Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

DI SUSUN OLEH:

Dian Nur Utami

4338114901210039

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

Jl Pangkal Perjuangan KM 01 By Pass Karawang Barat


LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

A. KONSEP RISIKO BUNUH DIRI


1. Deskripsi
Risiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan
disengaja untuk mengakhiri kehidupan (Herdman, 2012). Individu secara
sadar berkeinginan untuk mengerti, sehingga melakukan tindakan-tindakan
untuk mewujudkan keinginan tersebut. Organisasi kesehatan dunia (WHO),
mendefinisikan bunuh diri sebagai tindakan membunuh diri sendiri.
Tindakan itu harus dilakukan dengan sengaja dan dilakukan oleh orang yang
bersangkutan dengan pengetahuan penuh, atau harapan, atau akibat
Fatalnya.
Bunuh diri merupakan salah satu dari dua puluh penyebab utama
kematian secara global untuk semua umur dan hampir satujuta orang
meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya (Schwarttz-Lifshitz,dkk,
2013). Tingkat bunuh diri secara global adalah 16 kasus bunuh diri
per100.000 penduduk. Lebih spesifik lagi 18 kasus bunuh diri per100.000
ribu laki-laki dan 11 kasus bunuh diri per100.000 ribu perempuan. Study
klinis telah menunjukan bahwa dikebanyakan negara, kasus bunuh diri
didominasi oleh laki-laki, meskipun ada pengecualian penting, seperti
China.

2. Etiologi
Pada umumnya, penyebab utama dari bunuh diri adalah ketidak mampuan
individu menyelesaikan masalah. Etiologic dari risiko bunuh diri meliputi :
a. Faktor genetic
Faktor genetic mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri pada
keturunanannya. Lebih sering terjadi pada kembar monoziygot dari pada
kembar dizygot. Disamping itu, terdapat penurnan serotonin yang dapat
menyebabkan depresi. Hal ini turut berkontribusi pada terjadinya risiko
bunuh diri

b. Faktor biologis
Faktor ini bisanya berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu, seperti
adanya penyakit kronis atau kondisi medis tertentu, seperti stroke,
gangguan kerusakan kognitif ( dimensia), diabetes, penyakit arteri
koronaria, kanker, Hiv/Aids dan lain-lain.
c. Faktor psikososial dan lingkungan.
Berdasarkan teori psikoanalitik/ psikodinamika, bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi dan kemarahan, perasaan
negative terhadap diri sendiri dan terakhir depresi. Sementara itu,
berdasarkan teori perilaku kognitif, back menyatakan bahwa hal ini
berkaitan dengan adanya pola kognitif yang berkembang, memandang
rendah diri sendiri
d. Stressor lingkungan
Kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya system dukungan
social. Durkheim membagi suicide kedalam tiga kategori, yaitu : egoistic
( orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social ), altruistic
( melakukan bunuh diri untuk kebaikan orang lain ), anomic ( bunuh diri
karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi
dengan stressor.

3. Kategori Risiko Bunuh Diri


Risiko bunuh diri terdiri dari 3 kategori, yakni :
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukan dengan perilaku tidak langsung ( gelagat)
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan : “ Tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau “ Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.” Pada kondisi ini, klien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan, seperti
rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya. Klien jiga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan risiko bunuh diri.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya di ucapkan oleh klien berisiko keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif, klien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan
bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini. Klien belum pernah mencoba
bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedkit saja
dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupan. Beberapa cara bunuh diri antara lain :
gantung diri, minum racun, memotong urat nadai, atau menjatuhkan diri
dari tempat yang tinggi

4. Rentang Respons Protektif Diri


Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pengambilan Destruktif diri Pencederaan Bunuh


Diri Risko yang tak langsung diri diri
meningkatkan
pertumbuhan
destruktif
( Sumber : Stuart, 2013 )

Keterangan :
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu mempunyai pengharapan,
keyakinan, dan kesadaran diri meningkat. Seseorang dapat meningkatkan
proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhdapa situasional yang
membutuhkan pertahanan diri.
b. Pengambilan risko yang meningkatkan pertumbuhan merupakan posisi
pada rentang yang masih normal dialami oleh seorang individu yang
sedang dalam perkembangan perilaku.
c. Destruktif diri tak langsung merupakan pengambilan sikap yang kurang
tepat (maladaptive) terhadap situasi pemertahanan diri. Perilaku ini
melibatkan setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan
dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak, mengebut,
berjudi, tindakan criminal, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara social dan perilaku yang menimbulkan stress
d. Pencederaan diri yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja
e. Bunuh diri yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO BUNUH DIRI


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
klien dan keluarga (pelaku rawat). Beberapa hal yang harus dilakukan oleh
perawat adalah mengkaji faktor risiko, faktor predisposisi, faktor presipitasi,
tanda dan gejala, dan mekanisme koping.
a. Faktor Risiko
Faktor risiko dari risiko bunuh diri menurut Townsend (2009) meliputi
beberapa hal, yaitu:
1) Status Pernikahan
Tingkat bunuh diri ntk orang yang tidak menikah adalah dua kali lipat
dari orang yang menikah. Sementara itu, orang dengan status bercerai,
berpisah, atau janda memiliki tingkat empat sampai lima kali lebih
besar dari pada orang menikah.
2) Jenis kelamin
Kecenderungan untuk bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh wanita,
tetapitindakan bunuh diri lebih sering sukses dilakukan oleh pria.
Jumlah bunuh diri yang sukses dilakukan pria adalah sekitar 70%,
sedangkan wanita 30%. Hal ini berkaitan dengan semematikan apa
sarana yang digunakan ntuk bunuh diri tersebut. Wanita cenderurung
overdosis, sedangkan pria menggunakan sarana yang lebih
mamatikan, seperti senjata api. Perbedaan antara pria dan wanita ini
mungkin juga mencerminkan kecenderungan permpuan untuk
mencari dan menerima bantuan dari teman atau profesional,
sedangkan pria sering melihat bahwa mencari bantuan merupakan
tanda kelemahan.
3) Agama
Dalam sebuah studiyang diterbitkan oleh American Journal Of
Pscyhiatry, pria dan wanita defresi yang menganggap dirinya
berafiliasi dengan agama cenderung mencoba bunuh diri dari pada
reakan-rekan nonreligius mereka.
4) Status Sosial dan Ekonomi
Individu dikelas sosial tertinggi dan terendah memiliki tingkat bunuh
diri lebih tinggi daripada dikelas menengah. Sehubungan dengan
pekerjaan, tingkat bunuh diri dikalangan dokter, seniman, dokter gigi,
hukum, petugas penegakan hukum, pengacara, dan agen asuransi,
lebih tinggi.
5) Etnis
Berkenaan dengan etnisitas, statistik menunjukkan bahwa orang kulit
putih berada dirisiko tertinggi untuk bunh diri, diikuti oleh penduduk
asli Amerika, orang Amerika Afrika, Hispanik Amerika, dan Asia
Amerika.
Berdasarkan faktor risiko yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut ini
merupakan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam menilai faktor
risiko bunuh diri.

a) Faktor Risiko versi Hatton, Valente, dan Rink (1977 dalam Yusf., 205)

No. Perilaku Intensitas resiko


atau Gejala
Rendah Sedang Berat

1 Cemas Rendah Sedang Tinggi atau


panik

2 Depresi Rendah Sedang Berat

3 Isolasi/ Perasaan Perasaan tidak Tidak


menarik diri depresi yang berdaya, putus berdaya,
samar, tidak asa, menarik diri putus asa,
menarik diri menarik diri,
protes pada
diri sendiri

4 Fungsi Umumnya Baik pada Tidak baik


sehari-hari baik pada beberapa pada semua
semua aktivitas aktivitas
aktivitas

5 Sumber- Beberapa Sedikit Kurang


suumber

6 Strategi Umumnya Sebagian Sebagian


Koping konstruktif konstruktif besar
destrktif
7 Orang Beberapa Sedikit atau -
penting/ hanya satu
dekat

8 Pelayanan Tidak, sikap Ya, umumnya Bersikap


psikiater positif memuaskan negatif
yang lalu terhadap

9 Pola hidup Stabil Sedang (stabil- Tidak stabil


tidak stabil)

10 Pemakaian Tidak sering Sering Terus


alkohol dan menerus
obat

11 Percobaan Tidak atau Dan tidak Dari tidak


bunuh diri yang tidak sampai dengan sampai
sebelumnya fatal cara yang agak berbagai cara
fatal yang fatal

12 Disorientasi Tidak ada Beberapa Jelas atau ada


dan
disorganisasi

13 Bermusuhan Tidak atau Beberapa Jelas atau ada


sedikit

14 Rencana Samar, Sering Sering dan


bunuh diri kadang- dipikirkan, konstan
kadang ada kadang-kadang dipikirkan
pikiran, tidak ada ide untuk dengan
ada rencana merencanakan rencana yang
spesifik
b) SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)

Tingkat keparahan dan perilaku klien risiko bunuh diri menurut


SIRS (Sucidal Intention Rating Scale) disajikan dalam tabel berikut ini:

Skor Tingkat Deskripsi


Keparahan

4 Sangat tinggi Terdapat sedikit ambivalensi seputar


usaha bunuh diri. Klien menyatakan
bahwa dia hampir 100% ingin mati.
Klien merasa bahwa metodedan
persiapannya pasti cukup untuk
menghasilkan kematian. Pada tingkat
keparahan ini, klien aktif mncoba
bunuh diri.

3 Tinggi Klien ingin mati lebih dari tidak.


Presepsi klien adalah bahwa dia
mengambil langkah (tindakan
pencegahan atau metode yang
memadai) untuk memastikan bahwa
usaha bunuh diri tersebut akan
mengakibatkan kematian. Klien
mengancam bunuh diri, misalnya,
“Tinggalkan saya sendiri atau saya
bunuh diri”.

2 Sedang Keseimbangan antara keinginan klien


untuk mati dan ingin hidup kira-kira
sama atau ambigu. Perspektif klien
(seperti tercermin dalam tulisan atau
pernyataan kepada dokter atau orang
lain) mengenai apakah menurutnya
tindakan merugikan diri sendiri
memiliki kemungkinan kematian
yang tinggi, belum jelas. Klien
memikirkan bunuh diri dengan aktif,
tetapi tidak ada percobaan bunuh diri

1 Ringan Klien memiliki beberapa


kecenderungan untuk mati, tetapi
kecenderungan untuk hidup lebih
banyak. Klien terutama ingin
mencapai sesuatu selain bunuh diri
(misalnya : lepas dari masalah atau
rasa sakit atau menunjukan pada
orang lain bagaimana perasannya),
walaupun sebagian dari dirinya
menginginkan kematian dan tidak
peduli jika kematian adalah hasil dari
tindakan ini. Klien memiliki ide
bunuh diri, tetapi tidak ada percobaan
bunuh diri dan tidak mengancam
bunuh diri

c) Faktor Risiko Versi Stuart

Faktor Risiko Tinggi Risiko Rendah


Umur >45 tahun dan remaja 25-45 tahun atau <12
tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Status Perkawinan Cerai, pisah, janda/ Kawin
duda
Jabatan Professional Pekerja kasar
Pekerjaan Pengangguran Pekerja
Penyakit Kronis Kronik, terminal Tidak ada yang serius
Gangguan
kepribadian
Gangguan mental Depresi, halusinasi

b. Faktor Risiko Lainnya


Towensend (2009) menyatakan beberapa faktor risiko lainnya
dalam risiko bunuh diri. Individu dengan gangguan perasaan (depresi berat
dan gangguan bipolar) jauh lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri.
Gangguan kejiwaan lain yang mungkin menyebabkan perilaku bunuh diri.
Gangguan kejiwaan lain yang mungkin menyebabkan perilaku bunuh diri,
meliputi gangguan penyalahgunaan ansietas. Insomnia berat dikaitkan
dengan peningkatan risiko bunuh diri, meskipun dengan tidak adanya
depresi.

Penggunaan alkohol, terutama kombinasi alkohol dan barbuturat,


meningkatkan risiko bunuh diri. Psikotes terutama dengan halusinasi
perintah (command hallucination), menimbulkan risiko lebih tinggi dari
biasanya. Selain itu, faktor yang turut meningkatkan risiko bunuh diri
adalah penderitaan dengan penyakit kronis yang menyakitkan atau
melumpuhkan.

c. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis, merupakan respons individu yang merasa terpisah dan
terlepas dari arus utama masyarakat. Integrasi kurang dan individu tidak
merasa menjadi bagian drai kelompok kohesif (seperti keluarga atau
gereja).
2) Faktor psikologis, merupakan kebalikan dari bunuh diri egoistik.
Individu yang rentan terhadap bunuh diri altruistik adalah individu yang
secara berlebihan diintegrasikan kedalam kelompok. Kelompok ini
sering diatur oleh ikatan budaya, agama atau politik, dan kesetiaan yang
kuat, sehingga individu bersedia mengorbankan hidupnya untuk
kelompok tersebut.
3) Faktor sosial budaya, terjadi sebagai respons terhadap perubahan yang
terjadi dalam kehidupan seseorang (misalnya: perceraian, kehilangan
pekerjaan) yang mengganggu perasaan keterkaitan dengan kelompok.

