Anda di halaman 1dari 52

FT C Pusat

Traumatic Brain Injury (TBI)


Head Injury (HI)
Trauma Capitis (TC)
Contusio Cerebri (CC)

Friets Vinsen Eman, SST., M.Kes


 TBI/HI/TC/CC
 Cidera fisik atau kerusakan pada otak
 Karena tekanan mekanik/fisik mendadak
(sudden trauma) dari luar (lokal atau blunt)
 Kerusakan bisa bersifat focal (area tertentu
otak biasanya ok trauma lokal) atau diffuse
(lebih dari satu area otak biasanya ok
trauma blunt atau massif)
 Bisa juga bersifat “closed” atau “penetrating
head injury”
 Sekarang ini TBI merupakan salah satu
penyebab utama dari morbiditas dan
mortalitas di masyarakat
 Tingkatan TBI: mild, moderate, severe
 Dengan akibat
 naiknya tekanan intra kranial (sakit kepala,

pusing, mual, muntah, kejang, kaku kuduk,


dilatasi pupil)
 ggn kesadaran ringan/bingung sampai koma

(tidak membuka mata, tidak ada respon


motorik dan tidak ada respon verbal)
 amnesia pasca traumatik (PTA) (ggn perilaku,

ggn kognitif: konsentrasi, memori,


kecerdasan, ggn berbahasa dll)
 defisit fungsi neurologi focal (ggn

pendengaran, ggn penglihatan, ggn


penciuman, ggn bicara, ggn gerak, ggn
sensorik dll)
Insiden
 5 besar kasus neurologi pada otak
 Insiden di berbagai negara bervariasi (contoh
USA per tahunnya)
 1,4 juta menderita TBI
 1 jt masuk UGD
 50 rb tewas, 230 rb dirawat di RS sembuh
 Sisanya dengan gejala sisa yg bervariasi
 Umumnya
 Usia muda (15-24) laki-laki : wanita = 2 : 1
 Anak di bawah 5 tahun
 Orang tua di atas 75 tahun (insiden terbanyak
yaitu jatuh )
Penyebab
 Trauma Blunt (masif)
 Kecelakaan lalu lintas (65%)
 Kecelakaan olahraga (3%)
 Kecelakaan kerja (terjatuh)
 Percobaan bunuh diri
 Perkelahian
(Ternyata minum alkohol berperanan penting
disini)
 Bencana alam (gempa bumi, tsunami) dll
 Trauma lokal - penetrating
 Luka tembakan
 Tertusuk pisau
 Lemparan batu, dll
Mekanisme kerusakan otak
 Mekanisme ekstra kranial
 Hypoxia
 Hypotension
 Mekanisme intra kranial
 Kerusakan otak primer (langsung akibat trauma)
 Cidera axon yang diffuse (shearing) akibat

contrecoup injury (wiplash injury)


 Laserasi (akibat skull fracture, depressed skull

fracture, penetrating skull fracture)


 Contusion (edema cerebri dan perdarahan). Beda

dgn Concussion (paling ringan dan umum, ggn


kesadaran ringan/singkat tanpa ada defisit
neurologis)
A traumatic brain injury from a car crash, fall, or sports-related incident, can create a variety of
lasting behavioral and mental changes depending on the areas of the brain that are injured. The
frontal and temporal lobes of the brain, major speech and language areas, often receive
damage. As a result, communication difficulties frequently occur. Other problems depending on
the injury location can include impaired swallowing, walking, or coordination as well as changes
in the ability to smell, remember, or think. Transplant techniques under investigation aim to
promote the repair of brain damage and reinstate lost functions.
 Kerusakan otak sekunder (tidak langsung)
 Perdarahan : ekstradural (epidural

hematoma), intradural (sub dural, sub


arachnoidea dan intra cerebral
hematoma)
 Pembengkakan otak : kongesti vena,

edema
 Infeksi : meningitis, abses
Pembengkakan otak & edema
 Diakibatkan oleh kegagalan sistem ventrikel (Cerebro
Spinal Fluid = CSF), peningkatan volume darah ke otak
dan kongesti vena
 Akibatnya tjd kenaikan tekanan intra kranial (intra cranial
pressure = ICP)
 ICP normal = 0-10mmHg (posisi terlentang), > 20mmHg:
abnormal, >40mmHg mekanisme autoregulasi CBF hilang.
 Tindakan adalah dgn pemberian ventilasi (dijaga
hipocapnia ringan)  vasokontriksi  volume darah ke
otak
 Tindakan lain adalah pemberian diuretika osmotik,
drainase CSF
Hypoxia/hypoxemia
 Tjd pd > 1/3 kasus TBI berat
 Sebab: obstruksi saluran napas, trauma
dada/paru, cidera pada batang otak
 PO2 turun pd pend TBI tdk tjd kompensasi
vasodilatasi. Kekurangan O2 paling besar tjd
pd area otak yg cedera paling berat
 Tindakan : ventilasi buatan (O2), penenang
utk metabolisme tubuh
Arterial hypotension
 Tjd pd 1/6 kasus TBI. Jarang tjd pd TBI murni
(tunggal) tp pd TBI + Trauma/cidera
 Sebab: hilangnya banyak volume darah
(hypovolaemia), misal akibat cidera intra abdominal
& fr pelvis dll
 Hypotension  aliran darah ke otak (Cerebral
Blood Flow = CBF) krn pd pend TBI tdk tjd
kompensasi vasodilatasi Kekurangan O2 & nutrisi
paling besar tjd pd area otak yg cedera paling berat
 Tindakan : ventilasi buatan (O2), penenang utk
metabolisme tubuh
Pengukuran derajat berat
(Tingkatan TBI)
 Ringan (mild)  concussion (paling ringan dan umum,
ggn kesadaran ringan/singkat tanpa ada defisit
neurologis)
Skor GCS 13-15 kurang dari 20 menit
 Berat (severe) gejala bisa muncul seketika atau beberapa
saat setelah trauma
 Koma GCS < 8 berlangsung lebih dari 6 jam

 Lamanya amnesia pasca traumatik (PTA) lebih dari 2

minggu
 Moderat (moderate)
Gejala diantara derajat ringan dan berat
GCS 9-12 kurang dari 6 jam
Prognosis
 Prognosis baik pada jenis TBI ringan
(tanpa gejala sisa)
 Prognosis jelek
 Koma makin lama
 PTA makin lama
 Laju pemulihan tiap-tiap fungsi otak
bervariasi
Glasgow Coma Scale (GCS)

 Jumlah nilai dari 3 parameter


(membuka mata, respon verbal,
respon motorik)
 Skor minimal 3 dan skor maksimal 15
 GCS pd hari ke 2-3 atau 4-7 pasca
trauma mrpk prediktor prognosis yang
akurat
 Membuka mata
 Respon spontan 4
 Respon dari suara/perintah 3
 Respon thd nyeri 2
 Respon tak ada 1
 Respon motorik
 Bergerak mematuhi perintah 6
 Respon terlokalisir, perlu arahan 5
 Respon withdrawn 4
 Abnormal fleksi, ada stimulasi nyeri 3
 Abnormal ekstensi , stimulasi nyeri 2
 Tidak ada respon 1
 Respon verbal
 Orientasi, berbicara runtut 5
 Disorientasi, tp bicara runtut 4

 Perkataan tidak pada tempat,

dan tidak runtut 3


 Suara yang tak bermakna 2
 Tidak ada respon 1
 Jumlah skor
 3-8 berat
 9-13 moderat
 13-15 ringan
Glasgow outcome scale (GOS)
 1 mati
 2 status vegetative
 3 disabilitas berat, sadar tp tergantung
 4 disabilitas moderat, mandiri tapi
dengan kecacatan
 5 pemulihan bagus
PTA
 Gangguan/hilangnya fungsi memori dan disorientasi
pada suatu jangka waktu pasca cidera kepala
 Ketidakmampuan untuk belajar berbahasa verbal
dan non verbal setelah injury
 Bisa berlangsung dalam menit, jam, hari bahkan
bulan
 Perbaikan biasanya bertahap
 Merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk
menentukan derajat berat dan prognosis TBI
The standard classification of head
trauma severity based on the duration of
PTA is from Jennett & Teasdale (1981)
Duration of PTA Severity of Injury
less than 5 minutes Very Mild
5 - 60 minutes Mild
1 - 24 hours Moderate
1 - 7 days Severe
1 - 4 weeks Very Severe
greater than 4 weeks Extremely Severe
 Durasi PTA
 < 5 menit
 5 – 60 menit
 1- 24 jam
 1- 7 hari
 1 – 4 minggu
 > 4 minggu
 Derajat beratnya trauma kepala
 Sangat ringan
 Ringan
 Moderat
 Berat
 Sangat berat
 Sangat sangat berat
Pengukuran PTA
 Westmead PTA scale (12 pertanyaan
sederhana ttg 7 orientasi & 5 memori)
 Saat PTA dikatakan berakhir adalah
pada hari pertama dari 3 hr berturut-
turut dimana pasien dapat menjawab
dgn benar semua 12 pertanyaan (saat
pasien secara konsisten punya orientasi
& tanggap thd sekitarnya)
Westmead PTA Scale
1. How old are you ?
2. What is your date of birth ?
3. What month are we in ?
4. What time of day is it ? (Morning, Afternoon or Night)
5. What day of the week is it ?
6. What year are we in ?
7. What is the name of this place ?
8. Who do you have to remember ? Show set of 3 photos
9. What is their name ?
10. What were the 3 pictures that you had to remember ?
1. Picture I
2. Picture II
3. Picture III
Gejala selama PTA
 Gangguan pola tidur – bangun
 Ilusi, halusinasi
 Meningkatnya rasa kantuk
 Tidak konsisten
 Bingung / disorientasi
 Gangguan kognitif: atensi, konsentrasi, memori
menurun
 Mood berubah-ubah
 Irritabilitas
 Mudah lelah
 Agitasi / Agresif
 Mondar-mandir, dll
Tindakan masa akut
Tujuan menstabilkan pasien dan mencegah
timbulnya kerusakan otak sekunder/komplikasi lain
 Jaga suplai oksigen: jalan napas longgar, ventilasi,

O2, tracheotomy (cegah hypoxia/hypercapnia)


 Jaga aliran darah adekuat, koreksi hypovolaemia,,

kontrol tekanan darah, mungkin dengan CPR,


hentikan perdarahan (cegah hypotension)
 Hati-hati dengan pengangkutan dan transportasi

pasien, dengan back board dan neck restrain atau


collar (mungkin ada spinal cord injury?)
 Kontrol vital sign (temperatur, tekanan darah,

nadi, respirasi, ukuran pupil, kalau perlu tekanan


intra kranial, dan tekanan perfusi otak, periksa
GCS
 Periksa skull, spinal x ray untuk TBI ringan-
sedang
 Periksa CT scan untuk TBI sedang-berat
kalau perlu MRI
 Mungkin perlu operasi untuk evakuasi space
occupying haematoma segera
 Bila ICP meninggi, mungkin perlu
ventriculostomy (mengalirkan CSF keluar dari
otak)
 Atasi laserasi dan fraktur tengkorak
 Operasi perbaikan selaput otak yang rusak
(cegah infeksi)
 Anticonvulsan/sedation
Pemeriksaan FT pd masa akut
 Memeriksa impairment sensomotorik primer, seperti:
 Hilangnya kontrol motorik
 Kelumpuhan
 Kelemahan otot
 Spastisitas/tonus -- ROM
 Ataxia cerebellar
 Rigiditas
 Tremor
 Diskinesia
 Gangguan sensorik dll, sesuai dengan kebutuhan
 Memeriksa cidera lain yg menyertai (fraktur, cidera
medulla spinalis, injuri n. cranialis, injuri saraf tepi dll)
 Memonitor tanda vital dan status kesadaran (koma)
 Memeriksa fungsi paru
 Lingkungan aktifitas
Tujuan umum FT masa akut
 Memonitor tanda vital dan status kesadaran
(koma)
 Manajemen status paru
 Manajemen status muskuloskeletal
 Manajemen perubahan tonus
 Memfasilitasi & stimulasi situasi aktif
Manajemen status paru
 Memperbaiki fungsi respirasi
 Mencegah kegagalan respirasi dan
kerusakan otak sekunder (cegah
hypoxia & hypotension).
 Hati2 thd infeksi paru, batuk efektif dan
posisioning pd pasien TBI ( ICP)
Manajemen status muskuloskeletal
 Pasien TBI sering disertai komplikasi muskuloskeletal
(fraktur di ekstremitas dan trunk dll). Pasien koma 
immobile  perlu posisioning & modalitas utk
memelihara ROM & panjang otot
 Utk itu dilakukan posisioning, splinting, serial casting
dan weight bearing
 Lat pasif ROM kontroversial (30 menit/hr utk
mencegah pemendekan jar lunak, tp berlebihan
menimbulkan Heterotrophic Ossification (HO)
 Latihan gerakan normal, aktif sedini mungkin begitu
pasien dinyatakan stabil (BP & ICP stabil)
Manajemen perubahan tonus
 Umumnya pada awal kejadian adalah tjd
neural shock (flaccid). Tp potensial tjd
spastisitas krn mrpk lesi UMN
 Tergantung pd letak lesi, tonus bisa
bervariasi
 Perhatian thd pengaturan posisi (misal
terlentang akan menaikkan tonus otot-otot
ekstensor dll)
 Perhatian thd stimulasi (pengaturan ruang,
pegangan dll)
Prinsip Umum penanganan
PTA
 Kurangi faktor-faktor stimulasi
 Ruang satu orang
 Bed yang stabil
 Ruangan yang familiar
 Sehari-hari/rutin yang tetap/terstruktur
 Petugas yang tetap
 Pengunjung sangat dibatasi
 Sering dilatih orientasi
Peran Fisioterapi PTA
 Sesi latihan pendek
 Lingkungan tenang
 Latihan sederhana, fungsional
 Perlu repetisi
 Tujuan jelas & mudah
 Suara pelan
 Ada masa istirahat
 Ada kompromi, tidak memaksakan, tidak
berargumen
 Latihan fleksibilitas
 Hindari kelelahan
 Hindari faktor distraksi (pengganggu)
 Atur lingkungan
Mekanisme Pemulihan TBI
 Regenerasi neuronal
 Perubahan synapsis
 Substitusi fungsional
 Belajar ketrampilan spesifik
Problem pasca TBI
 Disfungsi n. kranialis
 Defisit sensorik
 Heterotopic Ossification
 Meningkatnya tonus otot & kontraktur
 Gangguan motorik
 Gangguan makan
 Disfungsi bladder & bowel
 Gangguan kognitif
 Gangguan sosialisasi dan tingkah laku
 Perubahan kepribadian, dll
Manajemen Rehabilitasi
Pasien pasca TBI
 Tujuan:
 Mampu kembali ke masyarakat dengan
tingkat kemampuan fungsional setinggi
yang mungkin bisa dicapai
 Problem pasca TBI yang dimiliki biasanya
sangat komplek, yang membuat tindakan
rehabilitasi sulit tapi sangat menantang
 Gangguan yang lazim pasca TBI
 Penurunan level kesadaran:
 Coma
 Persistent vegetative state (PVS)
 Post traumatic amnesia (PTA)
 Gangguan kognitif
 Gangguan belajar, atensi & konsentrasi, memory,

kemampuan memproses informasi yang komplek


 Gangguan komunikasi (receptive & expressive), perlu

dibedakan ggn komunikasi sebenarnya atau fase


bingung krn ggn kognitif
 Gangguan perilaku, sosialisasi dan kepribadian
 apatis, agresif, depresi, ggn seksual, dll

 Gangguan sensorimotor
 Penurunan kondisis umum

Bisa karena kehilangan banyak darah, distress paru,


inaktif, tirah baring, dll
 Paresis atau paralysis yang bervariasi seperti

hemiparesis (sama seperti stroke, tp bisa problemnya


lebih komplek),bila unilateral trauma, perdarahan,
hypoxia atau sebab sekunder lainnya; bisa juga
bilateral hemiparesis akibat kerusakan otak bilateral
 Gangguan keseimbangan
 Ataxia dan gangguan koordinasi
Bila basal ganglia dan cerebellum terkena
 Spastisitas
 Berbagai komplikasi
seperti kontraktur, heterotropic
ossification, dll
 Ggn pada saraf kranialis, ggn bladder &
bowel
 Cedera lain yang menyertai
seperti fraktur, lesi saraf tepi atau cedera
medulla spinalis
Manajemen Rehabilitasi Pasien
pasca TBI
 Merupakan kerjasama team rehab
 Fisioterapis hrs memahami obat yang
diberikan oleh dokter, berkaitan dgn efek
samping dari obat tersebut
 Manajemen rehab didasarkan pada level
kemampuan kognitif pasien
1. Manajemen pasien TBI dengan level
kognitif rendah
• Tujuan
 Mencegah komplikasi
 Meningkatkan interaksi pasien dgn
lingkungannya
• Pemeriksaan
 ROM pasif
 Aktivitas spontan
 Respon thd stimulasi
 Tonus otot dan reflek
 Kemampuan gross motor (misal reaksi
postural)
• Pelaksanaan
 Latihan ROM pasif
 Stimulasi sensorik (pada pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan, taktil,
vestibular)
Mengembangkan potensi pasien kearah respon
yang konsisten, reliabel, dengan latensi minimal.
Kembangkan/pergunakan jenis komunikasi yang
mungkin paling dipahami oleh pasien
 Positioning
Tujuan memberikan pengalaman sensorik yg
normal, memfasilitasi geraakan normal,
memberikan penyanggaan pada kelurusan tubuh,
mencegah deformitas, mencegah rusaknya kulit
(yg akan berkembang menjadi decubitus),
memungkinkan gerak dan perbaikan kosmetik
2. Manajemen pasien TBI dengan level
kognitif sedang
• Jika pasien bingung dan agitasi
 Tujuan
• Melanjutkan program sebelumnya
• Meningkatkan interaksi pasien dgn
lingkungannya
• Mencegah stimulasi yang berlebihan
• Mengembangkan aktivitas yang familiar
dan disukai pasien
 Pemeriksaan & Pelaksanaan
• Sama dengan pasien level kognitif

rendah
• Aktivitas fungsional termasuk transfer

& ambulasi
• Lebih diutamakan meningkatkan daya

tahan drpd aktivitas baru & berat;


permainan mungkin jadi alternatif
• Lingkungan mendukung: satu terapis,

tempat sama, waktu sama, suasana


tenang. Latihan sederhana, ringan,
fokus hanya pasien itu sendiri
• Jika pasien bingung dan sudah tidak agitasi
 Tujuan
• Melanjutkan program sebelumnya

• Meningkatkan partisipasi pasien dalam

program rehab
• Menangani lebih fokus pd deficit motorik

focal
 Pelaksanaan
• Sama dengan pasien yang bingung dan

agitasi, lebih meningkat


• Pertahankan struktur latihan, keselamatan

pasien
• Instruksi minimal, agar tak bingung

• Gunakan alat bantu latihan yang lebih ke

arah fungsional dan realistis biasa


digunakan
3. Manajemen pasien TBI dengan level
kognitif tinggi
• Kelanjutan program sebelumnya
• Tujuan: pemulihan fisik dan kemampuan fungsional
pasien seoptimal mungkin

Anda mungkin juga menyukai