Anda di halaman 1dari 21

ASSESMENT FISIOTERAPI

PADA PASIEN FROZEN SHOULDER AKIBAT


TENDINITIS BICIPITALIS SINISTRA DI PUSKESMAS
PANGOLOMBIAN

Makalah Fisioterapi Pra Komprehensif

Kelompok A:

1. Yosua Hendri Tatulus (18163052)


2. Alexander Laki (18163059)
3. Fidri Andika Brahmin (18163064)
4. Margaretha Posumah (18163057)
5. Yuliani Saroinsong (18163056)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat terselesaikan
dengan baik. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi
kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Manado, 22 Januari 2021


DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................................

Kata pengantar..................................................................................................

Daftar isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

Latar belakang............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

A. Anatomim Fisiologi dam Biomekanik Sendi Bahu..............................


B. Frozen Shoulder....................................................................................

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS ...................................................

A. Data-data medis di puskesmas..............................................................


B. Pemeriksaan / Pengkajian Fisioterapi...................................................
C. Problematik / Diagnosa Fisioterapi......................................................
D. Program Fisioterapi..............................................................................

BAB IV PENUTUP..........................................................................................

E. Kesimpulan...........................................................................................
F. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
Pemelihara kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Semakin
tinggi derajat masyarakat akan baik pula kualitas hidup manusia tersebut dan
sebaliknya.
Pada susunan rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan
yang ditujukan pada Indonesia sehat 2010 dan paradigm sehat yang baru yaitu
lebih menekankan pada upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan
(preventif) tanpa mengabaikan penyembuhan (kuratif) dan pemeliharaan
(rehabilitative) (Depkes RI, 2000). Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral
dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pelayanan fisioterapi harus
tanggap pada proses dan perubahan pada tuntutan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat yang semakin meningkat (Hastono, 2002).
Tendinitis Bicipitalis adalah peradangan pada tendon di sekitar head long
biceps tendon atau caput otot bicep. Tendinitis bicipitalis disebabkan iritasi dan
inflamasi tendon bicep. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang
otot bicep yang menjalar kelengan bawah dan nyeri tekan pada daerah sulkus
bicipitalis (Sianturi. 2003).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik Sendi Bahu


 Anatomi
1. Sistem Tulang
Tulang merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi utama
sebagai pembentuk rangkat dan alat gerak tubuh, pelindung organ-
organ internal, serta tempat penyimpanan mineral (kalsium-fosfat).
Proses pembentukan tulang disebut dengan osifikasi. Proses osifikasi
terjadi pada masa perkembangan fetus (prenatal) dan setelah individu
lahir (postnatal). Pada tulang panjang perkembangan terjadi sampai
individu mencapai dewasa. Jaringan tulang bersifat dinamis karena
secara konstan mengalami pembaharuan yang dikenal dengan proses
remodeling. Proses yang kompleks yang melibatkan responsi tulang
yang diikuti dengan pembentukan tulang baru disebut juga dengan
remodeling. Remodeling tulang ditunjukan untuk pengaturan
hemeostatis kalsium, memperbaiki jaringan yang rusak akibat
pergerakan fisik, kerusakan minor karena faktor stress dan
pembentukan kerangka pada masa pertumbuhan (Fernandez, 2006).
Struktur sendi bahu yang akan dibahas selanjutnya adalah tulang
scapula, clavicula, dan humerus.
a. Tulang Scapula
Tulang pembentuk scapula bagian posterior dari
gelang bahu. Berbentuk pipih dan segitiga. Secara anatomis,
memiliki dua permukaan (fascia), 3 pinggir (margo), dan 3
sudut (angulus). Pada bagian anterior, terdapat fossa (alur)
subscapularis, dimana tempat melekatnya otot
subscapularis. Bagian permukaan posterior dibagi oleh
spinascapula menjadi fossa supraspinosus dan fossa
infraspinosus. Pada manusia dan beberapa karnivora, pada
ujung spinascapula terdapat acromion. Bagian khas lainnya
yaitu processus cocacoideus yakni tonjolan yang berasal
dari bagian utama scapula sendiri (bukan spina). Ujung dari
processus ini dilekati oleh banyak otot seperti otot
coracoideus terdapat angulus glenoidales. Di cavitas inilah
tempat melekatnya bonggol kepala humerus. Scapula
bersendi dengan clavicula pada acromion.
b. Tulang Clavicula
Tulang clavicula berbentuk kurva ganda dan
memanjang, ini adalah satu-satunya tulang yang
memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak diatas tulang
rusuk pertama. Pada ujung medial, clavicula bersendi pada
manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi
sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi
dengan acromion dari scapula (tulang belikat) dengan sendi
acromioclavicularis. Pada wanita clavicula lebih pendek,
tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih halus.
c. Tulang Humerus
Tulang Humerus berbentuk bonggol (caput humeri)
bersendi dengan clavicula glenoidales dari scapula.
Penyambungan ini dikenal dengan sendi bahu yang memiliki
jangkauan gerak yang luas. Pada persendian ini terdapat
dua bursa yaitu pada bursa subacromialis dan bursa
subscapularis. Bursa subacromialis membatasi otot
supraspinatus dan otot deltoideus. Bursa subacromilais
memisahkan fossa subscapularis dari tendon otot
subscapularis. Otot rotator cuff membantu menstabilkan
pada bagian persendian itu. Pada bagian siku, terdapat
persendian dengan ulna sehingga memungkinkan gerak
fleksi dan ekstensi. Gerakan ini terjadi pada bagian troklea
humerus. Terdapat dua cengkungan pada ujung bawah
humerus, yaitu fossa coronoidea dan fossa olecrani.
Terdapat banyak otot yang melekat pada humerus. Otot-
otot tersebut memungkinkan gerakan pada siku dan bahu.
Otot khusus rotator cuff melekati pada bagian atas humerus
dan dapat melakukan rotasi serta abduksi bahu. Terdapat
pula otot pada lengan bawah yang melekati humerus
seperti pronator teres, otot fleksor dan ekstensor lengan
bawah.
2. Sistem Sendi
Sistem sendi merupakan pertemuan atau persambungan dua
buah tulang atau lebih. Secara umum persendian dapat dibedakan
atas dua:
1) Synarthrosis, merupakan sendi yang tidak bergerak
misalnya persambungan tulang bergigi (sutura) pada
kepala antara tulang pipih yang menyatukan os
frontalis, os parietal, os temporal, dan os etmoideal.
2) Synoviall (diarthrosis), merupakan sendi yang bergerak
bebas. Sendi synovial dapat dibagi atas: sendi putar
atau peluru (articulation globoidea), sendi engsel
(ginglymus), sendi kondoloid, sendi berporos
(articulation trochoidea), sendi pelana (articulation
sellaris) (Mundar, 1991).
2. Sistem Otot
Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu
antara organ satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot. Otot
dapat melekat di tulang yang berfungsi bergerak aktif. Selain itu otot
merupakan jaringan pada tubuh manusia yang bercirikan mampu
berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem
saraf. Unit dasar dari jenis otot adalah myofibril yaitu struktur
filament yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks,
yaitu filament aktin dan myosin (Awik, 2004).

 Fisiologi
Otot biceps berjalan dari bahu ke siku bagian depan lengan. 2
tendon (tendon otot untuk tulang) menghubungkan bagian ata biceps
otot bahu. Bagian atas 2 tendon dari otot biceps disebut biceps
proximal tendon, karena mereka lebih dekat kepuncak lengan.
Tendon proximal utama adalah kepala panjang biceps yang
menghubungkan otot biceps keatas bahu soket, glenoid. Hal ini juga
menyatu dengan kartilago rim sekitar glenoid dan labrum. Labrum
adalah jaringan lunak yang mengubah permukaan datar dari glenoid
kesoket yang lebih dalam. Pengaturan ini meningkatkan fit dari bola
yang cocok disoket, kepala humerus. Mulai di bagian atas glenoid
tendon kepala panjang biceps berjalan didepan kepala humerus.
Tendon lolos dalam alur bicipital humerus dan diadakan ditempat
oleh humeri ligamentum transversal. Sehingga membuat kepala
humerus tergelincir terlalu jauh keatas atau kedepan dalam gleinoid.
Kaput brevis menghubungkan otot biceps pada procesus coracoid
scapula (shoulder blade). Processus coracoid adalah tulang kecil
kenop hanya dibagian depan bahu. Biceps yang lebih rendah tendon
disebut biceps distal tendon. Kata distal berarti tendo lebih bawah
lengan. Bagian bawah dari otot biceps terhubung ke siku dengan inti
tendon. Membentuk otot pendek dan kepala panjang biceps tinggal
terpisah sampai tepat diatas siku, dimana mereka bersatu dan
terhubung ke distal tendon biceps. Tendon terdiri dari helai bahan
disebut kolagen. Untaian kolagen dilapisi dalam ikatan samping satu
sama lain karena untaian kolagen pada tendon yang berbaris, tendon
memiliki kekuatan tarik tinggi. Ini berarti mereka dapat menahan
kekuatan tinggi yang menarik pada kedua ujung tendon. Ketika otot
bekerja mereka menarik salah satu ujung tendon yang lain, akhr
tendon menarik pada tulang, menybabkan tulang untuk bergerak.

 Biomekanik Sendi Bahu


Sendi bahu mempunyai gerak fisiologis fleksi-ekstensi dalam
bidang sagital dengan ROM fleksi 180˚ dan ekstensi 60˚ dengan stetch end
feel (elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi
abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 90˚ dan elastic hard end feel,
gerak arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal
rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 100˚ dan elastic end feel,
gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi eksternal
rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 80˚ dan elastic end feel,
gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi. Gerak fisiologi
horizontal abduksi dan adduksi dalam bidang transversal ROM 110˚ dan
30˚ dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral
translasi dan dorsal translasi (Clarkson, 2000).

B. Tendinitis Bicipitalis
1. Definisi
Tendinitis Bicipitalis adalah peradangan pada tendon di sekitar head long
biceps tendon atau caput otot bicep. Tendinitis bicipitalis disebabkan iritasi
dan inflamasi tendon bicep. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu
sepanjang otot bicep yang menjalar kelengan bawah dan nyeri tekan pada
daerah sulkus bicipitalis (Sianturi. 2003). Tendinitis bicipitalis biasanya disertai
dengan SLAP (superior labrum anterior ke posterior) lesi (Hsu, 2008).

2. Etiologi
Penyebab tendinitis bicipitalis berupa cidera langsung yang mengenai
bahu ataupun juga karena cidera atau trauma yang disebabkan oleh kerja
m.bicep yang berlebihan. Sebelum berinsersio pada tuberositas
supraglenoidales, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang
dibentuk oleh caput humeri sebagai alasnya pada bagian posterior tuberositas
radii. Nyeri pada bahu depan di gambarkan sebagai “denyutan sakit yang
dalam” biasanya keluhan tersebut yang dirasakan pasien ketika terkena
tendinitis bicipitalis. Kerusakan ini dapat menyebabkan banyak perubahan
mikroskopis yang tidak terbataskan oleh poliferasi fibrocyte, arthrofi dari serat
kolagen dan nekrosis fibrinoid sehingga tendon ini kelebihan gerakan dapat
menyebabkan kerobekan dan iritasi tendon bicep.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala tendinitis bicipitalis yaitu adanya nyeri lokal pada
sulkus bicipitalis dan nyeri pada saat supinasi lengan bawah melawan
tahanan. Tangan dipertahankan pada posisi pronasi dan penderita
diminta memutar tangannya menjadi supinasi. Sakit biasanya diperburuk
dengan kegiatan diatas kepala. Beristirahat umumnya memudahkan
pengurangan sakit pada bahu. Lengan mungkin merasa lemah dengan
upaya mungkin membengkokan siku atau ketika memutar lengan bawah
atau supinasi lengan bawah.

4. Patologi
Tendon mendapatkan suplay darah dari pembuluh darah yang mengalir
melalui tendon. Pembuluh darah tendon rentan terhadap penguluran tekanan
dan trauma yang berulang-ulang. Adanya cidera atau trauma menyebabkan
terjadinya kerobekan serabut-serabut tendon, sehingga akan terjadi
perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan
mengambil tempat kearah celah tendon yang robek dan dapat menjalar ke
sekitarnya kemudian cairannya tersebut mengendap dan membentuk
hematom. Hematom ini akan menekan ujung-ujung saraf sensoris di
sekitarnya sehingga akan menambah rasa nyeri. Apabila penekanan yang
mengakibatkan peradangan ini terjadi berulang-ulang maka akan mengalami
degenerasi dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakan
tendon terbatas atau terhambat, sehingga suplay darah terganggu dan akan
mengakibatkan tendinitis.

5. Komplikasi
 Fraktur
Paling sering deformitas hill-sach akibat fraktur dan kompresi
kaput humerus sisi postero lateral.
 Robekan rotator cuff
30-35% kasus pada pasien lebih dari 40 tahun.
 Kerusakan saraf
33-40% kasus menyebabkan cedera nervus axilaris.
 Kerusakan vaskular
Sangat jarang, umumnya tekait dislokasi inferior pada orang tua.
BAB III
PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Data – data Medis di Puskesmas


1. Diagnosis medis :
Mialgia bahu kiri
2. Obat-obatan :
 Amlodipine 5mg
 Ibuprofen
 B complex

B. Pemeriksaan / Pengkajian Fisioterapi


1. Anamnesis (auto anamnesis)
 Keluhan Utama
Nyeri pada bahu sampai lengan sebelah kiri
 Riwayat Keluhan
± 6 bulan lalu, pasien mengalami nyeri pada bahu kiri pada saat
beraktivitas, menurut pasien nyeri bahu kiri pertama kali terasa
pada saat mengangkat pot bunga dan nyeri tersebut timbul pada
saat pasien melakukan gerakan mengangkat tangan kedepan dan
kesamping. Pasien awalnya pergi ke tukang ururt pada saat nyeri
pertama kali terasa untuk mengurangi rasa nyeri pada bahu kiri,
namun nyeri tersebut tidak berkurang sehingga pasien pergi ke
puskesmas pangolombian untuk mendapatkan obat. Setelah
mendapatkan obat dan penaganan dari dokter umum, pasien dirujuk
ke polifisioterapi untuk penanganan lebih lanjut. Hingga saat ini
pasien sementara menjalani program fisioterapi sebanyak 6 kali
terapi
 Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta
Hipertensi
 Riwayat Keluarga dan Status Sosial
Ibu dari pasien menderita Hipertensi
2. Pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda Vital
o Tekanan Darah : 130/90 mmHg
o Denyut Nadi : 71x/menit
o Pernapasan : 23x/menit
o Temperatur : 36,4ºC
 Inspeksi :
o Statis :
 Nampak adanya oedem pada lengan kiri
 Nampak tidak adanya perubahan warna kulit
yang terlihat
o Dinamis :
 Nampak adanya keterbatasan gerak pada lengan
kiri
 Terlihat wajah pasien menahan nyeri pada saat
bahu digerakan
 Nampak adanya gerakan subtitusi pada bahu
pasien
 Palpasi :
o Teraba tidak adanya nyeri tekan pada kedua lengan dan
bahu
o Teraba adanya spasme pada otot biceps dan otot
supraspinatus lengan kiri
o Teraba tidak adanya perubahan suhu pada lengan kiri
 Perkusi :
Tidak dilakukan
 Auskultasi :
Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan gerak dasar


 Gerak Aktif :
Adanya keterbatasan gerak dan nyeri pada gerakan flexi dan
abduksi pada lengan kiri. Sedangkan gerakan extensi, adduksi,
elevasi, depresi, exorotasi, protraksi dan retraksi tidak dirasakan
nyeri dan pada saat pasien menggerakan lengan kirinya nampak
adanya gerakan subtitusi pada bahu pasien.
 Gerak Pasif :
Dengan bantuan fisioterapis, gerakan dapat dilakukan namun
terbatas pada gerakan abduksi dan flexi karenya nyeri serta
terasa springy end feel. Sedangkan untuk gerakan adduksi,
extensi, elevasi, depresi, protraksi dan retraksi dapat dilakukan
dan terasa elastic end feel pada akhir gerakan.
 Gerak Isometrik :
Pasien dapat melawan tahanan minimal untuk gerakan abduksi
dan flexi. Sedangkan untuk gerakan adduksi, extensi, elevasi,
depresi, protraksi dan retraksi dapat melawan tahana maksimal.

4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal


 Kognitif : pasien dapat mengingat dan merespon dengan baik
(pasien kooperatif)
 Intrapersonal : pasien memnyai motivasi untuk sembuh dari
sakit
 Interpersonal : pasien mampu berkomunikasi dan memberikan
penjelasan kepada fisioterapis dengan baik

5. Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas


Indeks SPADI
Mencuci rambut ? 0 1 2 3 4 5√ 6 7 8 9 10
Menggosok punggung ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10√
Memkai kemeja dengan 0 1 2 3 4√ 5 6 7 8 9 10
kancing dibawah ?
Memakai baju ? 0 1 2 3 4√ 5 6 7 8 9 10
Memakali celana ? 0 1 2 3 4√ 5 6 7 8 9 10
0Menempatkan benda 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9√ 10
ke rak yang tinggi
Membawa benda berat 0 1 2 3 4 5 6√ 7 8 9 10
4.5 kg
Mengambil dari buku 0 1 2 3 4 5 6 7√ 8 9 10
saku belakang
 Jumlah skor disabilitas : 49/80x100% = 50,75%
 Penjelasan :
0 = tidak ada kesulitan
10 = sangat sulit sehingga memerlukan bantuan
 Interpretasi : pasien masih memerlukan bantuan untuk beberapa
aktivitas fungsional

6. Pemeriksaan spesifik
 Yergason Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
o Prosedur :
 Pasien : duduk dengan posisi lengan rilex
disamping badan
 Praktikan : meletakan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan
tangan untuk menyiapkan resisten. Praktikan
selanjutnya secara pasif menggerakan lengan
pasien kearah flexi elbow 90º. Praktikan lalu
meminta pasien untuk melakukan supinasi
lengan bawah melawan resisten tangan praktikan
o Interpretasi : pasien positif dengan merasakan nyeri
 Speed’s Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi biceps tendonitis caput
longus pada bicipital groove.
o Prosedur :
 Pasien : duduk dengan posisi lengan rilex disisi
samping badan
 Praktikan : meletakan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi tendon caput longus
biceps dan tangan satunya pada wrist pasien.
Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakan
lengan pasien kearah flexi shoulder sekitar 60º-
90º, extensi elbow dan supinasi lengan bawah.
Praktikan lalu meminta pasen menahan posisi
kemudian praktikan mengaplikasikan resisten
pada wrist pasien
o Interpretasi : pasien positif dengan merasakan nyeri
 Drop Arm Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi tear pada rotator cuff
o Prosedur :
 Pasien : duduk dengan lengan disamping badan
 Praktikan : secara pasif mengabduksikan
shoulder pasien sekitar 60º lalu meminta pasien
menahan posisi tersebut. Jika pasien tidak
mampu mengontrol lengannya kebawah dengan
perlahan atau lengan pasien langsung jatuh maka
tes ini positif
o Interpratasi : pasien negatif dengan dapat menahan
posisi agar tidak jatuh
 Subscapularis Liftoff Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi tear pada otot
subscpularis
o Prosedur :
 Pasien : posisi pasien berdiri dengan lengan
diletakan dipunggung mendekati tulang lumbal
 Praktikan : posisi praktikan disamping pasien
dan minta pasien menggerakan secara aktif
lengan lumbal. Jika terjadi nyeri atau
ketidakmampuan pasien melakukan tes,
menujukan adanya gangguan pada otot
subscapularis.
o Interpretasi : pasien merasakan nyeri hebat dan tidak
dapat melakukan tes ini sehingga pasien dinyatakan
positif dalam tes ini
 LGS (Sendi Bahu) :
o Kiri :
 S : 50º-0º-110º
 F : 85º-0º-55º
o Kanan :
 S : 55º-0º-160º
 F : 160º-0º-60º
o Normal :
 S : 60º-0º-165º
 F : 170º-0º-75º
 Lingkar Lengan (Patokan Acromion) :
o Kiri :
 10cm : 37,5cm
 20cm : 28cm
 30cm : 25cm
o Kanan :
 10cm : 37cm
 20cm : 27,5cm
 30cm : 24,5cm
 VAS (Pada Bahu Kiri) :
o Nyeri gerak : 3
o Nyeri diam : 0
o Nyeri tekan : 0
 MMT :
Otot Penggerak Kiri Kanan
Flexor 4 5
Extensor 4 5
Abductor 4 4
Adductor 4 5
Elevator 5 5
Depressor 5 5
Protractor 5 5
Retractor 5 5
 Interpretasi pasien mengalami penurunan kekuatan otot

C. Problematik / Diagnosa Fisioterapi


1. Impairment : adanya keterbatasan gerak abduksi dan flexi pada
bahu kiri, penurunan kekuatan otot, penurunan aktivitas fungsional
dan adanya spasme pada otot biceps dan otot supraspinatus.
2. Functional Limitation : pasien mengalami kesulitan dalam menyisir
rambut, memasak dan aktivitas rumah tangga lainnya
3. Participation Restriction : pada saat nyeri hebat muncul pasien
sampai tidak dapat pergi kegereja dan bersosialisasi dengan
tetangga

D. Program Fisioterapi
1. Tujuan :
 Jangka Pendek : menghilangkan nyeri, meningkatkan LGS
bahu kiri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatankan
kepercayaan diri dan peningkatan ADL
 Jangka Panjang : meningkatkan aktivitas fungsional pasien
dan meningkatkan kapasitas fisik pasien.
2. Rencana evaluasi :
 Mengevaluasi nyeri pasien menggunakan VAS
 Mengevaluasi LGS pasien menggunakan Goniometer
 Mengevaluasi otot pasien menggunakan MMT
 Mengevaluasi aktivitas fungsional pasien menggunakan
indeks spadi
3. Prognosis
 Que ad Vitam : Baik
 Que ad Sanam : Baik
 Que ad Fungsionam : Baik
 Que ad Cosmeticam : Baik
4. Tindakan fisioterapi
a. Teknologi intervensi
 Teknologi Alternatif :
TENS, IR, terapi manipulasi, terapi latihan, hold relax,
contract relax.
 Teknologi Terpilih / Dilaksanakan
o Infra Red (IR)
o Terapi Latihan
b. Edukasi dan home program
Menyarankan pasien untuk melakukan latihan yang dianjurkan
fisioterapis, kompres air hangat pada bahu kiri ketika nyeri
timbul, menghindari tidur miring kekiri, memakai tas selempang
dan menghindari posisi yang memberatkan nyeri lainnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Fisioterapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengurangi
keluhan yang biasanya terjadi pada kasus tendinitis bicipitalis yaitu berupa nyeri,
keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot. Dari hasil
penanganan fisioterapi selama enam kali terapi di Puskesmas Pangolombian
dapat diambil kesimpulan bahwa pasien yang bernama Ny. S.M mengalami
penurunan intensitas nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, dan peningkatan
kekuatan otot. Pada nyeri gerak terdapat pengurangan nyeri yang signifikan,
terdapat peningkatan lingkup gerak sendi shoulder aktif dan pasif pada pasien
tersebut.

B. Saran
Sebagai penutup pada akhir karya tulis ilmiah ini, penulis ingin memberikan
saran-saran kepada beberapa pihak, dimana penulis berharap saran-saran ini
dapat bermanfaat dalam menangani kondisi tendinitis bicipitalis sinistra. Kepada
pasien diberi pengertian agar tetap rutin latihan di rumah seperti yang diajarkan
fisioterapis di rumah sakit, Pasien diberi pengertian untuk kontrol kerumah sakit
setiap bulannya. Pasien sebaiknya mengikuti program fisioterapi di poliklinik
fisioterapi yang ada di puskesmas selanjutnya dan juga pasien dapat mengkimpres
air hangat jika nyeri timbul.
Daftar Pustaka
Sianturi, Goldfried. 2003. Studi Komparatif Injeksi dan Oral Triamcinolone
Acetonide pada Sindroma Frozen Shoulder. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang
Fernandez. I. 2006. Physiogical bases of bone regeneration II : The Remodeling
Process. Spanyol
Kisner Carollyn, Colby Lynn Allen. 2002. Therapeutic Exercise : Foundation and
Techniques. Sixth Edition. P.A Philadelphia. USA
Ryan J. Warth, Peter J. Millett. 2015. Physical Examination of Shoulder. New York.
USA
Todd S. Ellenbecker, Kevin E. Wilk. 2017. Sport Therapy for the Shoulder :
Evaluation, Rehabilitation, and Return to Sport. Sport Therapy Series. Arizona.
USA
Lampiran Laporan Status Klinik

Anda mungkin juga menyukai