Kelompok A:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat terselesaikan
dengan baik. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Halaman judul...................................................................................................
Kata pengantar..................................................................................................
Daftar isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
Latar belakang............................................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
E. Kesimpulan...........................................................................................
F. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
Pemelihara kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Semakin
tinggi derajat masyarakat akan baik pula kualitas hidup manusia tersebut dan
sebaliknya.
Pada susunan rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan
yang ditujukan pada Indonesia sehat 2010 dan paradigm sehat yang baru yaitu
lebih menekankan pada upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan
(preventif) tanpa mengabaikan penyembuhan (kuratif) dan pemeliharaan
(rehabilitative) (Depkes RI, 2000). Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral
dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pelayanan fisioterapi harus
tanggap pada proses dan perubahan pada tuntutan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat yang semakin meningkat (Hastono, 2002).
Tendinitis Bicipitalis adalah peradangan pada tendon di sekitar head long
biceps tendon atau caput otot bicep. Tendinitis bicipitalis disebabkan iritasi dan
inflamasi tendon bicep. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang
otot bicep yang menjalar kelengan bawah dan nyeri tekan pada daerah sulkus
bicipitalis (Sianturi. 2003).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi
Otot biceps berjalan dari bahu ke siku bagian depan lengan. 2
tendon (tendon otot untuk tulang) menghubungkan bagian ata biceps
otot bahu. Bagian atas 2 tendon dari otot biceps disebut biceps
proximal tendon, karena mereka lebih dekat kepuncak lengan.
Tendon proximal utama adalah kepala panjang biceps yang
menghubungkan otot biceps keatas bahu soket, glenoid. Hal ini juga
menyatu dengan kartilago rim sekitar glenoid dan labrum. Labrum
adalah jaringan lunak yang mengubah permukaan datar dari glenoid
kesoket yang lebih dalam. Pengaturan ini meningkatkan fit dari bola
yang cocok disoket, kepala humerus. Mulai di bagian atas glenoid
tendon kepala panjang biceps berjalan didepan kepala humerus.
Tendon lolos dalam alur bicipital humerus dan diadakan ditempat
oleh humeri ligamentum transversal. Sehingga membuat kepala
humerus tergelincir terlalu jauh keatas atau kedepan dalam gleinoid.
Kaput brevis menghubungkan otot biceps pada procesus coracoid
scapula (shoulder blade). Processus coracoid adalah tulang kecil
kenop hanya dibagian depan bahu. Biceps yang lebih rendah tendon
disebut biceps distal tendon. Kata distal berarti tendo lebih bawah
lengan. Bagian bawah dari otot biceps terhubung ke siku dengan inti
tendon. Membentuk otot pendek dan kepala panjang biceps tinggal
terpisah sampai tepat diatas siku, dimana mereka bersatu dan
terhubung ke distal tendon biceps. Tendon terdiri dari helai bahan
disebut kolagen. Untaian kolagen dilapisi dalam ikatan samping satu
sama lain karena untaian kolagen pada tendon yang berbaris, tendon
memiliki kekuatan tarik tinggi. Ini berarti mereka dapat menahan
kekuatan tinggi yang menarik pada kedua ujung tendon. Ketika otot
bekerja mereka menarik salah satu ujung tendon yang lain, akhr
tendon menarik pada tulang, menybabkan tulang untuk bergerak.
B. Tendinitis Bicipitalis
1. Definisi
Tendinitis Bicipitalis adalah peradangan pada tendon di sekitar head long
biceps tendon atau caput otot bicep. Tendinitis bicipitalis disebabkan iritasi
dan inflamasi tendon bicep. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu
sepanjang otot bicep yang menjalar kelengan bawah dan nyeri tekan pada
daerah sulkus bicipitalis (Sianturi. 2003). Tendinitis bicipitalis biasanya disertai
dengan SLAP (superior labrum anterior ke posterior) lesi (Hsu, 2008).
2. Etiologi
Penyebab tendinitis bicipitalis berupa cidera langsung yang mengenai
bahu ataupun juga karena cidera atau trauma yang disebabkan oleh kerja
m.bicep yang berlebihan. Sebelum berinsersio pada tuberositas
supraglenoidales, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang
dibentuk oleh caput humeri sebagai alasnya pada bagian posterior tuberositas
radii. Nyeri pada bahu depan di gambarkan sebagai “denyutan sakit yang
dalam” biasanya keluhan tersebut yang dirasakan pasien ketika terkena
tendinitis bicipitalis. Kerusakan ini dapat menyebabkan banyak perubahan
mikroskopis yang tidak terbataskan oleh poliferasi fibrocyte, arthrofi dari serat
kolagen dan nekrosis fibrinoid sehingga tendon ini kelebihan gerakan dapat
menyebabkan kerobekan dan iritasi tendon bicep.
4. Patologi
Tendon mendapatkan suplay darah dari pembuluh darah yang mengalir
melalui tendon. Pembuluh darah tendon rentan terhadap penguluran tekanan
dan trauma yang berulang-ulang. Adanya cidera atau trauma menyebabkan
terjadinya kerobekan serabut-serabut tendon, sehingga akan terjadi
perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan
mengambil tempat kearah celah tendon yang robek dan dapat menjalar ke
sekitarnya kemudian cairannya tersebut mengendap dan membentuk
hematom. Hematom ini akan menekan ujung-ujung saraf sensoris di
sekitarnya sehingga akan menambah rasa nyeri. Apabila penekanan yang
mengakibatkan peradangan ini terjadi berulang-ulang maka akan mengalami
degenerasi dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakan
tendon terbatas atau terhambat, sehingga suplay darah terganggu dan akan
mengakibatkan tendinitis.
5. Komplikasi
Fraktur
Paling sering deformitas hill-sach akibat fraktur dan kompresi
kaput humerus sisi postero lateral.
Robekan rotator cuff
30-35% kasus pada pasien lebih dari 40 tahun.
Kerusakan saraf
33-40% kasus menyebabkan cedera nervus axilaris.
Kerusakan vaskular
Sangat jarang, umumnya tekait dislokasi inferior pada orang tua.
BAB III
PELAKSANAAN STUDI KASUS
6. Pemeriksaan spesifik
Yergason Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi patologi pada biceps
o Prosedur :
Pasien : duduk dengan posisi lengan rilex
disamping badan
Praktikan : meletakan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi bicipital groove dan
tangan untuk menyiapkan resisten. Praktikan
selanjutnya secara pasif menggerakan lengan
pasien kearah flexi elbow 90º. Praktikan lalu
meminta pasien untuk melakukan supinasi
lengan bawah melawan resisten tangan praktikan
o Interpretasi : pasien positif dengan merasakan nyeri
Speed’s Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi biceps tendonitis caput
longus pada bicipital groove.
o Prosedur :
Pasien : duduk dengan posisi lengan rilex disisi
samping badan
Praktikan : meletakan satu tangan pada shoulder
pasien untuk mempalpasi tendon caput longus
biceps dan tangan satunya pada wrist pasien.
Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakan
lengan pasien kearah flexi shoulder sekitar 60º-
90º, extensi elbow dan supinasi lengan bawah.
Praktikan lalu meminta pasen menahan posisi
kemudian praktikan mengaplikasikan resisten
pada wrist pasien
o Interpretasi : pasien positif dengan merasakan nyeri
Drop Arm Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi tear pada rotator cuff
o Prosedur :
Pasien : duduk dengan lengan disamping badan
Praktikan : secara pasif mengabduksikan
shoulder pasien sekitar 60º lalu meminta pasien
menahan posisi tersebut. Jika pasien tidak
mampu mengontrol lengannya kebawah dengan
perlahan atau lengan pasien langsung jatuh maka
tes ini positif
o Interpratasi : pasien negatif dengan dapat menahan
posisi agar tidak jatuh
Subscapularis Liftoff Test :
o Tujuan : untuk mengidentifikasi tear pada otot
subscpularis
o Prosedur :
Pasien : posisi pasien berdiri dengan lengan
diletakan dipunggung mendekati tulang lumbal
Praktikan : posisi praktikan disamping pasien
dan minta pasien menggerakan secara aktif
lengan lumbal. Jika terjadi nyeri atau
ketidakmampuan pasien melakukan tes,
menujukan adanya gangguan pada otot
subscapularis.
o Interpretasi : pasien merasakan nyeri hebat dan tidak
dapat melakukan tes ini sehingga pasien dinyatakan
positif dalam tes ini
LGS (Sendi Bahu) :
o Kiri :
S : 50º-0º-110º
F : 85º-0º-55º
o Kanan :
S : 55º-0º-160º
F : 160º-0º-60º
o Normal :
S : 60º-0º-165º
F : 170º-0º-75º
Lingkar Lengan (Patokan Acromion) :
o Kiri :
10cm : 37,5cm
20cm : 28cm
30cm : 25cm
o Kanan :
10cm : 37cm
20cm : 27,5cm
30cm : 24,5cm
VAS (Pada Bahu Kiri) :
o Nyeri gerak : 3
o Nyeri diam : 0
o Nyeri tekan : 0
MMT :
Otot Penggerak Kiri Kanan
Flexor 4 5
Extensor 4 5
Abductor 4 4
Adductor 4 5
Elevator 5 5
Depressor 5 5
Protractor 5 5
Retractor 5 5
Interpretasi pasien mengalami penurunan kekuatan otot
D. Program Fisioterapi
1. Tujuan :
Jangka Pendek : menghilangkan nyeri, meningkatkan LGS
bahu kiri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatankan
kepercayaan diri dan peningkatan ADL
Jangka Panjang : meningkatkan aktivitas fungsional pasien
dan meningkatkan kapasitas fisik pasien.
2. Rencana evaluasi :
Mengevaluasi nyeri pasien menggunakan VAS
Mengevaluasi LGS pasien menggunakan Goniometer
Mengevaluasi otot pasien menggunakan MMT
Mengevaluasi aktivitas fungsional pasien menggunakan
indeks spadi
3. Prognosis
Que ad Vitam : Baik
Que ad Sanam : Baik
Que ad Fungsionam : Baik
Que ad Cosmeticam : Baik
4. Tindakan fisioterapi
a. Teknologi intervensi
Teknologi Alternatif :
TENS, IR, terapi manipulasi, terapi latihan, hold relax,
contract relax.
Teknologi Terpilih / Dilaksanakan
o Infra Red (IR)
o Terapi Latihan
b. Edukasi dan home program
Menyarankan pasien untuk melakukan latihan yang dianjurkan
fisioterapis, kompres air hangat pada bahu kiri ketika nyeri
timbul, menghindari tidur miring kekiri, memakai tas selempang
dan menghindari posisi yang memberatkan nyeri lainnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Fisioterapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengurangi
keluhan yang biasanya terjadi pada kasus tendinitis bicipitalis yaitu berupa nyeri,
keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot. Dari hasil
penanganan fisioterapi selama enam kali terapi di Puskesmas Pangolombian
dapat diambil kesimpulan bahwa pasien yang bernama Ny. S.M mengalami
penurunan intensitas nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, dan peningkatan
kekuatan otot. Pada nyeri gerak terdapat pengurangan nyeri yang signifikan,
terdapat peningkatan lingkup gerak sendi shoulder aktif dan pasif pada pasien
tersebut.
B. Saran
Sebagai penutup pada akhir karya tulis ilmiah ini, penulis ingin memberikan
saran-saran kepada beberapa pihak, dimana penulis berharap saran-saran ini
dapat bermanfaat dalam menangani kondisi tendinitis bicipitalis sinistra. Kepada
pasien diberi pengertian agar tetap rutin latihan di rumah seperti yang diajarkan
fisioterapis di rumah sakit, Pasien diberi pengertian untuk kontrol kerumah sakit
setiap bulannya. Pasien sebaiknya mengikuti program fisioterapi di poliklinik
fisioterapi yang ada di puskesmas selanjutnya dan juga pasien dapat mengkimpres
air hangat jika nyeri timbul.
Daftar Pustaka
Sianturi, Goldfried. 2003. Studi Komparatif Injeksi dan Oral Triamcinolone
Acetonide pada Sindroma Frozen Shoulder. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang
Fernandez. I. 2006. Physiogical bases of bone regeneration II : The Remodeling
Process. Spanyol
Kisner Carollyn, Colby Lynn Allen. 2002. Therapeutic Exercise : Foundation and
Techniques. Sixth Edition. P.A Philadelphia. USA
Ryan J. Warth, Peter J. Millett. 2015. Physical Examination of Shoulder. New York.
USA
Todd S. Ellenbecker, Kevin E. Wilk. 2017. Sport Therapy for the Shoulder :
Evaluation, Rehabilitation, and Return to Sport. Sport Therapy Series. Arizona.
USA
Lampiran Laporan Status Klinik