klinik IMS, VCT HIV AIDS,

klinik gizi, klinik sanitasi, apotek, laboratorium, Swab Covid dan vaksin Covid

yang dilaksanakan mulai pukul 08.00 dengan pelaksana dokter, dokter gigi,

perawat, perawat gigi, bidan, Konselor, analis kesehatan, apoteker, asisten

apoteker, pelaksana gizi, dan sanitarian.

E. Pembiayaan Kesehatan

Anggaran kesehatan dalam APBD Kota Banjarmasin dan alokasi anggaran

kesehatan pemerintah per-kapita per-tahun 2021. APBD untuk puskesmas

Pelambuan kota Banjarmasin tahun 2021 adalah sebesar:

\
17

1. Anggaran kesehatan ADMIN untuk puskesmas Pelambuan Kota

Banjarmasin tahun 2021 adalah sebesar Rp 146.108.000,-

1. Anggaran kesehatan APBD (BOK) untuk puskesmas Pelambuan Kota

Banjarmasin Tahun 2021 adalah sebesar Rp. 656.100.000,-

1. Anggaran kesehatan dari BPJS/JKN untuk puskesmas Palmbuan Kota

Banjarmasin Tahun 2021 adalah sebesar Rp. 686.925.000,-

F. Program Kerja Puskesmas

Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Pelambuan melaksanakan

program kerja Puskesmas secara terpadu, artinya dalam melaksanakan kegiatan

yang ada di Puskesmas dilaksanakan secara bersama-sama dengan program lain

yang terkait yang ada di Puskesmas. Program kerja Puskesmas tersebut meliputi:

1. Program Upaya Kesehatan Wajib:

1). Promosi Kesehatan Masyarakat (Promkes)

a. Melakukan promosi kesehatan, edukasi dan konseling atau penyuluhan di

masyarakat, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam rangka

meningkatkan cakupan kesehatan universal dengan materi yang meliputi:

 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

 Kesehatan gigi dan mulut

 Kesehatan jiwa masyarakat dan napza

 Kesehatan reproduksi pada kelompokanak remaja dan wanita yang telah

menikah

 Kesehatan ibu hamil dan bayi

 Kesehatan anak usia sekolah

\
18

 Imunisasi

 Pencegahanpenularan HIV-AIDS dan IMS

 Pencegahan penularan penyakit menular dan tidak menular

b. Meningkatkan pengetahuan, kepedulian, dan peran serta masyarakat dalam

rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat secara mandiri.

c. Melakukan pembinaan dan pengembangan kader kesehatan dalam rangka

membantu program kerja Puskesmas.

d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan sektoral.

2). Program Kesehatan Lingkungan (Kesling)

a. Program Samijaga

 Inspeksi dan penyehatan sumber air bersih (SAB)

 Pengawasan Kualitas Air Bersih dengan pengambilan pemeriksaan sampel

air secara berkala

b. Program Kebersihan Tempat-Tempat Umum (TTU)

 Pendataan TTU yang memenuhi syarat

 Inspeksi dan penyehatan TTU

 Pengawasan sanitasi TTU

 Penyuluhan kebersihan TTU

c. Program Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

 Penyehatan tempat pengelolaan makanan (TPM)

 Pengawasan sanitasi TTM

 Penyuluhan kebersihan TTM

\
19

d. Program Kebersihan Lingkungan

 Penyehatan lingkungan pemukiman (pemeriksaan rumah)

 Pengawasan industri

 Pengawasan dan pengendalian dampak sampah

 Pengawasan pestisida

 Pemantauan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

 Pemberantasan vektor penyakit

 Penyuluhan kebersihan lingkungan dan rumah sehat

3). Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

a. Perawatan dan pemeriksaan ibu hamil

b. Pertolongan persalinan dan pelayanan nifas

c. Pelayanan kesehatan neonatus dan bayi

d. Penyuluhan ASI ekslusif

e. Memberikan konseling dan melakukanimunisasi dasar lengkap

f. Deteksi tumbuh kembang

g. Pelayanan alat kontrasepsi (KB)

h. Pelayanan anak balita

i. Penjaringan dan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

4). Program Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

a. Kegiatan dalam gedung yang meliputi :

1) Monitoring status gizi di Puskesmas

2) Distribusi tablet Fe pada ibu hamil

3) Distribusi vitamin A dosis tinggi pada bayi, anak balita dan bufas

\
20

4) Pemberian suplemen gizi pada balita yang bermasalah gizi

5) Konsultasi gizi

6) Penyuluhan gizi

7) Pencatatan dan pelaporan

b. Kegiatan luar gedung meliputi :

1) Monitoring status gizi melalui kegiatan posyandu

2) Distribusi tablet Fe pada bumil, bufas dan remaja

3) Distribusi vitamin A dosis tinggi pada bayi, anak balita dan bufas

4) Pemberian suplemen gizi pada balita yang bermasalah gizi

5) Pembinaan dan pelaksanaan PMT pemulihan

6) Survei konsumsi gizi masyarakat

7) Pemberian obat cacing pada anak sekolah dasar

8) Pemeriksaan garam beriodium tingkat sekolah dasar

9) Pemeriksaan garam beriodium tingkat rumah tangga

10) Pemetaan Kadarzi

11) Penyuluhan gizi

5). Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit Malaria

b. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit Diare

c. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit Kusta

d. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit TB Paru

e. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit Pneumonia Balita

f. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit DBD

\
21

g. Pengobatan dan tindak lanjut penyakit Filariasis

h. Imunisasi

Tabel 1.14 Data Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Pelambuan
Tahun 2021
NO SPM DEFISI OPERASIONAL TARGET TOTAL
ABS % ABS %
Pelayanan Setiap ibu hamil mendapatkan 877 100 601 68,53
kesehatan ibu pelayanan antenatal sesuai
hamil sesuai standar. Pemerintah Daerah
standar tingkat kabupaten/kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan
ibu hamil sesuai standar kepada
semua ibu hamil di wilayah kerja
tersebut dalam kurun waktu satu
tahuan

2 Pelayanan Setiap ibu bersalin mendapaykan 838 100 573 68,38


kesehatan ibu pelayanan persalinan sesuai
bersalin sesuai standar
standar
3 Pelayanan Setiap bayi baru lahir 795 100 571 71,82
kesehatan bayi mendapatkan pelayanan kesehatan
baru lahir sesuai neonatal esensial sesuai standar
standar
4 Pelayanan Setiap balita mendapatkan 4.038 100 25.067 620,77
kesehatan balita pelayanan kesehatan sesuai
sesuai standar standar

5 Pelayanan Setiap anak pada usia Pendidikan 4.250 100 3.475 81,76
kesehatan pada dasar mendapatkan pelayanan
usia Pendidikan kesehatan sesuai standar
dasar sesuai
standar
6 Pelayanan Setiap warga negara usia 15 tahun 32.545 100 4.041 12,42
kesehatan pada sampai 59 tahun mendapatkan
usia produktif pelayanan kesehatan sesuai
sesuai standar standar

Kesehatan umum = 2.903


Kesehatan remaja = 2.299
PUS ber KB = 5.764
IVA dan Kanker payudara = 3

7 Pelayanan Setiap Warga Negara usia 60 3.126 100 1.453 46,48


kesehatan pada tahun ke atas mendapatkan

\
22

usia lanjut sesuai pelayanan kesehatan usia lanjut


standar sesuai standar
8 Pelayanan Setiap penderita hipertensi 7.743 100 487 6,29
kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan
penderita sesuai standar
hipertensi sesuai
standar
9 Pelayanan Setiap penderita diabetes mellitus 1.732 100 392 22,63
kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan
penderita diabetes sesuai standar
mellitus sesuai
standar
10 Pelayanan Setiap orang dengan gangguan 66 100 124 187,88
kesehatan orang jiwa berat mendapatkan pelayanan
dengan gangguan kesehatan sesuai standar
jiwa berat sesuai
standar
11 Pelayanan Setiap orang terduga Tuberkulosis 956 100 168 17,57
kesehatan orang (TBC) mendapatkan pelayanan
terduga kesehatan sesuai standar
tuberkulosis sesuai
standar
12 Pelayanan Setiap orang dengan risiko 3.585 100 1.255 35,01
kesehatan orang terinfeksi HIV mendapatkan
dengan risiko pelayanan kesehatan sesuai
terinfeksi virus standar
yang melemahkan Ibu Hamil = 967
daya tahan tubuh
Penderita TBC = 43
manusia ( Human
Immunodeficiency Penderita IMS = 4
Virus) sesuai
Pekerja Seks = 123
standar
LSL = 165
Transgender = 11
WBP = 2.251

2. Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM ) Pengembangan

a. Pelayanan kesehatan jiwa

1. Sosialisasi dan edukasi gangguan jiwa dan napza di masyarakat

2. Surveilans gangguan jiwa dan napza di masyarakat

3. Program wajib lapor gangguan jiwa dan pecandu napza

b. Pelayanan UKS

\
23

1. Pelaksanaan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)

c. Pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA)

d. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat

e. Pelayanan kesehatan lansia berupa Posyandu lansia

f. Pelayanan kesehatan indera

g. Pelayanan kesehatan kerja dan olahraga

1. Pemeriksaan kebugaran fisik bagi anak usia sekolah

2. Pembinaan Pos Upaya Kesehatan Kerja

3. Upaya Kesehatan Perorangan ( UKP )

1. Pelayanan gawat darurat (UGD)

2. Pelayanan kefarmasian (Apotik)

3. Poli Umum dan Anak

4. Poli Gigi dan Mulut

5. Poli Imunisasi

6. Poli Gizi

7. Poli KIA-KB

8. Pelayanan pemeriksaan laboratorium

a). Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

b). Pemeriksaan mikrobiologi dan parasitologi

c). Pemeriksaan urine

d). Pemeriksaan HIV-AIDS, HBV, Sifilis

e). Pemeriksaan Lain (SPS Dahak)

4. Jaringan dan Jejaring Puskesmas

\
24

1. Pelayanan Puskesmas Pembantu (Pustu)

2. Pelayanan Puskesmas Keliling

3. Pelayanan Bidan Kelurahan

4. Posyandu balita, Posyandu lansia, Posbindu, Poskesdes.

G. Pelayanan Administrasi dan Tata Usaha

Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar

gedung puskesmas, yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan pencatatan

kegiatan serta pelaporan hasil kegiatan.

Kegiatan ketatausahaan meliputi kegiatan surat menyurat, kegiatan

pengarsipan, pelayanan surat keterangan sehat, surat keterangan sakit,surat

keterangan tidak buta warna, pembuatan laporan terpadu puskesmas, kegiatan

kepegawaian, inventarisasi barang, dan kegiatan keuangan.

1.2 Data Khusus

Tabel 1.15 Sepuluh kunjungan penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas


Pelambuan tahun 2021
No Penyakit Jumlah ICD
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan 2046 J06
Atas Akut tidak Spesifik
2 Rinitis Akut 1501 J00
3 Hipertensi Esensial 487 I10
4 Faringitis Akut 1294 J02.9
5 Artritis lainnya 801 M13
6 Dispepsia 871 K30
7 Lipidemia 485 E78.5
8 Dermatitis lain, tidak spesifik 482 L30.9
(Eksema)
9 Penyakit Pulpa 4 Jaringan Periapikal 466 K04
10 Myalgia 428 M79.1

\
25

Penyakit dengan kunjungan terbanyak di


Puskesmas Pelambuan
2500
2000
1500
1000
500
0

Gambar 1.3 Sepuluh kunjungan penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas


Pelambuan tahun 2020

Catatan :Jumlah Kunjungan Kasus Tahun 2020 = 9522


Tabel 1.16 Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di wilayah kerja Puskesmas
Pelambuan tahun 2020
No. Obat Pemakaian
1 Hemafort tablet 40.418
2 Parasetamol tablet 500 mg 36.101
3 Ferro Folat tab sal selaput 200 mg + 0,25 mg 24.100
(tablet tambah darah comb)
4 Asam folat 1 mg tablet 22.385
5 Asam askorbat (vit C) tablet 50 mg 17.842
6 Antasida doen tablet kombinasi 17.515
7 Kalsium laktat (kalk) tablet 500 mg 15.150
8 Gliseril guayakolat tablet 100mg 12.625
9 Setrizine tablet 10mg 8.625
10 Vitamin B12 tablet 8.260

\
26

Berdasarkan data diatas terjadi tidak kolerasi antara 10 penyakit

terbanyak dengan 10 penggunaan obat terbanyak tahun 2020. Contohnya pada 10

penyakit terbanyak terdapat penyakit Hipertensi essensial (Primer), tetapi obat

untuk hipertensi tidak termasuk kedalam 10 penggunaan obat terbanyak. Hal ini

terjadi karena, Puskesmas Pelambuan menggunakan program rujuk balik (PRB).

Selain program rujuk balik, Puskesmas Pelambuan juga memberikan obat

antihipertensi yang bervariasi tidak hanya terpaku pada satu macam obat

antihipertensi saja.

2. Upaya Pokok Puskesmas Pelambuan

1. Upaya Promosi Kesehatan

Upaya Promosi Kesehatan Puskesmas Pelambuan Tahun 2021

Variabel Target Realisasi


No Indikator Angka Persen Selisih
Kegiatan Sasaran
A Penyuluhan PHBS
Institusi 2x / Tahun /
1 50 7 14% -86%
Pendidikan Sekolah
Institusi Sarana 2x / Tahun /
2 12 2 17% -83%
Kesehatan Sarkes
Institusi Rumah 30% Rumah
3 Tangga Tangga 111 111 100% 0%
Institusi Tempat 2x / Tahun /
4 50 5 10% -90%
Umum TTU
Institusi Tempat 2x / Tahun /
5 16 8 50% -50%
Kerja TTK
4x / Panti
6 Panti Asuhan 12 6 50% -50%
Asuhan
4x /
7 Pesantren - - - -
Pesantren
Cakupan promosi PHBS 40%
Target Realisasi
B Penyuluhan Indikator Angka Persen Selisih
Sasaran

\
27

12 x/Tahun
1. Keliling 33 33 100% 0
24x/Tahun
2. Kelompok 50 50 100% 0

Cakupan Promosi Kesehatan kepada Masyarakat 100%


Target Realisasi
C Kegiatan Indikator Angka Persen Selisih
Sasaran
Kelurahan Siaga 100% Jlh
1. 2 2 100% 0
Aktif Kel

Cakupan Kegiatan Pemngembangan Kelurahan Siaga 100%


Aktif
Target Realisasi
D Tingkat Indikator Selisih
Sasaran Angka Persen
Kemandirian
Posyandu
Posyandu Purnama 25% Jlh
1. 4 0 0% -100%
dan Mandiri Posyand
u
100% Jlh
Keaktifan Kader
2. Kader 75 75 100% 0
Posyandu
Posyandu
Tingkat Kemandirian Posyandu 50%

Target Realisasi
E Pembinaan UKS Target Angka Persen Selisih
Sasaran
Jumlah Sekolah 100%
1 25 25 100% 0%
yang Sekolah
Melaksanakan UKS
Kunjungan Tenaga 7x /
2 175 175 100% 0%
Puskesmas ke Sekolah Sekolah
3 Pembinaan Tenaga Puskesmas ke Sekolah
a. Jumlah dokter kecil 10% /
20 20 100% 0%
Sekolah
b. Jumlah kader 10% /
kesehatan remaja 30 30 100% 0%
Sekolah
c. Jumlah guru 1 Org /
25 25 100% 0%
Pembina UKS Sekolah
Cakupan Pembinaan UKS 100%
Target Realisasi
F Kebijakan Publik Target Angka Persen Selisih
Sasaran
Jumlah Inovasi 1
1 2 2 100% 0%
Kebijakan Kebijakan

\
28

Tingkat /Keluraha
Kelurahan yang n
Mendukung
Kesehatan
Cakupan Program Kebijakan Publik 100%
Target Realisasi
G Kemitraan Target Angka Persen Selisih
Sasaran
Jumlah Mitra yang
1
Berperan Aktif
5 mitra 5 4 80% -20%
dalam Upaya
Promosi Kesehatan
Cakupan Program Kemitraan 80%

B. Kesehatan Lingkungan (Kesling)

Hasil Pelaksanaan Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Pelambuan


Tahun 2021

Realisasi
No Variabel Kegiatan Sasara Target Selisih
n Angka Persen
A Penyehatan Air
Inspeksi Sanitasi Sarana 45%
3784 280 7% -93%
Air Bersih Sarana
96% dari
Pengawasan Kualitas Air Titik
7 7 100% 0%
Bersih (PDAM) Sampel
Cakupan Penyehatan Air 54%
B Hygiene dan Sanitasi Makanan & Minuman

Pembinaan Tempat 26%


Pengelolaan Makanan 10 Sarana 3 30% -70%
Pengawasan
Kualitas Air 45%
5 Sarana 5 100% 0%
Minum
Sampel
Makanan
Pemeriksaan yang
- Diperiksa - - -
Sampel Makanan
pada
Tahun
Sebelumny

\
29

a
Cakupan Hygiene dan Sanitasi Makanan & Minuman 65%
C Penyehatan Tempat Pembangunan Sampah dan Limbah
Inspeksi Tempat
Pembuangan 11 100% 11 100% 0%
Sampah (TPS) Sarana
Inspeksi Tempat
Pembuangan - 100% - - -
Akhir (TPA) Sarana
Cakupan Penyehatan Tempat Pembangunan Sampah dan 100%
Limbah
D Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan JAGA
Pemeriksaan
Penyehatan
280 NT 280 100% 0%
Lingkungan pada
Perumahan
Cakupan Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan JAGA 100%
E Pengawasan Sanitasi TTU
Inspeksi Sanitasi
59 80% 8 14% -86%
TTU
Sarana
Sanitasi TTU
8 56% 8 100% 0%
memenuhi Syarat
Sarana
Cakupan Pengawasan Sanitasi TTU 57%
F Pengamanan Tempat Pengolahan Pestisida
Inspeksi Sanitasi - - - -
70%
Sarana
Sarana
Pengelolaan
Pestisida
Pembinaan Tempat - - - -
70%
Pengelolaan
Sarana
Pestisida
G Klinik Sanitasi
Kunjungan ke
20% dari
Klinik Sanitasi
Jlh Kunj.
113 Berbasis 5 4% -96%
Lingkunga
n
Cakupan Klinik Sanitasi 4%
H Sanitasi Pasar
Jumlah Pasar yang
memenuhi Syarat 2 100% 0 0% 100%
Kesehatan Sarana
Cakupan Sanitasi Pasar 0%
I STMB

\
30

Jumlah Kelurahan
yang 100%
2 2 100% 0%
melaksanakan Kelurahan
STBM
Cakupan STMB 100%

C. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Hasil Pelaksanaan Upaya KIA, KB di Puskesmas Pelambuan Tahun 2021

Target Realisasi
A Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih
Pelayanan kesehatan
bagi bumil sesuai
1 standar untuk 100% Bumil 967 839 87% -13%
kunjungan lengkap
(K4)
2
Drop out K4-K1 10% Bumil 97 84 87% -13%
33 Pelayanan persalinan
oleh nakes (PN) yang
100% Bulin 924 826 89% -11%
mempunyai kompetensi
kebidanan
4 Pelayanan nifas
lengkap sesuai standar 100% Bumil 924 411 44% -56%
(KF3)
5 Pelayanan rujukan
20% Bumil 193 143 74% -26%
bumil risti/komplikasi
Cakupan Kesehatan Ibu 76 %
Target Realisasi
B Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih
Pelayanan dan
Rujukan Neonatus 15% Sasaran
134 87 65% -35%
Resiko Tinggi bayi
Cakupan BBLR 100% bayi
ditangani/ di MTBM 14 14 100% 0%
BBLR
Cakupan kunjungan
100%
neonatus pertama 895 829 93% -7%
Neonatus
(KN1)
Cakupan kunjungan
100% Bayi 895 829 93% -7%
bayi
Cakupan Kesehatan Bayi 88%
Target Realisasi
C Variabel Kegiatan Indikator Selisih
Sasaran Jlh %
Pelayanan deteksi
dan stimulasi dini 100% Balita 3498 2610 75% -25%
tumbuh kembang
balita (kontak

\
31

pertama)
Pelayanan deteksi
dan stimulasi dini
100% Anak
tumbuh kembang 1771 424 24% -76%
Prasekolah
anak pra sekolah
Cakupan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah 50%

Target Realisasi
D Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih
Pelayanan kesehatan
anak SD oleh nakes /
tenaga terlatih/ guru Siswa (NT)
3520 3322 94% -6%
UKS/ dokter kecil
Cakupan pelayanan
kesehatan remaja 80% Remaja 3228 2903 90% -10%
Penjaringan anak
sekolah
a. Murid Kelas 1 SD
UKS yang diperiksa 100% Jumlah
533 397 74% -26%
Kelas I SD UKS

b. Murid Kelas 1 100% x Jumlah


SMP/SMA UKS Kelas 1 SMP 288 132 46% -54%
yang diperiksa UKS
100% x Jumlah
Kelas 1 SMA 860 259 30% -70%
UKS

Cakupan Kesehatan Anak Usia Sekolah & Remaja 67%


Target Realisasi
E Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih

Akseptor KB aktif di
70% PUS 7185 5764 80% -20%
Puskesmas (CU)
Akseptor aktif MKET
di Puskesmas Orang (NT) 48 48 100% 0
Akseptor MKET
dengan komplikasi Orang (NT) 0 0
Akseptor MKET
mengalami kegagalan Orang (NT) 0 0

Cakupan Pelayanan Kerluarga Berencana 90%

D. Upaya Perbaikan Gizi

Hasil Pelaksanaan Upaya Perbaikan Gizi di Puskesmas Pelambuan Tahun 2021

\
32

Target Realisasi
No Indikator Target Sasaran Angka % Selisih

A Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak


Jumlah sasaran
Persalinan di Bumil yang
Fasilitas Pelayanan diperiksa LILA 967 826 85% -15%
Kesehatan (PF)

65% dari
Bumil Kurang
jumlah sasaran
Energi Kronik
Bumil 967 52 5% -95%
(KEK)

Cakupan Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 45%


B Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Jumlah Bumil
Bumil KEK yang Yang Mendapat
mendapat Tambahan TTD/ Jumlah 52 52 100% 0%
PMT Bumil X 100%
Jumlah Bayi 6
Bulan Yang
Mendapat ASI
Bumil mendapat
Eksklusif/
Tablet Tambah Darah
Jumlah Bayi 6 967 839 87% -13%
(TTD)
Bulan X
100%
Jumlah Bayi
Bayi usia kurang Baru Lahir
dari 6 bulan yang Mendapat IMD/
mendapat ASI Jumlah
eksklusif minimal 751 346 46% -54%
Seluruh Bayi
50% Lahir X 100%
Bayi baru lahir
mendapat Inisiasi
Menyusui Dini 751 751 100% 0%
(IMD) minimal
50%
Remaja Putri yang
mendapat Tablet
Tambah Darah 3905 809 21% -79%
(TTD) minimal
30%
Cakupan Perbaikan Gizi Masyarakat 71%

E. Pencengahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

\
33

Tabel Hasil Pelaksanaan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Menular (P2M) di Puskesmas Pelambuan tahun 2020

Realisasi
A Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
1 CDR 168 >72% 33 20% -80%

2 Kesembuhan 33 >90% 4 12% -88%

3 Konversi 33 >85% 0% -100%

Hasil Kegiatan Program P2 TB 11%


Realisasi
B Variabel Kegiatan Sasaran Target Selisi
Angk Perse h
a n
Pemeriksaan Sediaan darah 0,21% x
(SD) pada penderita malaria 1001 Jumlah 0 0 0
1
klinis
Penduduk
Penderita + (positif)
malaria diobati sesuai 0 100% 0 0 0
2
Standar

Hasil Kegiatan Program Malaria


Realisasi
N Variabel Kegiatan Selisi
Sasara Target Angk Perse
o h
n a n
Penemuan tersangka
1 4 <1/10.000 0 - -
Kusta
Pengobatan penderita
2 0 100% 0 - 0
Kusta
Pemeriksaan kontak
3 0 100% 0 - -
penderita
Pencegahan dan 0 0 -
100% dari yang
4 pemberantasan penyakit -
diobati
kusta
Hasil Kegiatan Program P2 Kusta

Realisasi
N Jenis Imunisasi Selisi
o Sasara Target Angk Perse h
n a n
Imunisasi HB O <7
1 895 95% bayi 829 93% -7%
Hari

\
34

2 Imunisasi BCG 895 95% bayi 829 93% -7%


Imunisasi DPT-HB-
3 888 95% bayi 811 91% -9%
Hib 1
Imunisasi DPT-HB-
4 888 95% bayi 790 89% -11%
Hib 2
Imunisasi DPT-HB-
5 888 95% bayi 759 85% -15%
Hib 3
6 Imunisasi Polio 1 895 95% bayi 829 93% -7%
7 Imunisasi Polio 2 888 95% bayi 811 91% -9%
8 Imunisasi Polio 3 888 95% bayi 790 89% -11%
9 Imunisasi Polio 4 888 95% bayi 759 85% -15%
Imunisasi
1 888 95% bayi 699 79% -21%
Campak/MR
0
Imunisasi Dasar
1 888 93% bayi 678 76% -24%
Lengkap
1
Imunisasi DPT-HB Hib
1 899 95% baduta 250 28% -72%
Baduta
2
Imunisasi Campak
1 899 95% baduta 226 25% -75%
Baduta
3
Imunisasi DT pada
1 582 >95% 562 97% -3%
Anak Kelas 1 SD
4
Imunisasi TD pada
1 563 >95% 530 94% -6%
Anak Kelas 2 SD
5
Imunisasi TT2+ pada ibu
1 970 80% 489 50% -50%
hamil
6
Imunisasi (kampanye)
MR usia 9 bulan-15
1 tahun - >95%
7
Drop out DPT/HB/Hib
1 0 <5% 78 0
(1)-DPT/HB/Hib (3)
8
Drop out DPT/HB/Hib
1 0 <5% 86 0
(1)- Campak
9
Drop out Polio (1)-
2 0 <5% 80 0
Polio (4)
0
Hasil Kegiatan Program Imunisasi 79%

Hasil Pelaksanaan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


(P2M) di Puskesmas Pelambuan tahun 2020

\
35

Realisasi
1 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
Penemuan kasus diare di <270/1000
1 1296 -88%
Puskesmas dan Kader 157 12%
penduduk
Kasus diare yang
ditangani oleh
2 100% 157 157 100% 0%
Puskesmas dan Kader
dengan oral rehidrasi
Hasil Kegiatan Program P2 Diare 56%

Realisasi
2 Variabel Kegiatan Selisi
Sasaran Target Angka Persen h
Penemuan kasus
1 Pneumonia >95% dari
dan pneumonia berat Perkiraan (10% 324 63 19% 81%
oleh Puskesmas dan dari Jumlah Bayi)
Kader
Jumlah kasus pneumonia
2 dan pneumonia berat yang 100% 63 63 100% 0%
ditangani sesuai standar
Hasil Kegiatan Program P2 ISPA 60%
Realisasi
3 Variabel Kegiatan Selisi
Sasaran Targe Angk Perse h
t a n
Angka bebas jentik
1 (ABJ) 381 >95% 310 81% -19%
Cakupan penyelidikan
2 6 100% 6 100% 0%
Epidemiologi
Kasus DBD/DD yang
3 6 100% 6 100% 0%
ditangani (suspect)
Hasil Kegiatan Program P2 DBD 94%

Realisasi
4 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
IMS yang diobati
1 4 100% 4 100% 0%
ditemuk
an
Klien yang dapat
2 3 100% 3 100% 0%
penanganan HIV/AIDS
ditemuk

\
36

an
Penemuan penderita
3 3 100% 3 100% 0%
HIV/AIDS
ditemuk
an
Hasil Kegiatan Pencengahan dan Penanggulangan PS dan 100%
HIV/AIDS
Realisasi
5 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
Cuci Luka terhadap
1 0 100% 0 100% 0
kasus gigitan HPR
Realisasi
6 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
Kasus filariasis yang
1 Ditangani 0 100% 0 100% 0
Realisasi
7 Variabel Kegiatan
Sasaran Target Angka Persen
1 Laporan STP 12 100% 12 100%
Laporan PWS KLB (W2)
2 52 100% 52 100%

1/100 ribu
3 AFP 0 penduduk 0 0
<15 thn
100%
4. KLB 0 ditangani 0 0
dalam 24 jam

2.1 Jumlah penderita ISPA di Puskesmas Pelambuan

Hasil kegiatan penanggulangan Pneumonia Balita di Puskesmas

Pelambuan selama Tahun 2018 s.d Tahun 2021 adalah sebagai berikut:

ISPA

900
800
700
600
500
400
300
200
100
\ 0
2018 2019 2020 2021

ISPA
37

Latar Belakang Masalah

Gambar 1.4 Diagram Kasus ISPA Balita di wilayah Kerja Puskesmas


Pelambuan tahun 2018 – 2021

Grafik diatas menunjukkan angka Insiden Rate Kasus ISPA Balita di

Puskesmas Pelambuan selama tahun 2018 s.d 2021 cukup bervariasi dan pada

tahun 2020 angka insiden Rate Kasus Pneumonia Balita terjadi penurunan

dibandingkan tahun 2019. Terjadi penurunan ini karena ada hubungannya dengan

pandemic covid-19 yang dimulai sejak awal tahun 2020, sehingga orang tua takut

untuk membawa anaknya ke Puskesmas Pelambuan.

ISPA
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
ri ri et pr
il ei ni li s
be
r
be
r
be
r
be
r
n ua bua ar M Ju Ju stu to m
Ja Fe M A gu tem k em
s e
A p O ov e
Se N D

Pneumonia Batuk bukan pneumonia

Gambar 1.5 Diagram Kunjungan Kasus ISPA Balita di Wilayah Kerja


Puskesmas Pelambuan periode Januari – Desember Tahun 2021.

\
38

Berdasarkan data jumlah kunjungan ISPA di puskesmas Pelambuan periode

Januari – Desember 2021 terdapat 826 penderita ISPA, baik pneumonia maupun

batuk bukan pneumonia. Hal ini menunjukkan masih banyaknya balita sakit di

wilayah kerja Puskesmas Pelambuan2021.

Tabel 1.17 Hasil Cakupan Penggunaan ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Pelambuan.

NO KELURAHAN Jumlah Bayi TARGET 2021

<6 bulan (%) Angka %

1 Pelambuan 751 50 346 46

Tabel 1.18 Hasil Survey Ibu Balita Mengenai Pengetahuan tentang ASI Eksklusif.

Baik Kurang
Kuesioner
N % N %

Pengetahuan dasar mengenai ASI Ekslusif 2 40% 3 60%

Pengetahuan mengenai cara menyusui dan benar 3 60% 2 40%

Pengetahuan mengenai penanganan dalam kesulitan 1 20% 4 80%


pemberian ASI

Dari data diatas didapatkan dari 5 responden sebagian besar memiliki

pengetahuan kurang mengenai ASI Eksklusif sebanyak 3 orang (60%),

pengetahuan kurang mengenai cara menyusui baik dan benar sebanyak 3 orang

(40%), dan pengetahuan kurang mengenai penanganan dalam kesulitan

\
39

pemberian ASI sebanyak 4 orang (80%).

1.3 Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu(ASI) eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa cairan atau

makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau

sirup sampai bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat

bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan

otak, memberian zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan

ikatan emosional antara ibu dan bayinya.1,2

Dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation

Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) tahun 2005

merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu diberikan ASI

selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah

anak berumur enam bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur

dua tahun.2

Secara nasional menurut data dari profil kesehatan Indonesia tahun Capaian

indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI

Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu sebesar 40%. Berdasarkan

distribusi provinsi, sebanyak 32 provinsi telah mencapai target yang diharapkan

dan masih terdapat 2 provinsi yang tidak mencapai target, yaitu Papua Barat

(34%) dan Maluku (37,2%), sementara provinsi dengan capaian tertinggi adalah

Nusa Tenggara Barat (87,3%), capaian ASI ekslusif di Kalimantan Selatan

mengalami penurunan yaitu dari 65,97% menjadi 63,55%. Namun jika

dibandingkan dengan target renstra pada tahun 2018 yaitu 47% dan target renstra

\
40

2019 yaitu 50%, Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2018 dan

2019. capaian tahun 2020 banyak mengalami peningkatan. Faktor yang

menghambat pencapaian tujuan adalah pada awal tahun 2020 dunia dilanda

pandemi Covid-19, tidak terkecuali Indonesia. Adanya pembatasan aktivitas

sosial berskala besar yang dimaksudkan untuk mengurangi dan memutus rantai

penularan Covid-19 berdampak pada pelaksanaan pelayanan kesehatan di

puskesmas, posyandu, kelas ibu, dan lain-lain. Sebagian besar aktivitas posyandu

ditunda, termasuk penimbangan, penyuluhan dan konseling.3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

prevalensi ISPA tersebar di provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 27,1%

rentang 13,2% - 42,3%. Ada 7 kabupaten/kota yang melebihi angka prevalensi

provensi yaitu Balangan (42,3%), Barito Kuala (41%), Hulu Sungai Selatan

(36,6%), Tapin (36,5%), Banjar (30%), Tanah Laut (27,4%) dan Tanah Bumbu

(27,2%). Hanya ada 1 kabupaten yang angka prevalensi ISPA paling rendah yaitu

Hulu Sungai Tengah (0,2%). Prevalensi pneumonia Kalimantan Selatan 2,3%

rentang 0,4% - 6,6%. Ada 6 angka prevalensi di provinsi dijumpai di kabupaten

Barito Kuala (6,58%), Balangan (6,51%), Banjar (3,8%), Hulu Sungai Utara

(3,3%), Tapin (3,1%) dan Hulu Sungai Selatan (2,9%). Berdasarkan data jumlah

kunjungan ISPA di Puskesmas Pelambuan periode Januari – Desember 2021

terdapat 826 penderita ISPA balita baik pneumonia maupun batuk bukan

pneumonia. Hal ini menunjukkan masih banyaknya balita sakit di wilayah kerja

puskesmas Pelambuan. Angka kesakitan pada balita erat kaitannya dengan gizi

dan sistem kekebalan tubuh balita.4

\
41

Bayi yang diberi ASI eksklusif akan memperoleh seluruh kelebihan ASI

serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat,

lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit.

Bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih rentan terkena penyakit. ISPA

merupakan penyakit yang paling sering diderita bayi karena lemahnya sistem

imun bayi.

Dengan demikian permasalahan tersebut akan dapat diatasi melalui peran

aktif dari tenaga kesehatan dan pemegang program KIAKB di wilayah kerja

masing-masing dengan memberikan penyuluhan yang intensif. Penyuluhan dapat

dilakukan setiap bulan bersamaan dengan kegiatan penimbangan di posyandu.

Penyuluhan harus diberikan secara jelas dan dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh masyarakat tempat kader itu berada. Diharapakan juga kader

aktif dalam penemuan, dan mengedukasi, sehingga capaian ASI eklusif di

wilayah kerja puskesmas Pelambuan tercapai.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menentukan alternatif pemecahan

masalah agar angka pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pelambuan

meningkat pada tahun 2021.

\
42

BAB II

PERMASALAHAN

2.1. Identifikasi Masalah

Data yang telah disajikan menunjukkan masalah-masalah yang dimiliki

Puskesmas Pelambuan, hal ini terdapat 3 permasalahan tertinggi yang timbul :

1. ISPA masih menjadi salah satu penyakit dengan jumlah kunjungan terbanyak

2. Penemuan kasus pneumonia masih rendah, 19% dari sasaran target 100%

3. Bayi usia < 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah, 46% dari

sasaran target 100%.

2.1. Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis situasi, masalah yang

timbul adalah angka kejadian kasus ispa pada tahun 2021 yang mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2020 di wikayah kerja Puskesmas Pelambuan.

\
43

Sistem imun menurun dan


Bayi kurang gizi Risiko infeksi tinggi Akibat

Tingginya Angka
Kejadian ISPA Permasalahan

Faktor Internal: Faktor Eksternal:


1. Kurangnya peran aktif petugas
1. Kurangnya
puskesmas dalam meningkatkan
pengetahuan
cakupan ASI Ekslusif
masyarakat tentang Asi
2. Minimnya biaya operasional
Eksklusif
untuk dilakukannya kegiatan
2. Kurangnya
penyuluhan Sebab
3. Kurangnya promosi Kesehatan pengetahuan
tentang pentingnya ASI Ekslusif masyarakat mengenai
kepada masyarakat pentingnya pemberian
4. Media sosialisasi tentang Asi Eksklusif
pentingya ASI Ekslusif kurang 3. Ibu merasa produksi
beragam ASI nya sedikit atau
5. Cara yang penyampaian tidak mau keluar dan
informasi yang kurang aplikatif payudaranya akan lecet
6. Kurangnya biaya operasional 4. Budaya dan tradisi
untuk dilakukannya kegiatan 5. Faktor fisik
pelatihan kader terkait
pentingnya Asi Eksklusif

Gambar 2.1 Kerangka Problem Tree Mengenai tingginya angka ISPA di Puskesmas
Pelambuan.

2.2. Prioritas Penyebab Masalah

Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah masalah-

masalah kesehatan teridentifikasi. Dalam hal ini maka cara penentuan prioritas malsalah

yang dipilih adalah Metode PAHO-CENDES (Pan American Health Organization-Center

for Development Studies). Cara ini digunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai

\
44

adalah:

 M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari 1% atau

jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan

instansi terkait.

 I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas

serta kecenderungan dari waktu ke waktu. Importancy terdiri dari:

- Severity (S): berat ringannya masalah tersebut terhadap masalah kesehatan pada

umumnya (semakin berat, nilai semakin tinggi)

- Rate of increase (RI): berat ringannya hambatan jika masalah tersebut tidak ditangani

(semakin berat hambatan, nilai semakin tinggi)

- Public concern (Pco): banyak sedikitnya masalah tersebut menjadi perhatian

masyarakat (semakin menjadi perhatian, nilai semakin tinggi)

- Political climate (PC): banyak sedikitnya perhatian politik terhadap masalah tersebut

(semakin menjadi perhatian politik, nilai semakin tinggi)

- Social benefit (SB): banyak sedikitnya masalah tersebut memberikan manfaat sosial

jika ditangani (semakin banyak memberi manfaat sosial, nilai semakin tinggi)

 V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang

diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.

 C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan

masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.

Hubungan keempat kriteria dalam menetukan prioritas masalah (P), yaitu:

P = M.I.V.C

Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke parameter

\
45

lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter.

Interpretasi angka hasil penilaian adalah sebagai berikut:

a. Besarnya masalah (Magnitude), diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Hanya sebagian kecil masyarakat

2. Sebagian kecil masyarakat

3. Hanya sebagian besar masyarakat

4. Sebagian besar masyarakat

5. Hampir seluruh masyarakat

a. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vulnerability), diberi skor 1-2

yaitu :

a. Tidak ada cara yang efektif

b. Ada cara yang efektif

b. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy), diberi skor 1 – 5 yaitu:

1. Tidak ada kepentingan

2. Kepentingannya sangat rendah

3. Kepentingannya cukup rendah

4. Kepentingannya cukup tinggi

5. Kepentingannya sangat tinggi

c. Biaya (Cost), diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Sangat tidak murah

2. Tidak murah

3. Cukup murah

4. Murah

5. Sangat murah

Sesuai cara skoring di atas maka prioritas masalah dapat dijabarkan sebagai berikut.

\
46

Tabel 2.1. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

NO Permasalahan M I V C Nilai Prior

Kurangnya peran aktif petugas puskesmas dalam


1 4 4 2 3 108 III
meningkatkan cakupan ASI eksklusif

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai


2 5 4 2 3 120 II
pentingnya pemberian ASI Eksklusif

Minimnya biaya operasional untuk dilakukannya


3 4 2 2 2 36 VI
kegiatan penyuluhan

Cara yang digunakan dalam penyampaian informasi


4 yang kurang aplikatif 4 3 2 4 84 IV

Kurangnya promosi kesehatan tentang pentingnya


5 5 4 2 4 160 I
ASI Eksklusif kepada masyarakat

6
Media sosialisasi tentang pentingnya ASI Eksklusif kurang
beragam 2 3 2 4 48 V

Berdasarkan pembobotan masalah tersebut di atas, maka dapat diketahui prioritas

masalah yang ditetapkan adalah Kurangnya promosi kesehatan tentang pentingnya ASI

Eksklusif kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan.

\
47

BAB III

PEMBAHASAN

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa cairan atau

makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup

sampai bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat bernilai tinggi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak, memberian zat

kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan

bayinya. Program peningkatan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif merupakan

program prioritas. Hal ini dikarenakan memberikan dampak luas terhadap status gizi dan

kesehatan balita. ASI mengandung kolostrum yaitu zat yang keluar dihari ke 1 sampai hari

ke 3, berwarna kekuningan, kental. Kolostrum mengandung zat gizi dan antibodi lebih

tinggi daripada ASI matur.1,5

Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Esklusif merupakan indikator yang

tercantum pada Renstra Kementerian Kesehatan periode 2020- 2024. Pada tahun 2020, dari

jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan yang di recall, dari 3.196.303 sasaran bayi kurang dari

6 bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif

atau sekitar 66,1%. Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang

mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020. Provinsi Kalimantan

Selatan berada di urutan 22 dengan capaian 63,55%. Jika dibandingkan dengan tahun 2019,

capaian ASI ekslusif di Kalimantan Selatan mengalami penurunan yaitu dari 65,97%

menjadi 63,55%.3

\
48

Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya pemberian ASI di Indonesia, salah

satunya yaitu kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya

ASI. Masalah ini diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya

dukungan dari masyarakat, termasuk instirusi yang memperkerjakan perempuan yang

belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja.5

Keberhasilan seorang ibu menyusui dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor

predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi meliputi, yaitu

umur, pendidikan, pengetahuan dan sikap, dan keterpaparan terhadap informasi. Adapun

faktor pemungkin meliputi kebijakan instansi, ketersediaan fasilitas. Sedangkan faktor

penguat adalah adanya dukungan suami, dukungan keluarga dan yang tidak kalah

pentingnya adalah dukungan dari tenaga kesehatan.5

Selain itu, ada juga berbagai alasan yang menjadi penyebab ketidakberhasilan

pemberian ASI eksklusif. Beberapa studi yang telah dilakukan menyebutkan bahwa

penyebab ketidakberhasilan ASI eksklusif antara lain kemiskinan, usia ibu < 30 tahun, ibu

yang tidak memiliki pasangan, anggapan bahwa ASI tidak cukup, nyeri pada saat menyusui,

tidak mendapatkan dukungan dari keluarga maupun petugas kesehatan dan ibu yang telah

kembali bekerja.2

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif

dengan berbagai cara. Menerbitkan peraturan dan perundang- undangan mengenai

pemberian ASI eksklusif pun sudah dilakukan. Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004

dan PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya

kementrian kesehatan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Dalam

undang-undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan

kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk

memberikan ASI Eksklusif. Hal tersebut diwujudkan dengan Sepuluh Langkah Menuju

\
49

Keberhasilan Menyusui (LMKM) yang meliputi:6

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian

Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua

petugas;

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk

menerapkan kebijakan tersebut;

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2

tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui;

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan, yang

dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui

setelah 30 menit ibu sadar;

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan

menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis;

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru

lahir;

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama

dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu

kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana

Pelayanan Kesehatan.

Pelatihan manajemen laktasi terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan khususnya nakes dalam menyelesaikan masalah-masalah

\
50

yang ditemukan saat menyusui. Dalam manajemen laktasi meliputi kegiatan breasfedding

technique, breasfeeding technology, breastfeeding problem solving and infant issues.

Dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan menjadi salah satu penyebab tidak

diberikannya ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan perlunya support sistem yang dapat

mendukung ibu dalam memberikan ASI eksklusif.5

Program ASI eksklusif dalam pelaksanaannya tidak bisa dikerjakan oleh petugas

kesehatan saja melainkan melibatkan banyak pihak-pihak terkait seperti kader posyandu,

tokoh masyarakat, LSM untuk menyampaikan kepada masyarakat pentingnya pemberian

ASI ekslusif untuk bayi umur 0-6 bulan. Kerjasama lintas sektoral sangat diperlukan untuk

mencapai hasil yang maksimal, karena program ASI eksklusif jangkauannya sangat luas

dan memerlukan bantuan dari pihak-pihak lain yang berpengaruh seperti kader Posyandu.7

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif,

diperlukan penyuluhan oleh tenaga kesehatan secara menyeluruh. Kader merupakan salah

satu petugas kesehatan di masyarakat yang memiliki peranan dalam program kesehatan.

Kader bisa membantu tenaga kesehatan dalam penyuluhan yang dilakukan. Selain itu, para

kader juga bisa diberikan pelatihan guna pemutakhiran pengetahuan kader dan efektifitas

pelaksanaan program kesehatan masyarakat. Dengan dilakukannya pelatihan, evaluasi

terhadap kendala yang dihadapi oleh kader lainnya guna mencari pemecahan masalah yang

tepat berdasarkan fakta lapangan.8

Sistem koordinasi yang dilakukan petugas pelaksana program pemberian ASI

eksklusif kepada kader lebih sering dilakukan melalui pertemuan non formal yaitu secara

interpersonal saja dengan saling memberitahu informasi satu sama lainnya, sedangkan

pertemuan rutin yang khusus untuk membahas mengenai pelaksanaan program pemberian

ASI eksklusif maupun pelatihan belum dilakukan karena beberapa alasan salah satunya

yaitu karena masalah keterbatasan waktu dan biaya.

\
51

Pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif dilakukan secara bersamasama antara

petugas gizi dan bidan dengan melakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusi kepada

masyarakat. Selain itu juga, bisa dengan melatih para kader kader posyandu tentang

pentingnya ASI Eksklusif yang nantinya disampaikan ke masyarakat. Oleh karena lintas

sektor yang terlibat adalah kader posyandu, maka kerjasama yang dapat dilakukan secara

langsung yaitu penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif dan pelatihan para kader

melalui pertemuan dalam waktu yang ditentukan di Puskesmas Pelambuan.8

Penyuluhan mengenai ASI eksklusif bagi ibu ibu bertujuan meningkatkan

pengetahuan mengenai ASI Eksklusif. Selain itu, puskesmas juga bisa mengoptimalkan

para kader dengan melakukan pelatihan mengenai ASI eksklusif bagi kader bertujuan

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader mengenai ASI dan cara pemberian yang

baik, sehingga kader dapat menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada masyarakat

dengan baik. Pelatihan ini akan meningkatkan kader dalam membantu masyarakat terutama

ibu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam menyusui anaknya. Hasil akhir

dari kedua kegiatan diatas diharapkan adalah para ibu dapat mendapat informasi yang tepat

mengenai ASI dan mampu mengatasi masalah saat pemberian ASI. Pengetahuan ibu yang

meningkat akan menimbulkan ibu lebih aktif memberikan ASI kepada anaknya. Sehingga

capaian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas akan meningkat.9

Peningkatan sistim imunitas pada bayi biasanya dilihat dari frekuensi bayi yang

mengalami sakit. Pada bayi yang sering mengalami sakit dapat diketahui pada saat bayi

lahir sampai 6 bulan apakah bayi diberi ASI eksklusif atau tidak, karena dalam ASI terdapat

kolustrum. Kolostrum merupakan cairan emas, cairan pelindungyang kaya zat antiinfeksi

dan berprotein tinggi yang dikeluarkan pada hari pertama dan kedua setelah melahiran.

Kolustrum lebih banyak mengandung protein dan zat anti infeksi 10-17 kali lebih

banyak dibandingkan ASI matang

\
52

(mature). Cairan emas yang encer dan berwana kuning atau jernih yang lebih

menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah

putih yang dapat membunuh kuman penyakit.10

ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi. ASI adalah makan terbaik untuk bayi.

ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan

perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan memperoleh

seluruh kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia

akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang

sakit.10

Patokan yang dapat dijadikan evaluasi dalam menilai baik atau tidaknya pencapaian

ASI eksklusif di suatu daerah adalah angka kesakitan balita di daerah tersebut. Salah satu

yang dapat dilihat adalah angka kunjungan ISPA di puskesmas. Penyakit ISPA erat

kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat dipengaruhi oleh gizi anak tersebut.

ASI adalah nutrisi bagi anak yang sangat berperan dalam meningkatkan status gizi. Capaian

ASI eksklusif yang optimal menandakan bahwa pemberian ASI oleh ibu di wilayah kerja

tersebut sudah baik. Pemberian ASI yang baik akan dapat menurunkan jumlah balita sakit

terutama penyakit ISPA. Oleh karena itu capaian ASI yang baik dapat menurunkan jumlah

kunjungan ISPA.10

\
53

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

4.1. Alternatif Pemecahan Masalah

Dalam upaya meningkatkan angka Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Kerja

Puskesmas Pelambuan diperlukan pemecahan masalah yang dapat dianalisis dengan

metode SWOT.

Tabel 4.1 Hasil analisis masalah berdasarkan metode SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

SW
1. Puskesmas memiliki 1. Kurang media inovatif dan
tenaga kerja di bidang gizi sarana sosialisasi dalam menarik
yang berpendidikan sesuai perhatian dan mudah dipahami
dengan bidangnya mengenai ASI Eksklusif
2. Adanya program
OT posyandu yang telah
terjadwal, dan pojok
laktasi di puskesmas
3. Puskesmas memiliki printer
untuk memperbanyak leaflet

PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

1. Puskesmas 1. Tenaga kesehatan 1. Memberikan media seperti


mempunyai bersangkutan poster atau lealet yang diberikan
memberikan penyuluhan
kader yang dapat saat posyandu dan penyuluhan
kepada masyarakat
membantu mengenai pentingnya

\
54

kinerja pemberian ASI Eksklusif tentang ASI Eksklusif (W1,O3)


puskesmas masyarakat baik di
puskesmas maupun
2. Puskesmas
posyandu dengan tetap
induk mudah menjalankan protokol
dicapai kesehatan (S1,O2,O4)
2. Tenaga kesehatan ahli gizi
menggunakan
memberikan pembekalan
transportasi materi kepada kader untuk
disampaikan ke masyarakat
darat
tentang ASI Eksklusif
3. Puskesmas (S1,O1,O2)
memiliki 15
posyandu
balita yang
berada di
wilayah
puskesmas
teluk dalam

ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

1. Kurangnya 1. Memulai kembali kegiatan 1. Mengunakan media


pengetahuan posyandu balita yang promosi seperti media sosial
masyarakat sempat ditunda dengan puskesmas untuk penyampaian
terhadap manfaat tetap menjalankan protokol informasi tentang ASI Eksklusif
dan pentingnya kesehatan (S2,T2) (W1,O1,O2)
ASI Eksklusif
2. Kondisi pandemi
yang dirasakan
hingga saat ini
menyebabkan
kegiatan

\
55

puskesmas ke
masyarakat
seperti posyandu
balita sempat
ditunda
sementara

Pemecahan masalah yang diajukan dalam upaya meningkatan angka capaian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan adalah dengan meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai ASI Eksklusif.

Dari permasalahan yang ada, maka ada beberapa alternative pemecahan masalah

yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Tenaga kesehatan bersangkutan memberikan penyuluhan kepada masyarakat

mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif masyarakat baik di puskesmas maupun

posyandu dengan tetap menjalankan protokol kesehatan

2. Tenaga kesehatan ahli gizi memberikan pembekalan materi kepada kader untuk di

sampaikan ke masyarakat tentang ASI Eksklusif

3. Memberikan media seperti poster atau leaflet yang diberikan saat posyandu dan

penyuluhan tentang ASI Eksklusif

4. Memulai kembali kegiatan posyandu balita yang sempat ditunda dengan tetap

menjalankan protokol kesehatan

5. Mengunakan media promosi seperti media sosial puskesmas untuk penyampaian

informasi tentang ASI Eksklusif

\
56

4.2. Prioritas Pemecahan Masalah

Kriteria pemecahan masalah menurut metode PAHO – CENDES yaitu:

a. Magnitude :

1. Hanya sebagian kecil masyarakat

2. Sebagian kecil masyarakat

3. Hanya sebagian besar masyarakat

4. Sebagian besar masyarakat

5. Hampir seluruh masyarakat

b. Vunerability

1. Alternatif pemecahan masalah tidak efektif digunakan

2. Alternatif pemecahan masalah efektif digunakan

c. Importancy

1. Tidak ada kepentingan

2. Kepentingannya sangat rendah

3. Kepentingannya cukup rendah

4. Kepentingannya cukup tinggi

5. Kepentingannya sangat tinggi

d. Cost

1. Sangat tidak murah

2. Tidak murah

3. Cukup murah

4. Murah

5. Sangat murah

Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk

menentukan prioritas pemecahan masalah yang dapat dilihat pada table berikut :

\
57

Tabel 4.3 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Nilai
Kriteria Ranking
No Masalah komposit
Prioritas
M I V C M.I.V.C
Tenaga kesehatan
bersangkutan memberikan
1. penyuluhan kepada 5 5 2 2 100 1
masyarakat mengenai
pentingnya pemberian ASI
Eksklusif masyarakat baik di
puskesmas maupun posyandu
dengan tetap menjalankan
protokol kesehatan
Tenaga kesehatan ahli gizi
2. memberikan pembekalan 3 3 2 3 54 3
materi kepada kader untuk
disampaikan ke masyarakat
tentang ASI Eksklusif
Memberikan media seperti
poster atau leaflet yang
3. 3 4 2 3 72 2
diberikan saat posyandu dan
penyuluhan tentang ASI
Eksklusif
Memulai kembali kegiatan
posyandu balita yang sempat
4.
ditunda dengan tetap 3 4 1 3 36 4
menjalankan protokol
kesehatan
Mengunakan media promosi
5. seperti media sosial 2 3 1 4 24 5
puskesmas untuk
penyampaian informasi
tentang ASI Eksklusif

Pada alternatif pemecahan masalah pertama, memberikan penyuluhan

langsung kemasyarakat sangat menyesesaikan masalah dan merupakan cara yang

efektif karena melibatkan orang banyak. Pada alternatf pemecahan masalah kedua,

pemberian leaflet kepentingannya cukup tinggi, tetapi hanya didapatkan

orang

yang hadir diposyandu saja. Pada alternatif pemecahan masalah ketiga, tenaga ahli gizi

memberikan materi ke kader posyandu cukup efektif namun menurut pemegang program,

\
58

kader merasa kurang menguasai dan malu saat memberikan informasi ke masyarakat walau

sudah dilatih. Pada alternatif pemecahan masalah keempat, memulai kembali kegiatan

posyandu balita yang sempat tertunda kurang efektif karena terbatasnya waktu di akhir

tahun. Pemecahan masalah kelima dinilai kurang efektif karena keterbatasan pengetahuan

ibu ibu mengenai sosial media.

Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas maka prioritas pemecahan masalah

tentang rendahnya angka pemberian ASI Eksklusif adalah Tenaga kesehatan bersangkutan

memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI

Eksklusif masyarakat baik di puskesmas maupun posyandu dengan tetap menjalankan

protokol kesehatan.

4.3 Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah

Adapun rencana tindakan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

i. Tujuan : Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tindakan promosi kesehatan

dengan metode ceramah dan diskusi mengenai pentingnya ASI Eksklusif dalam

menurunkan angka kejadian ISPA di wilayah kerja puskesmas Pelambuan.

ii. Pembentukkan panitia yang terdiri dari tenaga kesehatan puskesmas

iii. Menentukan sasaran kegiatan : semua ibu yang hadir di posyandu balita

iv. Menentukan sumber pendanaan : dana operasional tahunan puskesmas

v. Pelaksana : lintas program : pemegang program gizi dan pemegang program

kesehatan ibu dan anak, lintas sektor : kader posyandu balita puskesmas Pelambuan

2. Pengorganisasian

Melakukan pembentukan panitia atau tim terhadap perencanaan kegiatan yang telah

dibuat dan disepakati bersama agar rencana dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

\
59

sebagai berikut.

Penasihat : Kepala Puskesmas

Ketua : Penanggung jawab program gizi

Wakil : anggota program gizi

Bendahara : Bendahara puskesmas

Pemateri : Tim posyandu balita

3. Pelaksanaan Kegiatan

a. Penyelenggara : Puskesmas Pelambuan

b. Pelaksana : Penangung jawab program gizi

c. Kegiatan : pengisian pretest sebelum penyampaian materi penyuluhan, kemudian

penyampaian materi, sesi diskusi dan diakhiri dengan pengisian post test

d. Sasaran : ibu balita yang hadir diposyandu balita

e. Tempat : posyandu di wilayah kerja puskesmas teluk dalam

f. Materi : pengertian, manfaat, dan dampak ASI Eksklusif

g. Dana : dana operasional tahunan puskesmas.

4. Evaluasi

a. Jangka pendek

Meningkatnya pengetahuan masyarakat terkait pentingnya ASI Eksklusif

berdasarkan hasil pre-test dan post test sebelum dan sesudah penyampaian materi

penyuluhan.

b. Jangka menengah

Meningkatkan kemauan ibu ibu balita untuk memberikan anaknya ASI Eksklusif

c. Jangka panjang

Meningkatnya angka capaian ASI Eksklusif guna menurunkan angka kejadian ISPA

di Wilayah kerja Puskesmas Pelambuan

\
60

d. Hambatan dan Solusi

 Hambatan: kesediaan waktu luang peserta, jumlah peserta yang bisa ditampung di

lokasi kegiatan dan alat perangkat (laptop, internet) yang digunakan.

Solusi: melaksanakan kegiatan bertahap lebih dari satu kali atau dilakukan di

beberapa tempat.

 Hambatan: keterbatasan pemahaman peserta dalam waktu yang singkat.

Solusi: memberikan file materi dalam bentuk hardcopy maupun softcopy sebagai

pegangan kader dan peserta, serta membentuk grup whatsapp untuk koordinasi dan

ruang diskusi.

\
61

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Prioritas masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan adalah

pemberian ASI eksklusif yang masih termasuk rendah. Faktor utama

permasalahan ini yaitu kurangnya penyampaian informasi dari tenaga kesehatan

Puskesmas kepada ibu ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif. Hal ini

menyebabkan pengetahuan dan keterampilan ibu ibu masih kurang dalam

pemberian ASI eksklusif. Akibatnya, pengetahuan dan kesadaran masyarakat

untuk menjalankan program ini belum optimal sehingga tidak maksimalnya angka

capaian pemberian ASI eksklusif. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan lebih

sering sakit, lebih rentan terhadap infeksi, mudah terkena alergi. Hal ini terlihat

dari tingginya jumlah balita sakit. Maka disusunlah pembahasan dan analisis dari

masalah prioritas maupun masalah-masalah lainya dalam makalah ini.

Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah menggunakan metode

PAHO - CENDES, maka solusi yang paling utama untuk dilakukan yaitu

diadakannya penyuluhan bagi ibu ibu tentang pentingnya ASI eksklusif sehingga

dapat menurunkan jumlah kunjungan ISPA pada balita.

5.2. Saran

1. Puskesmas

Melakukan penyuluhan berkala kepada masyarakat mengenai materi yang

\
62

berkaitan dengan ASI eksklusif. Materi dapat berupa Program ASI eksklusif.

Materi dapat berbentuk leaflet dan poster. Serta kerja sama dengan lintas sektor

dengan para kader untuk membantu puskesmas. Puskesmas juga melakukan

evaluasi berkala kepada tenaga kesehatan yang memegang program ini untuk

menilai efektifitas penyuluhan dan kerja lintas sektor. Puskesmas dapat

memberikan reward kepada ahli gizi yang mampu melakukan kegiatan

penyuluhan dan konseling dengan baik. Puskesmas juga dapat membantu untuk

membentuk Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI).

2. Dinas Kesehatan

 Menghimbau masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan program ASI

eksklusif. Himbauan dapat menggunakan media elektronik yang mudah di

akses masyarakat seperti radio maupun televisi.

 Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam konseling pemberian makan

bayi dan anak (PMBA) diharapkan dapat memberikan konseling terkait PMBA

yang salah satunya adalah praktik pemberian ASI yang dilakukan pada saat

kunjungan pemeriksaan kehamilan, kelas ibu hamil, penyuluhan di tempat

kerja maupun saat kunjungan rumah.

 Membuat pedoman pelayanan gizi dan panduan gizi seimbang di masa

pandemi Covid-19 serta poster dan booklet terkait menyusui dimasa Pandemi

Covid-19. Pedoman Pelayanan Gizi di masa pandemi tersebut memberikan

panduan kepada dinas kesehatan dan puskesmas untuk tetap memberikan

pelayanan gizi termasuk konseling kepada ibu hamil dan menyusui yang

membutuhkan, melalui tele-konseling atau kunjungan ke rumah jika

\
63

memungkinkan, sesuai aturan pemda setempat terkait pembatasan sosial.

3. Masyarakat

Ibu dapat lebih aktif dalam menyampaikan masalah (jika ada) atau

bertanya mengenai hal apa saja yang tidak dimengerti terutama dalam masalah

pelaksanaan ASI eksklusif pada saat kunjungan ke posyandu.

\
64

DAFTAR PUSTAKA

1. Fikawati S, Syafiq A. Penyebab keberhasilan dan kegagalan praktik


pemberian ASI eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2009; 4:
120-31.
2. Pertiwi P. Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Universitas Indonesia.
2012.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2018.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2018.
Informasi tentang prevalensi tertinggi pada ISPA di Kota Banjarmasin.
Jakarta: Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementrian
Kesehatan 2020. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2020.
6. Mufdlilah. Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI
Eksklusif. Yogyakarta. 2017.
7. Depkes RI. Pokok Pokok Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Depkes RI. 2013.
8. Alifah N. Analisis sistem manajemen program pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2012; 1: 97-107.
9. Iswarawanti DN. Kader posyandu: peranan dan tantangan pemberdayaannya
dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan. 2010; 13: 169-73.
10. Kartika, Kartika and Fitriahadi, Enny. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan
Motivasi Kader Dengan Kegiatan Pelayanan Posyandu Di Desa Sidorejo
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta. Skripsi thesis,
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
11. P, Abbas, A sri Haryati.Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Bayi. Jurnal FK
65

UNISSULA.

LAMPIRAN

\
66

Lampiran 1. Hasil wawancara

Identitas narasumber
Inisial :I
Profesi : Ahli madya gizi
Jabatan : penanggung jawab program Gizi
Tanggal wawancara : 6 Febuari 2022

Pertanyaan 1 : sudah berapa lama ibu bekerja di puskesmas pelambuan dan berapa
lama memegang program gizi?
Jawaban
“saya sudah bekerja selama 11 tahun di Puskesmas Pelambuan dan menjabat
sebagai penanggung jawab program gizi selama 11 tahun (2010- 2021)”

Pertanyaan 2 : dari program gizi, program mana yang masih menjadi masalah di
tahun 2021?
Jawaban
“program gizi seluruhnya telah mencapai target tetapi tidak optimal. Misalnya
program program Bayi <6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.”

Pertanyaan 3: apa saja kendala yang dihadapi sehingga program tersebut belum
optimal?”
Jawaban
“banyak faktor dari berbagai aspek yang bisa menjadi kendala seperti faktor
pandemi covid-19 sehingga kurangnya penyuluhan ke masyarakat, cara
penyuluhan, media promosi, atau biaya dan kurangnya tenaga kesahatan..
Karena terlalu banyak faktor yang bisa mempengaruhi, sebenarnya peran
masyarakat lebih diutamakan. Salah satu yang bisa berpengaruh dalam
pencapaian ASI ekslusif itu salah satunya yaitu penyuluhan langsung
kemasyarakat. Kemudian yang bisa dilakukan yaitu pelatihan terhadap kader
tentang ASI Eksklusif, karena lebih dekat dengan ibu- ibu diposyandu.

\
67

Sayangnya, penyuluhan tidak pernah dilakukan lagi dalam 2 tahun terakhir ini
karena adanya pandemi covid-19. Kemudian cara lain yaitu, pelatihan kepada
kader masih kurang optimal, selama saya bekerja disini hanya dilakukan 5x
pembekalan mengenai ASI Eksklusif per 2 tahun tetapi tidak dilakukan evaluasi.
Kemudian untuk kader terkendalanya mereka kurang berani atau tidak pede
dalam penyampaian materi dari pelatihan Hingga saat ini belum pernah
diadakannya lagi penyuluhan tentang ASI eksklusif untuk masyarakat. Kalau dari
segi kadernya saya amati, tingkat pengetahuan kader seputar ASI Eksklusif masih
rendah, sehingga perlu juga dilakukan pelatihan.”

Pertanyaan 4: petugas kesehatan di puskesmas apakah sudah seluruhnya mendapat


pelatihan mengenai ASI Eksklusif?
Jawaban : “kalau seluruhnya sih tidak, tapi sebagian besar perawat dan bidan
sudah pernah mendapat pelatihannya.”

\
68

Lampiran 2. Kuesioner Survey

KUESIONER

Nama :
Usia :
Pekerjaan :

Petunjuk Pengisian :
1. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab.
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.

Alternatif
No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
makanan atau minuman lain sampai usia bayi 6 bulan.
2. Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari
payudara maka akan semakin banyak ASI yang
diproduksi
3. Pemberian makanan seperti bubur, sayuran dan buah
yang dilumatkan dapat diberikan setelah bayi berusia 4
bulan
4. Perasaan ibu seperti khawatir ASI tidak cukup, cemas
dan marah, TIDAK berpengaruh terhadap produksi ASI
5. Pemberian makanan atau minuman selain ASI dapat
mengurangi asupan ASI
6. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
7. Kolostrum yang keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4
dan berwarna kuning keemasan bisa menyebabkan diare.
8. Bayi yang baru lahir akan mendapat kekebalan dari
ibunya melalui ASI
9. Pemberian susu formula bisa menyebabkan alergi dan
diare
10. Menyusui bayi sebaiknya dijadwal pada jam tertentu

\
69

1. Jelaskan secara singkat bagaimana cara menyusui yang baik dan


benar?

Jawaban :

2. Jelaskan secara singkat bagaimana cara mengatasi:

a. Puting susu datar atau terbenam

b. Puting susu nyeri

c. Payudara bengkak

d. ASI tidak keluar

Anda mungkin juga menyukai