HOME
DASAR ISLAM
AKHLAQ
HUKUM ISLAM
INFO ISLAMI
Baca juga :
Berikut ini dijelaskan dalam hadits Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî,
simak penjelasannya di bawah ini :
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah,
beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku
dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau
“Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi
perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah
dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau
menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia
melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Terdapat beberapa keuntungan yang di dapat jika mau dan selalu menjaga silaturahmi agar tetap
tersambung, hal itu meliputi :
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi]
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan
menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan
dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Baca juga :
“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi bertanya, “Apakah
engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak
itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya”.
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi
mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku.
Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka
pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat
demikan.” [Muttafaq ‘alaihi]
Baca juga :
Berdasarkan firman Allah juga sudah dijelaskan dalam Al Quran surat Ar-Rad ayat 25, penjelasannya
sebagai berikut :
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang
Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [Ar-Ra’d : 25]
”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?” Beliau mengulangi
pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para sahabat menjawab: ”Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”.
Lebih parah lagi jika kita sudah memutuskan silaturahmi dengan orang tua, namun masih bertindak
durhaka kepada mereka. Tindakan tersebut merupakan dosa yang sangat besar. Oleh karena itu banyak
– banyaknya mendekatkan diri kepada Allah agar kita tidak termasuk orang – orang yang berbuat
demikian.
”Termasuk perbuatan dosa besar, yaitu seseorang yang menghina orang tuanya,” maka para sahabat
bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah orang yang menghina kedua orang tuanya sendiri?” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Ya, seseorang menghina bapak orang lain, lalu orang lain ini
membalas menghina bapaknya. Dan seseorang menghina ibu orang lain, lalu orang lain ini membalas
dengan menghina ibunya”.
baca juga:
Apakah kita sudah berperilaku lemah lembut kepada mereka? Apakah kita sudah tersenyum ketika
berpapasan atau pun bertatap muka dengan mereka? Apakah kita sudah berkunjung ke tempa tinggal
mereka? Apakah kita sudah memuliakan, mencintai, saling menunjungi saat sehat, saling menghormati,
saling menjenguk pada saat jatuh sakit? Apakah kita sudah ikut meringankan beban atau pun
memberikan bantuan kepada mereka sesuai dengan yang dibutuhkan?
Di lingkungan kita seringkali ditemukan orang yang tidak suka ketika melihat kehadiran kedua orang
tuanya, padahal semasa kecil dulu mereka pernah merawatnya. Justru ia lebih mendamba – dambakan
dan memuliakan istrinya, namun disisi lain ia melecehkan ibunya sendiri. Ia selalu berusaha keras untuk
mendekati dan mengerti keinginan teman-temannya, akan tetapi ia malah semakin menjauhi bapaknya.
Pada saat duduk bersama kedua orang tuanya, maka ia akan merasa seperti sedang duduk di dekat
bara api karena memang tidak betah. Hati terasa berat pada saat ia harus menghabiskan waktu bersama
dengan kedua orang tuanya.
Walaupun hanya sebentar saja ia bersama dengan orang tua, namun waktu akan terasa sangat lama. Ia
akan merasa malas dan berat hati pada saat berbicara dengan keduanya. Perbuatan seperti itu
mencerminkan bahwa ia telah menanamkan keharaman bagi dirinya sendiri mengenai kenikmatan yang
bisa ia raih dengan berbakti kepada kedua orang tua dan tentunya balasan baik yang akan ia peroleh.
Selain itu ada juga manusia yang tidak ingin, bahkan ada yang tidak mau untuk memandang,
menganggap, serta mengakui sanak saudara sebagai keluarga mereka. Ia tidak ingin berbaur dengan
kerabatnya dengan sikap yang seharusnya wajib diberikan kepadanya sebagai keluarga. Ia tidak mau
melakukan tegur sapa ketika berpapasan bahkan pura – pura tidak tau dan tidak mau melakukan suatu
tindakan yang bisa membuat hubungan silaturahmi menjadi terjaga dengan baik. Begitu pula dengan
harta yang ia miliki, ia tidak akan memakai hartanya untuk membantu kerabatnya.
baca juga:
Sudah bisa kita lihat bahwa ia berada dalam kondisi serba kecukupan, sedangkan mereka sanak
keluarganya berada dalam kondisi serba kekurangan. Ia tidak ingin berhubungan dengan keluarganya
tersebut. Padahal, seharusnya keluarga tersebut bisa dikatakan termasuk salah satu kewajiban untuk ia
nafkahi dengan alasan karena kondisi ketidakmampuannya dalam melakukan berusaha, sedangkan ia
sudah masuk dalam kategori mampu untuk memberikan nafkah kepadanya. walaupun demikian, ia tetap
kukuh untuk menolak menafkahinya.
Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untu selalu menjaga tali silaturahmi agar tidak terputus. Semua hamba-
Nya termasuk kita akan mendapat jatah untuk menghadap Allah Swt dengan hanya membawa bekal
pahala bagi mereka yang mau menjaga dan selalu berusaha untuk menyambung tali silaturahmi. Atau
kita akan menghadap-Nya hanya dengan membawa dosa – dosa saja bagi kita yang berusaha untuk
memutus tali silaturahmi. Yuk kita menengadahkan tangan seraya memohon ampun kepada Allah Swt,
karena sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Baca juga :
Dapat diambil kesimpulan bahwa artikel mengenai hukum silaturahmi menurut islam di atas yang diulas
secara detail dan dikemas dengan menarik, diharapkan bisa membantu memudahkan dalam mempelajari
serta memahaminya lebih dalam lagi.
Sehingga nantinya mungkin bias dijadikan sebagai bahan referensi yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari – hari dan menambah wawasan bagi anda. Sampai disini dulu ya artikel kali yang
membahas mengenai hukum silaturahmi menurut islam. Semoga bisa bermanfaat bagi anda dan terima
kasih sudah meluangkan sedikit waktu untuk membaca artikel saya ini.
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
ARTIKEL TERKAIT
Hukum Tidak Bertegur Sapa Dengan Suami
Hukum Datang ke Pernikahan Beda Agama
Hukum Memutuskan Tali Silaturahmi Menurut Islam
Hukum Memutuskan Tali Silaturahmi dalam Islam
Previous
Next
RECOMMENDED
RECENT