Dosen Pengampu:
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kita haturkan kepada kehadirat Allah
SWT yang dengan limpahan Rahmat dan Nikmat-Nya kami diberi waktu dan
kesempatan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Studi
Fiqih yang berjudul “ Fiqih Pernikahan Dan Ruang Lingkupnya ’’ ini dengan
lancar dan tanpa adanya hambatan yang berarti. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benderang, yakni ditandai dengan adanya ad-Dinul Islam wal Iman.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut
mengambil peran dan ikut serta berjuang untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Besar harapan kami semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi
kami, teman-teman sekalian dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya.
Kami sadar bahwa tugas makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna, masih banyak kekurangan bahkan mungkin kekhilafan, atas dasar
tersebut kami masih butuh bimbingan, arahan, kritikan atau saran yang berguna
untuk membenahi pembuatan makalah kami di kemudian hari. Kurang lebihnya
kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di sisi lain, umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas, bahkan
komunitas muslim paling besar dalam satu negara di dunia. Karena itu, menjadi
sangat menarik untuk memahami alur perjalanan sejarah hukum pernikahan Islam.
Hal ini untuk mengetahui minimal dua hal. Pertama, seberapa jauh pengaruh
kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di
Tanah Air. Kedua, apakah pijakan bagi umat Islam untuk menentukan strategi
yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan mengakrapkan bangsa ini
dengan hukum Islam. Oleh karena itu perlu pemahaman yang komrehensif
terhadap aturan hukum pernikahan Islam di Indonesia.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, kata kawin menurut bahasa sama dengan kata “nikah”,
atau kata, zawaj. Kata “nikah” disebut dengan an-nikh ( ) النكاحdan az-ziwaj/az-
zawj atau az-zijah ) الزواج- الزواج- الزيجه.( Secara harfiah, annikh berarti al-wath'u
( الوطء,( adh-dhammu ( ( الضمdan al-jam'u ( الجمع.( Alwath'u berasal dari kata
wathi'a - yatha'u - wath'an ) وطأ- يطأ- وطأ,( artinya berjalan di atas, melalui,
memijak, menginjak, memasuki, menaiki, menggauli dan bersetubuh atau
bersenggama.1 Adh-dhammu, yang terambil dari akar kata dhamma - yadhummu
– dhamman ( ضم- يضم-( ضماsecara harfiah berarti mengumpulkan, memegang,
menggenggam, menyatukan, menggabungkan, menyandarkan, merangkul,
memeluk dan menjumlahkan. Juga berarti bersikap lunak dan ramah.
3
2.2 Dasar Hukum Pernikahan
Hukum dasar/asal hukum nikah adalah mubah atau boleh. Hukum dasar
ini dapat berubah sesuai dengan keadaan dan situasi orang yang
melaksanakannya. Oleh karena itu hukum dasar dapat berubah menjadi sunat,
makruh, haram, bahkan dapat berubah wajib. Islam mengajurkan dan
mengembirakan kawin sebagai mana tersebut karena ia mempunyai pengaruh
yang baik bagi pelakunyan sendiri, masyarakat dan umat manusia. Allah
berfirman dalam surat surat An-nisa ayat 3:
Artinya; “Dan jika kamu tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bila mana kamu mengawininya) Maka kawinlah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi; dua,tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniya”
Disamping ayat diatas juga terdapat hadist Nabi Muhammad SAW yang
memuat tentang perintah atau anjuran untuk menikah yaitu:
Artinya;”Hai, para pemuda, barang siapa telah sanggup diantara kamu untuk
nikah, maka nikahilah karena sesungguhnya nikah itu dapat memalingkan
pandangan (yang liar) dan dapat memelihara kehormatan, barang siapa yang
belum mampu melakukannya hendaklah ia berpuasa, karena puasa merupakan
penghalang baginya. (HR.Bukhori)
4
Dari deskripsi Al-quran maupun hadist diatas, maka sangat jelas bahwa
perkawinan sangat dianjurkan oleh syariat Islam, sebab dengan menikah dapat
menjaga dan mangarahkan nafsu naluriah manusia yang diridhoi oleh Allah SWT.
Bahwa segolongan jumhur ulama berpendapat bahwa nikah hukumnya sunnah.
Akan tetapi, walaupun banyak dalil yang menunjukan bahwa pernikahan dapat
berubah-ubah tergantung pada konteksnya, adakalanya wajib, sunnah, haram,
makruh, ataupun mubah.
5
2.3 Syarat dan Rukun Pernikahan
Menurut hukum Islam suatu akad pernikahan ada yang sah dan ada yang
batal. Akad pernikahan dikatakan sah apabila akad tersebut dilaksanakan dengan
syarat dan rukun yang lengkap sesuai dengan ketentuan agama. Namun mengenai
jumlah rukun dan syarat nikah, tidak ada kesepakatan dari para fuqaha. Karena
sebagian mereka memasukkan suatu unsur menjadi hukum nikah, sedangkan yang
lain menggolongkan unsur tersebut menjadi syarat sahnya nikah.
Imam asy-Syafii menyebutkan bahwa rukun nikah itu ada lima, yaitu
calon suami, calon istri, wali, dua orang saksi dan sigat. Sedangkan menurut
Imam Malik rukun nikah itu adalah wali, mahar, calon suami, calon istri, sigat.
Para ahli hukum Islam sepakat bahwa akad nikah itu baru terjadi setelah
dipenuhinya rukun-rukun dan syarat-syarat nikah, yaitu:
6
5. Harus ada upacara ijab qabul, ijab ialah penawaran dari pihak calon istri
atau walinya atau wakilnya dan qabul penerimaan oleh calon suami
dengan menyebutkan besarnya mahar (mas kawin) yang diberikan.
6. Sebagai tanda bahwa telah resmi terjadinya akad nikah (pernikahan) maka
hendaknya diadakan walimah (pesta pernikahan).
7. Sebagai bukti otentik terjadinya pernikahan, sesuai dengan analogi surat
Ali-Imran ayat 282 harus diadakan i’lan an-nikah (pendaftaran nikah)
kepada Pejabat Pencatat Nikah.
Ada beberapa jenis dan bentuk pernikahan yang dilarang oleh Islam,
diantaranya adalah:
1. Pernikahan yang tanpa disertai dengan ikatan secara resmi (selir, red).
Mengenai hal ini, banyak orang yang berkata, "Jika hubungan di antara
mereka tidak diketahui banyak orang, maka tidak apa-apa, tapi jika
tersebar, maka hal tersebut merupakan aibl'Berkenaan dengan hal ini,
Allah swt. Berfirman dalam surah An Nisa’ ayat 25:
ِ ا َ ۡخدَان ُمتَّخِ ٰذ
ت َّو َل
2. Pernikahan Badal
Pernikahan badal adalah dua orang suami yang tukar menukar istri mereka
tanpa cerai terlebih dahulu. Tujuan mereka adalah memuaskan hasrat seksual dan
menghindari kebosanan. Hal tersebut dilakukan dengan persetujuan kedua belah
pihak. Daruqutni meriwayatkan dari Abu Hurairah dengan sanad yang sangat
lemah, "Bentuk pernikahan badal seperti seorang laki-laki yang berkata kepada
laki-laki lainnya,'Berikan istrimu dan aku akan memberikan istriku kepadamu.
Aku juga akan memberimu tambahan."
7
2.5 Studi Kasus
Akad Nikah melalui live streaming adalah akad nikah yang dilangsungkan
melalui media sosial, wali mengucapkan ijabnya disuatu tempat dan suami
mengucapkan kabulnya dari tempat lain yang jaraknya berjauhan. Ucapan ijab
dari wali dapat didengar dan dilihat dengan jelas oleh calon suami : begitu pula
sebaliknya, ucapan Kabul calon suami dapat didengar dan dilihat dengan jelas
oleh wali pihak perempuan.
“Memelihara sesuatu kebaikan yang terdahulu yang baik, dan mengambil hal
yang terbaru yang lebih baik.”
8
baik. Namun tidak menutup kemungkinan untuk akad nikah live streaming (on-
line) yang dilakukan dengan terpisahnya jarak antara keduanya namun dengan
waktu yang sama.
9
pelestarian manusia secara wajar dibentuk melalui pernikahan, sehingga demi
memakmurkan bumi, pernikahan mutlak diperlukan. Ia merupakan syarat mutlak
bagi kemakmuran bumi.
10
3. Menghindari dekadensi moral
Allah telah menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat, salah
satunya insting untuk melakukan relasi seksual. Akan tetapi insting ini
akan berakibat negative jika tidak diberi frame untuk membatasinya,
karena nafsunya akan berusaha untuk memenuhi insting tersebut dengan
cara yang terlarang. Akibat yang timbul adalah adanya dekadensi moral,
karena banyaknya perilaku-perilaku menyimpang seperti perzinaan,
kumpul kebo dan lain-lain. Hal ini jelas akan merusakfundamen-fundamen
rumah tangga dan menimbulkan berbagai penyakit fisik dan mental.
4. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan oleh Allah SWT.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum dasar/asal hukum nikah adalah mubah atau boleh. Hukum dasar
ini dapat berubah sesuai dengan keadaan dan situasi orang yang
melaksanakannya.
Menurut hukum Islam suatu akad pernikahan ada yang sah dan ada yang
batal. Akad pernikahan dikatakan sah apabila akad tersebut dilaksanakan dengan
syarat dan rukun yang lengkap sesuai dengan ketentuan agama.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, 1461
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2004, 43-44
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, Cet. 5, 1986, 47.
Maghfuroh Wahibatul. (2021). Akad Nikah Online Dengan Menggunakan Via Live
Streaming Perspektif Hukum Islam. Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah, 3(1), 95-100.
Atabik Ahmad dan Mudhiiah Khoridatul. (2014). Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif
Hukum Islam. Syarat Rukun Nikah, 5(2), 287-316.
13