d. Faktor presipitasi
Faktor pencetur risiko bunuh diri adalah:
1) Kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan
yang berarti
2) Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress
3) Perasaan marah atau bermusuhan dimana bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan

e. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan klien yang
menunjukkan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung denagn
data hasil wawancara dan observasi.
1) Data subjektif
a) Merasa hidupnya tak berguna lagi
b) Ingin mati
c) Pernah mencoba bunuh diri
d) Mengancam bunuh diri
e) Merasa bersalah, sedih, marah, putus asa, tidak berdaya
2) Data objektif
a) Ekspresi murung
b) Tak bergairah
c) Banyak diam
d) Ada bekas percobaan bunuh diri

Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat ditemukan melalui wawancara
dengan pertanyaan sebagai berikut:

(1) Bagaimana perasaan klien saat ini ?


(2) Bagaimana penilaian klien terhadap dirinya ?
(3) Apakah klien mempunyai pikiran ingin mati ?
(4) Berapa sering muncul pikiran ingin mati ?
(5) Katan terakhir berpikir ingin mati ?
(6) Apakah saat ini masih terpikir untuk melakukan perilaku bunuh diri ?

Tanda dan gejala risiko bunuh diri yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah :

(a) Klien tampak murung


(b) Klien tidak bergairah
(c) Klien tampak banyak diam
(d) Ditemukannya adanya bekas percobaan bunuh diri

f. Sumber koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan
kultural. Berdasarkan motivasi seseorang terdapat tiga sebkategori bunuh
diri, yaitu:
1) Bunuh diri egoistik, yaitu akibat seseorang yang mempunya hubungan
sosail yang buruk
2) Bunuh diri altruistik, yaitu akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
3) Bunuh diri anomik, yaitu akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu.

g. Mekanisme Koping
Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilangan batas
realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem
pendukung, melihat diri sendiri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkatan (denial). Sementara
itu, mekanisme koping yang paling menonjol adalah rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
RISIKO CEDERA/ KEMATIAN

RISIKO BUNUH DIRI

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Risiko Bunuh Diri


Definisi
Berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan.
Faktor Risiko
a. Gangguan perilaku ( mis. Euforia mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah banyak )
b. Demografi ( mis. Lansia, status perceraian, janda/duda, ekonomi rendah,
pengangguran )
c. Gangguan fisik ( mis. Nyeri kronis, penyakit terminal )
d. Masalah social ( mis. Berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi social ).
e. Gangguan psikologis ( mis. Penganiayaan masa kanak-kanak, riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homo seksual, gangguan psikiatrik,
penyalahgunaan zat ).
Kondisi klinis terkait
1) Sindrom Otak akut/ Kronis
2) Ketidak seimbangan Hormon ( mis. Premenstrual syndrome, postpartum
psychosis )
3) Penyalahgunaan zat
4) Post traumatic stress disorders ( PTSD)
5) Penyakit Kronis/ Terminal (mis. Kanker )

3. Intervensi keperawatan

DIAGNOS PERENCANAAN
A
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
KEPERA (tuk/tum)
WATAN
Dx 1: Risiko TUM: Pasien 1.1 Bina hubungan Kepercayaan
bunuh diri: Pasien tidak menunjukan saling percaya dari pasien
dengan merupakan hal
Ancaman/ mencederai tanda-tanda mengemukakan yang akan
Percobaan dirinya sendiri percaya kepada prinsip komunikasi memudah
terapeutik: perawat dalam
Bunuh Diri atau tidak perawat melalui:
a. Mengucapkan melakukan
melakukan a. Ekspresi wajah pendekatan
salam terapeutik.
bunuh diri. cerah, keperawatan
Sapa pasien atau intervensi
tersenyum selanjutnya
dengan ramah,
b. Mau berkenalan terhadap pasien
baik verbal
TUK 1: c. Ada kontakmata
ataupun non
Pasien dapat d. Bersedia
verbal
membina menceritakan
b. Berjabat tangan
hubungan perasaannya
dengan pasien
saling e. Bersedia
c. Perkenalkan diri
percaya. mengungkapka
d. Tanyakan nama
n masalah lengkap pasien
dan nama
panggilan yang
disukai pasien
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu pasien
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya
h. Beri perhatian
kepada pasien dan
perhatian
kebutuhan dasar
pasien
Kriteria Evaluasi: 2.1 Menemani pasien Pasien tidak
TUK 2: Pasien tetap aman, terus-menerus melakukan
terlindungi, dan sampai dia dapat tindakan
Pasien tetap dipindahkan percobaan bunuh
aman dan selamat.
ketempat yang diri
terlindungi aman
2.2. Menjauhkan
semua benda-
benda yang
berbahaya atau
berpotensi
membahayakan
pasien (misalnya:
pisau, silet, kaca,
gelas, ikat
pinggang).
2.3. Mendapatkan
orang yang dapat
dengan segera
membawa pasien
kerumah sakit
untuk pengkajian
lebih lanjut dan
kemungkinan
dirawat
2.4 memeriksa
apakah pasien
benar-benar telah
meminum
obatnya, jika
pasien
mendapatkan obat
2.5 dengan lembut
menjelaskan
kepada pasien
bahwa anda
(perawat) akan
melindungi pasien
sampai tidak ada
keinginan bunuh
diri
Dx 2: TUK 1: Kriteria Evaluasi: 1.1 Mendiskusikan
Risiko bunuh Pasien Pasien tetap dalam cara mengatasi
keinginan bunuh
diri: mendapat keadaan aman dan diri, yaitu dengan
Isyarat perlindungan selamat meminta bantuan
dari keluarga atau
bunuh diri dari
teman
lingkungannya
TUK 2: KriteriaEvaluasi: 2.1 memberi Penguatan
Pasien dapat Pasien mampu kesempatan (reinforcement)
pasien untuk positif akan
meningkatkan meningkatkan mengungkapkan meningkatkan
harga dirinya harga dirinya perasaannya harga diri pasien
2.2 berikan pujian
bila pasien dapat
mengatakan
perasaan positif
2.3 meyakinkan
pasien bahwa
dirinya penting
2.4 merencanakan
aktivitas yang
pasien dapat
lakukan
TUK 3: KriteriaEvaluasi: 3.1 mendiskusikan Pasien tidak
Meningkatkan Pasien mampu dengan pasien mencoba
cara melakukan
kemampuan menggunakan cara menyelesaikan tindakan bunuh
pasien dalam penyelesaian yang masalah diri
3.2 mendikusikan
memecahkan baik
dengan pasien
masalah tentang efektifitas
tiap-tiap cara
penyelesaian
masalah tersebut
3.3 mendiskusikan
dengan pasien
cara
menyelesaikan
masalah yang
lebih baik
TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Mendiskusikan Meningkatan
Meningkatkan Pasien mampu dengan pasien kepercayaan diri
tentang harapan dan harapan
kemampuan menyusun rencana pasien pasien serta
menyusun masa depan 4.2 mendiskusikan mencegah
cara-cara perilaku
rencana masa
mencapai masa distruktif diri
depan depan
4.3 melatih pasien
langkah-langkah
kegiatan
mencapai masa
depan
4.4. mendiskusikan
dengan pasien
efektifitas
masing-masing
kegiatan
mencapai masa
depan
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1. Mengajarkan
Meningkatkan Keluarga keluarga tentang
pengetahuan mengetahui tanda tanda dan gejala
dan kesiapan dan gejala bunuh bunuh diri yang
keluarga diri serta muncul pada
dalam perawatannya pasien dan tanda
merawat terhadap anggota dan gejala yang
pasien dengan keluarga dengan umumnya muncul
risiko bunuh risiko bunuh diri pada pasien
diri. berisiko bunuh
diri.
5.2. Mengajarkan
cara melindungi
pasien dari
perilaku bunuh
diri, seperti:
a. mendiskusikan
cara yang dapat
dilakukan jika
pasien
memperlihatkan
tanda dan gejala
bunuh diri.
b. memberikan
tempat aman
c. menjauhkan
barang-barang
yang berfotensi
digunakan
untuk bunuh
diri
d. senantia
samelakukan
pengawasan
5.3. Mengajarkan
keluarga tentang
hal-hal yang
dapat dilakukan
apabila pasien
melakukan
percobaan bunuh
diri, yaitu:
a. mencari
bantuan pada
tetangga
sekitar atau
pemuka
masyarakat.
b. segera
membawa
pasien
kerumah sakit
atau
puskesmas
untuk
mendapatkan
penanganan
medis.
5.4. membantu
keluarga mencari
rujukan fasilitas
kesehatan yang
tersedia bagi
pasien dengan
cara:
a. memberikan
informasi
tentang nomor
telepon darurat
tenaga
kesehatan
b. menganjurkan
keluarga untuk
mengantarkan
pasien
berobat/control
secara teratur.
c. menganjurkan
pasien
membantu
pasien
meminum obat
sesuai prinsip
5 benar
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan


Jiwa Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai