Oleh :
Pembimbing :
Dr. Farida Heriyani, MPH
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERMASALAHAN
2. 1 Identifikasi Masalah.................................................... 42
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 61
5.2 Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 65
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
Pelambuan Tahun 2021 20
1.15 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan
tahun 2020 23
1.16 Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Pelambuan tahun 2020 24
1.17 Hail cakupan penggunaan asi eksklusif diwilayah kerja
Puskesmas Pelambuan 37
1.18 Hasil survey ibu balita mengenai pengetahuan tentang asi eksklusif.. 37
2.1 Penentuan Prioritas Masalah 46
4.1 Hasil analisis masalah berdasarkan metode SWOT 53
4.2 Alternatif Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah 54
4.3 Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan metode
PAHO-CENDES 57
iv
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Puskesmas
rawat inap.
Gambar 1.1 Wilayah Kelurahan Pelambuan dan wilayah Kelurahan Belitung Selatan
1
2
4. Luas Wilayah
terdiri dari 2 kelurahan, yaitu: Kelurahan Pelambuan dengan luas wilayah 1,81
km2 dan kelurahan Belitung Selatan dengan luas wilayah 1,21 km 2 yang
berbatasan dengan:
a. Kelurahan Pelambuan
Telepon : 0511-6727315
Email : puskes.pelambuan@gmail.com
\
3
6. Iklim
umumnya yakni beriklim tropis. Suhu rata-rata antara 25-38oC, curah hujan rata-
rata 277,9 mm/bulan dengan curah hujan 156 hari selama 1 tahun.
7. Karakteristik Demografi
A. Distribusi Penduduk
adalah 41.147 jiwa, yang terdiri dari Kelurahan Pelambuan sebanyak 26.307 jiwa
Tabel 1.1 Distribusi jumlah penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan tahun 2022
Jumlah Penduduk
Luas Laki- Jumlah
No Desa/Kelurahan Perempuan
Wilayah Laki (Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
1. Kelurahan Pelambuan 1,81 13.210 13.097 26.307
2. Kelurahan Belitung Selatan 1,21 7.302 7.538 14.840
Total 3,02 20.512 20.635 41.147
Sumber : Profil Desa dan Kelurahan Pelambuan dan Belitung Selatan tahun 2022
\
4
Tabel 1.2 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan Tahun 2022
N Luas Jumlah
Kelurahan Kepadatan
o (Km ) Penduduk (jiwa)
2
atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 km2. Menurut
dalam kategori sangat padat. Hal ini sangat berdampak kepada tingkat sanitasi,
Tabel 1.3 Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan tahun 2022
Jumlah
No. Kelurahan Kepadatan Kategori
Penduduk
1 Pelambuan 26.307 14.565 jiwa/km2 Sangat Padat
\
5
Belitung
2 14.840 12.259 jiwa/km2 Sangat Padat
Selatan
Jumlah 41.147 13.625 jiwa/km2 Sangat Padat
dan didominasi oleh golongan usia produktif. Berdasarkan data tersebut dapat
penduduk yang tidak produktif (berusia kurang dari 14 tahun dan di atas 64
tahun) semakin kecil dan belum banyak. Dilihat dari struktur demografi
Indonesia dewasa ini, maka pada tahun 2020-2030 Indonesia berpeluang untuk
mengalami bonus demografi, di mana negara ini akan memiliki sekitar 180 juta
\
6
juta jiwa. Ini berarti 10 orang usia produktif hanya akan menanggung 3-4 orang
jelas terjadi peningkatan tabungan masyarat dan tabungan nasional, yang akan
bermuara pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Begitu juga
maka wilayah Puskesmas Pelambuan memiliki potensi yang baik dalam bidang
\
7
calon Kader guna membantu pelayanan kesehatan wilayah sekitar. Hal ini
lebih mudah dipahami dan sebaiknya menggunakan bahasa dan kata-kata yang
8. Sosial Ekonomi
9. Sarana Ekonomi/Transportasi/Komunikasi
\
8
Hampir seluruh wilayah kerja dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda
empat. Sarana komunikasi yang ada berupa Telepon dan Internet. Waktu tempuh
menit perjalanan darat, dan dari kelurahan Belitung Selatan menuju Puskesmas
kesehatan mereka.
keikutsertaan masyarakat dan sektor lain yang berkaitan serta bertanggung jawab
\
9
lingkungan, kondisi ini antara lain tercermin pada pelayanan air limbah yang
terhadap pelayanan air limbah terpusat. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
masyarakat sebagai sarana transportasi dan sumber air untuk keperluaan MCK
(mandi, cuci dan kakus), perilaku memanfaatkan air sungai sebagai sumber untuk
MCK inilah yang menyebabkan rawannnya terjadi water borne disease seperti
Daerah Air Minum (PDAM) untuk meningkatkan cakupan air ledeng sebagai
sumber air minum rumah tangga menunjukkan angka yang bervariasi, sampai
dengan Tahun 2021 cakupan akses air bersih untuk masyarakat Kelurahan
Pelambuan dan Kelurahan Belitung selatan sebanyak 8.408. cakupan air bersih
masih belum tercapai hingga 100% dikarenakan masih ada masyarakat yang
menggunakan air sumur dan sungai sebanyak 244 rumah sebagai kebutuhan
masyarakat.
Belitung Selatan.
\
10
Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar tahun 2021 relatif cukup baik
dalam jenis maupun jumlahnya. Sumber dana pengadaan obat berasal dari APBD
dan BPJS/JKN.
Tabel 1.7 Data Sarana dan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Kota Banjarmasin Tahun 2021
No Nama Sarana & Fasilitas Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Buah
2. Puskesmas Pembantu 1 Buah
3. Posyandu Lansia 0 Buah
4. Posbindu 2 Buah
5. Rumah Sakit 2 Buah
6. Praktek Dokter Mandiri 7 Buah
7. Dokter gigi praktek Mandiri 1 Buah
8. Bidan Praktek Swasta 7 Buah
9 Laboratorium Klinik 0 Buah
10. Apotek 8 Buah
11. Perawat Praktek Mandiri 1 Buah
12. Optik 1 Buah
Tabel 1.8 Jumlah Sarana dan Prasarana Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan
Makanan
TTU TPM
Kelurahan
Tempat Ibadah Hotel Pasar
Pelambuan 20 0 1 93
Belitung Selatan 22 1 1 56
Total 42 1 2 149
\
11
Tabel 1.9 Jumlah Sarana Puskesmas Pelambuan Tahun 2021 Berdasarkan PMK
43/2020
\
12
\
13
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
\
14
desa/lurah.
Strata Posyandu :
1. Posyandu Pratama
2. Posyandu Madya
3. Posyandu Purnama
4. Posyandu Mandiri
Tabel 1.11 Jumlah Posyandu menurut kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Tahun 2021
No Kelurahan Strata Posyandu Jumlah
1 Pelambuan 0 10 0 0 10
2 Belitung Selatan 0 5 0 0 5
Jumlah 0 15 0 0 15
C. Data Ketenagaan
\
15
Tabel 1.13 Jumlah dan Jenis 9 Tenaga Kesehatan Strategis Berdasarkan PMK 43/2020
di Puskesmas Pelambuan Kota Banjarmasin Tahun 2021
Keterangan
Jenis Tenaga Kesehatan Standar PMK
No. Jumlah (Sesuai/Tidak
Strategis 43/2020
Sesuai)
1 Dokter 4 1 Sesuai
2 Dokter Gigi 1 1 Sesuai
3 Perawat 6 3 Sesuai
4 Bidan 7 4 Sesuai
Tenaga Promosi
5 Kesehatan dan Ilmu 3 2 Sesuai
Perilaku
6 Sanitarian 1 1 Sesuai
7 Nutrisionis 3 1 Sesuai
8 Apoteker/atau TTK 4 1 Sesuai
Ahli Teknologi
9 Laboratorium Medik 2 1 Sesuai
(ATLM)
\
16
secara keseluruhan jumlah tenaga yang ada memang sangat diperlukan apabila
dianalisa dengan analisa beban kerja yang ada di Puskesmas Pelambuan, maka
hasil analisa menunjukkan jumlah tenaga yang diperlukan sebagian besar sudah
sesuai jumlahnya.
KIA/KB, imunisasi, DDTK, Anak/MTBS, PKPR, Klinik IMS, VCT HIV AIDS,
klinik gizi, klinik sanitasi, apotek, laboratorium, Swab Covid dan vaksin Covid
yang dilaksanakan mulai pukul 08.00 dengan pelaksana dokter, dokter gigi,
E. Pembiayaan Kesehatan
\
17
yang terkait yang ada di Puskesmas. Program kerja Puskesmas tersebut meliputi:
menikah
\
18
Imunisasi
a. Program Samijaga
\
19
Pengawasan industri
Pengawasan pestisida
3). Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)
3) Distribusi vitamin A dosis tinggi pada bayi, anak balita dan bufas
\
20
5) Konsultasi gizi
6) Penyuluhan gizi
3) Distribusi vitamin A dosis tinggi pada bayi, anak balita dan bufas
\
21
h. Imunisasi
Tabel 1.14 Data Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Pelambuan
Tahun 2021
NO SPM DEFISI OPERASIONAL TARGET TOTAL
ABS % ABS %
Pelayanan Setiap ibu hamil mendapatkan 877 100 601 68,53
kesehatan ibu pelayanan antenatal sesuai
hamil sesuai standar. Pemerintah Daerah
standar tingkat kabupaten/kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan
ibu hamil sesuai standar kepada
semua ibu hamil di wilayah kerja
tersebut dalam kurun waktu satu
tahuan
5 Pelayanan Setiap anak pada usia Pendidikan 4.250 100 3.475 81,76
kesehatan pada dasar mendapatkan pelayanan
usia Pendidikan kesehatan sesuai standar
dasar sesuai
standar
6 Pelayanan Setiap warga negara usia 15 tahun 32.545 100 4.041 12,42
kesehatan pada sampai 59 tahun mendapatkan
usia produktif pelayanan kesehatan sesuai
sesuai standar standar
\
22
b. Pelayanan UKS
\
23
5. Poli Imunisasi
6. Poli Gizi
7. Poli KIA-KB
\
24
\
25
\
26
untuk hipertensi tidak termasuk kedalam 10 penggunaan obat terbanyak. Hal ini
antihipertensi yang bervariasi tidak hanya terpaku pada satu macam obat
antihipertensi saja.
\
27
12 x/Tahun
1. Keliling 33 33 100% 0
24x/Tahun
2. Kelompok 50 50 100% 0
Target Realisasi
E Pembinaan UKS Target Angka Persen Selisih
Sasaran
Jumlah Sekolah 100%
1 25 25 100% 0%
yang Sekolah
Melaksanakan UKS
Kunjungan Tenaga 7x /
2 175 175 100% 0%
Puskesmas ke Sekolah Sekolah
3 Pembinaan Tenaga Puskesmas ke Sekolah
a. Jumlah dokter kecil 10% /
20 20 100% 0%
Sekolah
b. Jumlah kader 10% /
kesehatan remaja 30 30 100% 0%
Sekolah
c. Jumlah guru 1 Org /
25 25 100% 0%
Pembina UKS Sekolah
Cakupan Pembinaan UKS 100%
Target Realisasi
F Kebijakan Publik Target Angka Persen Selisih
Sasaran
Jumlah Inovasi 1
1 2 2 100% 0%
Kebijakan Kebijakan
\
28
Tingkat /Keluraha
Kelurahan yang n
Mendukung
Kesehatan
Cakupan Program Kebijakan Publik 100%
Target Realisasi
G Kemitraan Target Angka Persen Selisih
Sasaran
Jumlah Mitra yang
1
Berperan Aktif
5 mitra 5 4 80% -20%
dalam Upaya
Promosi Kesehatan
Cakupan Program Kemitraan 80%
Realisasi
No Variabel Kegiatan Sasara Target Selisih
n Angka Persen
A Penyehatan Air
Inspeksi Sanitasi Sarana 45%
3784 280 7% -93%
Air Bersih Sarana
96% dari
Pengawasan Kualitas Air Titik
7 7 100% 0%
Bersih (PDAM) Sampel
Cakupan Penyehatan Air 54%
B Hygiene dan Sanitasi Makanan & Minuman
\
29
a
Cakupan Hygiene dan Sanitasi Makanan & Minuman 65%
C Penyehatan Tempat Pembangunan Sampah dan Limbah
Inspeksi Tempat
Pembuangan 11 100% 11 100% 0%
Sampah (TPS) Sarana
Inspeksi Tempat
Pembuangan - 100% - - -
Akhir (TPA) Sarana
Cakupan Penyehatan Tempat Pembangunan Sampah dan 100%
Limbah
D Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan JAGA
Pemeriksaan
Penyehatan
280 NT 280 100% 0%
Lingkungan pada
Perumahan
Cakupan Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan JAGA 100%
E Pengawasan Sanitasi TTU
Inspeksi Sanitasi
59 80% 8 14% -86%
TTU
Sarana
Sanitasi TTU
8 56% 8 100% 0%
memenuhi Syarat
Sarana
Cakupan Pengawasan Sanitasi TTU 57%
F Pengamanan Tempat Pengolahan Pestisida
Inspeksi Sanitasi - - - -
70%
Sarana
Sarana
Pengelolaan
Pestisida
Pembinaan Tempat - - - -
70%
Pengelolaan
Sarana
Pestisida
G Klinik Sanitasi
Kunjungan ke
20% dari
Klinik Sanitasi
Jlh Kunj.
113 Berbasis 5 4% -96%
Lingkunga
n
Cakupan Klinik Sanitasi 4%
H Sanitasi Pasar
Jumlah Pasar yang
memenuhi Syarat 2 100% 0 0% 100%
Kesehatan Sarana
Cakupan Sanitasi Pasar 0%
I STMB
\
30
Jumlah Kelurahan
yang 100%
2 2 100% 0%
melaksanakan Kelurahan
STBM
Cakupan STMB 100%
Target Realisasi
A Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih
Pelayanan kesehatan
bagi bumil sesuai
1 standar untuk 100% Bumil 967 839 87% -13%
kunjungan lengkap
(K4)
2
Drop out K4-K1 10% Bumil 97 84 87% -13%
33 Pelayanan persalinan
oleh nakes (PN) yang
100% Bulin 924 826 89% -11%
mempunyai kompetensi
kebidanan
4 Pelayanan nifas
lengkap sesuai standar 100% Bumil 924 411 44% -56%
(KF3)
5 Pelayanan rujukan
20% Bumil 193 143 74% -26%
bumil risti/komplikasi
Cakupan Kesehatan Ibu 76 %
Target Realisasi
B Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih
Pelayanan dan
Rujukan Neonatus 15% Sasaran
134 87 65% -35%
Resiko Tinggi bayi
Cakupan BBLR 100% bayi
ditangani/ di MTBM 14 14 100% 0%
BBLR
Cakupan kunjungan
100%
neonatus pertama 895 829 93% -7%
Neonatus
(KN1)
Cakupan kunjungan
100% Bayi 895 829 93% -7%
bayi
Cakupan Kesehatan Bayi 88%
Target Realisasi
C Variabel Kegiatan Indikator Selisih
Sasaran Jlh %
Pelayanan deteksi
dan stimulasi dini 100% Balita 3498 2610 75% -25%
tumbuh kembang
balita (kontak
\
31
pertama)
Pelayanan deteksi
dan stimulasi dini
100% Anak
tumbuh kembang 1771 424 24% -76%
Prasekolah
anak pra sekolah
Cakupan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah 50%
Target Realisasi
D Variabel Kegiatan Indikator Sasaran Jlh % Selisih
Pelayanan kesehatan
anak SD oleh nakes /
tenaga terlatih/ guru Siswa (NT)
3520 3322 94% -6%
UKS/ dokter kecil
Cakupan pelayanan
kesehatan remaja 80% Remaja 3228 2903 90% -10%
Penjaringan anak
sekolah
a. Murid Kelas 1 SD
UKS yang diperiksa 100% Jumlah
533 397 74% -26%
Kelas I SD UKS
Akseptor KB aktif di
70% PUS 7185 5764 80% -20%
Puskesmas (CU)
Akseptor aktif MKET
di Puskesmas Orang (NT) 48 48 100% 0
Akseptor MKET
dengan komplikasi Orang (NT) 0 0
Akseptor MKET
mengalami kegagalan Orang (NT) 0 0
\
32
Target Realisasi
No Indikator Target Sasaran Angka % Selisih
65% dari
Bumil Kurang
jumlah sasaran
Energi Kronik
Bumil 967 52 5% -95%
(KEK)
\
33
Realisasi
A Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
1 CDR 168 >72% 33 20% -80%
Realisasi
N Jenis Imunisasi Selisi
o Sasara Target Angk Perse h
n a n
Imunisasi HB O <7
1 895 95% bayi 829 93% -7%
Hari
\
34
\
35
Realisasi
1 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
Penemuan kasus diare di <270/1000
1 1296 -88%
Puskesmas dan Kader 157 12%
penduduk
Kasus diare yang
ditangani oleh
2 100% 157 157 100% 0%
Puskesmas dan Kader
dengan oral rehidrasi
Hasil Kegiatan Program P2 Diare 56%
Realisasi
2 Variabel Kegiatan Selisi
Sasaran Target Angka Persen h
Penemuan kasus
1 Pneumonia >95% dari
dan pneumonia berat Perkiraan (10% 324 63 19% 81%
oleh Puskesmas dan dari Jumlah Bayi)
Kader
Jumlah kasus pneumonia
2 dan pneumonia berat yang 100% 63 63 100% 0%
ditangani sesuai standar
Hasil Kegiatan Program P2 ISPA 60%
Realisasi
3 Variabel Kegiatan Selisi
Sasaran Targe Angk Perse h
t a n
Angka bebas jentik
1 (ABJ) 381 >95% 310 81% -19%
Cakupan penyelidikan
2 6 100% 6 100% 0%
Epidemiologi
Kasus DBD/DD yang
3 6 100% 6 100% 0%
ditangani (suspect)
Hasil Kegiatan Program P2 DBD 94%
Realisasi
4 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
IMS yang diobati
1 4 100% 4 100% 0%
ditemuk
an
Klien yang dapat
2 3 100% 3 100% 0%
penanganan HIV/AIDS
ditemuk
\
36
an
Penemuan penderita
3 3 100% 3 100% 0%
HIV/AIDS
ditemuk
an
Hasil Kegiatan Pencengahan dan Penanggulangan PS dan 100%
HIV/AIDS
Realisasi
5 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
Cuci Luka terhadap
1 0 100% 0 100% 0
kasus gigitan HPR
Realisasi
6 Variabel Kegiatan Selisih
Sasaran Target Angka Persen
Kasus filariasis yang
1 Ditangani 0 100% 0 100% 0
Realisasi
7 Variabel Kegiatan
Sasaran Target Angka Persen
1 Laporan STP 12 100% 12 100%
Laporan PWS KLB (W2)
2 52 100% 52 100%
1/100 ribu
3 AFP 0 penduduk 0 0
<15 thn
100%
4. KLB 0 ditangani 0 0
dalam 24 jam
Pelambuan selama Tahun 2018 s.d Tahun 2021 adalah sebagai berikut:
ISPA
900
800
700
600
500
400
300
200
100
\ 0
2018 2019 2020 2021
ISPA
37
Puskesmas Pelambuan selama tahun 2018 s.d 2021 cukup bervariasi dan pada
tahun 2020 angka insiden Rate Kasus Pneumonia Balita terjadi penurunan
dibandingkan tahun 2019. Terjadi penurunan ini karena ada hubungannya dengan
pandemic covid-19 yang dimulai sejak awal tahun 2020, sehingga orang tua takut
ISPA
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
ri ri et pr
il ei ni li s
be
r
be
r
be
r
be
r
n ua bua ar M Ju Ju stu to m
Ja Fe M A gu tem k em
s e
A p O ov e
Se N D
\
38
Januari – Desember 2021 terdapat 826 penderita ISPA, baik pneumonia maupun
batuk bukan pneumonia. Hal ini menunjukkan masih banyaknya balita sakit di
Tabel 1.18 Hasil Survey Ibu Balita Mengenai Pengetahuan tentang ASI Eksklusif.
Baik Kurang
Kuesioner
N % N %
pengetahuan kurang mengenai cara menyusui baik dan benar sebanyak 3 orang
\
39
Air Susu Ibu(ASI) eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa cairan atau
makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau
sirup sampai bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat
bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan
Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) tahun 2005
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu diberikan ASI
selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah
anak berumur enam bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur
dua tahun.2
Secara nasional menurut data dari profil kesehatan Indonesia tahun Capaian
indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu sebesar 40%. Berdasarkan
dan masih terdapat 2 provinsi yang tidak mencapai target, yaitu Papua Barat
(34%) dan Maluku (37,2%), sementara provinsi dengan capaian tertinggi adalah
dibandingkan dengan target renstra pada tahun 2018 yaitu 47% dan target renstra
\
40
2019 yaitu 50%, Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2018 dan
menghambat pencapaian tujuan adalah pada awal tahun 2020 dunia dilanda
sosial berskala besar yang dimaksudkan untuk mengurangi dan memutus rantai
puskesmas, posyandu, kelas ibu, dan lain-lain. Sebagian besar aktivitas posyandu
provensi yaitu Balangan (42,3%), Barito Kuala (41%), Hulu Sungai Selatan
(36,6%), Tapin (36,5%), Banjar (30%), Tanah Laut (27,4%) dan Tanah Bumbu
(27,2%). Hanya ada 1 kabupaten yang angka prevalensi ISPA paling rendah yaitu
Barito Kuala (6,58%), Balangan (6,51%), Banjar (3,8%), Hulu Sungai Utara
(3,3%), Tapin (3,1%) dan Hulu Sungai Selatan (2,9%). Berdasarkan data jumlah
terdapat 826 penderita ISPA balita baik pneumonia maupun batuk bukan
pneumonia. Hal ini menunjukkan masih banyaknya balita sakit di wilayah kerja
puskesmas Pelambuan. Angka kesakitan pada balita erat kaitannya dengan gizi
\
41
Bayi yang diberi ASI eksklusif akan memperoleh seluruh kelebihan ASI
serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat,
lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih rentan terkena penyakit. ISPA
merupakan penyakit yang paling sering diderita bayi karena lemahnya sistem
imun bayi.
aktif dari tenaga kesehatan dan pemegang program KIAKB di wilayah kerja
Penyuluhan harus diberikan secara jelas dan dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh masyarakat tempat kader itu berada. Diharapakan juga kader
\
42
BAB II
PERMASALAHAN
1. ISPA masih menjadi salah satu penyakit dengan jumlah kunjungan terbanyak
2. Penemuan kasus pneumonia masih rendah, 19% dari sasaran target 100%
3. Bayi usia < 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah, 46% dari
timbul adalah angka kejadian kasus ispa pada tahun 2021 yang mengalami
\
43
Tingginya Angka
Kejadian ISPA Permasalahan
Gambar 2.1 Kerangka Problem Tree Mengenai tingginya angka ISPA di Puskesmas
Pelambuan.
Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah masalah-
masalah kesehatan teridentifikasi. Dalam hal ini maka cara penentuan prioritas malsalah
for Development Studies). Cara ini digunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai
\
44
adalah:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari 1% atau
instansi terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas
- Severity (S): berat ringannya masalah tersebut terhadap masalah kesehatan pada
- Rate of increase (RI): berat ringannya hambatan jika masalah tersebut tidak ditangani
- Political climate (PC): banyak sedikitnya perhatian politik terhadap masalah tersebut
- Social benefit (SB): banyak sedikitnya masalah tersebut memberikan manfaat sosial
jika ditangani (semakin banyak memberi manfaat sosial, nilai semakin tinggi)
masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan
P = M.I.V.C
Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke parameter
\
45
yaitu :
2. Tidak murah
3. Cukup murah
4. Murah
5. Sangat murah
Sesuai cara skoring di atas maka prioritas masalah dapat dijabarkan sebagai berikut.
\
46
6
Media sosialisasi tentang pentingnya ASI Eksklusif kurang
beragam 2 3 2 4 48 V
masalah yang ditetapkan adalah Kurangnya promosi kesehatan tentang pentingnya ASI
\
47
BAB III
PEMBAHASAN
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa cairan atau
makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup
sampai bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat bernilai tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak, memberian zat
kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan
program prioritas. Hal ini dikarenakan memberikan dampak luas terhadap status gizi dan
kesehatan balita. ASI mengandung kolostrum yaitu zat yang keluar dihari ke 1 sampai hari
ke 3, berwarna kekuningan, kental. Kolostrum mengandung zat gizi dan antibodi lebih
Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Esklusif merupakan indikator yang
tercantum pada Renstra Kementerian Kesehatan periode 2020- 2024. Pada tahun 2020, dari
jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan yang di recall, dari 3.196.303 sasaran bayi kurang dari
6 bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif
atau sekitar 66,1%. Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020. Provinsi Kalimantan
Selatan berada di urutan 22 dengan capaian 63,55%. Jika dibandingkan dengan tahun 2019,
capaian ASI ekslusif di Kalimantan Selatan mengalami penurunan yaitu dari 65,97%
menjadi 63,55%.3
\
48
Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya pemberian ASI di Indonesia, salah
satunya yaitu kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya
ASI. Masalah ini diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya
belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja.5
Keberhasilan seorang ibu menyusui dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi meliputi, yaitu
umur, pendidikan, pengetahuan dan sikap, dan keterpaparan terhadap informasi. Adapun
penguat adalah adanya dukungan suami, dukungan keluarga dan yang tidak kalah
Selain itu, ada juga berbagai alasan yang menjadi penyebab ketidakberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Beberapa studi yang telah dilakukan menyebutkan bahwa
penyebab ketidakberhasilan ASI eksklusif antara lain kemiskinan, usia ibu < 30 tahun, ibu
yang tidak memiliki pasangan, anggapan bahwa ASI tidak cukup, nyeri pada saat menyusui,
tidak mendapatkan dukungan dari keluarga maupun petugas kesehatan dan ibu yang telah
kembali bekerja.2
dan PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya
undang-undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan
kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk
memberikan ASI Eksklusif. Hal tersebut diwujudkan dengan Sepuluh Langkah Menuju
\
49
Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua
petugas;
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir;
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
Pelayanan Kesehatan.
\
50
yang ditemukan saat menyusui. Dalam manajemen laktasi meliputi kegiatan breasfedding
Dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan menjadi salah satu penyebab tidak
diberikannya ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan perlunya support sistem yang dapat
Program ASI eksklusif dalam pelaksanaannya tidak bisa dikerjakan oleh petugas
kesehatan saja melainkan melibatkan banyak pihak-pihak terkait seperti kader posyandu,
ASI ekslusif untuk bayi umur 0-6 bulan. Kerjasama lintas sektoral sangat diperlukan untuk
mencapai hasil yang maksimal, karena program ASI eksklusif jangkauannya sangat luas
dan memerlukan bantuan dari pihak-pihak lain yang berpengaruh seperti kader Posyandu.7
diperlukan penyuluhan oleh tenaga kesehatan secara menyeluruh. Kader merupakan salah
satu petugas kesehatan di masyarakat yang memiliki peranan dalam program kesehatan.
Kader bisa membantu tenaga kesehatan dalam penyuluhan yang dilakukan. Selain itu, para
kader juga bisa diberikan pelatihan guna pemutakhiran pengetahuan kader dan efektifitas
terhadap kendala yang dihadapi oleh kader lainnya guna mencari pemecahan masalah yang
eksklusif kepada kader lebih sering dilakukan melalui pertemuan non formal yaitu secara
interpersonal saja dengan saling memberitahu informasi satu sama lainnya, sedangkan
pertemuan rutin yang khusus untuk membahas mengenai pelaksanaan program pemberian
ASI eksklusif maupun pelatihan belum dilakukan karena beberapa alasan salah satunya
\
51
petugas gizi dan bidan dengan melakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusi kepada
masyarakat. Selain itu juga, bisa dengan melatih para kader kader posyandu tentang
pentingnya ASI Eksklusif yang nantinya disampaikan ke masyarakat. Oleh karena lintas
sektor yang terlibat adalah kader posyandu, maka kerjasama yang dapat dilakukan secara
langsung yaitu penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif dan pelatihan para kader
pengetahuan mengenai ASI Eksklusif. Selain itu, puskesmas juga bisa mengoptimalkan
para kader dengan melakukan pelatihan mengenai ASI eksklusif bagi kader bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader mengenai ASI dan cara pemberian yang
baik, sehingga kader dapat menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada masyarakat
dengan baik. Pelatihan ini akan meningkatkan kader dalam membantu masyarakat terutama
ibu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam menyusui anaknya. Hasil akhir
dari kedua kegiatan diatas diharapkan adalah para ibu dapat mendapat informasi yang tepat
mengenai ASI dan mampu mengatasi masalah saat pemberian ASI. Pengetahuan ibu yang
meningkat akan menimbulkan ibu lebih aktif memberikan ASI kepada anaknya. Sehingga
Peningkatan sistim imunitas pada bayi biasanya dilihat dari frekuensi bayi yang
mengalami sakit. Pada bayi yang sering mengalami sakit dapat diketahui pada saat bayi
lahir sampai 6 bulan apakah bayi diberi ASI eksklusif atau tidak, karena dalam ASI terdapat
kolustrum. Kolostrum merupakan cairan emas, cairan pelindungyang kaya zat antiinfeksi
dan berprotein tinggi yang dikeluarkan pada hari pertama dan kedua setelah melahiran.
Kolustrum lebih banyak mengandung protein dan zat anti infeksi 10-17 kali lebih
\
52
(mature). Cairan emas yang encer dan berwana kuning atau jernih yang lebih
menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah
ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi. ASI adalah makan terbaik untuk bayi.
ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan memperoleh
seluruh kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia
akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang
sakit.10
Patokan yang dapat dijadikan evaluasi dalam menilai baik atau tidaknya pencapaian
ASI eksklusif di suatu daerah adalah angka kesakitan balita di daerah tersebut. Salah satu
yang dapat dilihat adalah angka kunjungan ISPA di puskesmas. Penyakit ISPA erat
kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat dipengaruhi oleh gizi anak tersebut.
ASI adalah nutrisi bagi anak yang sangat berperan dalam meningkatkan status gizi. Capaian
ASI eksklusif yang optimal menandakan bahwa pemberian ASI oleh ibu di wilayah kerja
tersebut sudah baik. Pemberian ASI yang baik akan dapat menurunkan jumlah balita sakit
terutama penyakit ISPA. Oleh karena itu capaian ASI yang baik dapat menurunkan jumlah
kunjungan ISPA.10
\
53
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
metode SWOT.
SW
1. Puskesmas memiliki 1. Kurang media inovatif dan
tenaga kerja di bidang gizi sarana sosialisasi dalam menarik
yang berpendidikan sesuai perhatian dan mudah dipahami
dengan bidangnya mengenai ASI Eksklusif
2. Adanya program
OT posyandu yang telah
terjadwal, dan pojok
laktasi di puskesmas
3. Puskesmas memiliki printer
untuk memperbanyak leaflet
\
54
\
55
puskesmas ke
masyarakat
seperti posyandu
balita sempat
ditunda
sementara
Pemecahan masalah yang diajukan dalam upaya meningkatan angka capaian ASI
Dari permasalahan yang ada, maka ada beberapa alternative pemecahan masalah
2. Tenaga kesehatan ahli gizi memberikan pembekalan materi kepada kader untuk di
3. Memberikan media seperti poster atau leaflet yang diberikan saat posyandu dan
4. Memulai kembali kegiatan posyandu balita yang sempat ditunda dengan tetap
\
56
a. Magnitude :
b. Vunerability
c. Importancy
d. Cost
2. Tidak murah
3. Cukup murah
4. Murah
5. Sangat murah
menentukan prioritas pemecahan masalah yang dapat dilihat pada table berikut :
\
57
Nilai
Kriteria Ranking
No Masalah komposit
Prioritas
M I V C M.I.V.C
Tenaga kesehatan
bersangkutan memberikan
1. penyuluhan kepada 5 5 2 2 100 1
masyarakat mengenai
pentingnya pemberian ASI
Eksklusif masyarakat baik di
puskesmas maupun posyandu
dengan tetap menjalankan
protokol kesehatan
Tenaga kesehatan ahli gizi
2. memberikan pembekalan 3 3 2 3 54 3
materi kepada kader untuk
disampaikan ke masyarakat
tentang ASI Eksklusif
Memberikan media seperti
poster atau leaflet yang
3. 3 4 2 3 72 2
diberikan saat posyandu dan
penyuluhan tentang ASI
Eksklusif
Memulai kembali kegiatan
posyandu balita yang sempat
4.
ditunda dengan tetap 3 4 1 3 36 4
menjalankan protokol
kesehatan
Mengunakan media promosi
5. seperti media sosial 2 3 1 4 24 5
puskesmas untuk
penyampaian informasi
tentang ASI Eksklusif
efektif karena melibatkan orang banyak. Pada alternatf pemecahan masalah kedua,
orang
yang hadir diposyandu saja. Pada alternatif pemecahan masalah ketiga, tenaga ahli gizi
memberikan materi ke kader posyandu cukup efektif namun menurut pemegang program,
\
58
kader merasa kurang menguasai dan malu saat memberikan informasi ke masyarakat walau
sudah dilatih. Pada alternatif pemecahan masalah keempat, memulai kembali kegiatan
posyandu balita yang sempat tertunda kurang efektif karena terbatasnya waktu di akhir
tahun. Pemecahan masalah kelima dinilai kurang efektif karena keterbatasan pengetahuan
Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas maka prioritas pemecahan masalah
tentang rendahnya angka pemberian ASI Eksklusif adalah Tenaga kesehatan bersangkutan
protokol kesehatan.
1. Perencanaan (planning)
dengan metode ceramah dan diskusi mengenai pentingnya ASI Eksklusif dalam
iii. Menentukan sasaran kegiatan : semua ibu yang hadir di posyandu balita
kesehatan ibu dan anak, lintas sektor : kader posyandu balita puskesmas Pelambuan
2. Pengorganisasian
Melakukan pembentukan panitia atau tim terhadap perencanaan kegiatan yang telah
dibuat dan disepakati bersama agar rencana dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
\
59
sebagai berikut.
3. Pelaksanaan Kegiatan
penyampaian materi, sesi diskusi dan diakhiri dengan pengisian post test
4. Evaluasi
a. Jangka pendek
berdasarkan hasil pre-test dan post test sebelum dan sesudah penyampaian materi
penyuluhan.
b. Jangka menengah
Meningkatkan kemauan ibu ibu balita untuk memberikan anaknya ASI Eksklusif
c. Jangka panjang
Meningkatnya angka capaian ASI Eksklusif guna menurunkan angka kejadian ISPA
\
60
Hambatan: kesediaan waktu luang peserta, jumlah peserta yang bisa ditampung di
Solusi: melaksanakan kegiatan bertahap lebih dari satu kali atau dilakukan di
beberapa tempat.
Solusi: memberikan file materi dalam bentuk hardcopy maupun softcopy sebagai
pegangan kader dan peserta, serta membentuk grup whatsapp untuk koordinasi dan
ruang diskusi.
\
61
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Puskesmas kepada ibu ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif. Hal ini
untuk menjalankan program ini belum optimal sehingga tidak maksimalnya angka
capaian pemberian ASI eksklusif. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan lebih
sering sakit, lebih rentan terhadap infeksi, mudah terkena alergi. Hal ini terlihat
dari tingginya jumlah balita sakit. Maka disusunlah pembahasan dan analisis dari
PAHO - CENDES, maka solusi yang paling utama untuk dilakukan yaitu
diadakannya penyuluhan bagi ibu ibu tentang pentingnya ASI eksklusif sehingga
5.2. Saran
1. Puskesmas
\
62
berkaitan dengan ASI eksklusif. Materi dapat berupa Program ASI eksklusif.
Materi dapat berbentuk leaflet dan poster. Serta kerja sama dengan lintas sektor
evaluasi berkala kepada tenaga kesehatan yang memegang program ini untuk
penyuluhan dan konseling dengan baik. Puskesmas juga dapat membantu untuk
2. Dinas Kesehatan
bayi dan anak (PMBA) diharapkan dapat memberikan konseling terkait PMBA
yang salah satunya adalah praktik pemberian ASI yang dilakukan pada saat
pandemi Covid-19 serta poster dan booklet terkait menyusui dimasa Pandemi
pelayanan gizi termasuk konseling kepada ibu hamil dan menyusui yang
\
63
3. Masyarakat
Ibu dapat lebih aktif dalam menyampaikan masalah (jika ada) atau
bertanya mengenai hal apa saja yang tidak dimengerti terutama dalam masalah
\
64
DAFTAR PUSTAKA
UNISSULA.
LAMPIRAN
\
66
Identitas narasumber
Inisial :I
Profesi : Ahli madya gizi
Jabatan : penanggung jawab program Gizi
Tanggal wawancara : 6 Febuari 2022
Pertanyaan 1 : sudah berapa lama ibu bekerja di puskesmas pelambuan dan berapa
lama memegang program gizi?
Jawaban
“saya sudah bekerja selama 11 tahun di Puskesmas Pelambuan dan menjabat
sebagai penanggung jawab program gizi selama 11 tahun (2010- 2021)”
Pertanyaan 2 : dari program gizi, program mana yang masih menjadi masalah di
tahun 2021?
Jawaban
“program gizi seluruhnya telah mencapai target tetapi tidak optimal. Misalnya
program program Bayi <6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.”
Pertanyaan 3: apa saja kendala yang dihadapi sehingga program tersebut belum
optimal?”
Jawaban
“banyak faktor dari berbagai aspek yang bisa menjadi kendala seperti faktor
pandemi covid-19 sehingga kurangnya penyuluhan ke masyarakat, cara
penyuluhan, media promosi, atau biaya dan kurangnya tenaga kesahatan..
Karena terlalu banyak faktor yang bisa mempengaruhi, sebenarnya peran
masyarakat lebih diutamakan. Salah satu yang bisa berpengaruh dalam
pencapaian ASI ekslusif itu salah satunya yaitu penyuluhan langsung
kemasyarakat. Kemudian yang bisa dilakukan yaitu pelatihan terhadap kader
tentang ASI Eksklusif, karena lebih dekat dengan ibu- ibu diposyandu.
\
67
Sayangnya, penyuluhan tidak pernah dilakukan lagi dalam 2 tahun terakhir ini
karena adanya pandemi covid-19. Kemudian cara lain yaitu, pelatihan kepada
kader masih kurang optimal, selama saya bekerja disini hanya dilakukan 5x
pembekalan mengenai ASI Eksklusif per 2 tahun tetapi tidak dilakukan evaluasi.
Kemudian untuk kader terkendalanya mereka kurang berani atau tidak pede
dalam penyampaian materi dari pelatihan Hingga saat ini belum pernah
diadakannya lagi penyuluhan tentang ASI eksklusif untuk masyarakat. Kalau dari
segi kadernya saya amati, tingkat pengetahuan kader seputar ASI Eksklusif masih
rendah, sehingga perlu juga dilakukan pelatihan.”
\
68
KUESIONER
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Petunjuk Pengisian :
1. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab.
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
Alternatif
No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
makanan atau minuman lain sampai usia bayi 6 bulan.
2. Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari
payudara maka akan semakin banyak ASI yang
diproduksi
3. Pemberian makanan seperti bubur, sayuran dan buah
yang dilumatkan dapat diberikan setelah bayi berusia 4
bulan
4. Perasaan ibu seperti khawatir ASI tidak cukup, cemas
dan marah, TIDAK berpengaruh terhadap produksi ASI
5. Pemberian makanan atau minuman selain ASI dapat
mengurangi asupan ASI
6. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
7. Kolostrum yang keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4
dan berwarna kuning keemasan bisa menyebabkan diare.
8. Bayi yang baru lahir akan mendapat kekebalan dari
ibunya melalui ASI
9. Pemberian susu formula bisa menyebabkan alergi dan
diare
10. Menyusui bayi sebaiknya dijadwal pada jam tertentu
\
69
Jawaban :
c. Payudara bengkak