KAJIAN KEPUSTAKAAN
tahapan proses audit secara lengkap dan mempertahankan sikap skeptisme dalam
selama proses audit untuk memastikan agar menghasilkan kualitas audit yang baik
kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi
tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.
pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh
11
12
akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar di bandingkan dengan KAP yang kecil
(De Angelo, 2013:2). Latar belakang institusional dan hukum yang berbeda yang
membedakan audit sektor pemerintah dengan audit sektor swasta, di mana audit
sektor pemerintah mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta
akuntan publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit
informasi yang lebih baik kepada pengguna informasi antara pihak manajemen
dengan pemilik.
melaporkan salah saji tergantung pasa independensi auditor (Angelo, 2009). Hasil
menyajikan kualitas audit yang besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih
Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi.
Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lebih lanjut,
persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari
Menurut Deis (2012:464) ada dua faktor yang menentukan kualitas audit
1. Kapasitas teknikal auditing yang telah diatur dalam auditing standar pada
standar umum ayat 1, auditing harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,
serta standar umum ayat 3, bahwa dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Independensi auditor
Independensi auditor yang merupakan salah satu konsep dasar struktur
teori auditing Deis (2012:464). Namun dalam konteks pemerintah
independensi auditor tidak sama dengan konteks dari dunia usaha. Dalam
hal ini ada dua aspek independensi yaitu :
2.2. Independensi
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri
16
pendapatnya.
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Mayangsari, (2009).
dimiliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting
ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun
lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor
mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance) (Mulyadi, 2009 : 62).
Jadi Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga
oleh akuntan publik, dimana akuntan publik tidak mudah dipengaruhi Karena ia
tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada
publik.
auditor. Ini dibuktikan bahwa didalam kode etik dan norma pemeriksaan akuntan
terdapat independensi. Profesi akuntan public ini mempunyai cirri yang berbeda
dengan profesi-profesi lain yang juga menyediakan jasa bagi masyarakat. Profesi
Puradiredja, 2010:3) yaitu : (1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien, (2) Tingkat persaingan antara Kantor akuntan Publik, (3) Pemberian
jasa lain selain audit, (4) Lamanya penugasan pada klien yang sama, (5) Ukuran
independensi akuntan :
diukur melalui : Lamanya hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari
pendapat meskipun segala prosedur audit yang dibutuhkan (Arens dan Loebbecke,
2011:21).
2.3. Profesionalisme
pada akhirnya dapat memberi keyakinan terhadap laporan keuangan bagi sebuah
perusahaan atau organisasi dimana auditor bekerja. Oleh karena itu, auditor
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Trisnaningsih (2007).
dalam sikap dan perilaku mereka. Untuk mengukur tingkat profesionalisme bukan
profesional.
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang
etika profesi yang telah ditetapkan (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
cermat dam seksama (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Auditor dalam
auditor tidak boleh bertindak ceroboh atau dengan niat buruk, tetapi mereka juga
jawab yang semakin besar. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kualitas, mutu dan tindak tanduk
menitikberatkan pada cerminan tingkah laku seseorang dalam hal ini adalah
professional sceptism yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit
Auditor yang gagal dalam menerapkan sikap skeptis maka akan menghasilkan
opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik
Kata etika berasal dari bahasa Latin “ethica”, yang berarti falsafah moral.
Ia merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang
budaya, susila, serta agama (Maryani dan Ludigdo, 2011). Dalam perbendaharaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), kata etika memiliki beberapa arti, yaitu
(1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (2) nilai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat, dan (3) ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
juga merupakan kode perilaku moral yang mewajibkan kita untuk tidak hanya
Menurut Maryani dan Ludigdo (2011), etika secara harfiah berasal dari
kata Yunani “ethos”, yang artinya sama persis dengan moralitas, yaitu adat
kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik ini lalu menjadi sistem nilai yang
berfungsi sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku yang baik dan buruk. Dari
aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
23
sekelompok/segolongan manusia/masyarakat/profesi.
Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut
dengan kaidah etika profesional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi
tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi,
masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat jika profesi tersebut
mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan
merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode
etik profesi yang dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam kode etik IAI, ditetapkan delapan prinsip etika profesi yang merupakan
landasan perilaku etika profesional, memberikan kerangka dasar bagi aturan etika,
kurangnya enam unit organisasi, yaitu: Kantor Akuntan Publik, Unit Peer Review
RI, dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Selain keenam
unit organisasi tadi, pengawasan terhadap Kode Etik diharapkan dapat dilakukan
sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP (Maryani dan Ludigdo, 2011). Hal
ini tercermin di dalam rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 1 dan
2, yang berbunyi:
1. Setiap anggota harus selalu mempertahankan nama baik profesi dan etika
profesi serta hukum Negara dimana ia melaksanakan pekerjaannya.
2. Setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas, dan
independensi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan
integritas, ia akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan
fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Dengan mempertahankan
objektivitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan
permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Dengan
mempertahankan independensi, ia tidak akan terpengaruh dan tidak
dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan.
1 (b) disebutkan :
pada kode etik. Dan ia tetap bertanggungjawab atas pekerjaan tersebut secara
25
memiliki ahli lain untuk memberi saran atau bila merekomendasikan ahli lain itu
kepada kliennya”.
atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui proses
penentuan yang kompleks (dengan menyeimbangkan sisi dalam (inner) dan sisi
luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran
dari masing-masing individu), sehingga dia dapat memutuskan tentang apa yang
kualitas audit.
dengan adanya profesionalisme dan pengalaman kerja dan keahlian audit dapat
kualitas audit, hal ini membuktikan bahwa dengan adanya pengalaman kerja dan
integritas yang dimiliki oleh akuntan akan memberikan dampak pada peningkatan
kualitas audit.
Tabel 2.1.
Hasil-Hasil Deskripsi Penelitian Sebelumnya
Peneliti Variabel
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
(tahun) Penelitian
1 Mahardi Pengaruh Profesionalisme, Profesionalisme, Objek
ka, Profesionalisme, Pengalaman pengalaman kerja, penelitian,
Herawat Pengalaman Kerja, Kerja, Keahlian keahlian audit, lokasi dan
i, & Keahlian Audit, Audit, independensi, etika responden
Independensi dan Etika Independensi, pemeriksa berpengaruh penelitian
Putra,
Pemeriksa Terhadap Etika Pemeriksa, signifikan terhadap
2015 Kualitas Hasil Kualitas Audit kualitas audit.
Pemeriksaan
2 Futri & Pengaruh Independensi Tingkat pendidikan, Objek
Juliarsa, Independensi, Profesionalisme, etika profesi, kepuasan penelitian,
(2014) Profesionalisme, Tingkat kerja auditor lokasi dan
Tingkat Pendidikan, Pendidikan, Etika berpengaruh terhadap responden
Etika Profesi, Profesi, kualitas audit. penelitian
Pengalaman dan Pengalaman, Independensi, Kepuasan kerja
Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja, profesionalisme,
Auditor Pada Kualitas Kualitas Audit pengalaman tidak
Audit Kantor Akuntan berpengaruh terhadap
27
seorang auditor, maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Agestino
28
audit, maka semakin baik kualitas audit yang akan dihasilkan. Profesionalisme
pada hakikatnya merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang yang
laporan audit. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang
auditor adalah karena harapan mereka untuk mendapatkan suatu pandangan yang
mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen
dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam
sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan
signifikan yang bagi pihak ketiga yang layak dan mempunyai cukup informasi
29
dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan
terhadap sesamanya (Alim,et al, 2011). Sedangkan menurut Maryani dan Ludigdo
mengatur perilaku manusia baik yang harus dilakukan maupun yang harus
Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu kepada Standar
Audit dan Kode Etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar
audit.
pengalaman auditor, fee audit, dan motivasi auditor yang telah dilakukan.
Diantaranya dilakukan oleh Elisha dan Icuk (2010) yang menguji pengaruh
audit. Responden dalam penelitian ini adalah KAP BIG FOUR yang ada di
Kemudian oleh Alim, Hapsari, dan Purwanti (2011) yang menguji pengaruh
kompetensi, independensi, etika auditor, dan kualitas auditor. Hasil penelitian ini
Independensi H1
H2 Kualitas
Profesionalisme
Audit
H3
Etika Profesi
H4
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
2.7. Hipotesis
Aceh.
31
Inspektorat Aceh.
Aceh.