Anda di halaman 1dari 10

PERPAJAKAN

Nama : Widia Indar Ismawati

NIM : 203209108

Kelas : Akuntansi 3A

Materi Resume :
1. PPh final UMKM (Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018)
2. PPh pasal 4 ayat 2 atas jasa kontruksi.
3. PPh pasal 4 ayat 2 atas pengalihan Tanah dan Bangunan.
4. PPh pasal 4 ayat 2 atas sewa Tanah dan Bangunan, bunga tabungan/giro.
5. PPh pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian, bunga simpanan koperasi.

I. PPh final UMKM (Peraturan Pemerintahan Nomor 23 Tahun 2018)


A. Dasar Hukum
1. PP 23 TAHUN 2018 (Berlaku sejak 1 Juli 2018) tentang PPh atas penghasilan dari
usaha yang diterima atau diperoleh WP yang memiliki peredaran bruto tertentu.
2. PMK-99/PMK.03/2018 (berlaku sejak 27 Agustus 2018) tentang Pelaksanaan PP
23 TAHUN 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
B. Jangka Waktu Berlakunya PPh Final PP 23 Tahun 2018
Jangka waktu berlakunya pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final PP 23
TAHUN 2018 terhitung sejak:
1. Tahun Pajak Wajib Pajak terdaftar, bagi Wajib Pajak yang terdaftar sejak
berlakunya PP 23 TAHUN 2018(sejak 1 Juli 2018), atau
2. Tahun Pajak berlakunya PP 23 TAHUN 2018 (sejak 2018), bagi Wajib Pajak yang
telah terdaftar sebelum berlakunya PP 23 TAHUN 2018
Jangka waktu tersebut diberikan paling lama:
1. 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi;
2. 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan
komanditer, atau firma; dan
3. 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas.
C. Yang dikenakan PPh Final dan Kriteria yang Dikenakan PPh Final
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
dalam jangka waktu tertentu. (Pasal 2 ayat (1) PP 23 TAHUN 2018).

D. Penghasilan yang dikenakan PPh Final


Yang menjadi objek adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri, kecuali: (Pasal 2 ayat (3) PP 23 TAHUN 2018)

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas.
• Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi: (Pasal 2 ayat (4) PP 23 TAHUN
2018)
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, / PPAT, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, dan penari;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Agen iklan;
7. Pengawas atau pengelola proyek;
8. Perantara;
9. Petugas penjaja barang dagangan;
10. Agen asuransi;
11. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan kegiatan
sejenis lainnya.
E. Wajib Pajak Dalam Negeri yang dikenakan PPh Final
1. WP Dalam Negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah WP yang
memenuhi kriteria sebagai berikut: (Pasal 3 ayat (1) PP 23 TAHUN 2018)
2. Wajib Pajak orang pribadi; dan
3. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau
perseroan terbatas yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran
bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)
dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
F. Tidak Termasuk Wajib Pajak yang Dikenai PPh Final PP 23
1. Wajib Pajak memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17
UU PPh.
2. Wajib Pajak yang memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal
17 UU PPh WAJIB menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak,
dan untuk Tahun Pajak – Tahun Pajak berikutnya tidak dapat dikenai Pajak
Penghasilan berdasarkan PP 23 TAHUN 2018 ini.
3. Wajib Pajak badan berbentuk CV atau firma yang dibentuk oleh beberapa Wajib
Pajak orang pribadi yang memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa sejenis
dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
4. Wajib Pajak badan memperoleh fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 31A
UU PPh atau Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan
beserta perubahan atau penggantinya;
5. Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap
G. Tarif Pajak UMKM dan Cara Perhitungannya
Besarnya tarif PPh yang bersifat final adalah 0,5% (nol koma lima persen).
DPP yang digunakan untuk menghitung PPh yang bersifat final adalah jumlah
peredaran bruto setiap bulan.
Peredaran bruto yang dijadikan dasar pengenaan pajak merupakan imbalan atau nilai
pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh dari usaha, sebelum
dikurangi potongan penjualan, potongan tunai, dan/atau potongan sejenis.
PPh terutang = tarif dikalikan dengan dasar pengenaan pajak.
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak Penghasilan
final yang peredaran brutonya pada Tahun Pajak berjalan telah melebihi Rp 4,8 miliar,
atas penghasilan dari usaha tetap dikenai tarif Pajak Penghasilan sebesar 0,5% (nol
koma lima persen) sampai dengan akhir Tahun Pajak bersangkutan. (Pasal 7 ayat (1)
PP 23 Tahun 2018)
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
yang memiliki peredaran bruto tertentu pada Tahun Pajak berjalan telah melebihi Rp
4,8 miliar maka penghasilan yang diterima atau diperoleh pada Tahun Pajak – Tahun
Pajak berikutnya dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a,
Pasal 17 ayat (2a), atau Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan. (Pasal 7 ayat (2)
PP 23 TAHUN 2018).
H. Contoh Perhitungan
PT CCC merupakan usaha yang bergerak di bidang restoran dengan omzet sebesar
Rp4,8 miliar setahun yang didirikan pada 2021 dan langsung mendaftarkan diri
menggunakan PPh Final UMKM PP 23 Tahun 2018.
Dengan asumsi pendapatan bruto setiap bulannya adalah Rp400.000.000 sebulan.
Maka perhitungan pajak penghasilan PT CCC adalah:
Omzet Bruto x Tarif PPh PP 23 Tahun 2018 =
= Rp4.800.000.000 x 0,5% = Rp24.000.000 setahun
Sedangkan perhitungan PPh Final 0,5% per bulannya adalah:
= Rp400.000.000 x 0,5% = Rp2.000.000
I. Batas Waktu Pembayaran Bulanan
Penyetoran sendiri Pajak Penghasilan terutang wajib dilakukan untuk setiap tempat
kegiatan usaha setiap bulan paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. (Pasal 4 ayat 2 dan 3 PMK-99/PMK.03/2018).
II. PPh pasal 4 ayat 2 atas Jasa Kontruksi.
A. Pengertian
Jasa konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan
suatu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk
membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain, yang mana pemanfaatan bangunan
tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pengguna bangunan
tersebut.
B. Objek Pajak
1. Jasa Perencanaan Konstruksi
2. Jasa Pelaksana Konstruksi
3. Jasa Pengawasan Konstruksi
Objek pajak penghasilan dari jasa konstruksi ini secara garis besar terbagi dua :
1. Penghasilan dari pelaksanan konstruksi (kontraktor)
2. Penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)
C. Tarif Pajak Final PPh 4 Ayat 2 Konstruksi
1. Jasa Perencanaan Konstruksi
Usaha jasa perencanaan konstruksi dikenakan tarif PPh 4 ayat 2 konstruksi sebesar:

• 4% jika kontraktor mempunyai Sertifikat Badan Usaha (SBU).


• 6% jika kontraktor tidak mempunyai sertifikat kualifikasi usaha SBU.
Tarif tersebut dikalikan dengan nilai kontrak (tidak termasuk PPN).
2. Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Sedangkan untuk jasa pelaksanaan konstruksi dikenakan tarrif PPh 4 ayat 2 konstruksi
sebesar:
• 2% jika kontraktor mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha kecil (kelompok grade 1,
grade 2, grade 3 dan grade 4)
• 3% jika kontraktor mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha menengah maupun besar
(kelompok grade 5, grade 6 maupun grade 7)
• 4% diperuntukkan jika kontraktor tidak mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha.
Tarif tersebut dilakikan dengan nilai kontrak (tidak termasuk PPN).
3. Jasa Pengawasan Konstruksi
Tarif PPh 4 ayat 2 konstruksi untuk jasa pengawasan konstruksi sebesar:

• 4% jika kontraktor mempunyai sertifikat kualifikasi usaha.


• 6% jika kontraktor tidak mempunyai sertifikat kualifikasi usaha.
Tarif tersebut dilakukan dengan nilai kontrak (tidak termasuk PPN).
D. Contoh Perhitungan
PT Jaya Makmur merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa
Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Sub Bidang
Bangunan-bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi besar gred 6.
PT Jaya Makmur pada tahun 2013 ditunjuk oleh CV Lukito selaku pemilik Rumah Sakit
Sentosa untuk membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai unit kesehatan ibu
dan anak dengan nilai kontrak sebesar Rp25.000.000.000 tidak termasuk PPN.
PT Jaya Makmur menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada
tanggal 15 Juli 2013 sebesar Rp5.000.000.000. Termin pembayaran akan dilakukan sesuai
dengan tingkat penyelesaian, yaitu:
Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 25%;
Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 50%;
Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000 setelah pekerjaan selesai 75%;
Sisa Rp5.000.000.000 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan Rumah Sakit Sentosa harus diselesaikan oleh PT Jaya Makmur paling lama
tanggal 31 Desember 2015 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukan oleh CV Lukito
terkait pembayaran uang muka kontrak dan termin pertama apabila dilakukan pada tanggal
31 Desember 2013?
Jawab:
Pembayaran uang muka kontrak:
Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah
3% x Rp5.000.000.000 = Rp150.000.000.
Pembayaran termin pertama:
Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah
3% x Rp5.000.000.000 = Rp150.000.000.
E. Batas waktu pembayaran atau pelaporan PPh 4 ayat 2 konstruksi
1. Tanggal Pembayaran PPh 4 Ayat 2
Pembayaran PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas usaha jasa konstruksi dilakukan paling lambat
pada:

• Tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh pengguna jasa, atau;
• Tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh pemberi jasa.
2. Tanggal Pelaporan PPh 4 Ayat 2
20 Hari setelah bulan dilakukan pemotongan pajak atau penerimaan pembayaran.
III. PPh pasal 4 ayat 2 atas pengalihan Tanah dan Bangunan
A. Objek
Pengalihan hak atas tanah atau bangunan yaitu :
1. Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah.
2. Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang
disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
3. Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang
memerlukan persyaratan khusus.
B. Tarif
PPh yang dikenakan atas :
1. Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan
hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain
pemerintah ; dan
2. Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang
disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus.
Sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah atau bangunan.
Sedangkan pengalihan atas pengalihak hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah atau bangunan dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 1% dari
jumlah bruto nilai pengalihhan hak atas tanah atau bangunan tersebut.
C. Pemotong
1. Untuk transaksi penjualan, tukar-menukar,perjanjian pemindahan hak,pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain
pemerintah, PPh terutang wajib dibayar sendiri atau badan yang bersangkutan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) pada bank persepsi dan kantor Pos dan Giro,
sebelum akta, keputusan,perjanjian,kesepakatan atau risalah lelang ditanda tangani oleh
pejabat yang berwenang.
2. Untuk penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang
disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus
PPh terutang dipungut oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran
atau pejabat yang menyetujui tukar-menukar.
D. Pengecualian
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan di atas
adalah :
1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak
yang melakukan pengakihan hak atas tanah atau bangunan dengan jumlah bruto
pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah.
2. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah atau bangunan kepada Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.
3. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah atau bangunan dengan cara hibah
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu sederajat, badan
keagamaan,badan pendidikan,badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan,sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha,pekerjaan,kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah atau bangunan dengan cara hibah kepada
badan keagamaan, badan pendidikan badan sosial termasuk yayasan koperasi atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada
hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangjutan;atau
5. Pengalihan hak atas tanah atau bangunan atau bangunan karena warisan.
6. Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak
Penghasilan diatas adalah pengalihan hak atas tanah atau bangunan yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.
E. Contoh Perhitungan
Pemerintah kota Arcapada hendak menjalankan suatu mega proyek pembangunan yang
bertujuan guna kepentingan umum yang bersifat tidak memerlukan persyaratan
khusus. Atas luasnya area yang dilibatkan, maka diputuskan bahwa seluruh penduduk
Desa Mayapada akan direlokasi, dengan seluruh tanah dan bangunan yang dimiliki
penduduk akan dibeli oleh pemerintah kota. Desa Mayapada semula dihuni oleh 9.350
kepala keluarga yang tinggal terpisah, 10% di antaranya tinggal di RS dan RSS, serta
memiliki 1.550kavling lahan kosong. Pejabat pemerintah menetapkan nilai pengalihan
rata-rata rumah hunian adalah Rp350.000.000,00 RS dan RSS Rp125.000.000,00 dan
kavling lahan kosong Rp 77.500.000,00. Berapakah besar PPh final yang harus
dipotong pemerintah kepada seluruh penduduk?

PPh final =
= 5% x {(90% x 9.350 x 350.000.000) = (1.550 x 77.500.000,00)} + 1% x (10% x 9.350
x 125.000.000)
= 5% x (2.945.350.000.000 + 120.125.000.000) + 1% x 116.875.000.000
= 5% x 3.065.375.000.000 + 1% x 116.875.000.000
= Rp 154.437.500.000,00

IV. PPh pasal 4 ayat 2 atas sewa Tanah dan Bangunan, bunga tabungan/giro.
A. Objek Pajak
Penghasilan berupa sewa atas tanah dan bangunan berupa tanah,rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan atau gedung
pertemuan termasuk bagiiannya, rumah kantor, toko,rumah toko, gudang dan bangunan
industri dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh
pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan
tanah atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan,
biaya keamanan dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah
maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan.
B. Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun
Wajib Pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan
tanah atau bangunan sebagaimana dimaksud diatas adalah 10% dari jumlah bruto
nilai persewaan tanah dan bangunan.
C. Pemotong
Pemotong dilakukan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah,
Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
kerjasama operasi,perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Dalam penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang tersebut
diatas, PPh disetor sendiri oleh yang menyewakan.
Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan adalah :
1. Akuntan, arsitek, doktter, notaris, pejabat pembuat akte tanah (PPAT) kecuali
PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas;
2. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan;
3. Yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.
D. Contoh Perhitungan
Rafi Moreno menyewa rumah milik Damas Wibowo selama 5 tahun dari bulan
Desember 2011 sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp 350.000.000 yang
dibayar pada awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut Dimas Wibowo telah
membayar Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 atau berupa penghasilan berupa sewa
atau bangunan sebesar Rp 35.000.000.
Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Rafi Moreno dapat menyewakan
kembali rumah yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun tanggung
jawabnya tetap berada di Rafi Moreno.
Pada bulan Juli 2013 Rafi Moreno, tanpa membattalkan sewa dengan Dimas
Wibowo, menyewakan rumah tersebut kepada adik kandungnya Kinan Pali yang
berprofesi sebagai pedagang kue sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp
110.000.000,00 yang dibayar pada tanggal 3 Juli 2013.
Bagaimanakah kewajiban PPh pasal 4 ayat 2 terkait transaksi sewa antara Rafi
Moreno dan Kinan Pali?
Jawab :
Mengingat Kinan Pali buksn merupakan pemotong pajak, maka Rafi Moreno wajib
menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar.
Besarnya PPh pasal 4 ayat 2 yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah :
10% x Rp 110.000.000 = Rp 11.000.000,00
V. PPh pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian, bunga simpanan koperasi.
A.1 Hadiah Undian
A. Pengertian
Hadiah yang diberikan melalui cara undian, dengan nama dan bentuk.
B. Tarif
25% dari jumlah penghasilan bruto dan bersifat final oleh penyelenggara.
D. Saat terutang
Saat akhir bulan dibayarkannya hadiah atau saat penyerahan hadiah.
E. Pemotong
Penyelenggara undian :
1. Orang pribadi
2. Badan
3. Kepanitiaan
4. Organisasi
5. Penyelenggara dan tanpa terkecuali
F. Ketentuan Khusus
1. Atas hadiah bernilai paling tidak Rp5.000.000 wajib dibuatkan bukti pemotongan.
2. Atas hadiah bernilai kurang dari Rp 5.000.000 wajib dibuatkan daftar nominatif.
G. Contoh Perhitungan
Tuan Aldi mendapatkan hadiah undian dari Bank ABC berupa mobil Honda Brio, harga
pasar mobi; tersebut Rp 146.000.000,00. Maka Bank BCA wajib memotong pajak atas
hadiah tersebut sebesar
Rp 146.000.000,00 x 25% = 36.500.00,00

A.2 Bunga Simpanan Koperasi


A. Pengertian
Sebuah bentuk organisasi ekonomi yang berlandaskan atas kekeluargaan, koperasi
tidak lepas dari aspek perpajakan. Bunga yang diberikan kepada anggota koperasi
atas simpanan yang disetorkan dengan besar yang sudah ditentuksn diawal.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2009 tentang PPh atas bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.
2. PMK-112/PMK.03/2010 tentang tata cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
orang pribadi.
C. Tarif
1. Sebesar 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan
Rp240.000 perbulan.
2. Sebedar 10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga
simpanan lebih ddari Rp240.000 perbulan.
D. Batas Waktu Penyetoran
Setiap tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Sedangkan untuk
masa lapor, batasannya paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
E. Contoh Perhitungan
Koperasi Sumber Jaya membayarkan bunga simpanan sebesar Rp350.000 untuk
bulan Juni kepada Budi. Sedangkan untuk bulan Juli, bunga simpanann yang
didapat Budi sebesar Rp235.000 . Maka, besar PPh atas bunga simpanan yang harus
dipotong oleh Sumber Jaya sebesar :

Juni : 10% x Rp350.000 = Rp35.000


Juli : 0 % x Rp235.000 = Rp0

Bulan Juni Budi dikenakan potongan PPh sebesar Rp35.000 dikarenakan hasil
bunga yang didapat melebihi Rp240.000 per bulan, sedangkan untuk bulan Juli
Budi tidak dikenakan potongan dikarenakan kurang dari Rp240.000 per bulan .

Anda mungkin juga menyukai