KEPERAWATAN GAWATDARURATAN
“PERINSIP PERTAMA PERTOLONGAN KORBAN”
Disusun Oleh :
Diana Pangestu
Irwan Sagita
Lily Syarmila
Mutiara
Rahmat Denti S
Wati Agustina
Yuni Asri Mustika
Dosen Pengampu:
Ns.Muh Hasan Basri. S.Kep,. M.Kep
Ns. Selamet Budiman. S.Kep,. M.Kep
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih
sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan-Nya, shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat
kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PRINSIP PERTAMA PERTOLONGAN KORBAN”
Dalam Penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal
ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang kelompok miliki. Kelompok
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok pada khususnya, dan bagi
para pembaca pada umumnya. Aamiin. Kelompok sebagai penyusun sangat menyadari
bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran yang
ditujukan untuk membangun.
Kelompok
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I (PENDAHULUAN).......................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II (PEMBAHASAN)........................................................................................
a. Pertolongan Pertama......................................................................................6
b. Bantuan Hidup Dasar...................................................................................12
BAB III (PENUTUP).................................................................................................
a. Kesimpulan..................................................................................................25
b. Saran............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Prinsip Utama Pertolongan
Pertama Korban dan Bantuan Hidup Dasar
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan Prinsip Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Prinsip Utama
Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.
1. Pertolongan pertama
5. Bebaskanlah korban dari pakaian di daerah dada (buka bagian kancing baju
bagianatas agar dada terlihat).
6. Cek kesadaran korban dengan memeriksa respon ada 4 tingkatan yang biasanya
dipakai utuk memeriksa respon seseorang.
Dipakai bila akan bekerja ditempat yang rawan akan jatuhnya benda dari
atas. Misalnya dalam bangunan runtuh dan sebagainya.
1. Prioritas 1- Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yangkritis
keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan
berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental.
2. Prioritas 2- Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderitayang
mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan salurannapas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidakdapat berjalan, cedera
punggung.
3. Prioritas 3-Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal jugasebagai
‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalansendiri.
4. Prioritas 0-Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami
cederayangmematikan.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan ataskorban adalah
yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakandijelaskan sebagai :
1) Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dantidak
mungkin diresusitasi.
2) Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan
dan transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal,cedera kepala atau
maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat,luka bakar berat).
3) Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikantidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cederaabdomen tanpa shok,
cedera dada tanpa gangguan respirasi, frakturamayor tanpa shok, cedera
kepala atau tulang belakang leher, sertaluka bakar ringan).
4) Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidakmembutuhkan
stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dandislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalannafas serta gawat darurat
psikologis).
A. Pengertian
Keadaan-keadaan gagal nafas (henti nafas) ataupun henti jantung bisa juga terjadidi
sekitar kita dalam keadaan dan waktu yang tak terduga.yang dimaksud dengan
pengertian bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan
nafas(airway) tetap terbuka,menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa
menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat
keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi
dan ventilasi.
Tujuan bantuan hidup dasar ini adalah memberikan bantuan dengan cepat
mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil
menunggu pengobatan lanjutan. Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan
penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya
nafas atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan
yangdinamakan dengan istilah bantuan hidup dasar .Bantuan hidup dasar terdiri dari
beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang
untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan
membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan penafasan dan
bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang pentingdalam tubuh
korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel
otak.Penilaian dan peralatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting
guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. hal ini harus dilakukan secara cermat dan
terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan.
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban dan pasien.Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan hidup dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
a. Tenggelam
b. stroke
d. Epiglotitis
e. overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan
organvital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan :
a. Airway(jalan napas)
c. Circulation(bantuan sirkulasi)
e. Exposure/environmental
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penol ong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban & pasien,yaitu dengan
cara:
menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dan pasien dengan lemb ut untuk
mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau
Pak..Buk..Mas dan mbak.
c. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban dan pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segeraminta bantuan dengan cara berteriak Tolong!! untuk mengaktif kan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
d. Memperbaiki posisi korban & pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban dan pasien harus dalam
posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras.Jika korban
ditemukandalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi
terlentang.
Penting :
penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher, bahu
digerakkan secara bersama.Jika posisi sudah terlentang, korban harusdipertahankan pada
posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangandiletakkan di samping
tubuh
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas
dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakan lutut.
1. A : Airway(Jalan napas)
a. Pemeriksaan jalan napas tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus
dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikor ek dengan menggunakan jari telunjuk
yang dibengkokkan. mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross finger , dimana ibu
jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
b. Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada
korban tidak sadar, tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan
menutup faring dan laring, ini salah satu penyebab sumbatan jalan napas.
Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala
topang dagu ( Head tilt dan chin lift ) dan maneuver Pendorongan mandibula.
teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan
petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu.
2 B : Breathing (Bantuan napas ) Terdiri dari 2 tahap
yaitu :
a. memastikan korban dan pasien tidak bernapas.
Jika korban dan pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui
mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat
pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali
hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5- 2
detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 400-500 ml atau sampai
dada korban atau pasien terlihat mengembang.Penolong harus menarik napas
dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang
cukup. konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya16-17 %. Penolong juga
harus memperhatikan respon dari korban atau pasien setelah diberikan bantuan
napas. cara memberikan bantuan pernapasan :
1. Mulut ke mulut
bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang cepat
dan efektif untuk memberikan udara ke paruparu korban atau pasien.Pada saat
dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil
napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat
menghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung
korban atau pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara
keluar kembali dari hidung. volume udarayang diberikan pada kebanyakan
orang dewasa adalah 400-500 ml volume udara yang berlebihan dan laju
inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung,
sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus ataudimana mulut korban mengalami
luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus
menutup mulut korban atau pasien.
3. C : Circulation (Bantuan Sirkulasi)Bantuan sirkulasi terdiri dari 2tahapan :
a. memastikan ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien. Ada tidaknya
denyut jantung korban atau pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri
karotis didaerah leher korban atau pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari
telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1-2
cm,raba dengan lembut selama5-10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong
harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver
tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban atau pasien.Jika
tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan
jalan napas.
b. melakukan bantuan sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan
bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar,
dilakukandengan teknik sebagai berikut :
1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kananatau
kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke
atas. daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi
3. Detakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh
dinding dada korban atau pasien, jarijari tangan dapat diluruskan atau
menyilang.
4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1,5-2 inci(3,8-5 cm)tekanan pada dada
harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke
posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. selang waktu yang
dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat
melakukan kompresi.
5. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan
pada saat melepaskan kompresi.
6. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan baik oleh
3 atau 2 penolong jika korban atau pasien tidak terintubasi dan kecepatan
kompresi adalah 100 kali permenit (dilakukan 9 siklus permenit), untuk
kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. dari
tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60-80
mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung
(cardiacoutput ) hanya 25% dari curah jantung normal. selang waktu mulai
darimenemukanpasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dila kukannya
tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
4 D : Defibrilation
Atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah defibrilasi adalah suatu
terapi dengan memberikan energi listrik. hal ini dilakukan jika penyebab henti jantung
(cardiac arrest) adalah kelainan irama jantung yang disebut dengan fibrilasi ventrikel.
5 E : Exposure/environmental
2. Cegah pemburukan
3. Percepat pemulihan
5. Harus tenang. Hanya orang yang tenang bisa membantu orang lain.
6. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda Periksa keadaan
bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam
keselamatan Anda, orang lain dan korban. Dekati korban setelah kondisi benar-
benar aman.
7. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang lain untuk
segera cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang berada di tempat
kejadian dan bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa pergi tinggalkan korban untuk
cari pertolongan.
8. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang diberikan kepada
layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi korban, kondisi korban, dan
berapa banyak korban.
9. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa tandu.
10. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.Setiap menit sangat berharga
bagi korban dalam kondisi darurat lakukanlah tindakan pertolongan secepat
mungkin.
a. Periksa kondisi korban
Penolong bisa gerakkan bahu korban perlahan sambil memanggil korban. Bila
sadar, korban akan bisa menggerakkan tubuhnya, mengeluarkan suara atau
menjawab pertanyaan sebagai bentuk reaksi yang diberikan.Jika tidak ada
gerakan anggota tubuh atau reaksi, berarti korban tidak sadar; maka yang harus
dilakukan adalah:
b. Hubungi 118 atau nomor telepon gawat darurat yang bisa dihubungi. Bisa minta
bantuan orang lain untuk melakukannya jika ada banyak orang di sekitar lokasi
kejadian.
c. Baringkan korban dan berlututlah di sebelahnya, tegak lurus dengan bahu
korban.
d. Periksa pernapasannya dengan Lihat - Dengar - Rasakan selama 5 – 10 detik.
Lihat naik turun (kembang-kempis) dada bagian bawah dan perut.Dengarkan dan
rasakan keluarnya udara dari hidung dan mulut dengan melekatkan pipi Anda ke
wajah korban. Jika korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan bantuan
dari mulut ke mulut.
e. Angkat dagu korban. Tutup hidung korban.Tarik napas dan letakkan mulut Anda
di atas mulut korban.Mulut Anda harus menutupi sepenuhnya mulut korban.
Berikan napas bantuan sebanyak 2 kali setiap 5 detik sambil tetap Lihat - Dengar
Rasakan hembusan napasnya dan lihat apakah dada korban naik saat udara
dihembuskan. Jika masih belum ada napas, mulailah pernapasan bantuan dengan
menekan dada dan jantung; taruh satu telapak tangan di antara tulang dada dan
tulang belakang dan tangan yang lain di atasnya. Tekan dada korban sedalam 4-
5cm dengan cepat. Lakukan 30 tekanan untuk setiap 2 pernapasan (100 tekanan
per menit).
f. Ketika korban bernapas lagi, miringkan dia dalam posisi pemulihan.
Posisi pemulihan
Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu-
lintas, asap beracun atau hal lain yang membahayakan korban maupun penolong.
Sebaiknya berikan pertolongan pertama di tempat korban berada sambil menunggu
bantuan datang.Jika terpaksa memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut.
CATATAN PENTING:
Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah dan tidak cukup
orang yang menolong untuk memindahkan korban. Lihat bagian selanjutnya.Tentang
tanduJika tidak ada tandu yang tersedia, gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu
yang kuat dengan selimut atau kain sarung.Gunakan tandu dengan bagian tengah yang
keras untuk membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau di tulang
belakang.
Cara membuat tandu dari selimut dan tiangTaruh selimut terbentang di tanah dan
letakan kedua tiang berjarak 1/3 lebar selimut.Lipat sisa selimut menutupi kedua tiang
tersebut. Berat korban akan menahan lipatan pada tempatnya Jika tidak ada tandu
1. Jika kaki korban tidak terluka, membungkuk dan berjongkoklah di kaki korban;
pegang pergelangan kakinya dengan erat; seret korban perlahan-lahan menjauhi dari
bahaya.
2. Jika kaki korban terluka, pegang siku atau pergelangan tangan korbandengan erat.
Membungkuk dan seret korban perlahan-lahan. Jangan menyeret korban dengan
memegang pakaiannya
CATATAN PENTING:
Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan
tanah.Memindahkan korban dengan merangkul
1. Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan dengan
sedikit bantuan.
2. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan atau bahu
yang terluka, berdirilah disisi tubuh yang lain.
3. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya. Rangkulkan
tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan bahu Anda, pegang
tangannya dam pindahkan korban perlahan-lahan.
Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti jantung adalah penyebab utama kematian di dunia. Penderita henti jantung
membutuhkan reusitasi jantung paru (RJP) dalam rangka mempertahankan aliran darah
ke otak dan jantung. Tindakan ini juga meningkatkan tingkat keberhasilan defibrilasi
untuk menghentikan Ventikular Fibrilasi (VF) sehingga jantung memperoleh kembali
kemampuan mencetuskan irama jantung dan pompa jantung yang efektif. Kualitas
kompresi dada sangat menentukan terutama apabila defibrilasi tidak dapat dilakukan
pada 4-5 menit setelah kolaps (Jakarta Medical Service & Training, 2012).
Tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan
layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap korban yang mengancam jiwa sampai
penderita tersebut mendapat pelayanan kesehatan secara paripurna di unit pelayanan
kesehatan. kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
B. Saran
https://pmidkijakarta.or.id/layanan/pp
https://www.kompasiana.com/dhanitrilogy/551b56f881331137489de6e2/p
engetahuan-umum-pertolongan-pertama-pada-gawat-darurat(sumber
utama buku Diklat pribadi Materi Search and Rescue Gunung Hutan 2009)
depfoundation.org/images/idep/downloads/disastermanagement/information-for-disaster-
area/idep-foundation-disaster-
management-booklet-08-emergency-first-aid- Panduan Umum
id.pdf( Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat (PBBM) oleh Yayasan IDEP.)
http://www.indohcf.com/entry/apa-yang-bisa-saya-lakukan-saatmenghadapi-kasus-
gawat-darurat-medis
https://www.academia.edu/8411728/BAB_6._PERTOLONGAN_PERTA
MA_GAWAT_DARURAT