Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAN LIQUD DAN SEMISOLID

SALEP

Disusun Oleh :

KELOMPOK III A

1. Muhamad ali zainal a 19012038


2. Mutia ramadhani 19012015
3. Siti masriah 19012024
4. Egi sapiki 19012033
5. Nur hafipah 19012034
6. Alisa adisdia dieni 19012035
7. Desi kristina putri 19012037

Dosen Pembimbing :
Achmad Marsam D.,M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kloramfenikol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces venezuelae,


oraganisme yang pertama kali diisolasi tahun 1947 dari sample tanah yang dikumpulkan di
Venezuela ( Bartz, 1948). Kloramfenikol mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis
tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan menghambat sintesa protein
dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam
pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif,
termasuk Streptococcus pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk
Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis,
Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis,
Brucella dan Shigella.
Kloramfenikol bisa digunakan secara eksternal (topikal) dan juga internal. Bentuk-
bentuk sediaannya antara lain kapsul 250 mg dan 500 mg; suspensi 125 mg/5 ml; sirup 125
ml/5 ml; serbuk injeksi 1g/vail; Salep mata 1 %; Obat tetes mata 0,5 %; Salep kulit 2 %; Obat
tetes telinga 1-5 %.
Kloramfenikol yang dijadikan sediaan salep merupakan antibiotik topikal. Antibiotik
topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus di bidang kulit. Antibiotik topikal
merupakan obat yang paling sering diresepkan oleh spesialis kulit untuk pasien mengalami
ache vulgaris ringan sampai sedang serta merupakan terapi adjunctive dengan obat oral.
Untuk infeksi superficial dengan area yang terbatas, seperti impetigo, penggunaan bahan
topical dapat mengurangi kebutuhan akan obat oral, problem kepatuhan, efek samping pada
saluran pencernaan, dan potensi terjadinya interaksi obat. Selanjutnya antibiotika topikal
seringkali diresepkan sebagai bahan profilaksis setelah tindakan bedah minor atau tindakan
kosmetik (dermabrasi, laser resurfacing) untuk mengurangi resiko infeksi setelah operasi dan
mempercepat penyembuhan luka. Kloramfenikol topikal ditujukan pada bagian appedages
dikulit. Dipilih bentuk sediaan salep karena dapat mengurangi iritasi obat terhadap saluran
cerna, mendapatkan efek emollient pada jaringan, untuk menghindari first pass metabolisme
serta mudah diterima dan digunakan oleh pasien.

Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan
sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai
bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik serta bahan baku
untuk keperluan dalam bidang farmasi (Supardani, dkk, 2006). Sebagai antiseptik, asam
salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak
diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan
efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya
lapisan-lapisan kulit yang baru (Rieko & Panji, 2007). Oleh karena itu, asam salisilat
biasanya digunakan untuk obat topikal. Senyawa-senyawa yang bersifat keratolitik dan
antiseptik biasa digunakan untuk mencegah penyakit kulit, seperti timbulnya jerawat ataupun
gatal-gatal di daerah tubuh tertentu dan salah satu bahan yang sering digunakan adalah asam
salisilat. Asam salisilat juga merupakan zat anti jerawat sekaligus keratolitik yang lazim
diberikan secara topikal. Penggunaan serbuk tabur atau keratolitik merupakan usaha yang
akan mengurangi ketebalan intraseluler dalam selaput tanduk dengan cara melarutkan semen
intraseluler dan menyebabkan desintergrasi dan pengelupasan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Asam salisilat menurut BPOM, melalui PerMenKes RI No.772/Menkes/Per/IX/88 No.
1168/menkes/per/xi/1999, adalah salah satu bahan tambahan makanan yang dilarang adalah
asam salisilat. Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di
Indonesia, karena asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahan
ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena
dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan (Cahyadi, 2006). Bahan obat asam
salisilat dengan dosis yang tepat dapat memberikan efek terapeutik yang di inginkan, namun
pada penggunaan secara terus menerus dapat 2 menyebabkan kerusakan pada kulit.
Penggunaan topikal asam salisilat dengan konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas,
pada kulit yang rusak dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keracunan
sistemik akut. Penggunaan pada sediaan kosmetik seperti serbuk tabur yang mengandung
asam salisilat, meskipun menjadikan kulit tampak mulus namun membuat kulit lebih sensitif
terhadap paparan sinar matahari, pemakaian bertahun-tahun dapat mengendap di kulit dan
menyebabkan kulit tampak biru kehitaman dan dapat memicu timbulnya kanker melanocyt
atau kanker kulit (Anief M, 1997)

1.2 Dosis Bahan Aktif

Dosisi kloramfenikol
Sekali oles sebanyak 4-5 kali sehari hingga infeksi sembuh, atau sesuai anjuran dokter.
Jangan menggunakan obat lebih dari 1 minggu, kecuali atas saran dokter.
Dosis asam salisilat
asam salisilat 2% salep dosisnya adalah 2 kali sehari dioleskan ke kulit yang bersisik.
Untuk sediaan asam salisilat 3% gel dosisnya adalah 1–4 kali sehari dioleskan ke kulit
yang bersisik.
BAB II

ISI

2.1 Monografi Bahan


1. Chloramphenicol (FI EDISI III Hal 143)

Nama Resmi : Chloramphenicolum


Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul : 323,13
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai
putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan
asam lemah, mantap.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%)
P dan dalam 7 bagian propilrnglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter
P.
Jarak Lebur : Antara 149o dan 153o
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya.
Khasiat : Antibiotik

2. Acid Salicyl (FI EDISI III hal.56)

Nama resmi: Acidum salicylicum


Nama lain: Asam salisilat
Rumus molekul: C7H6O3
Berat molekul: 138,12
Pemerian: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih, hampir tidak berbau, rasa
agak manis dan tajam.
Kelarutan: Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P, dandalam eter P, larut dalam larutan ammonium asetat P,
dinatrium hydrogen fosfat P, helium sitrat P dan natrium sitrat P.Penyimpanan: Dalam
wadah terbaik baik

3. Lemak Bulu Domba (FI EDISI III Hal 61)


Nama Resmi : Adeps Lanae
Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu
domba (ovis aries linne) mengandung air tidak lebih dari 0,25%.
Pemerian : Zat serupa lemak, liat, lekat ; kuning muda / kuning pucat, agak tembus
cahaya ; bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air ; agak sukar larut dalam etanol 95% P ;
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Jarak Lebur : Antara 36o dan 42o
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya, ditempat sejuk.
Khasiat : Penggunaan bahan tambahan.

4. Vaselinum flavum (F.I Edisi III)


Nama resmi  : VASELINUM FLAVUM.
Nama lain : Vaselin flavum
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai
 kuning; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan
 hingga dingin tanpa diaduk. Berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau;
hamper tidak berasa.
Khasiat : Zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik .
Jarak Lebur : Antara 38o dan 56o
5. Nipasol (DepKes RI, 1995)

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam
3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak,
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Penggunaan : Sebagai pengawet

2.2 Tabel Formulasi

2.3 Perhitungan Bahan


Formula 1
Salep kloramfenikol 1% dibuat 100 gram
Perhitungan
 Kloramfenikol 1% = 1/100 x 100 = 1 gram
 Adepslanae 6% = 6/100 x 100 = 6 gram
 Cethyl alkohol 2,5% = 2,5/100 x 100 = 2,5 gram
 Nipasol 0,01 % = 0,01/100 x 100 = 0,01 gram
 Parafin liquid 40% = 40/100 x 100 = 40 gram
 Bht 0,01% = 0,01/100 x 100 = 0,01 gram
 Vaselin flavum = 100 – (1+6+2,5+0,01+0,01+40)
= 50,48 gram

Formulas 2
salep asam salisilat 2 % dibuat 100 gram
Perhitungan

 Asam salisilat 2 % = 2/100 x 100 = 2 gram


 Sulfur 4% = 4/100 x 100 = 4 gram
 Parafin 10% = 10/100 x 100 = 10 gram
 Bht 0,01% = 0,01/100 x 100 = 0,01 gram

2.4 Prosedur Kerja


Formula 1
Salep kloramfenikol
Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang semua bahan sesaui formula yang telah ditentukan
3. Dibuat masa 1 (M1) dengan meleburkan cethyl alkohol, adepslanae, vaselin flavum
dan BHT dalam lumpang
4. Dibuat masa 2 (M2) dengan meleburkan parafin dan nipasol didalam lumpang
5. Disatukan M1 dan M2 dalam satu lumpang ditambanhkan kloramfenikol digerus
cepat dan konstan hingga terbentuk masa salep
6. Evaluasi hasil

Formula 2

Salep asam salisilat


Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang semua bahan sesuai formula yang telah di tentukan
3. Dileburkan vaselin dan parafain dalam penangas hingga tecampur
4. Dimasukan sulfur kedalam lumpang digerus hingga tercampur
5. Dimasukan BHT kedalam lumpang digerus hingga tercampur
6. Dimasukan asam salisilat kedalam lumpang digerus cepat dan konstan hingga
terbentuk masa salep
7. Evaluasi hasil

2.5 Skema Kerja


Formulas 1 salep kloramfenikol

Ditimbang semua bahan

M1 M2
Dileburkan parafin dan nipasol
Dileburkan cethyl alkohol,
didalam lumpang
adepslanae, vaselin flavum dan
BHT dalam lumpang

M1 dan M2 di campurkan
ditambhakan kloramfenikol
diaduk cepat dan konstan
Evaluasi hasil

Formula 2 salep asam salisilat

Ditimbang semau bahan yang


diperlukan

Dileburkan vaselin dan parafain


dalam penangas hingga tecampur

Dimasukan sulfur, BHT, asam


salisilat kedalam lumpang digerus
cepat dan konstan hingga terbentuk
masa salep

Evaluasi hasil

2.6 Hasil Evaluasi


Uji organolptis

Pengamatan Salep kloramfenikol Salep asam salisilat

Bentuk Cair Kental

Warna Kuning pucat Kunging muda

Bau Tengik Tengik

Homogenitas Tercampur Sulfur tidak tercampur

Uji pH
salep asam kloramfenikol pH 6
salep asam salisilat pH 4

Berat jenis
salep kloramfenikol menunjukan berat jenis 0,8832
salep asam salisliat menujukan berat jenis 0,8542
2.7 Hasil Pengamatan

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
3.2 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

IV.     URAIAN TUGAS KELOMPOK

Nama Tugas
Gian Pertela Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan
Zil Ardi Membantu membuat sediaan
Mengevaluasi sediaan
Fakhrul Umam Membantu membuat laporan
Membantu membuat sediaan
Ferry Indar A. Membantu membuat sediaan
Membantu membuat laporan
M. Muwaffaq Zaky Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan
M. Ikhwan Membantu membuat sediaan
Menimbang bahan
Lampiran

1.Foto proses formulasi

2.Foto Hasil Evaluasi

3. Jurnal Praktek Masing-masing anggota

Anda mungkin juga menyukai