ISOLASI SOSIAL
DI SUSUN OLEH:
4338114901210039
A. Isolasi sosial
1. Pengertian
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial,
pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga
ketegantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu
dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan
dengan lingkungan sosial. Maka dari itu, hubungan interpersonal perlu dibina
oleh setiap individu. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu
yang memiliki gangguan isolasi sosial.
Isolasi sosial adalah kedaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Solasi sosial merupakan kedaan ketika individu atau
kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak
dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-
monyet, 2009). Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
B. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan,
faktor biologis, dan faktor sosiokultural . Berikut ini merupakan penjelasan
dari faktor predisposisi:
a. Faktor perkembangan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Data Subjektif :
1) Lebih senang menyendiri
2) Dulu jarang berkumpul dengan orang lain seperti keluarga dan tetangga.
3) Tidak mengetahui mengenai manfaat, keuntungan maupun kerugian
bersosialisasi
Data Objektif :
2. Pohon masalah
Isolasi Sosial
Harga diri rendah
3. Diagnosis keperawatan
a. Halusinasi : Pendengaran, Pengecapan, penciuman, sentuhan, penglihatan
dan Somatik)
b. Isolasi Sosial
c. Harga diri rendah kronis
D. Perencanaan
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
Keperawatan Kriteria hasil Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
dengan : lain.
a. Perawat
b. Perawat lain 4.4 beri kesempatan
4.10 siap
mendengarkan ekspresi
perasaan klien setelah
berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin
klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya. Beri
dorongan terus-
menerus agar klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
minum obat
7.5 anjurkan klien
tanpa konsultasi
untuk konsultasi dengan
dokter.
dokter atau erawat jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI,DPP & PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI