Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK

REVIEW
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA PRANCIS

Skor Nilai:

JUDUL CRITICAL BOOK REVIEW MANDIRI


“PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran”

NAMA MAHASISWA : INDAH TRI NOVITA SARI


NIM : 2212431001
DOSEN PENGAMPU : KAMTINI, M.Pd.
SRI MUSTIKA AULIA
MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FEBRUARI 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua, atas berkat karunianya saya dapat menyelesaikan Critical
Book Review ini tanpa halangan dan selesai dengan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini, saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu KAMTINI,
M.Pd. dan Ibu SRI MUSTIKA AULIA yang telah memberikan tugas Critical Book
Review ini sehingga saya dapat memahami lebih jauh mengenai seperti apakah sebenarnya
yang di bahas dalam Critical Book yang saya review serta apa kelebihan dan kekurangannya
dan oleh karena itu saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Saya
menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya
berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini dan saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan seluruh
pembaca pada umumnya.

Medan, 15 Februari 2022

INDAH TRI NOVITA SARI


NIM : 2212431001

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 3

IDENTITAS BUKU ……................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………...................................................... 5


B. Tujuan .................................................................................................. 5
C. Manfaat ……........................................................................................ 5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

A. Buku Utama .............................................................................................. 6


B. Buku Pembanding ................................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan ……………........................................................................... 28
B. Kekurangan …………………………………………………………… 28

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………… 29
B. Saran …………………………………………………………………. 29

DAFTAR PUSTAKA

IDENTITAS BUKU

3
A. BUKU UTAMA
Judul Buku : Psikologi Pendidikan “Landasan Bagi
Pengembangan Strategi Pembelajaran”
No. ISBN : 978-602-8935-64-7
Penulis : Dr. Mardianto, M.Pd
Penerbit : Perdana Publishing
Tahun Terbit : 2014
Edisi : Kesatu
Bahasa : Indonesia

B. BUKU PEMBANDING
Judul Buku : Psikologi Pendidikan
No. ISBN : 978-979-495-934-3
Penulis : Prof. Dr. Nurhidayah, M.Pd., dkk
Penerbit : Universitas Negeri Malang
Tahun Terbit : 2017
Edisi : Kesatu
Bahasa : Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

4
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata,
yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang
berarti jiwa  dan  logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang
jiwa atau ilmu jiwa.

Psikologi Pendidikan digunakan untuk memahami siswa sebagai pelajar dan guru sebagai
pengajar, Psikologi Pendidikan merupakan hal yang penting dalam bidang Pendidikan, sebab
dengan psikologi Pendidikan para pegiat Pendidikan dapat menentukan sikap terhadap
perilaku orang-orang yang ada dalam bidang Pendidikan.
Pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari
dan dipahami oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai guru dengancara yang
sebaik-baiknya. Jadi seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikantetapi perlu
juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam prosses pendidikan. Para ahli psikologi dan
pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak
pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar disekolah.
Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani,inteligensi,
dan keterampilan motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya,relative
berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir
atau memecahkan masalah mereka masing-masing.

B. Tujuan
1. Memahami karakteristik perkembangan peserta didik
2. Mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai psikologi Pendidikan anak
3. Mengetahui tiap tipe kepribadian anak
4. Mengajarkan psikologi Pendidikan sebagai disiplin ilmu
5. Dapat mengetahui kesulitan belajar peserta didik

C. Manfaat
1. Agar setiap guru dapat memahami karakteristik perkembangan peserta didik
2. Dapat menambah pengetahuan lebih tentang psikologi Pendidikan
3. Kita dapat mengetahui apakah sebuah buku sudah pantas digunakan sebagai buku panduan
belajar. Selain itu dengan ini kita akan lebih mampu lagi mengkritisi sebuah buku.

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

5
A. BUKU UTAMA
BAB I. PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN DAN DEFENISI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Menurut etimologi (asal usul kata) Psikologi Pendidikan dapat dijabarkan dalam dua kata
yakni “Psikologi” dan “Pendidikan”. Psikologi etimologi adalah istilah hasil peng-Indonesia-
an dari bahasa asing, yakni bahasa Inggeris “Psychology”. Istilah psychology sendiri
bersaldari kata kata Yunani ”Psyche”, yang dapat diartikan sebagai roh, jiwa atau daya hidup,
dan “logis” yang dapat diartikan ilmu. Kedua secara terminologi (istilah) maka psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang memperlajari atau menyelidiki pernyataan-pernyataan
(A.Sujanto,1985:1).

Pendidikan yang berasal dari kata didik dalam bahasa Indonesia juga hasil dari transeletasi
peng-Indonesia-an dari bahasa Yunani yaitu “Peadagogie”. Etimologi kata Peadagogie adalah
“pais” yang artinya “Anak”, dan “again” yang terjemahannya adalah“bimbing”. Jadi
terjemahan bebas kata peadagogie berarti “bimbingan yang diberikan kepadaanak”. Ada tiga
hal penting yang harus dijelaskan dari pengertian Psikologi Pendidikan yakni :

1. Psikologi Pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil hasil
temuan riset psikologi.

2. Hasil hasil riset psikologi tersebut kemudian dirumuskan sehingga menjadi konsep-konsep,
teori teori, dan metode metode serta strategi-strategi yang utuh.

3. Konsep, teori, metode dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan hingga menjadi
“repertoire of resources”, yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih
dan digunakan untuk praktik praktik kependidikan khususnya dalam hal belajar mengajar.

B. PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU

Kerangka kerja ilmu sebagai sebuah pengetahuan ilmiah didasarkan pada tiga syaratutama
yakni; obyek, metode dan sistematika (Jujun S. Suriasumantri,1984:9). Kualifikasi daritiga
syarat inilah yang menjadi satu disiplin ilmu diterima dijajaran ilmu-ilmu lainnya sebagai
sebuah disiplin yang berdiri sendiri atau tidak. Psikologi Pendidikan yang membidangi kajian
praktis tentang kependidikan memiliki kapling yang sepesifik yakni sebagai berikut :

1. Obyek

Dalam Psikologi Pendidikan pembagian obyek pembahasan ini yaitu : Obyek material
danobyek forma.

2. Metode

6
Beberapa metode yang lazim digunakan dalam psikologi pendidikan adalah : a. Metode
Observasi; b. Metode Eksperimen dan Tes; c. Metode Kuestioner dan Interview; d. Metode
Studi Kasus; e. Metode Sosiometri; dan f. Metode Statistik

Sementara itu metode lain adalah seperti pendapat pada tokoh-tokoh psikologi. Beberapa
metode yang dapat digunakan dalam penelitian di bidang psikologi (Atkinson, 1983: 25)
diantaranya: a. Metode eksperimental; b. Metode pengamatan/ observasi; c. Metode survey;
d. Metode tes; dan e. Riwayat kasus.

3. Sistematika

Adapun sistematika Psikologi Pendidikan yang menjadi kesimpulan peneliti tersebut terdiri
dari 8 bagian utama adalah sebagai berikut:

1. Pengertian dan ruang lingkup Psikologi Pendidikan

2. Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan

3. Teori teori psikologi Belajar

4. Pertumbuhan dan perkembangan manusia

5. Pembawaan dan lingkungan dalam proses belajar

6. Ciri ciri kematangan dalam belajar

7. Kemampuan dan intelegensi

8. Tipe tipe dan kesulitan belajar

C. KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DENGAN ILMU


LAIN

Dalam struktur filsafat ilmu pengetahuan suatu obyek dapat didekati dari berbagai sudut
pandang sesuai dengan sasaran dan tekanan pembahasan yang akan dilakukan. Diantara
bidang ilmiah dari ilmu pengetahuan adalah filsafat fisika, filsafat astronomi,. Filsafat
biologidan filsafat ilmu-ilmu sosial. (M.D. Ghony,tt:30).

D. PSIKOLOGI PENDIDIKAN UNTUK STRATEGI PEMBELAJARAN

Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan anak manusia untuk mempersiapkan
generasi muda. Pada gilirannya lahirlah apa yang disebut dengan teori belajar. Menurut
Patrick Suppes (1974) sedikitnya ada empat fungsi teori belajar yakni: (1) berguna sebagai
kerangka untuk melakukan penelitian, dan (2) memberikan suatu kerangka kerja bagi
pengorganisasian butir-butir informasi tertentu. (3) menggungkapkan peristiwa-peristiwa
yang kelihatannya sederhana dan (4) mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman
sebelumnya.(Gredler,1994:6).

BAB 2. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

7
A. GEJALA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Istilah pertumbuhan dan perkembangan dalam dunia psikologi dan pendidikan selalu
mempunyai kaitan yang erat sekali. Istilah ini sering digunakan secara bergantian namun
sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda.

1. Peristiwa Gejala Pertumbuhan

Dalam kajian teoritis maka gejala pertumbuhan yang dicerminkan dengan perkembangan
jiwa seorang disestematisasikan pada pengelompokan usia sebagai berikut :

a. Masa Kanak kanak yaitu sejak lahir sampai 05.00

b. Masa Anak yaitu umur 06.00 sampai 12.00

c. Masa Puberitas yaitu masa 13.00 sampai kl. 18.00 bagi anak putri dan sampai umur 22.00
bagi anak putera.

d. Masa Adolesen sebagai masa transisi kemasa dewasa. (Agus Sujanto, 1986:1).

Adapun fungsi fungsi kepribadian manusia yang berhubungan dengan aspek jasmaniah dan
aspek kejiwaan ini semuanya menyatu sebagai proses perkembangan yakni: a) Fungsi
motorik pada bagian tubuh; b) Fungsi sensoris pada alat alat indra; c) Fungsi neurotik pada
sistem saraf; d) Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis; e) Fungsi pernapasan
pada alat pernapasan; f) Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat nadi; dan g) Fungsi
pencernaan makanan pada alat pencernaan. (M. Dalyono,1997:79).

Hukum yang mengatur pertumbuhan adalah: a) Pertumbuhan adalah kualitatif dan


kuantitatif; b) Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan teratur;
c)Tempo pertumbuhan anak adalah tidak sama; d) Taraf perkembangan berbagai aspek
pertumbuhan adalah berbeda-beda; e) Kecepatan serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi
oleh kondisi kondisi di dalam dan di luar badan; f) Masing masing individu tumbuh menurut
caranya sendiri yang unik; dan g) Pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspek-aspeknya
saling berhubungan. (Ahmad Mudzakir, 1997: 65).

Beberapa aspek yang sangat berperan dalam proses pertumbuhan ini adalah: a) Anak
sebagai keseluruhan; b) Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhan; c) Permasalahan
tingkah laku sering berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan; dan d) Penyesuaian pribadi
dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan. (M.Dalyono,1997:72).

2. Peristiwa Gejala Perkembangan

Fungsi-fungsi yang berkembang dalam aspek kejiwaan secara kualitatif tampak dalam sifat
kejiwaan sebagaimana pendapat Wasty Soemanto, diantaranya: a) Perhatian; b)Pengamatan;
c) Tanggapan:; d) Ingatan; e) Fantasi; f) Pikiran; g) Perasaan; dan h) Kemauan.

8
Menurut Hurlock (1994: 14), ada beberapa tahapan perkembangan individu berdasarkan
rentang kehidupannya, diantaranya:

Periode pranatal: konsepsi kelahiran.


Bayi: kelahiran-akhir minggu kedua.
Masa bayi: akhir minggu kedua-akhir tahun kedua.
Awal masa kanak-kanak: 2 sampai 6 tahun.
Akhir masa kanak-kanak: 6 sampai 10/ 12 tahun.
Masa puber/ pramasa remaja: 10/ 12 sampai 13/ 14 thn.
Masa remaja: 13/ 14 sampai 18 thn.
Awal masa dewasa: 18 sampai 40 thn.
Dewasa madya: 40 sampai 60 thn.
Dewasa akhir/ Masa tua/ usia lanjut: 60 sampai meninggal.

Tahapan perkembangan individu diatas, Havighurst (dalam Hurlock, 1994: 10), membagi
beberapa tugas perkembangan bagi sepanjang rentang kehidupannya. Diantaranya: 1) Masa
bayi hingga awal masa kanak-kanak; 2) Akhir masa kanak-kanak; 3) Masa remaja; 4) Masa
dewasa; 5) Masa usia pertengahan/ dewasa madya; dan 6) dewasa akhir/ masa tua.

B. PERKEMBANGAN KEMAMPUAN ANAK

Jean Peaget seorang pakar psikologi terkemuka menurut penulis dianggap representative
untuk mengklasifikasi urutan perkembangan kognitif anak ini yakni sebagai berikut :

1. Fase Sensori Motor (umur 0 – 2 tahun)

Pada fase ini pengalaman kognitif anak didasarkan pada perlakuan panca indra anak.
Perkembangan kognitif akan tampak bila anak memiliki banyak pengalaman interaksi dengan
lingkungan khusunya bersifat material/fisik.

2. Fase Intuitif – Pra Operasional (2 – 7 tahun)

Pada fase ini pengalaman kognitif anak didasarkan pada pengkayaan pengalaman baik
interaksi dengan lingkungan maupun pengulangan ingatan.

3. Fase Operasi – Kongkrit (umur 7 – 11 tahun)

Pada fase ini pengalaman kognitif anak berangsur beralih dari dunia fantastif ke dunia
nyata, maka logis tidaknya satu keadaan telah menjadi pertimbangan tindakannya.

4. Fase Operasi Formal (umur 11 – 16 tahun)

Beberapa kemampuan pada fase ini adalah sebagai berikut: 1) Sencory-motor schema

(skeme sensori motor); 2) Cognitive-schema (skema kognitif); 3) Object-permanance


(ketetapan benda); 4) Assimilation (asimilasi); 5) Accomodation (akomodasi); dan 6)
Eguilibrium (ekuilibrium). (Muhibbin Syah, 1995:67).

9
C. FAKTOR HEREDITAS DAN PRINSIP-PRINSIPNYA

1. Proses Hereditas

Hereditas pada seorang anak adalah berupa warisan “specific genes” yang berasal dari
kedua orang tuanya “Genes” ini terhimpun di dalam kromoson-kromoson atau
“coloredbodies”. Kromoson-kromoson, baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu
berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Dua anggota dari masing-masing pasangan
memiliki bentuk dan fungsi yang sama.

2. Prinsip Prinsip Hereditas

Dari beberapa penelitian tentang prinsip hereditas menurut catatan (Tadjab,1994:29)


bahwa diketemukan beberapa hal yang utama yakni: 1) Prinsip reproduksil; 2) Prinsip
konformitas; 3) Prinsip variasi; dan 4) Prinsip regresi filial.

D. PEMBELAJARAN YANG MEMPERTIMBANGKAN POTENSI ANAK

Beberapa faktor utama dari kegiatan pembelajaran adalah pendidik dan peserta didik.
Peserta didik yang menjadi subyek dan obyek dari kegiatan pembelajaran, dimana pada
dirinyalah awal kegiatan dilakukan, pada keadaan dirinyalah kondisi dianalisis, dan pada
dirinyalah perumusan tujuan diharapkan.

BAB 3. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN BELAJAR

Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu
pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan. Seorang bayi misalnya
dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali kecakapan motorik seperti; belajar
menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Faktor-faktor yang turut menuntukan (mempengaruhi) belajar tersebut dapat dilihat dari
dua faktor yakni:

1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan
menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overleapping tetap ada yaitu: a) Faktor-faktor
non sosial, dan; b) Faktor-faktor social.

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan
menjadi dua golongan yaitu: a) Faktor-faktor fisiologis; dan b) Faktor-faktor psikologis
(Sumadi Suryabrata,1995:249).

C. TIPE-TIPE BELAJAR

Gagne mengelompokkan belajar atas 8 tipe yakni sebagai berikut :

10
1. Signal Learning (Belajar isyarat tanda)

2. Stimulus Response Learning

3.Chaening (mempertautkan)

4. Verbal Associateori (Chaeing Verbal)

5. Discomination Learning (belajar membedakan)

6. Concept Learning (belajar konsep)

7. Rule Learning (belajar membuat generalisasi atau hukum

8. Problem Solving (pemecahan masalah).

D. KEDUDUKAN BELAJAR DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN

Merencanakan masa depan intinya adalah pendidikan, dalam pendidikan intinya adalah
pembelajaran, dalam pembelajaran yang dibahas adalah kegiatan belajar. Sampai disini benar
kata Ivor K. Davies bahwa hakikat pendidikan adalah belajarnya murid dan bukan
mengajarnya guru.(Ivor K. Davies: 1991:31).

BAB 4. TEORI TEORI BELAJAR

A. PENGANTAR TEORI TEORI BELAJAR

Secara garis besar teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian ini
didasarkan atas pandangan belajar dalam mengenal manusia yakni:

1. Pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang pasif, yang dikuasai
oleh stimulus yang terdapat dalam lingkungan.

2. Pandangan kedua menganggap manusia adalah bebas untuk membuat semua kegiatan.

B. TIGA TEORI BELAJAR

1. Teori Operan Conditioning

2. Conditioning of Learning Robert M.Gagne

3. Teori Atribusi Bernard Weiner

Implikasi untuk Kegiatan Pembelajaran

Implikasi langsung yang dapat dikembangkan dari teori Atribusi ini khususnya dalam
kegiatan pembelajaran ada dua tugas penting yakni; bagi guru dan bagi perancang
Pembelajaran

11
1. Bagi guru terdapat kegiatan kegiatan praktis yang dapat dilakukan bila menghadapi
berbagaimana siswa setelah mendapat umpan balik yakni sebagai berikut:

a. Dalam menghadapi siswa yang merasa bahwa kegagalan disebabkan oleh faktor dirinya
sendiri, harus segera dihibur, dan menyatakan bahwa kegagalan tidak semata-mata karena
dirisendiri, tetapi karena banyak faktor, dan dapat diatasi bila kita berusaha, dan tekun dalam
belajar. Peran motivasi dalam hal ini sangat penting sekali.

b. Dalam menghadapi siswa yang merasa bahwa kegagalan disebabkan oleh faktor luar,
makaguru harus menyatakan faktor luar dapat diatasi, bila kita mampu memahami dan
mengatasi berbagai rintangan dan menghalau tantangan.

c. Hindari sikap diskriminasi secara terbuka, artinya guru tidak perlu menyatakan atau
membedakan siswa yang bodoh dengan yang pintar secara terbuka di depan kelas, tetapi
dengan cara arif dan bijaksana memberi bimbingan yang lebih intensif kepada mereka tetapi
tidak dengan cara memisahkannya waktu belajar, ini akan lebih menghargai, dan
menghormati serta menutupi kebodohan secara tepat dalam teori Atribusi.

2. Dalam hal melakukan pengembangan kegiatan pembelajaran seperti dalam Menyusun


Rancangan Kegiatan Pembelajaran atau Silabus, atau juga Skenario Pembelajaran, maka ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan yakni: a) Membangkitkan perhatian; b)
Memberitahu siswa tujuan belajar; c) Merangsang ingatan akan hal-hal yang sudah dipelajari
dan; d) Menyajikan ciri-ciri stimulus yang jelas (topik/pokok + sesuatu yang penting tentang
topik tersebut gagasan pokok) ditambah dua atau tiga contoh; e) Memberikan bimbingan
belajar; f) Menimbulkan unjuk perbuatan dan pemberian umpan balik; dan g) Retensi atau
penguatan yang diberikan beberapa hari kemudian (Gredler,1994:490).

C. TEORI BELAJAR UNTUK PEMBELAJARAN

Apa pentingnya teori untuk kegiatan pembelajaran, apa pula pentingnya hasil penelitian
untuk meningkatkan kemampuan mengajar. Teori belajar secara ideal mencakup secara luas
mengenai kenapa perubahan-perubahan belajar tejadi namun tidak lengkap dalam hal
implikasi praktisnya bagi pendidik. Sedangkan teori pengajaran idealnya mencakup secara
luas mengenai prinsip-prinsip praktis namun tidak lengkap mengenai bagiamana prosedur-
prosedur perubahan itu terjadi (Sudjana, 1991:6).

BAB 5. KEMAMPUAN DAN INTELIGENSIA

A. KEMAMPUAN DASAR MANUSIA

Setiap individu adalah hasil dari dua keturunan atau dua faktor utama yakni; hereditas
danlingkungan. Agar individu dapat dipelajari secara utuh, hal ini harus dilihat dari
banyakfaktor utama yakni :

12
1. Hereditas bekerja dengan melalui sel-sel benih. Prinsip-prinsip reproduksi ini berarti,
bahwa ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang dipelajari oleh orang tua tidak diteruskan
kepada anaknya.

2. Setiap jenis menghasilkan jenisnya sendiri. Prinsip konformitas ini berarti, bahwa
setiapanggota jenis atau golongan (species) mengikuti suatu pola umum.

3. Sel benih (germ-cell) mengandung banyak diterminant yang berkomunikasi dengan cara-
cara yang beraneka warna untuk menghasilkan perbedaan-perbedaan individual.

4. Anak ataupun keturunan cenderung untuk menuju keratarataan (avarage) mengenai


suatusifat tertentu.

Berikut dijabarkan tujuh bagian utama tingkah laku penting yang harus diketahui untuk
kepentingan proses belajar mengajar sebagai berikut: 1) Motivasi; 2) Perhatian; 3) Ingatan,
adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksikan Kembali
pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita; 4) Fantasi; 5) Berfikir; 6) Perasaan;
dan 7) Bakat.

B. KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR

1. Rana KognitifRana

ini bertujuan pada orientasi kemampuan “berfikir” mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu “mengingat” sampai pada satu kemampuan untuk memecahkan
masalah. Sementara itu pembagian ranah kognitif dalam hal ini oleh Binyamin S. Bloom
sendiri dipecah menjadi enam bagian utama seperti kutipan dari buku aslinya yaitu: a)
Knowladge; b) Comprehension; c) Application; d) Analysis; e) Synthesis; dan f) Evaluation
(Binyamin S. Bloom:1956,18).

2. Rana Afektif

Taksonomi ini lebih dikenal pada rana yang berorientasi pada rasa atau kesadaran. Banyak
dikalangan para ahli menginterpretaikan rana afektif menjadi sikap, nilai sikap yang diartikan
tentu akan berpengaruh terhadap penyusunan tujuan instruksional yang akan ditetapkan
dalam tujuan pembelajaran.

3. Rana Psikomotor

Yang termasuk dalam rana psikomotor ini adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan
otot dan kegiatan fisik. Jadi tekanan kemampuan yang menyangkut penggunaan anggota
tubuh dan gerak.

C. INTELIGENSI

1. Arti Inteligensi

Menurut William Stern inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan.

13
(AgusSujanto,1986:66). Banyaknya lahir konsep tentang inteligensi ini digolongkan menjadi
lima golongan yakni:

a. Konsepsi konsepsi yang bersifat spekulatif

b. Konsepsi konsepsi yang bersifat pragmatis

c. Konsepsi konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor yang kiranya dapat kita
sebutkonsepsi konsepsi factor

d. Konsepsi konsepsi yang bersifat operasional, dane. Konsepsi konsepsi yang didasarkan
atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita sebutkonsepsi fungsional. (Sumadi
Suyabrata,1989:128).

Sebagai pembahasan perbincangan tentang inteligensi harus didasarkan pada empat hal
pokok yakni:

a. Bahwa inteligensi itu ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan
didalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya untuk
mempengaruhi inteligensi seseorang).

b. Bahwa manusia hanya dapat mengetahui inteligensi dari tingkah laku atau perbuatannya
yang tampak.

c. Bahwa bagi suatu perbuatan inteligensi bukan hanya kemampuan yang dibawa lahir saja
yang penting.

d. Bahwa manusia dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan tujuan yang
baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan
itu (M. Ngalim Purwanto,1987:53).

Namun demikian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi inteligensi ini yakni: a)
Perbawaan; b) Kemasakan; c) Pembentukan; d) Minat (Agus Sujanto,1985:66).

2. Tingkah laku Inteligensi

Dalam hal ini yang dimaksud dengan tingkah laku inteligensi adalah pernyataan dan
aktivitas manusia yang dengannya dapat diketahui, diukur dan ditentukan apa dan bagaimana
keadaan inteligensi. Inteligensi sebagai suatu aktivitas oleh G.D.Stonddard dinyatakan adalah
kegiatan untuk memecahkan problem yang demikian nyata, dengan ciri ciri sebagai berikut:

a. Problem itu harus tergolong sulit.

b. Problem itu mengandung kerumitan atau kompleks.

c. Problem itu memerlukan daya mengabstraksi.

d. Tingkahlaku untuk melaksanakan pemecahan problem itu harus cepat.

14
e. Tingkah laku dalam melaksanakan pemecahan problem sadar tertuju kepada tujuan
tertentu.

f. Problem itu memiliki nilai sosialogi. Cara yang digunakan dalam pemecahan problem itu
orisional atau asli, yaitu penemuan sendiri.

3. Perkembangan dan Pengukuran Inteligensi

Kemampuan yang dapat diperoleh dari inteligensi ini adalah dapat diketahui dengan cara
menggunakan tes inteligensi. Sejak awal disadari bahwa tes untuk mengukur kemampuan
inteligensi seseorang adalah tidak ada yang sempurna sama sekali. Tes inteligensi dapat
diklasifikasikan menjadi :

1. Individual atau kelompok

2. Bahasa atau verbal, bukan bahasa atau non verbal atau perbuatan

3. Mudah atau lebih sukar, disesuaikan dengan umur atau tingkat tingkat sekolah.
(LesterD.Crow,1984:228).

Beberapa model tes yang pernah dikembangkan tersebut adalah:

1. Tes WechslerTes inteligensi ini dibuat oleh Wechsler Bellevue, yang terdiri dari 3 macam
sesuai dengan usia individu yakni:

a. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale).

b. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children).

c. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence).

2. Tes Progressive Matrices

Ada 3 jenis untuk tes Raven’s progressive matrices ini, diantaranya:

a. CPM (Coloured Progressive Matrices)

b. SPM (Standard Progressive Matrices)

c. APM (Advance Progressive Matrices)

3. Tes Army Alpha dan Beta

4. Tes Binet-Simon

15
4. Intelligensi dan Pembelajaran

Dalam hal mengakomodir berbagai kemampuan pada seorang peserta didik, kemampuan
ganda atau multiple intelligence adalah satu bagian penting yang harus diperkenalkan.
Artinya peserta didik sejak dini sudah harus diberi wawasan, kegiatan, orientasi yang
merupakan bentuk lingkungan agar mereka dapat mengembangkan diri sesuai dengan nilai-
nilai yang ada di luar sekolah. Ini maksudnya adalah memperkenalkan mutiple intelligence
dalam kegiatan pembelajaran harus dilakukan, dan tentunya memerlukan satu pembahasan
yang baik.

B. BUKU PEMBANDING

BAB I. PENDAHULUAN

A. HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Pengertian Psikologi Secara Umum

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama
tingkah laku manusia. Psychology is the scientiic study of the behavior of living
organism,with especial attention given to human behavior. Psikologi berasal dari Bahasa
Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan.

2. Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui perjalanan panjang. Konsep
psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Psikologi berakar pada ilsafat ilmu
dimulai sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yang merupakan ilmu kekuatan hidup
(levens beginsel). Aristoteles melihat psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala
kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (anima), sehingga setiap-setiap makhluk hidup
memiliki jiwa.

a. Psikologi Sebagai Ilmu

psikologi baru dibuat sebagai ilmu sejak 1800-an baik ketika Wilhelm Wundt mendirikan
laboratorium psikologi pertama di dunia. Wundt pada tahun 1879 mendirikan laboratorium
psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai dengan pembentukan
laboratorium ini, metode ilmiah untuk lebih memahami orang telah ditemukan, meskipun
tidak terlalu memadai.

Psikologi adalah anggapan bahwa jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga atau badan.
Dengan mempelajari ekspresi yang nampak pada tubuh seseorang, orang akan dapat
mengetahui keadaan jiwa orang yang bersangkutan.

16
b. Objek Pembahasan Psikologi

Objek ilmu jiwa (psikologi) yaitu jiwa. Jiwa adalah abstrak, tidak dapat dilihat, didengar,
dirasa, dicium, atau diraba dengan panca inderaa. Karena itulah, pada mulanya ia diselubungi
oleh rahasia dan pertanyaan ghaib, yang oleh ahli-ahli pada zaman itu menerangkan dan
menjawabnya dengan pandangan dan tinjauan ilosois dan metaisis. Ditinjau dari segi
objeknya, Saleh dan Wahab (2004:6-7) membagi psikologi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Psikologi Metafisika

Meta artinya di balik, di luar; dan fisika artinya alam nyata. Hal yang menjadi objek adalah
hal-hal yang mengenai asal usulnya jiwa, wujudnya jiwa, akhir jadinya sesuatu yang tidak
berujud nyata dan tidak pula diselidiki ilmu alam biasa atau fisika.

2) Psikologi Empiris

Empiris memiliki makna pengalaman. Beberapa abad-abad kemudian para ahli (misalnya
Descrates) lebih mengutamakan pada rasio. Descrates menyatakan bahwa ilmu jiwa yang
benar hanya diperoleh dengan berpikir, bukan dengan pengalaman dan percobaan (Saleh dan
Wahab, 2004).

3) Psikologi Behaviorisme

Behavior artinya tingkah laku. Menurut aliran behaviorisme, psikologi ialah pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia. Aliran ini timbul pada Abad 20, dipelopori oleh
Mac Dougal. Behaviorisme tidak mau menyelidiki kesadaran dan peristiwa psikis, karena hal
ini adalah abstrak, tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat diperiksa dan dipercayai.

3. Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada
cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi
pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia
pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses
belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan
utama dalam pendidikan terhadap peserta didik dan pendidik. Psikologi pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas
intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai
organisasi.

Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori
dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal: (1) penerapan prinsip belajar dalam
kelas; (2) pengembangan dan pembaharuan kurikulum; (3) ujian dan evaluasi bakat dan
kemampuan; (4) sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif; dan (5) penyenggaraan pendidikan keguruan. Psikologi
pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan
(Syah,2000).

17
B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Peserta didik merupakan komponen manusiawi yang terpenting dalam proses pendidikan,
maka seorang guru dituntut mampu memahami perkembangan peserta didik, sehingga guru
dapat memberikan pelayanan pendidikan atau menggunakan strategi pembelajaran yang
relevan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa tersebut. Ketepatan materi yang
disampaikan guru dengan tingkat perkembangan siswa, akan mempengaruhi hasil belajar
siswa itu sendiri.

Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain
berkaitan mengenai tingkah laku manusia (Koeswara, 1991:5). Berikut ini akan diuraikan: (1)
karakteristik anak usia sekolah dasar; (2) karakteristik anak usia sekolah menengah; dan (3)
karakteristrik anak usia remaja.

1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar (SD) adalah 6 tahun dan selesai
pada usia 12 tahun. Jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, maka anak
usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6 s.d. 9
tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10 s.d. 12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain,
senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung.

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah

Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah
menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10 s.d. 14 tahun). Terdapat
sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu: (1) terjadinya
ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan; (2) mulai timbulnya ciri-ciri seks
sekunder; (3) kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan
dari orang tua; (4) senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa; (5) mulai mempertanyakan secara
skeptik mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan; (6) reaksi dan ekspresi
emosi masih labil; (7) mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial; dan (8) kecenderungan minat dan pilihan karier
relatif sudah lebih jelas.

3. Karakteristrik Anak Usia Remaja

Masa remaja (12 s.d. 21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan
masa orang dewasa. Anak usia remaja masuk pada masa sekolah menengah atas (SMA).
Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan
sejumlah karakteristik, yaitu: (1) mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya; (2)
dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung
tinggi masyarakat; (3) menerima keadaan isik dan mampu menggunakannya secara efektif;

18
(4) mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya; (5) memilih
dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa. Peranan ilmu psikologi dalam
pendidikan sangatlah penting, sebab dalam bidang pendidikan, seorang pendidik harus
mengetahui karakteristik, jiwa, dan kepribadian peserta didiknya. Psikologi merupakan salah
satu aspek yang menjadi landasan pendidikan.

A. PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT

Psikologi kental dipengaruhi oleh cara-cara berpikir filsafat dan dipengaruhi oleh filsafat
itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan para ahli psikologi pada masa itu adalah juga ahli filsafat
atau para ahli filsafat waktu itu juga ahli psikologi. Para ahli filsafat kuno, seperti Plato (429-
347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya.

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat, sehingga objeknya
tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Tokoh-
tokoh abad pertengahan antara lain Rene Descrates (1596-1650).

B. PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN ILMU YANG MANDIRI

Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science. Kata science berasal dari kata scire
yang artinya mempelajari, mengetahui (Soeprapto, 1996:102). Pada mulanya cakupan ilmu
(science) secara epistimologis merujuk pada pengetahuan sistematik (systematic knowledge).

Ilmu dideinisikan sebagai ilmu pengetahuan adalah hasil upaya manusia dalam mencari
kebenaran tentang sesuatu, melalui suatu penelitian dengan berbagai alat dan persyaratannya,
yang disusun secara sistematis, sehingga dapat dipelajari, disebarluaskan, dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan umat manusia (Soedjono, 1982:2). Berikut ini diuraikan psikologi dapat
dipandang sebagai ilmu :

1. Objek Psikologi

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan
pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki
syarat-syarat tertentu. Syarat yang dimaksud adalah objek material dan objek formal.
Psikologi memiliki objek material yaitu manusia; dan objek formal atau sudut pandang
keilmuan yaitu dari segi tingkah laku manusia. Objek tersebut bersifat empiris (Sobur,
2013:42).

2. Metode Psikologi

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, telah menggunakan metode-
metode ilmiah dalam mengumpulkan data dan informasinya. Yang dimaksud dengan metode

19
ilmiah adalah suatu cara kerja yang mengikuti prosedur ilmiah untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlakukan suatu ilmu pengetahuan (Efendi dan Praja, 1993:9).

3. Sistematis

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan dapat dikatakan telah memiliki sistematika yang
diteliti, baik sistematika dalam pencabangannya maupun sistematika dalam pembidangannya.
Sebagai gambaran mengenai pembagian dan sistematika dalam psikologi, ikhtisar sederhana
mengenai beberapa cabang psikologi yaitu psikologi teoritis dan psikologi praktis.

4. Universal

Universalitas psikologi mencirikan sekaligus memenuhi syarat keempat bahwa psikologi


layak sebagai ilmu. Masalah universal dari dari konsep-konsep psikologi, menurut
pengamatan Kontjaraningrat (1980:31-32) mendapat perhatian dari ahli antropologi. Mereka
mulai meragukan nilai universalitas dari beberapa konsep dan teori psikologi.

Psikologi mulai mandiri dan berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri pada tahun 1879,
dipelopori oleh Wilhelm Wundt yang merupakan seorang yang berkebangsaan Jerman yang
juga seorang dokter, filsuf, dan seorang ahli fisika. Wundt mendirikan sebuah laboratorium
psilokogi pertama di Leipzing jerman.

C. TOKOH-TOKOH PENTING DIBALIK PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Bidang psikologi
pendidikan dirintis oleh beberapa ahli sebelum Abad 20. Ada tiga perintis terkemuka yang
muncul di awal sejarah psikologi pendidikan. Wiliam James tokoh pertama yang berperan
besar dalam psikologi pendidikan.

Wiliam James belajar psikologi di Jerman dan Perancis. Kemudian ia mengajar di


Universitas Havard untuk bidang anatomi, isiologi, psikologi, dan filsafat, hingga tahun 1907.
Wiliam mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak dalam serangkaian kuliah
yang bertajuk talks to teacher. James menyatakan bahwa bagaimana cara mengajar anak
secara efektif (Santrock, 2008). James menegaskan bahwa pentingnya mempelajari psoses
belajar mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pedidikan (Santrock, 2008).

John Dewey tokoh kedua yang berperan besaar dalam membentuk psikologi pendidikan.
Dewey adalah seorang ilsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme.
Selain sebagai ilsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang
pendidikan. Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859.

20
BAB III. KARAKTERISTIK PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

A. INDIVIDU DAN KARAKTERISTIKNYA

1. Pengertian Individu

Manusia dikenal sebagai makhluk yang berpikir atau homo sapiens, makhluk yang berbuat
atau homo faber, dan makhluk yang dapat dididik atau homo educandum. Pandangan tentang
manusia tersebut bisa digunakan untuk menentukan cara atau pendekatan pendidikan yang
akan dilakukan terhadap manusia.

Makna tersebut memberi isyarat bahwa anak dengan dukungan lingkungannya dapat
merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya, selanjutnya membawa
perubahan-perubahan yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dapat dikatakan,
anak dibantu oleh guru, orang tua, dan orang dewasa lain untuk memfasilisasi kemampuan
dan potensi yang dibawanya dalam memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang
diinginkan.

2. Karakteristik Individu

Setiap individu memiliki karakteristik bawaan (heredity) dan lingkungan (environment).


Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa sejak lahir baik yang
berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis. Kepribadian - perilaku - apa yang
diperbuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu) merupakan hasil dari
perpaduan antara faktor biologis sebagaimana unsur bawaan dan pengaruh lingkungan.
Dikenali bahwa anak mulai masuk sekolah tidak selalu sama umurnya. Mereka selalu
menunjukkan berbeda karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke
sekolah, pada akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal lain yang mempunyai
pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah, selanjutnya bagi masa depan
kehidupannya.

B. PERBEDAAN INDIVIDU

Pembahasan tentang aspek-aspek perkembangan individu telah dikenali ada dua hal yang
menonjol, yaitu: (1) pada umumnya manusia mempunyai unsur kesamaan dalam pola
perkembangannya; dan (2) dalam pola yang bersifat umum itu, manusia cenderung berbeda
isik dan nonisik. Individu menunjukkan kedudukan orang perorang atau perseorangan. Sifat
individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan perbedaan
individual dengan perseorangan. Ciri atau karakteristik orang yang satu berbeda dengan
lainnya. Dengan kata lain, makna perbedaan individu menyangkut variasi yang terjadi baik
variasi aspek isik maupun psikologis. Sedangkan perbedaan aspek psikologisnya adalah
perilakunya, kerajinannya, kepandaiannya, motivasinya, bakatnya, dan kegemarannya. Garry
mengkategorikan perbedaan individu, yaitu: (1) perbedaan isik, meliputi usia, tinggi dan berat
badan, jenis kelamin, pedengaran, penglihatan, kemampuan bertindak; (2) perbedaan sosial,
meliputi sosial ekonomi, agama, hubungan keluarga, suku; (3) perbedaan kepribadian,
meliputi watak, motif, sikap, dan minat; (4) perbedaan kemampuan, meliputi inteligensi,
bakat; dan (5) perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah (Hartono, 1994).

21
C. ASPEK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Setiap individu pada hakikatnya mengalami pertumbuhan isik dan non isik. Aspek-aspek
non isik antara lain aspek intelektual, bakat khusus, emosi, sosial, bahasa, dan nilai, moral,
serta sikap.

Aspek isiologis yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah otak (brain). Otak
dapat dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak ini
lebih kurang terdiri atas 100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata
memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan dengan sel-sel syaraf yang lainnya).

BAB IV. TEORI-TEORI BELAJAR

Seorang guru dalam mendidik peserta didiknya harus memahami pengetahuan tentang
psikologi belajar. Sehingga guru dapat mengetahui bagaimana peserta didiknya belajar.
Peserta didik yang beragam latar belakang akan mempengaruhi cara ia belajar dan cara guru
mengajar.

A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori belajar yang dikelompokkan ke dalam teori behavioristik adalah: conecsionisme


(Thorndike); classical conditioning (Pavlov, Watson); systematic behavior theory (Hull,
Spence); contigous conditioning (Guthrie), dan descriptive behavorism atau operenat
conditioning (Skinner). Ciri-ciri teori belajar behavioristik, yakni: (1) mementingkan
pengaruh lingkungan (environment); (2) mementingkan bagian-bagian (elementaristik); (3)
mementingkan peranan reaksi; (3) mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar; (4)
mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu; (5) mementingkan pembentukan kebiasaan;
dan (6) dalam pemecahan masalah, ciri khasnya adalah trial and error. Berikut ini diuraikan
teori belajar behavioristik (meliputi teori conecsionisme, classical conditioning, dan operant
conditioning) dan prinsip-prinsip belajar behavioristik.

1. Conecsionisme (E. L. Thorndike)

2. Classical Conditioning (Ivan Pavlov dan J. B. Watson)

3. Operant Conditioning (B. F. Skinner)

4. Prinsip-prinsip Belajar Behavioristik

B. TEORI BELAJAR KOGNITIF

Teori-teori yang dapat dikelompokkan ke dalam teori belajar kognitif adalah: Teori
Gestalt (Kofka, 1935; Kohler, 1968; Wertheimer, 1945); Teori Medan (Lewin, 1942); Teori
Organismik (Wheeler, 1940); Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget); Teori Belajar
Bruner; Teori Belajar Ausubel; Teori Belajar Gagne (Robert M. Gagne); dan Teori Belajar
Self-regulated Learning. Ciri-ciri teori belajar kognitif adalah: (1) mementingkan apa yang

22
ada pada diri si belajar (nativistic); (2) mementingkan keseluruhan (wholistic); (3)
mementingkan peranan fungsi kognitif; (4) mementingan keseimbangan dalam diri pelajar
(dynamic equilibrium); (5) mementingkan kondisi yang ada pada waktu kini (sekarang); (6)
mementingkan pembentukan struktur kognitif; dan (7) dalam pemecahan masalah, ciri
khasnya adalah insight. Berikut ini diuraikan beberapa teori belajar, yakni: (1) Teori Gestalt
dari Kofka, Kohler, dan Wertheimer; (2) Teori Belajar menurut Jean Piaget; (3) Teori Belajar
menurut J. Bruner; (4) Teori Belajar Bermakna Ausubel; (5) Teori Belajar Robert M. Gagne;
dan (6) Teori Self Regulated Learning menurut Zimmerman.

Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak
banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir, dan menyelesaikan
masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai alat kebudayaan tempat
individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Lebih lanjut Vygotsky mengemukakan
empat prinsip pembelajaran (Slavin, 2005), yaitu:

1. Pembelajaran sosial (social learning). Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai


adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi
bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

2. Zone of proximal development (ZPD). Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-
konsep dengan baik jika berada dalam ZPD.

3. Masa magang kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan siswa
sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang
lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.

4. Pembelajaran termediasi (mediated learning). Vygostky menekankan pada scafolding.


Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan
secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.

BAB V. PERANAN PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN SIKAP POSITIF


BELAJAR PESERTA DIDIK

Sikap merupakan unsur psikologis yang muncul setelah adanya persepsi terhadap sesuatu
hal. Sehingga orang sebelum bersikap terhadap suatu hal, ia harus mengetahui hal tersebut
untuk membentuk suatu sikap terhadap hal tersebut. Sikap belajar pada diri peserta didik
perlu dibangun sedemikian rupa secara sadar agar peserta didik melakukan aktivitas belajar
sesuai dengan hakikat dan tujuan belajar. Sikap belajar peserta didik merupakan kesiapan
mental peserta didik melalui pengalaman serta memberikan pengaruh secara langsung
terhadap respons peserta didik nantinya.

23
A. PENGERTIAN SIKAP BELAJAR PESERTA DIDIK

Sikap merupakan unsur awal seseorang sebelum melakukan sebuah tindakan. Sikap dapat
juga diartikan sebagai niat seseorang berkaitan dengan kontrol atau kendali seseorang
terhadap respons pada suatu keadaan tertentu yang dihadapi oleh orang tersebut. Sikap dalam
Bahasa Inggris attitude dapat diartikan sebagai atribut yang menunjukkan status mental
individu.

Sikap juga bersifat sosial, yakni sikap seseorang hendaknya dapat beradaptasi dengan
orang lain. Sikap juga menjadi penuntun perilaku seseorang, sehingga orang akan bertindak
sesuai dengan sikap yang diekspresikan. Pembentukan sikap seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor psikologis dan faktor budaya, yang selalu mempengaruhi dalam
menimbulkan, memelihara, atau mengubah sikap seseorang. Sikap merupakan kesadaran
individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi
(Sunaryo,2004:196). Sikap merupakan konsep evaluasi berkenaan dengan objek tertentu,
mengugah motif untuk bertingkah laku. Sikap bukan tindakan nyata melainkan masih bersifat
tertutup (Djaali, 2011:114). Sikap merupakan penguat yang dapat bersifat positif atau negatif
terhadap perilaku seseorang yang berhubungan dengan objek psikologi. Orang dikatakan
memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki
sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap
objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek
psikologi (Ahmadi, 2002:161). Sikap belajar peserta didik yang dimaksud dalam konteks ini
adalah suatu sikap yang terwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang terhadap
suatu pelajaran.

B. KOMPONEN SIKAP BELAJAR PESERTA DIDIK

Sikap merupakan kondisi dinamis seseorang dalam menyikapi sesuatu hal yang
dipengaruhi oleh persepsi yang terbentuk dari apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan terhadap
suatu hal tersebut. Sikap belajar peserta didik dalam hal ini merupakan reaksi psikologis
peserta didik terhadap tugas utamanya yakni belajar, yang terwujud dari perilaku belajarnya.

The attitude determines what you see when you look at humanity (Boeree, 2006:12).
Lingkungan sekolah yang mendukung peserta didik untuk belajar aktif akan dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik. Budaya sekolah perlu dikembangkan sedemikian
rumah untuk mendukung terciptanya sikap positif belajar peserta didik. Three components of
an attitude is cognition, afect, and behavior (Robbins, 1996). Walgito (1978:5)
mendeskripsikan komponen sikap (attitude) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang
dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan
tentang objek. Misalnya sikap terhadap senjata nuklir.

24
2. Komponen Afektif

Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek,
terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang oleh kenyataan seseorang terhadap objek sikap.
Misalnya, kekhawatiran akan terjadi penghancuran oleh nuklir pada kehidupan manusia.
Keyakinan negatif ini akan menghasilkan penilaian negatif pula terhadap nuklir.

3. Komponen Perilaku

Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecendrungan
untuk bertindak terhadap objek. Bila seseorang menyenangkan suatu objek, maka
kecenderungan individu tersebut akan mendekati objek dan sebaliknya. Komponen-komonen
sikap belajar peserta didik adalah: (1) kognisi, yakni aspek yang berisikan pengetahuan
perserta didik tentang belajar yang akan mempengaruhi dan/atau membentuk persepsinya
tentang belajar; (2) afektif, yakni aspek yang mempengaruhi rasa atau perasaan peserta didik
yang terwujud dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu pelajaran, dan aspek ini
dipengaruhi oleh sistem nilai (value) yang ada di lingkungan belajarnya; dan (3) perilaku,
yakni perilaku belajar yang merupakan tindakan peserta didik dalam belajarnya.

C. MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

Sikap belajar yang harus dibangun pada diri peserta didik tentunya adalah sikap positif
belajar. Sikap positif belajar peserta didik merupakan kecendrungan peserta didik yakni
mendekati, menyenangi, serta mengharapkan untuk belajar dan belajar. Sikap positif belajar
peserta didik terbangun dari nilai (value) peserta didik yang menganggap bahwa belajar itu
penting dan baik bagi peserta didik.

Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk
meningkatkan dan mempertahankan kondisi belajarnya yang diwujudkan dalam aktivitas
bersekolah. Kemampuan belajar dalam rangka memperoleh hasil belajar yang baik adalah
sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Peranan guru adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar semakin
aktif belajar. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk mengembangkan beberapa jenis
kualitas agar dapat berperan aktif sebagai motivator. Motivasi dapat memberi petunjuk pada
tingkah laku belajar (Gunawan, 2007:50).

BAB VI. PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEARIFAN LOKAL

Pendidikan dewasa ini memiliki permasalahan yang begitu kompleks, dimana


permasalahan tersebut bersumber dari rendahnya aplikasi nilai-nilai pendidikan pada
kehidupan sehari-hari. Masyarakat tidak berada pada tataran kurangnya wawasan mengenai
nilai-nilai luhur pendidikan, namun kekurangan masyarakat lebih pada ketidakmauan dan
keacuhan pada lingkungan di sekitarnya.

25
A. RELASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DENGAN KEARIFAN LOKAL

Psikologi pendidikan secara umum dapat dinyatakan sebagai ilmu khusus dari cabang ilmu
psikologi yang berfokus pada cara memahami pendidikan dan komponen di dalamnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Glover dan Ronning yang menyatakan bahwa educational
psychology includes topics that span human development, individual diferences,
measurement, learning, and motivation and is both a data-driven and a theory-driven
discipline (Elliot, 2010:14).

B. PENDIDIKAN DALAM KEARIFAN LOKAL INDONESIA

Kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Secara
umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya
masyarakat setempat maupun kondisi geograis dalam arti luas.

C. ASPEK-ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PSIKOLOGI


PENDIDIKAN

Kearifan proses pendidikan dan pembelajaran syarat dengan muatan psikologis. Unsur-
unsur yang ada di dalam pendidikan tidak bisa dipisahkan dari aspek psikologi tidak
terkecuali metode pendidikan. Dengan kata lain beberapa aspek psikologis anak dalam proses
pendidikan tidak bisa diabaikan dan harus mendapat perhatian atau perlu diketahui. Beberapa
aspek psikologi peserta didik yang harus dipahami seorang pendidik adalah:

1. Perkembangan Psikologi Peserta Didik

Perkembangan psikologi anak atau peserta didik harus mampu dipahami oleh pendidik
dalam rangka mengembangkan metode pendidikan. Setiap masa perkembangan anak,
berbeda pula metode yang digunakan. Pada tingkat perkembangan masa anak-anak, bermain
merupakan titik tekan dari proses pembelajaran.

2. Tingkat Inteligensi Peserta Didik

Inteligensi ialah kemampuan untuk menemukan, yang bergantung pada pengertian yang
luas dan ditandai oleh adanya suatu tujuan tertentu dan adanya pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat korektif.

3. Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang,
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

26
4. Bakat

Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang peserta didik yang memiliki bakat
dalam bidang bahasa, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan peserta didik
lainnya.

5. Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu.Minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik dalam bidang-bidang studi
tertentu.

D. PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM KEARIFAN LOKAL DI BEBERAPA DAERAH


DAN NEGARA

Psikologi pendidikan dalam perspektif kearifan lokal mengacu pada keaslian dan
kemurnian nilai-nilai pribumi bertujuan untuk meningkatkan adaptabilitas guru dan peserta
didik dalam konteks proses pembelajaran sehingga dapat melahirkan pembelajaran yang
unik.

E. PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari kejiwaan seseorang di masyarakat


yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh
masyarakat terhadap. individu dan antarindividu. Berkembangnya kasih sayang ini menurut
Freedman (1981) disebabkan oleh dua hal yaitu: (1) karena pembawaan atau genetika.
Pembawaan kasih sayang ini sebagai perangkat yang penting untuk mempertahankan hidup
sang bayi; dan (2) karena belajar. Mereka belajar semua aturan berperilaku.

F. KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK INDIVIDU

Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan


keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sedangkan kesiapan kognisi bertalian dengan
pengetahuan, pikiran dan kualitas berikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang
baru. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah: (1) mengejar kompetensi;
(2) usaha mengaktualisasi diri; dan (3) usaha berprestasi. Perlengkapan peserta didik atau
warga belajar sebagai subyek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok
yaitu: (1) watak; (2) kemampuan umum (intelegensi); (3) kemampuan khusus / bakat; (4)
kepribadian; dan (5) latar belakang.

27
BAB III

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN

Buku yang saya review menurut saya cukup lengkap yang disertai dengan pengertian-
pengertian menurut para ahli. Sebenernya buku tersebut cukup jelas pola penulisan yang
runtut sehingga pembaca tidak kebingungan, penjelasan yang disampaikan pada landasan
teori juga memaparkan cukup jelas untuk segi alur jalannya. Pengguna tata Bahasa yang
sesuai EYD, dan untuk penulisan sesuai dengan ketentuan pembuatan suatu buku.

B. KELEMAHAN

Cover buku tidak menarik, yang membuat pembaca merasa malas membaca buku tersebut,
dan penggunaan kata-kata yang kurang sederhana yang membuat pembaca sedikit bingung
dalam memahami isi buku tersebut.

28
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan
berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang
diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses
pendidikan.Hubungan antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan tidak bisa
dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian
pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang
terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya,
perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang sederhana yang masih banyak kekurangan di sana sini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
ini. Dalam penulisan buku psikologi Pendidikan : landasan bagi pengembangan strategi
Pembelajaran ini sebaiknya mengunakan kata yang lebih sederhana agar pembaca lebih
mudah untuk memahami isi buku dan tidak membuat pembaca merasa bingung.

29
DAFTAR PUSTAKA

Mardianto. 2014. Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi


Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing

Prof. Dr. Nurhidayah. 2017. Psikologi Pendidikan. Universitas Negeri Malang

30

Anda mungkin juga menyukai