Anda di halaman 1dari 7

RPS 7

Konsep Keputusan dalam Organisasi

1. Hakekat Keputusan
Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternatif
yang tersedia dihadapannya, tetapi konsekuensinya sangat menentukan di masa
selanjutnya. Sebagai individu, setiap saat manusia melakukan pembuatan keputusan, baik
untuk kepentingan pribadi maupun untuk orang banyak atau organisasi.
Jadi keputusan itu adalah tindakan penentuan suatu pendapat/pilihan diantara
sekian banyak alternatif. Sehingga membuat keptusan itu adalah mengambil/memilih
alternatif.

2. Definisi Pengambilan Keputusan dan Urgensinya


a. Sebagai pemilihan tindakan dari sejumlah alternatif yang ada (Curtis R. Finch dan
Robert L. McGough, 1982 dalam Djatmiko, 2002)
b. Merupakan proses pemilihan tindakan tertentu dari suatu masalah dan kesempatan.
Masalah adalah ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan. Kesempatan
terjadi saat sesuatu yang tidak direncanakan terjadi, membangkitkan pemikiran
tentang tindakan dengan cara baru (Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (2005) serta
Ivancevich (2008) dalam Noor (2013)
c. Tindakan yang melekat erat dan terpadu secara berkesinambungan dalam keseluruhan
kegiatan administrasi (Gibson dan Hunt, 1965 dalam Djatmiko, 2002)

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat dikatakan pengambilan keputusan


tersebut begitu penting dan strategis, merupakan jantung dan hati kegiatan organisasi.

Bahkan Ivancevich secara lugas dan tegas mengatakan bahwa pengambilan keputusan
berpengaruh kuat secara langsung terhadap kinerja individu-individu yang selanjutnya
berkorelasi dengan efektivitas organisasi. Oleh sebab itulah pengambilan keputusan
merupakan tanggung jawab utama setiap manajer organisasi.

Agar sukses memerankan tanggungjawab itu paling tidak manajer harus memiliki
empat kepakaran atau keterampilan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Keterampilan/kepakaran teknis (technical skill), yakni pemahaman dan kecakapan
serta kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktivitas tertentu, meliputi
pengetahuan dan pemahaman konsep, proses, metode yang diperlukan untuk
mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah dalam bidang tertentu.
b. Keterampilan/kepakaran insani (human skill), yakni kesanggupan untuk bekerja
dengan orang lain secara efektif sebagai anggota sebuah kelompok dan dapat
membangun Kerjasama yang baik dalam kelompok yang dipimpinnya. Termasuk di
dalamnya kemampuan berkomunikasi, memahami tingkah laku orang lain serta
melakukan pendekatan-pendekatan.
c. Keterampilan/kepakaran konseptual (conceptual skill), yakni kesanggupan untuk
melihat usaha-usaha sebagai suatu totalitas.
d. Keterampilan/manajerial (managerial skill), yang merupakan kecakapan dalam
menjalankan fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi pengetahuan dan pemahaman
tentang konsep dan fungsi yang ada dalam manajemen.

3. Proses Pengambilan Keputusan dan Elemen-elemen Dasarnya


Menurut Herbert. A Simon (1992) dalam Fahmi (2016)
a. Penemuan masalah (Intelligence), meliputi pengumpulan data, mewaspadai
lingkungan, dan mendeteksi permasalahan yang dihadapi.
b. Pemahaman masalah (Design), meliputi pengkajian masalah secara sistematis,
menciptakan alternatif berdasarkan hasil evaluasi atas hasil-hasilnya.
c. Pemilihan alternatif (Choice), kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif
yang disukai.
d. Implementasi (Implementation), adalah pelaksanaan keputusan yang meliputi
pemberian penjelasan kepada pihak-pihak terkait serta membuat consensus bahwa
keputusan menitik beratkan pada kebaikan dan menanamkan komitmen.

4. Tipologi Pengambilan Keputusan


a. Berdasarkan atas analisis psikologis personalitasnya Erich From, maka oleh Ernest
Dale (1976) yang dikutip oleh Djatmiko (2002) dikelompokkan lima pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1. Tipe resensif atau depensif.
Tipe ini memandang semua kebaikan berada di luar dirinya, sehingga cenderung
melakukan pengambilan keputusan berdasarkan ide penasehatnya serta
membebankan tanggungjawab kepada pihak luar dengan delegasi otoritas secara
liberal.
2. Tipe eksplotatif atau agresif
Tipe ini memandang semua kebaikan berada diluar yang dirinya yang hatus
dikuasai dengan kekuatan atau kecerdikan. Ciri tipe ini adalah memanipulasi
individu untuk kepentingan pribadi dengan pengawasan yang ketat dan struktur
organisasi yang kaku (management by veto).
3. Tipe hoarding
Tipe ini memiliki kepercayaan yang sangat minim kepada pihak eksternal,
menyusun struktur organisasi sebagai alat untuk membentengi kedudukannya.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan sendiri.
4. Tipe marketing
Tipe ini memandang dirinya sebagai komoditi dan memandang nilai dirinya
sejalan dengan imbalan. Bagi tipe ini struktur organisasi dan keputusan harus
memberikan imbalan yang memadai bagi pengambil keputusan.
5. Tipe Produktif
Tipe ini memiliki kemampuan untuk memakai dan mewujudkan potensi yang
dimilikinya. Dalam pengambilan keputusan, cenderung membantu pihak lain
dalam mengembangkan dirinya mencapai kemampuan maksimal dengan
mengintegrasikan suksesnya dengan sasaran organisasi.
b. Berdasarkan kriteria sumber keputusan, Chung dan Meginson (1981) yang mengutip
pendapat Barnard (1938) dalam Djatmiko (2002) pengambilan keputusan ada tiga tipe
yakni:
1. Intermediary decisions adalah pengambilan keputusan yang dilaksanakan atas
desakan atasan dalam hirarki administrasi.
2. Appelate decisions merupakan pengambilan keputusan atas desakan bawahan.
3. Creative decisions merupakan pengambilan keputusan atas inisiatif sendiri.
c. Berdasarkan atas kriteria struktur dan hubungan interpersonal (Lipham,1974) dalam
Djatmiko (2002) maka ada tiga jenis yaitu:
1. Pengambilan keputusan rutin/terprogram adalah pengambilan keputusan yang
pelaksanaannya bersifat hirarkis, terstruktur dan diprogramkan dengan seksama
serta dilaksanakan secara berulang baik karena dorongan atasan maupun
bawahan.
2. Pengambilan keputusan heuristik, pengambilan keputusan yang lebih memberikan
keleluasaan dalam mengembangkan gagasan-gagasan secara terbuka.
3. Pengambilan keputusan kompromis/negosiasi adalah pengambilan keputusan
yang dapat dipakai untuk mengatasi konflik karena perbedaan seperti nilai
budaya, peran yang diharapkan, dan minat pribadi individu-individu, antara
kelompok kepentingan. Disini pimpinan berperan sebagai mediator.

5. Jenis Keputusan Terkait dengan Masalah yang Dihadapi


Menurut Herbert Simon (1992), ada dua jenis keputusan yaitu:
a. Keputusan yang diprogram, keputusan rutin dan berulang-ulang, dan dapat diprediksi
sebelumnya. Biasanya karena masalah yang dihadapi terstruktur dengan baik.
b. Keputusan tidak diprogramkan, keputusan baru, tidak terstruktur dan tidak terprediksi
sebelumnya yang membutuhkan solusi yang dirancang secara khusus supaya sesuai
dengan masalahnya. Biasanya masalah yang dihadapi strukturnya buruk atau unik.

6. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan


a. Menurut Gibson dan kawan-kawan (2009) faktor-faktor yang berpengaruh secara
individual adalah sebagai berikut:
1. Nilai/tata nilai, pedoman dasar dan kepercayaan yang dianut pengambil keputusan
jika berhadapan pada situasi harus menentukan pilihan.
2. Kepribadian, pengambil keputusan sering dipengaruhi oleh faktor-faktor
psikologis, baik sadar maupun tidak. Salah satunya adalah kepribadian yang
diwujudkan dalam pilihan yang diambil.
3. Kecenderungan mengambil risiko, pengambil keputusan akan selalu berhadapan
dengan risiko. Akan ada yang berani mengambil risiko sebaliknya ada yang
kurang berani, semuanya akan berpengaruh terhadap kualitas keputusan.
4. Potensi ketidaksesuaian, terutama pada saat keputusan sudah dibuat. Sering
terjadi setelah keputusan dibuat yang muncul adalah kebimbangan dan berpikir
ulang atas pilihan yang telah dibuat.

7. Pengambilan Keputusan Kelompok


Proses pengambilan keputusan kelompok adalah salah satu corak proses
pengambilan keputusan dalam organisasi. Ciri dari prosesnya ditandai dengan
keterlibatan dan partisipasi dari banyak orang.
7.1 Keunggulan Keputusan Berkelompok
a. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap. Dengan menghimpun sumber daya dari
sejumlah individu, berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses
pembuatan keputusan.
b. Keragaman pandangan lebih banyak. Selain masukan yang banyak, kelompok
dapat pula membawa serta heterogenitas mereka ke dalam proses keputusan. Hal
ini membuka peluang bagi lebih banyak pendekatan dan alternatif yang akan
menjadi pertimbangan.
c. Penerimaan keputusan lebih besar. Banyak solusi yang ternyata gagal setelah
keputusan diambil karena orang-orang tidak dapat menerima hasil keputusan
tersebut.
d. Akan tetapi, bila orang yang akan dikenai oleh keputusan itu dan orang yang akan
melaksanakannya dapat ambil bagian dalam proses pembuatannya, maka mereka
lebih cenderung untuk menerimanya.
7.2 Kekurangan Keputusan Kelompok
a. Memakan waktu. Untuk membentuk suatu kelompok sudah jelas membutuhkan
waktu tersendiri. Proses interaksi yang terjadi begitu kelompok terbentuk juga
sering kali tidak efisien. Akibatnya, kelompok membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mengambil kesepakatan terhadap sebuah solusi daripada yang dapat
oleh seorang individu.
b. Tekanan untuk sependapat. Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan
dipertimbangkan sebagai asset bagi kelompok akan mengakibatkan adanya
penekanan pada pihak yang berbeda pendapat.
c. Dominasi oleh minoritas. Diskusi kelompok boleh jadi didominasi satu atau
beberapa anggota. Jika koalisi dominan ini juga terdiri dari anggota yang
berkemampuan rendah dan menengah, maka efektivitas kelompok secara
keseluruhan akan mengalami gangguan.
d. Tanggung jawab yang kabur. Anggota kelompok sama berbagi tanggung jawab,
tetapi tak jelas siapa yang betul-betul bertanggung jawab atas hasil akhir.
7.3 Teknik-teknik Keputusan Kelompok
Nimran (1999) mengatakan bahwa bentuk yang paling lazim/tradisional dalam
proses pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam interaksi tatap muka.
a. Brainstorming
Pada pokoknya Teknik ini berusaha untuk menggali dan mendapatkan gagasan-
gagasan dari anggota kelompok. Karenanya Teknik ini lebih berfokus pada
penggalian gagasan ketimbang evaluasi gagasan. Semakin banyak gagasan
semakin besar peluang untuk mendapatkan solusi kreatif atau sesuatu masalah
yang dihadapi.
b. Nominal Group Terchnique (NGT)
Berbeda dengan brainstorming Teknik ini berkenaan dengan penggalian dan
evaluasi terhadap gagasan secara sekaligus. Pada mulanya gagasan-gagasan digali
secara nominal (tanpa interaksi) guna menghindari hambatan dan permufakatan.
c. Delphi Technique, dalam prosesnya adalah semata-mata tergantung pada
kelompok nominal (para pakar) sebagai partisipan yang semuanya tidak
melakukan interaksi tatap muka. Jadi, dengan Teknik ini sangat mungkin
didapatkan sejumlah pakar tanpa harus mengumpulkan mereka di suatu tempat
pada saat yang sama.

8. Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan adalah intisari dari manajemen organisasi, dan oleh
karenanya dapat berpengaruh terhadap masa depan organisasi. Proses dalam mengambil
keputusan tersebut akan banyak berkaitan dengan jenis masalah apakah terstruktur atau
tidak terstruktur, kondisi, pendekatan serta gaya dalam mengambil keputusan.
Robbins dan Coulter (2016) memberi panduan bagi manajer untuk pengambilan
keputusan yang efektif yaitu:
a. Memahami adanya perbedaan budaya dalam pengambilan keputusan,
b. Wujudkan standar demi pengambilan keputusan yang baik,
c. Mengetahui kapan waktu untuk keluar,
d. Menggunakan proses pengambilan keputusan yang efektif yakni: Pertama,
focus pada apa yang penting. Kedua, logis dan konsisten. Ketiga, mengakui
pemikiran subyektif dan obyektif serta kombinasikan pendekatan analitis dan
intuitif. Keempat, informasi yang secukupnya untuk memecahkan masalah.
Kelima, mendorong dan memandu pengumpulan informasi yang relefan serta
opini tertentu. Keenam, jelas, dapat diandalkan, mudah digunakan, dan
fleksibel.

Anda mungkin juga menyukai