Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYAKIT AKIBAT KERJA

“PENYAKIT ASBESTOSIS”

Dosen :

dr. Paul. A. T. Kawatu, M. Sc

Disusun Oleh : KELOMPOK 2

Natalia 19111101074

Graserio M.T. Barahamin 19111101105

Rohana Aulia Abidin 19111101113

Andriyana P.Reza Mandagi 19111101119

Tiara M. R. Pongoh 19111101160

Bidang Minat : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kelas : A

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Sam Ratulangi
Manado
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Penyakit Asbestosis” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Mata Kuliah Penyakit Akibat Kerja.
Selain itu, kami juga berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim dosen selaku pengampu mata kuliah ini.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan untuk kami terkait materi yang
ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 5 Maret 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian PAK Asbestosis.................................................................................................3
2.2 Etiologi (Penyebab), Distirbusi dan Populasi Pekerja yang Berisiko PAK Asbestosis
(Epidemiologi PAK Asbestosis)......................................................................................................3
2.2.1 Etiologi (Penyebab) PAK Asbestosis.............................................................................3
2.2.2 Distribusi dan Populasi Pekerja yang Berisiko PAK Asbestosis (Epidemiologi PAK
Asbestosis).....................................................................................................................................5
2.3 Klasifikasi atau Jenis Penyakit PAK Asbestosis................................................................6
2.4 Gejala dan Tanda Penyakit Asbestosis..............................................................................7
2.5 Metode Pemeriksaan atau Penegakan Diagnosa PAK Asbestosis....................................7
2.6 Cara Penanganan atau Pengendalian dan Pencegahan PAK Asbestosis.........................9
2.6.1 Cara Penanganan atau Pengendalian PAK Asbestosis...................................................9
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asbestosis merupakan gangguan pernapasan yang disebakan oleh menghirup serat


asbes dalam jangka waktu yang lama

Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes
yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang
paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri
yang menggunakan asbes.

Asbestosis merupakan salah satu jenis pneumokoniosis, pneumokoniosis adalah nama


umum untuk penyakit parenkim paru yang disebabkan oleh pajanan debu fibrogenik yang
terhirup melalui saluran pernafasan, menimbulkan peradangan paru yang merusak jaringan
elastis dan digantikan dengan jaringan kolagen yang bersifat fibriotik, berakibat terjadinya
gangguan faal paru bersifat restriktif yaitu hambatan pengembangan paru untuk menampung
udara dan pertukaran oksigen-karbon dioksida melalui membran alveoli, kronik dan progresif
walaupun pajanan telah berhenti.

Kemajuan dalam bidang industri sampai sekaramg telah mengjasilkan sekitar 70.000
jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida, gas dan sebagainya yang
digunakan sevara umum dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kenyamanan dan
kemudahan bagi penduduk. Namun bahan-bahan tersebut menimbulkan dampat seperti
cedera atau penyakit.

Dilaporkan terdapat ribuan kematian setiap tahunnya dikaitkan dengan paparan asbes di
rumah, perlu diketahuai bahwa laporan dari badan kesehatan dunia menyatakan saat ini,
sekitar 127 juta orang di dunia yang terpapar asbes terdapat ditempat kerja (WHO, 2017).
Dari data ILO tahun 1999, penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan paling
banyak disebabkan oleh kanker 34%. Sisanya terdapat kecelakaan sebanyak 25% penyakit
saluran pernapasan 21% dan penyakit kardiovaskuler 15%. Dari data-data tersebut dapat
diketahui bahwa penyakit saluran pernapasan menempati peringkat ketiga.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyakit Akibat Kerja Asbestosis?
2. Apa Etiologi (Penyebab), Distribusi dan Populasi Pekerja yang beresiko PAK
Asbestosis?
3. Apa saja Klasifikasi atau Jenis Penyakit (Tingkatan atau derajat Penyakit) dari PAK
Asbestosis?
4. Apa Gejala dan Tanda Penyakit Asbestosis?
5. Apa Metode Pemeriksaan atau Penegakan Diagnosa dari PAK Asbestosis?
6. Bagaimana Cara Penanganan atau Pengendalian dan Pencegahan PAK Asbestosis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Apa itu Penyakit Akibat Kerja Asbestosi
2. Menegtahui apa Etiologi (Penyebab), Distribusi dan Populasi Pekerja yang beresiko
PAK Asbestosis
3. Mengetahui Klasifikasi atau Jenis Penyakit (Tingkatan atau derajat Penyakit) dari
PAK Asbestosis
4. Mengetahui Gejala dan Tanda Penyakit Asbestosis
5. Mengetahui Metode Pemeriksaan atau Penegakan Diagnosa dari PAK Asbestosis
6. Mengetahui Cara Penanganan atau Pengendalian dan Pencegahan PAK Asbestosis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PAK Asbestosis

Asbestosis merupakan penyakit paru kronis yang disebabkan oleh serat asbes yang
terhirup. Pajanan serat asbestos yang lama dapat menimbulkan asbestosis yaitu terbentuknya
jaringan parut pada jaringan intestitial paru dan menimbulkan gejala sesak napas. Selain itu,
pajanan asbestos dapat menimbulkan benign pleural disease berupa benign asbestos pleurisy,
pleural aque dan diffuse pleural thickening, atelectasis, kanker paru yaitu kansinoma
bronkogenik dan kanker pleura yaitu mesothelioma malignan.

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun
yang paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan
industry yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan
lain sebagainnya.

Asbestosis merupakan salah satu jenis pneumokoniosis, pneumoconiosis adalah nama


umum untuk penyakit parenkim paru yang disebabkan oleh pajanan debu fibrogenik yang
terhirup melalui saluran pernapasan, menimbulkan peradangan paru yang merusak jaringan
elastis dan digantikan dengan jaringan kolagen yang bersifat fibrotik, berakibat terjadinya
gangguan faal paru bersifat restriktif yaitu hambatan pengembangan paru untuk menampung
udara dan pertukaran oksigen-karbon dioksida melalui membram alveoli, kronik dan
progresif walaupun pajanan telah berhenti.

2.2 Etiologi (Penyebab), Distirbusi dan Populasi Pekerja yang Berisiko PAK
Asbestosis (Epidemiologi PAK Asbestosis)
2.2.1 Etiologi (Penyebab) PAK Asbestosis

Penyakit akibat kerja timbul akibat terpajan faktor fisik, kimiawi, biologis, atau
psikologis di tempat kerja. Penyakit akibat kerja timbul khususnya diantara para pekerja yang
terpajan bahaya tertentu. Namun, pada beberapa keadaan, penyakit akibat kerja dapat timbul
diantara masyarakat umum akibat kontaminasi lingkungan tempat kerja. Akhirnya penyakit

3
akibat kerja memiliki penyebab spesifik, misalnya, asbes menyebabkan asbestosis. (J.
Jeyaratnam, 2009).

Etiologi asbestosis berasal dari pajanan berbagai mineral asbes yang terjadi secara
laten lebih dari 20 tahun. Pajanan asbes dapat terjadi pada orang yang tinggal di lingkungan
yang terpapar asbes dan para pekerja industri konstruksi atau perkapalan, terutama selama
pembuangan bahan asbes untuk renovasi, perbaikan, atau pembongkaran (Nailla Fariq
Alfiani, 2021).

Pekerja yang berisiko tinggi menderita asbestosis antara lain yang bekerja di
pertambangan, penggilingan dan pengolahan asbes. Debu asbes yang dihirup masuk ke dalam
paru-paru, mengalami perubahan menjadi badan-badan asbestosis , yang jika di periksa
menggunakam mikroskop berupa batang dengan panjang sampai 200 mikron ( Anies, 2005).

Umumnya debu masuk kedalam paru-paru pada saat kita menarik nafas. Hal ini
tergantung pada ukuran debu yang terhirup. Semakin kecil ukuran debu yang masuk melalui
saluran pernapasan, maka semakin besar pula resiko terjadinya penimbunan debu dalam paru-
paru. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernapasan.
Debu dengan ukuran 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan atas, 3-5 mikron
akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah, 1-3 mikron akan sampai di permukaan
alveoli, 0,5-1mikron hinggap di permukaan alveoli/selaput lendir sehingga menyebabkan
fibrosis paru, sedangkan 0,1-0,5 mikron melayang dipermukaan alveoli. Asbestosis
disebabkan oleh terhirupnya serat asbes (panjang 50 mikron atau lebih dan diameter 0,5
mikron atau kurang), oleh serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk dihancurkan, bahkan
oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan serat asbes, sering mengalami
kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan rantainya sangat kuat untuk diuraikan (Rony
Prasetyo, 2009).

Faktor resiko terjadinya asbestosis adalah:

1 Orang-orang yang bekerja di industri pengelolaan, pertambangan, penenunan,


pemintalan asbes dan reparasi tekstil dengan produk-produk yang mengandung asbes.
2 Pemaparan pada keluarga pekerja asbes terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di
dalam pakaian pekerja
3 Perokok tembakau lebih cenderung menderita penyakit yang berhubungan dengan
asbes dibandingkan non-perokok. Harapan hidup perokok lebih pendek dibandingkan
non-perokok. Asbestos pekerja yang berhenti merokok, dalam 5-10 tahun dapat

4
mengurangi risiko kematian kanker paru-paru oleh sekitar satu setengah sampai satu
sepertiga dari rekan-rekan mereka yang terus merokok.

2.2.2 Distribusi dan Populasi Pekerja yang Berisiko PAK Asbestosis (Epidemiologi PAK
Asbestosis)

Pajanan terhadap asbestos dibagi menjadi tiga kategori, yaitu primer,sekunder, dan
tersier. Pajanan primer secara langsung terjadi pada penambang asbestos. Pajanan sekunder
didapatkan pada pekerja industri yang menggunakan asbestos seperti pada pekerja konstruksi.
Sedangkan Pajanan tersier adalah Pajanan non-okupasi yang disebabkan oleh polusi udara.
Pajanan tersier tidak memiliki risiko yang signifikan terhadap terjadinya asbestosis.

Dalam studi di Amerika Serikat, asbestosis terdeteksi pada 10% pekerja penambang
asbestos yang bekerja selama 10-19 tahun dan pada 90% pekerja yang telah bekerja selama
lebih dari 40 tahun. Sejak tahun 1940 di Amerika ditemukan bahwa antara 8-11 juta orang
terpajan asbes dalam pekerjaannya. Laju kematian asbestosis setelah tahun 1970 cenderung
meningkat dan pada negara maju menurun setelah tahun 2000 (Rony Prasetyo, 2009).

Epidemiologi asbestosis banyak ditemukan baik secara global maupun nasional, tingkat
mortalitasnya pun tinggi dikarenakan fibrosis yang terjadi pada paru cukup progresif dan
kejadian penyakit paru lainnya terkait dengan asbestos related disease (Nailla Fariq Alfiani,
2021).

 Global
Epidemiologi global asbestosis menurut data World Health Organization (WHO)
sebanyak 125 juta orang di seluruh dunia terpapar asbes di tempat kerja setiap tahunnya.
Pada tahun 2017, asbestosis menyumbang 15,7% (9.400 kasus) dari total kasus
pneumokoniosis di seluruh dunia, bahkan melebihi 80% di Denmark (87,9%) dan Malta
(87,7%). Proporsi asbestosis meningkat sebesar 31,7% di Australia, 20,0% di Amerika
Utara dan 16,8% di Eropa Barat. Di Italia dilaporkan bahwa dari 2001 hingga 2015 terjadi
sebanyak 17.220 kasus asbestosis (rata-rata 1148 per tahun).
 Indonesia
Epidemiologi asbestosis di Indonesia datanya terbatas, namun ada penelitian yang
dilakukan oleh Anna Suraya et al. di National Respiratory Hospital di Jakarta selama
periode Mei 2018 hingga Agustus 2019 ditemukan sebanyak 336 kasus.

5
 Mortalitas
Mortalitas asbestosis di seluruh dunia cukup tinggi, WHO menyebutkan bahwa angka
kematian akibat asbestosis mencapai lebih dari 90.000 jiwa setiap tahunnya. Pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Dominico Franco Merlo dkk, melibatkan 3984
pekerja galangan kapal yang dipekerjakan di galangan kapal Genoa, Italia, antara 1960
hingga 1981 dan difollow-up hingga Desember 2014 Kematian keseluruhan yang tercatat
adalah 3331 (83,6%) akibat asbestos related disease.

Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2017 mengklaim tingkat kematian global
tahunan yang disebabkan oleh paparan asbes sekitar 237.000 jiwa. Sebuah studi tahun 2018
melaporkan penyakit terkait asbes menewaskan 39.275 orang di Amerika Serikat dan
222.321 orang di seluruh dunia pada tahun 2016.

2.3 Klasifikasi atau Jenis Penyakit PAK Asbestosis

Asbestos adalah bentuk serat mineral silica. Termasuk dalam kelompok separatine dan
amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, 2 kelompok utama dari serat asbes terdiri
dari amphiboles dan serat chrysotile. Amfibol, serat lurus Panjang (termasuk actinolite,
amosite, antrophyllite, crocidolite dan tremolite) lebih jauh akan menyebabkan jaringan parut
di lapisan paru-paru (fibrosis pleura) dan kanker di lapisan paru-paru (mesothelioma). Kedua
kelompok serat asbes akan menyebabkan penyakit paru-paru seperti asbes, Chrysotile (asbes
putih) juga disebut serat “Separatine” meringkuk dan Panjang.

Menurut Patrick Davey (2006) setiap jenis asbes yang jelas berbeda dalam dan kimia
sifat fisik tergantung pada komponen lain dari batu, seperti kalsium, magnesium atau besi :

1 Chrysotile (putih) serat asbes cenderung menjadi warna putih dan dengan halus, tekstur
yang halus. Terdapat dalam bentuk lempengan atau dalam urat dan sarang suatu senyawa
berserabut paralel. Terkadang serabutnya kasar atau sangat halus dan sangat mudah di
belah. Arah serabutnya tegak lurus pada urat-uratnya. Kilap sutera yang mengkilap
seperti logam atau kilap lemak. Sedikit banyak tembus cahaya
2 Crocidolite (biru) serat asbes yang cerah biru, biasanya lebih pendek, tegak dan kurang
halus dari chrysotile. Serat panjangnya yang kasar tapi dapat di pintal memiliki ketahanan
yang tinggi terhadap asam. Salah satu jenis dari kelompok amphibole, berwarna biru dan
seratnya lurus. Crocidolite mengandung natrium, besi dan magnesium silika.

6
3 Amosite (coklat) serat cenderung berwarna coklat dengan serat lebih rapuh dari baik
crocidolite atau chrysotile. Mempunyai warna kecoklat-coklatan karena tingginya
kandungan besi di dalam serat. Umumnya Panjang dan kuat. Serat amosite lurus termasuk
dalam kelompok amphibole, dan mengandung besi dan magnesium.

2.4 Gejala dan Tanda Penyakit Asbestosis

Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya
jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya. Pada
pneumokoniosis, apabila hanya sebagian kecil jaringan paru rusak maka tidak ada gejala
sesak sama sekali karena fungsinya terkompensasi dengan jaringan paru yang masih baik,
namun prosesnya kronik progresif maka kerusakan akan terus meluas.

Gejala pertama asbestosis adalah sesak napas ringan dan berkurangnya kemampuan
untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak napas yang
berat dan mengalami kegagalan pernapasan. Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes
bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar
krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan
mesotelioma. Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh
tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi setelah
pemaparan selama 30-40 tahun. (Darmawan A. 2013)

Pada kasus asbestosis yang sudah lanjut, sesak nafas menetap, batuk, berat turun karena
terjadi kor pulmonal maka terkadang menyebabkan deformitas jari yang dinamakan clubbing
finger yaitu bentuk jari tangan seperti tabuh genderang. Pada asbestosis kelainan pada daerah
basal dengan bayangan ireguler, penebalan septum, honeycombing, dan terjadi penebalan
pleura tampat melebih intercosta 3-4, diagnosis dapat ditegakkan dengan diagnosis klinik,
spirometri dan riwayat pajanan dengan bukti empiris, apabila diperlukan biopsi paru untuk
konfirmasi diagnosis asbestosis. (Kurniawidjaja M dan Ramdhan H. 2019)

2.5 Metode Pemeriksaan atau Penegakan Diagnosa PAK Asbestosis

Metode Pemeriksaan Diagnosis Asbestosis:

1 Rontgen dada.

7
Asbestosis lanjut muncul sebagai keputihan berlebihan di jaringan paru-paru. Jika parah,
jaringan di kedua paru-paru mungkin akan terpengaruh, sehingga tampak seperti sarang
lebah.

2 Computerized tomography (CT) scan.

CT scan menggabungkan pencitraan dengan sinar-X yang diambil dari berbagai sudut
berbeda untuk menghasilkan gambar penampang tulang dan jaringan lunak di dalam tubuh.
Prosedur ini umumnya memberikan perincian yang lebih besar dan mungkin membantu
mendeteksi penyakit ini pada tahap awal, bahkan sebelum terlihat pada rontgen dada.

3 Tes fungsi paru dengan oximetri

Evaluasi oksigenasi penting sebab hipoksemia yang belum dikoreksi akan menyebabkan
hipertensi yang berkenaan dengan paru-paru dan dapat mendorong kearah kor pulmonal.
terutama oximetri dilakukan pada saat istirahat dan selama latihan (misalnya, 6-menit tes
berjalan).

4 Spirometri

Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik paru pasien dapat berfungsi. Tes ini
mengukur seberapa banyak udara yang dapat masuk dan keluar melalui paru, contohnya
pasien diminta untuk meniup sekuat mungkin alat pengukur udara yang disebut dengan
spirometer. Beberapa tes fungsi paru lainnya dapat mengukur jumlah udara yang ditransfer
kedalam aliran darah.

8
2.6 Cara Penanganan atau Pengendalian dan Pencegahan PAK Asbestosis
2.6.1 Cara Penanganan atau Pengendalian PAK Asbestosis

Pengendalian asbestosis di lingkungan kerja:

1. Pencegahan

Pencegahan artinya mengurangi faktor risiko sebelum terserang penyakit. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1) Adanya Undang-undang atau Peraturan yang mengatur tentang masalah Kesehatan


dan Keselamatan
a. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang Kerjaundang ini adalah
sebagai undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan kerja disemua tempat kerja baik di darat, dalam
tanah, di permukaan air maupun diudara yang berada di wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Undang-undang ini memuat tentang syarat-syarat keselamatan
kerja dan separuhnya (50%) merupakan syarat-syarat kesehatan kerja.

Pada pasal 8 disebutkan kewajiban untuk :

 Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja
yang akan diterima maupun yang akan dipindahkan, sesuai dengan sifat pekerjaan
yang akan diberikan kepada pekerja.

 Memeriksakan kesehatan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya


secara berkala (periodik) pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan
(disahkan) oleh Direktur.

9
2) Substitusi

Substitusi dalam hal ini yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yang
tidak berbahaya atau kurang berbahaya. Sebagai contoh adalah serat asbes yang dapat
menimbulkan asbestosis, kanker paru dan mesotelioma, digantikan oleh serat buatan
manusia. Contoh lain adalah debu silika yang diganti dengan alumina.

3) Modifikasi proses produksi untuk mengurangi pajanan sampai tingkat yang aman.
4) Metode basah

Melakukan proses produksi dengan cara membasahi tempat produksi sehingga tidak
menghasilkan debu dengan kadar yang tinggi.

5) Mengisolasi proses produksi

Bila bahan yang berbahaya tidak dapat dihilangkan, pajanan terhadap pekerja dapat
dihindari dengan mengisolasi proses produksi. Teknik ini telah digunakan dalam
menangani bahan radioaktif dan karsinogen, dan juga telah berhasil digunakan untuk
mencegah asma kerja akibat pemakaian isosianat dan enzim proteolitik.

6) Ventilasi keluar

Bila proses isolasi produksi tidak bisa dilakukan, maka masih ada kemungkinan untuk
mengurangi bahan pajanan dengan ventilasi keluar (exhaust ventilation).

2. Pengendalian

Adalah melakukan deteksi dini penyakit dan deteksi dini pajanan zat yang dapat
menimbulkan penyakit. Dilakukan pemeriksaan berkala pada pekerja yang terpajan zat yang
berisiko tinggi terjadinya gangguan kesehatan.

3. Penanganan

Penanganan berguna untuk mencegah penyakit bertambah buruk dan penyakit menjadi
menetap. Bila diduga telah terjadi penyakit atau diagnosis telah ditegakkan, perlu secepat
mungkin menghindarkan diri dari pajanan lebih lanjut.

Penanganan asbesotosis bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan


penyakit dan mencegah komplikasi. Beberapa metode penanganannya adalah :

 Pemberian oksigen untuk mengatasi kekurangan oksigen akibat gangguan perbapasan

10
 Terapi rehabilitasi paru-paru agar bisa bekerja dengan lebih efektif, salah satunya
dengan mengajarkan pasien teknik pernapasan
 Transplantasi atau cangkok paru-paru dilakukan untuk mengatasi penurunan fungsi
paru yang sudah parah. Transplantasi paru dilakukan dengan mengganti paru-paru
yang rusak dengan paru-paru yang sehat dari pendonor

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan
atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara
maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Elex Media Komputindo

Darmawan A. 2013. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja. JMJ. Vol 1. No 1. Hh 68-83.

J. Jeyaratnam. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC

Kurniawidjaja M dan Ramdhan H. 2019. Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans.
Jakarta. UI Publishing.

L. Meily Kumiawidjaja, Doni Hikmat Ramadhan. 2019. Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja
dan Surveilans. Jakarta: UI Publishing.

Nailla Fariq Alfiani. 2021. Asbestosis. Diakses online 26 Februari 2022 melalui:
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/asbestosis/epidemiologi

Riski Novera Yenita. 2017. Higiene Industri. Deepublish : CV Budi Utama

Rony Prasetyo. 2009. Asbestosis dengan Segala Macam Permasalahannya. Diakses online 26
Februari 2022 melalui: https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89581

Diakses Pada 26 Februari 2022 melalui: https://doktersehat.com/penyakit-a-z/asbestosis-


fibrosis-paru/amp/

Diakses Pada 26 Februari 2022 melalui:


http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3250/3065

Diakses Pada 26 Februari 2022 melalui:


https://www.academia.edu/11717706/MAKALAH_ASBSTOSIS_DAN_SILIKOSIS

https://www.academia.edu/11717706/MAKALAH_ASBSTOSIS_DAN_SILIKOSIS diakses
27 Februari 2022 [Online]

Pengendalian Asbestosis. Diakses Pada 1 Maret 2022 melalui:


https://pdfcoffee.com/pengendalian-asbestosisdocx-pdf-free.html (Online)

12

Anda mungkin juga menyukai