Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DI SUSUN OLEH:

Dian Nur Utami

4338114901210039

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

Jl Pangkal Perjuangan KM 01 By Pass Karawang Barat


LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. Isolasi sosial
1. Pengertian
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial,
pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga
ketegantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu
dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan
dengan lingkungan sosial. Maka dari itu, hubungan interpersonal perlu dibina
oleh setiap individu. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu
yang memiliki gangguan isolasi sosial.
Isolasi sosial adalah kedaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Solasi sosial merupakan kedaan ketika individu atau
kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak
dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-
monyet, 2009). Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.

2. Rentang Resposns Sosial


Gambar. Rentang Rentang Resposn Sosial

Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulasi
Kebersamaan Ketergantungan Narsisme
Saling Ketergantungan
(sumber. Stuart,2013)
Keterangan :
a. Respons Adaptif
Respons adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal dengan
cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini
meliputi :
1) Menyendiri (Solitude)
Respons yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah
terjadi atau dilakukan dengan tujuan mengevalusi diri untuk kemudian
menentukan rencana-rencana.
2) Otonomi
Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran perasaan dala
hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk
interdependen dan pengaturan diri.
3) Kebersamaan (Mutualisme )
Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal
dimana individu mmpu untuk saling memberi dan menerima dalam
hubungan sosial.
4) Saling ketergantungan (Interdependen)
Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu dengan
individu lain dalam hubungan sosial.

b. Respon Antara adaptif dan maladaptif


1) Kesepian
2) Menarik diri
3) Ketergantungan
c. Respons Maladaptif
Respons maladaptif adalah respons individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.
Respons maladaptive tersebut anatara lain :
1) Manipulasi
Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan sebagai
objek, di mana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang
lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
Sikap mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan
atau frustasi yang dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang
lain.
2) Impulsif
Respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan tidak dapat
melakukan penilaian secara objektif.
3) Narsisisme
Respons sosial ditandai dengan individu memliki tingkah laku
egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan
mudah marah jika tidak mendapatkan dukungan dari orang lain.

B. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan,
faktor biologis, dan faktor sosiokultural . Berikut ini merupakan penjelasan
dari faktor predisposisi:
a. Faktor perkembangan

Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu


dalam menjalin hubungan dengan orang lain adalah keluarga. Kurangnya
stimulasi maupun kasih sayang dari ibu/pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah
laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Jika
terdapat hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini,
maka anak akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang
lain pada masa berikutnya.

Pada masa kanak-kanak , pembatasan aktivitas atau kontrol yang


berlebihan dapat membuat anak frustasi. Pada masa praremaja dan remaja,
hubungan antara individu dengan kelompok atau teman lebih berarti
daripada hubungannya dengan orang tua. Remaja akan merasa tertekan
atau menimbulkan sikap bergantung ketika remaja tidak dapat
mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut. Pada masa dewasa
muda, individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Individu
siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan.
Pada masa dewasa tengah, individu mulai terpisah dengan anak-
anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya mulai menurun.
Ketika individi bisa mempertahankan hubungan interdependen antara
orang tua dengan anak, kebahagiaan akan diperoleh dengan tetap . Pada
masa dewasa akhir, individu akan mengalami berbagai kehilangan, baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman
maupun pekerjaan dan peran.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia, misalnya, ditemukan pada keluarga
dengan riwayat anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu,
kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi sosial.
Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya norma-norma yang salah
yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif yang
diasingkan dari lingkungan sosial. Selain itu, norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik juga turu menjadi faktor prediposisi isolasi sosial.
2. Faktor Presipitasi
Terdapat beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan
gangguan isolasi sosial. Faktor-faktor tersebut, antara lain beraasal dari
stresor-stresor berikut ini :
a. Stresor sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam hidupnya
b. Stresor psikologik
Intesitas ansietas (ansietas) yang ekstrim akibat berpisah dengan orang
lain, misalnya dan memanjang disertai dengan terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
c. Stresor Intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan
dengan orang lain
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan cenderung sulit untuk
berkomunikasi dengan orang lain
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang
lain akan memicu persepsi yang menyimpang dan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain (Isolasi Sosial)
d. Stresor fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial: menarik diri dapat meliputi
penyakit kronik dan keguguran.

3. Tanda dan gejala


Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada klien pada saat
wawancara biasanya berupa beberapa hal dibawah ini yaitu :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
d. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Klien tidak mampu berkontraksi dan membuat keputusan
f. Klien merasa tidak berguna
g. Klien tidak yang dapat melangsungkan hidup.
Tanda dan gejala isolasi ang didapat melalui observasi, antara lain yaitu :
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, aptis, afek tumpul
Isolasi sosial merupakan keadaan subjektif. Meskipun demikian,
perawat harus mamvalidasi inferensi atau dugaan yang berkoonsentrsi
pada perasaan kesendirian karena penyebabnya beragam dan setiap klien
menunjukkan kesendirian mereka dalam cara yang berbeda. Menurut
carpenito monyet (2009), karakteristik (isolasi sosial terbagi menjadi dua,
yaitu karakter utama (mayor) dan karakter tambahan (minor).
a. Karakter utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter). Ini meliputi
mengekspresikan perasaan kendirian atau penolokan: hasrat untuk
melakukan kontak dengan orang lain, memberitahukan adanya rasa
krtidakamanan dalam situasi sosial dan mendeskripsikan kurangnya
hubungan yang bermakna
b. Karakter tambahan
1) Waktu berjalan lambat
2) Keidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan
3) Merasa tidak berguna
4) Menarik diri
5) Sedih, afek tumpul
6) Rendahnya kontak mata
7) Diasyikan oleh pikieran dan kenangan
8) Tampak depresi cemas atau marah
9) Gagal untuk berinteraksi dengan orang-orang dekat
4. Faktor Terkait ( Related Factor)
Isolasi sosial dapat merupakan hasil dari beragam situasi dan masalah
kesehatan yang berhubungan dengan hilangnya kemampuan untuk
membangun hubungan atau kegagalan untuk memperbarui hubungan-
hubungan tersebut. Berikut ini merupakan berapa sumber yang terkait dengan
faktor tersebut :
a. Patofisologi
Berhubungan dengan ketakutan akan penoakan bersifat sekunder atas:
1) Obesitas
2) Kanker (operasi kepala atau leher yang bersifat merusak tampilan, dll)
3) Cacat fisik, seperti cacat akibat amputasi, radang sendi, dll)
4) Cacat emosional seperti depresi, paranoia, depresi fobia, ansietas
ekstrem.
5) Penyakit komunikabel, seperti AIDS dan hepatitis
6) Sakit jiwa, seperti skizofrenia, gangguan efektif bipolar, dan gangguan
indentitas
b. Situasional
1) Meninggalnya orang yang penting atau bermakna bagi klien
2) Penceraian
3) Tampilan wajah yang rusak (disfigurineg appearance)
4) Ketakutan akan penolakan bersifat sekunder atas obesitas, kemiskinan
ekstrem, hospitalisasi atau penyakit terminal, pengangguran
5) Berpindah ke budaya lain (bahasa yang kurang familiar)
6) Sejarah hubungan yang tidak memuaskan seperti tingkah laku sosial
yang tidak dapat diterima, pemikiran delusional, penyalhgunaan obat-
obatan, tingkah laku yang belum dewasa dan penyalahgunaan alkohol
c. Maturasional
1) Pada anak, terdapat isolasi protektif atau adanya penyakit komunikabel
(AIDS, hepatitis, dll)
2) Pada orang dewasa, hal ini berhubungan dengan hilangnya kontak
sosial yang normal.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
ansietasyang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting
(memisah), dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu
ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan
sendiri.
Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterprestasikan
dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi merupakan perilaku
mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Data Subjektif :
1) Lebih senang menyendiri
2) Dulu jarang berkumpul dengan orang lain seperti keluarga dan tetangga.
3) Tidak mengetahui mengenai manfaat, keuntungan maupun kerugian
bersosialisasi

Data Objektif :

1) Klien jarang komunikasi


2) Miskin bicara
3) Lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur

2. Pohon masalah

Halusinasi ( Pendengaran, Pengecapan, penciuman, sentuhan, penglihatan


dan Somatik)

Isolasi Sosial
Harga diri rendah

3. Diagnosis keperawatan
a. Halusinasi : Pendengaran, Pengecapan, penciuman, sentuhan, penglihatan
dan Somatik)
b. Isolasi Sosial
c. Harga diri rendah kronis

D. Perencanaan

RENCANA KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
Keperawatan Kriteria hasil Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)

Isolasi Sosial TUM :


Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain.

Setelah dilakukan 1.1 Bina hubungan Membina


TUK 1:
tindakan selama 2 x saling percaya dengan hubungan saling
Klien dapat
interaksi, klien mengemukakan prinsip percaya dengan
membina
menunjukkan tanda- komunikasi terapeutik : klien. Kontak
hubungan
tanda percaya a. Mengucapkan yang jujur,
saling percaya
kepada perawat : salam terapeutik. singkat, dan
a. Ekspresi wajah Sapa klien dengan konsisten dengan
cerah, tersenyum ramah, baik verbal perawat dapat
b. Mau berkenalan ataupun non verbal. membantu klien
c. Ada kontak mata b. Berjabat tangan membina kembali
d. Bersedia dengan klien. interaksi penuh
menceritakan c. Perkenalkan diri percaya dengan
perasaan dengan sopan orang lain.
e. Bersedia d. Tanyakan nama
mengungkapkan lengkap klien dan
masalah nama panggilan
yang disukai klien
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontrak
topic, waktu dan
tempat setiap kali
bertemu klien.
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
h. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian kebutuhan
dasar klien.

TUK2: Setelah dilakukan 2.1 Tanyakan pada Dengan


Klien mampu tindakan selama 2 x klien tentang : mengetahui tanda
menyebutkan interaksi, klien a. Orang yang tinggal dan gejala isolasi
penyebab menunjukkan tanda- serumah atau sosial yang
isolasi sosial tanda percaya sekamar dengan muncul, perawat
kepada perawat : klien dapat menentukan
b. Orang yang paling langkah intervensi
1. Klien dapat dekat dengan klien selanjutnya.
menyebutkan dirumah atau ruang
minimal satu perawatan.
penyebab isolasi c. Hal apa yang
sosial. Penyebab membuat klien
munculnya dekat dengan orang
isolasi sosial : tersebut.
diri sendiri, d. Orang yang tidak
orang lain, dan dekat dengan klien,
lingkungan baik dirumah atau
di ruang perawatan.
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar
dekat dengan orang
lain.
2.2 Diskusikan dengan
klien penyebab isolasi
sosial atau tidak mau
bergaul dengan orang
lain.
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
dalam mengungkapkan
perasaan.

TUK 3 : Setelah dilakukan 3.1 Tanyakan kepada Perbedaan seputar


Klien mampu tindakan selama 2 x klien tentang : manfaat
menyebutkan interaksi, klien a. Manfaat hubungan hubungan sosial
keuntungan menunjukkan tanda- sosial dan kerugian
berhubungan tanda percaya b. Kerugian isolasi isolasi sosial
sosial dan kepada perawat : sosial. membantu klien
kerugian dari 1. Klien dapat 3.2 diskusikan bersama mengidentifikasi
isolasi sosial. menyebutkan klien tentang manfaat apa yang terjadi
keuntungan berhubungan sosial dan pada dirinya,
dalam kerugian isolasi sosial. sehingga dapat
berhubungan diambil langkah
sosial, seperti 3.3 beri pujian terhadap untuk mengatasi
: kemampuan klien masalah ini.
a. Banyak dalam mengungkapkan
teman perasaannya. Penguatan
b. Tidak (Reinforcement )
kesepian dapat membantu
c. Bisa diskusi meningkatkan
d. Saling harga diri klien.
menolong
2. Klien dapat
menyebutkan
kerugian
menarik diri,
seperti :
a. Sendiri
b. Kesepian
c. Tidak bisa
diskusi
TUK 4 : Setelah dilakukan 4.1 Observasi perilaku Kehadiran orang
Klien dapat tindakan selama 2 x klien ketika yang dapat
melaksanakan interaksi, klien berhubungan sosial dipercaya
hubungan menunjukkan tanda- memberi klien
sosial secara tanda percaya 4.2 jelaskan kepada rasa aman dan
bertahap. kepada perawat : klien cara berinteraksi terlindungi.
1. Klien dapat dengan orang lain.
melaksanakan
hubungan sosial 4.3 berikan contoh cara

secara bertahap berbicara dengan orang

dengan : lain.

a. Perawat
b. Perawat lain 4.4 beri kesempatan

c. Klien lain klien mempraktikan


cara berinteraksi
d. Keluarga dengan orang lain yang
e. kelompok dilakukan dihadapan
perawat.

4.5 bantu klien


berinteraksi dengan satu
orang, twman, atau
anggota keluarga

4.6 bila klien sudah


menunjukkan
kemajuan, tingkatkan
jumlah interaksi dengan
dua, tiga, empat, orang
dan seterusnya.

4.7 beri pujian untuk


setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh klien.

4.8 latih klien bercakap-


cakap dengan anggota
keluarga saat
melakukan kegiatan
harian dan kegiatan
rumah tangga.

4.9 latih klien bercakap-


cakap saat melakukan
kegiatan sosial
misalnya: belanja ke
warung, ke pasar, ke
kantor pos, ke bank dan
lain-lain.

4.10 siap
mendengarkan ekspresi
perasaan klien setelah
berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin
klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya. Beri
dorongan terus-
menerus agar klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.

TUK 5 : Setelah dilakukan 5.1 diskusikan dengan Ketika klien


Klien mampu tindakan selama 2 x klien tentang merasa dirinya
menjelaskan interaksi, klien perasaannya setelah lebih baik dan
perasaannya menunjukkan tanda- berhubungan sosial mempunyai
setelah tanda percaya dengan : makna, interaksi
berhubungan kepada perawat : a. orang lain sosial dengan
sosial. b. kelompok orang lain dapat
1. klien dapat ditingkatkan.
menjelaskan 5.2 Beri pujian terhadap
perasaannya kemampuan klien
setelah menngungkapkan
berhubungan perasaannya.
sosial dengan :
a. orang lain
b. kelompok

TUK 6 : Setelah dilakukan 6.1 Diskusikan Dukungan dari


tindakan selama 2 x pentingnya peran serta keluarga
Klien interaksi, klien keluarga sebagai merupakan bagian
mendapat menunjukkan tanda- pendukung untuk penting dari
dukungan tanda percaya mengatasi perilaku rehabilitasi klien.
keluarga dalam kepada perawat : isolasi sosial.
memperluas keluarga dapat
hubungan menjelaskan 6.2 diskusikan potensi
sosial. tentang : keluarga untuk
1. isolasi sosial membantu klien
beserta tanda dan mengatasi perilaku
gejalanya. isolasi sosial
2. Penyebab dan
akibat dari 6.3 Jelaskan pada

isolasi sosial keluarga tentang :

3. Cara merawat a. isolasi sosial beserta

klien menarik tanda dan gejalanya

diri. b. penyebab dan akibat


isolasi sosial
c. cara merawat klien
isolasi sosial.

6.4 Latih keluarga cara


merawat klien isolasi
sosial

6.5 Tanyakan perasaan


keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan

6.6 Beri motivasi


keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi.
6.7 Beri pujian kepada
keluarga atas
ketertibannya merawat
klien di rumah sakit.
TUK 7 : Setelah dilakukan 7.1 diskusikan dengan Membantu dalam
Klien dapat tindakan selama 2 x klien tentang manfaat meningkatkan
memanfaatkan interaksi, klien dan kerugian tidak perasaan kendali
obat dengan menunjukkan tanda- minum obat, nama, dan keterlibatan
baik tanda percaya warna, dosis, cara, efek dalam perawatan
kepada perawat : terapi, dan efek kesehatan klien.
Klien bisa samping penggunaan
menyebutkan obat.
tentang :
a. manfaat minum 7.2 pantau klien pada
obat saat penggunaan obat.
b. kerugian yang
ditimbulakan 7.3 berikan pujian

akibat tidak kepada klien jika klien

minum obat menggunakan obat

c. nama, warna, dengan benar.

dosis, efek terapi


dan efek 7.4 diskusikan akibat

samping obat. berhenti minum obat

d. Akibat berhenti tanpa konsultasi dokter.

minum obat
7.5 anjurkan klien
tanpa konsultasi
untuk konsultasi dengan
dokter.
dokter atau erawat jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. Keperawatan Jiwa ; Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:


Pustaka Baru Press

Tim Pokja SDKI,DPP & PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai