Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri tentang Kehamilan Usia Dini
Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
pada seseorang. Perilaku sendiri diawali oleh adanya sikap seseorang, sehingga pengetahuan ini
memiliki peranan dalam pembentukkan sikap seseorang. Seseorang memiliki pengetahuan yang
baik terhadap sesuatu hal, maka ia akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan, namun
apabila pengetahuannya kurang kemungkinan besar ia akan menganggap yang terjadi merupakan
masalah biasa (Notoatmojo, 2010)
Penelitian Apriani, Deny dan Wijayanti (2017) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
(signifikan) dan negatif antara pengetahuan tentang risiko kehamilan remaja diluar nikah dengan
sikap terhadap hubungan seksual pranikah pada remaja. Hubungan negatif menunjukkan bahwa
arah hubungan kedua variabel berlawanan arah yaitu makin tinggi skor pengetahuan maka sikap
terhadap hubungan seksual pranikah makin tidak setuju.
Penelitian Rina, Yulia dan Yesi (2014) mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap seks pranikah. Hasil analisis menunjukkan
remaja yang memiliki pengetahuan tinggi tentang seks berpeluang untuk bersikap positif
daripada remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang seks.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Siddharth dan Manjula (2017) yang menyatakan bahwa
terdapat korelasi positif antara pengetahuan seksual dan sikap seksual. Hasil tersebut
menunjukkan lebih banyak pengetahuan yang dimiliki tentang seksualitas, maka lebih baik sikap
yang dimiliki tentang seksualitas. Kesimpulan dari hasil penelitian-penelitian tersebut yaitu
bahwa remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang seksual maka mereka
akan cenderung mempunyai sikap yang positif terhadap seks pranikah. Sebaliknya remaja yang
tingkat pengetahuan yang rendah tentang seksual maka mereka cenderung akan bersikap negatif
terhadap seks pranikah.
Asuhan Keperawatan
1. Diagnose keperawatan
Adapun prioritas diagnosa keperawatan menurut Nanda (2017), adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan progesteron
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
2. intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan Pain level lakukan
dengan peningkatan Pain control pengkajian
progesteron Comfort level nyeri secara
komprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk
keperawatan selama 24 lokasi,
jam,pasien tidak karakteristik,
mengalami nyeri,dengan durasi,
hasil: frekuensi,
mampu kualitas dan
mengontrol nyeri faktor
(tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu observasi
menggunakan reaksi
tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyama
untuk mengurangi nan
nyeri, mencari bantu pasien
bantuan) dan keluarga
melaporkan bahwa untuk mencari
nyeri berkurang dan
dengan menemukan
menggunakan dukungan
manajemen nyeri kontrol
mampu mengenali lingkungan
nyeri (skala, yang dapat
intensitas, mempengaruh
frekuensi dan i nyeri seperti
tanda nyeri) suhu ruangan,
menyatakan rasa pencahayaan
nyaman setelah dan
nyeri berkurang kebisingan
tanda vital dalam
rentang normal
tidak mengalami
gangguan tidur
2. Perubahan nutrisi kurang a. Nutritional status: Kaji adanya
dari kebutuhan tubuh adequacy of nutrient alergi
berhubungan dengan mual b. Nutritional status : food makanan
muntah and fluid intake Kolaborasi
c. Weight control setelah dengan ahli
dilakukan tindakan gizi untuk
keperawatan menentukan
jumlah kalori
selama 24 jam,nutrisi dan nutrisi
kurang teratasi dengan yang
indikator: dibutuhkan
Albumin serum pasien
Pre albumin serum Yakinkan diet
Hematocrit yang dimakan
Hemoglobin mengandung
Total iron binding tinggi serat
capacity untuk
Jumlah limfosit mencegah
konstipasi
3. Implementasi
Tgl/ diagnosa Implementasi
jam
Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan peningkatan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
progesteron kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
4. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
dingin
6. Meningkatkan istirahat
7. Memberikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
8. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Perubahan nutrisi kurang 1. Mengkaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan tubuh 2. Memonitor adanya penurunan bb dan gula darah
berhubungan dengan 3. Memonitor lingkungan selama makan
mual dan muntah 4. Memonitor turgor kulit
5. Memonitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, hb dan kadar ht
6. Memonitor mual dan muntah
7. Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
8. Memonitor intake nuntrisi
9. Menginformasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
10. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
11. Mengatur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
12. Mengelola pemberan anti emetic
13. Menganjurkan banyak minum
4. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, M., Simbolon, J. L., & Sitompul, E. S. (2020). Pemberdayaan Anak Remaja dalam
Pencegahan Kehamilan Usia Dini Di SMA Swasta Santa Maria Tarutung. JURNAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (KESEHATAN), 2(2), 95-99.
Budiman, S., & Arif, M. (2017). Keefektifan bimbingan klasikal berbantuan media audio visual
dalam upaya mencegah terjadinya pernikahan usia dini. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia,
2(2).