DI SUSUN OLEH:
4338114901210039
2. Etiologi
Pada umumnya, penyebab utama dari bunuh diri adalah ketidak mampuan
individu menyelesaikan masalah. Etiologic dari risiko bunuh diri meliputi :
a. Faktor genetic
Faktor genetic mempengaruhi terjadinya risiko bunuh diri pada
keturunanannya. Lebih sering terjadi pada kembar monoziygot dari pada
kembar dizygot. Disamping itu, terdapat penurnan serotonin yang dapat
menyebabkan depresi. Hal ini turut berkontribusi pada terjadinya risiko
bunuh diri
b. Faktor biologis
Faktor ini bisanya berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu, seperti
adanya penyakit kronis atau kondisi medis tertentu, seperti stroke,
gangguan kerusakan kognitif ( dimensia), diabetes, penyakit arteri
koronaria, kanker, Hiv/Aids dan lain-lain.
c. Faktor psikososial dan lingkungan.
Berdasarkan teori psikoanalitik/ psikodinamika, bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi dan kemarahan, perasaan
negative terhadap diri sendiri dan terakhir depresi. Sementara itu,
berdasarkan teori perilaku kognitif, back menyatakan bahwa hal ini
berkaitan dengan adanya pola kognitif yang berkembang, memandang
rendah diri sendiri
d. Stressor lingkungan
Kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya system dukungan
social. Durkheim membagi suicide kedalam tiga kategori, yaitu : egoistic
( orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social ), altruistic
( melakukan bunuh diri untuk kebaikan orang lain ), anomic ( bunuh diri
karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi
dengan stressor.
Keterangan :
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu mempunyai pengharapan,
keyakinan, dan kesadaran diri meningkat. Seseorang dapat meningkatkan
proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhdapa situasional yang
membutuhkan pertahanan diri.
b. Pengambilan risko yang meningkatkan pertumbuhan merupakan posisi
pada rentang yang masih normal dialami oleh seorang individu yang
sedang dalam perkembangan perilaku.
c. Destruktif diri tak langsung merupakan pengambilan sikap yang kurang
tepat (maladaptive) terhadap situasi pemertahanan diri. Perilaku ini
melibatkan setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan
dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak, mengebut,
berjudi, tindakan criminal, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara social dan perilaku yang menimbulkan stress
d. Pencederaan diri yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja
e. Bunuh diri yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan.
a) Faktor Risiko versi Hatton, Valente, dan Rink (1977 dalam Yusf., 205)
c. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis, merupakan respons individu yang merasa terpisah dan
terlepas dari arus utama masyarakat. Integrasi kurang dan individu tidak
merasa menjadi bagian drai kelompok kohesif (seperti keluarga atau
gereja).
2) Faktor psikologis, merupakan kebalikan dari bunuh diri egoistik.
Individu yang rentan terhadap bunuh diri altruistik adalah individu yang
secara berlebihan diintegrasikan kedalam kelompok. Kelompok ini
sering diatur oleh ikatan budaya, agama atau politik, dan kesetiaan yang
kuat, sehingga individu bersedia mengorbankan hidupnya untuk
kelompok tersebut.
3) Faktor sosial budaya, terjadi sebagai respons terhadap perubahan yang
terjadi dalam kehidupan seseorang (misalnya: perceraian, kehilangan
pekerjaan) yang mengganggu perasaan keterkaitan dengan kelompok.
d. Faktor presipitasi
Faktor pencetur risiko bunuh diri adalah:
1) Kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan
yang berarti
2) Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress
3) Perasaan marah atau bermusuhan dimana bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan
Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat ditemukan melalui wawancara
dengan pertanyaan sebagai berikut:
Tanda dan gejala risiko bunuh diri yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah :
f. Sumber koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan
kultural. Berdasarkan motivasi seseorang terdapat tiga sebkategori bunuh
diri, yaitu:
1) Bunuh diri egoistik, yaitu akibat seseorang yang mempunya hubungan
sosail yang buruk
2) Bunuh diri altruistik, yaitu akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
3) Bunuh diri anomik, yaitu akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu.
g. Mekanisme Koping
Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilangan batas
realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem
pendukung, melihat diri sendiri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkatan (denial). Sementara
itu, mekanisme koping yang paling menonjol adalah rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
RISIKO CEDERA/ KEMATIAN
3. Intervensi keperawatan
DIAGNOS PERENCANAAN
A
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
KEPERA (tuk/tum)
WATAN
Dx 1: Risiko TUM: Pasien 1.1 Bina hubungan Kepercayaan
bunuh diri: Pasien tidak menunjukan saling percaya dari pasien
dengan merupakan hal
Ancaman/ mencederai tanda-tanda mengemukakan yang akan
Percobaan dirinya sendiri percaya kepada prinsip komunikasi memudah
terapeutik: perawat dalam
Bunuh Diri atau tidak perawat melalui:
a. Mengucapkan melakukan
melakukan a. Ekspresi wajah pendekatan
salam terapeutik.
bunuh diri. cerah, keperawatan
Sapa pasien atau intervensi
tersenyum selanjutnya
dengan ramah,
b. Mau berkenalan terhadap pasien
baik verbal
TUK 1: c. Ada kontakmata
ataupun non
Pasien dapat d. Bersedia
verbal
membina menceritakan
b. Berjabat tangan
hubungan perasaannya
dengan pasien
saling e. Bersedia
c. Perkenalkan diri
percaya. mengungkapka
d. Tanyakan nama
n masalah lengkap pasien
dan nama
panggilan yang
disukai pasien
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu pasien
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya
h. Beri perhatian
kepada pasien dan
perhatian
kebutuhan dasar
pasien
Kriteria Evaluasi: 2.1 Menemani pasien Pasien tidak
TUK 2: Pasien tetap aman, terus-menerus melakukan
terlindungi, dan sampai dia dapat tindakan
Pasien tetap dipindahkan percobaan bunuh
aman dan selamat.
ketempat yang diri
terlindungi aman
2.2. Menjauhkan
semua benda-
benda yang
berbahaya atau
berpotensi
membahayakan
pasien (misalnya:
pisau, silet, kaca,
gelas, ikat
pinggang).
2.3. Mendapatkan
orang yang dapat
dengan segera
membawa pasien
kerumah sakit
untuk pengkajian
lebih lanjut dan
kemungkinan
dirawat
2.4 memeriksa
apakah pasien
benar-benar telah
meminum
obatnya, jika
pasien
mendapatkan obat
2.5 dengan lembut
menjelaskan
kepada pasien
bahwa anda
(perawat) akan
melindungi pasien
sampai tidak ada
keinginan bunuh
diri
Dx 2: TUK 1: Kriteria Evaluasi: 1.1 Mendiskusikan
Risiko bunuh Pasien Pasien tetap dalam cara mengatasi
keinginan bunuh
diri: mendapat keadaan aman dan diri, yaitu dengan
Isyarat perlindungan selamat meminta bantuan
dari keluarga atau
bunuh diri dari
teman
lingkungannya
TUK 2: KriteriaEvaluasi: 2.1 memberi Penguatan
Pasien dapat Pasien mampu kesempatan (reinforcement)
pasien untuk positif akan
meningkatkan meningkatkan mengungkapkan meningkatkan
harga dirinya harga dirinya perasaannya harga diri pasien
2.2 berikan pujian
bila pasien dapat
mengatakan
perasaan positif
2.3 meyakinkan
pasien bahwa
dirinya penting
2.4 merencanakan
aktivitas yang
pasien dapat
lakukan
TUK 3: KriteriaEvaluasi: 3.1 mendiskusikan Pasien tidak
Meningkatkan Pasien mampu dengan pasien mencoba
cara melakukan
kemampuan menggunakan cara menyelesaikan tindakan bunuh
pasien dalam penyelesaian yang masalah diri
3.2 mendikusikan
memecahkan baik
dengan pasien
masalah tentang efektifitas
tiap-tiap cara
penyelesaian
masalah tersebut
3.3 mendiskusikan
dengan pasien
cara
menyelesaikan
masalah yang
lebih baik
TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Mendiskusikan Meningkatan
Meningkatkan Pasien mampu dengan pasien kepercayaan diri
tentang harapan dan harapan
kemampuan menyusun rencana pasien pasien serta
menyusun masa depan 4.2 mendiskusikan mencegah
cara-cara perilaku
rencana masa
mencapai masa distruktif diri
depan depan
4.3 melatih pasien
langkah-langkah
kegiatan
mencapai masa
depan
4.4. mendiskusikan
dengan pasien
efektifitas
masing-masing
kegiatan
mencapai masa
depan
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1. Mengajarkan
Meningkatkan Keluarga keluarga tentang
pengetahuan mengetahui tanda tanda dan gejala
dan kesiapan dan gejala bunuh bunuh diri yang
keluarga diri serta muncul pada
dalam perawatannya pasien dan tanda
merawat terhadap anggota dan gejala yang
pasien dengan keluarga dengan umumnya muncul
risiko bunuh risiko bunuh diri pada pasien
diri. berisiko bunuh
diri.
5.2. Mengajarkan
cara melindungi
pasien dari
perilaku bunuh
diri, seperti:
a. mendiskusikan
cara yang dapat
dilakukan jika
pasien
memperlihatkan
tanda dan gejala
bunuh diri.
b. memberikan
tempat aman
c. menjauhkan
barang-barang
yang berfotensi
digunakan
untuk bunuh
diri
d. senantia
samelakukan
pengawasan
5.3. Mengajarkan
keluarga tentang
hal-hal yang
dapat dilakukan
apabila pasien
melakukan
percobaan bunuh
diri, yaitu:
a. mencari
bantuan pada
tetangga
sekitar atau
pemuka
masyarakat.
b. segera
membawa
pasien
kerumah sakit
atau
puskesmas
untuk
mendapatkan
penanganan
medis.
5.4. membantu
keluarga mencari
rujukan fasilitas
kesehatan yang
tersedia bagi
pasien dengan
cara:
a. memberikan
informasi
tentang nomor
telepon darurat
tenaga
kesehatan
b. menganjurkan
keluarga untuk
mengantarkan
pasien
berobat/control
secara teratur.
c. menganjurkan
pasien
membantu
pasien
meminum obat
sesuai prinsip
5 benar
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI