Anda di halaman 1dari 13

ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI

EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Pertemuan X
NAMA : ALDI SUHENDRA
NIM : 0310191009

PENYEBARAN HEWAN DI PERMUKAAN BUMI


---

A. Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Penyebaran Hewan


1. QS. An-Nuur : 45

Artinya :
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. An-Nuur : 45)”

2. QS. An- Nahl : /16 : 68 - 69

Artinya :
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-
pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).
Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 68-69)”.

B. Sejarah Bumi & Persebaran Hewan


Bedasarkan geologi (ilmu yang mempelajari tentang lapisan kulit bumi) kurun waktu
sejak mulai terbentuknya bumi sampai sekarang dapat dibagi dalam beberapa zaman
sebagai berikut :
1. Archaeikum : Zaman yang paling tua dan berlangsung selama kurang lebih 2500
juta tahun. Kulit bumi masihlah amat panas karena masih dalam proses
pembentukan. Oleh karena itu tidak ada makhluk yang hidup.
2. Palaeozoikum : Zaman yang berlangsung kira – kira 340 juta tahun. Keadaan
bumi masih belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat
besar. Akan tetapi mulai ada binatang – binatang kecil yang hidup sampai ikan
dan amphibi awal. Ada pula jenis-jenis tumbuhan ganggang dan rerumputan.
Zaman ini disebut juga zaman Primer.
3. Mesozoikum : Zaman ini disebut zaman Sekunder (zaman kedua). Zaman yang
berlangsung kira – kira 140 juta tahun. Iklim mulai membaik walaupun suhu
masih berubah-ubah. Kadang suhu tinggi sekali dan kadang rendah sekali, curah
hujan mulai berkurang. Danau banyak yang kering, pepohonan sudah mulai
tumbuh. Di sini juga mulai ada reptil raksasa atau yang disebut “Dinosaurus” dan
jenis burung awal.
4. Neozoikum : Zaman yang berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu
hingga sekarang. Jaman ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni :
a) Zaman Tersier (60 – 1,7 juta tahun lalu) : Pada zaman tersier terjadi
perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak
bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut
sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang
hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi
menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan
merambat dan rumput. Pada zaman Tersier - Kuarter, pemunculan dan
kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan
cuaca secara global.
b) Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang) : Zaman ini yang dimulai sejak
sekitar 600.000 tahun yang lalu, dibagi menjadi 2 kala, yaitu kala Pleistosen
(Diluvium) dan kala Holosen (Alluvium).
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
 Kala Pleistosen : Kala Pleistosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang
lalu. Kala Pleistosen menjadi sangat penting karena pada masa ini mulai
muncul kehidupan manusia purba. Keadaan alam kala itu masihnliar dan
labil karena silih bergantinya dua zaman yaitu zaman Glasial dan zaman
Interglasial.
- Zaman Glasial adalah zaman seluasnya lapisan es kutub utara
sehingga Eropa dan Amerika bagian Utara tertutup es, sedangkan
daerah yang jauh dai kutub terjadi hujan lebat bertahun-tahun.
Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya daratan di berbagai
tempat karena adanya pergeseran bumi dan kerja gunung-gunung
berapi sehingga banyak lautan termasuk Indonesia menjadi kering,
maka munculah Sunda Plat dan Sahul Plat. Sumatra, Jawa, Kalimantan
dan Malaysia Barat bergabung menjadi satu benua dengan benua Asia.
Begitu pula dengan Sulawesi melalui Minahasa, pulau Sangir ke
Filipina. Antara Jawa Timur dan Sulawesi Selatan berhubungan
melalui Nusa Tenggara.
- Zaman Interglasial adalah zaman di antara 2 zaman es. Temperatur
naik sehingga lapisan es di kutub utara mencair, akibatnya permukaan
air laut naik dan terjadi banjir besar-besaran di berbagai tempat, hal
ini menyebabkan banyak daratan terpisah-pisah oleh lautan dan selat.
Pada kala Pleistosen ini, hanya hewan-hewan berbulu tebal yang dapat
bertahan hidup. Salah satunya adalah Mammouth. Hewan-hewan berbulu
tipis pindah ke daerah tropis. Garis Wallace adalah garis antara selat
Makassar dan Lombok yang merupakan batas antara dua jalan penyebaran
binatang tersebut.
 Kala Holosen : Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub sudah
lenyap sehingga air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah paparan
Sunda dan paparan Sahul tergenang air dan menjadi laut transgesi.
Sehingga munculah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap dan
munculah manusia-manusia cerdas seperti sekarang.
C. Dispersal & Migrasi Hewan
1. Defenisi Dispersal
Dispersal merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan
jangka panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat
kelahirannya ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal
bersifat satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya. Perpindahan hewan yang
kembali ke tempat asalnya disebut migrasi.
Kata ‘dispersal’ sebenarnya berasal dari istilah ekologi untuk menggambarkan
penyebaran organisme dari tempat asalnya. Kebiasaan melakukan dispersal atau
penyebaran dilakukan oleh sebagian besar organisme baik tumbuhan, hewan maupun
manusia. Dampak dari terjadinya dispersal atau penyebaran organisme adalah dapat
terjadinya ketidakseimbangan populasi dalam suatu area atau wilayah tertentu.
Hamid (2014) mengatakan Dispersal (sebaran) adalah gerakan individu atau bentuk
kecilnya (misalnya : biji, spora, telur, kista, larva dan sebagainya) ke dalam atau keluar
populasi atau daerah populasi. Bentuk dispersal tersebut ada 3 macam yaitu Emigrasi
(gerakan searah keluar), Imigrasi (gerakan searah kedalam) dan migrasi (gerakan periodik
berangkat dan kembali).
Malcolm (2010) mengatakan bahwa penyebaran (Dispersal) dilakukan dengan 3
alasan yaitu :
(1) Menghindari kerumunan (Crowding),
(2) Menghindari persaingan dengan kerabat dan
(3) Menghindari perkawinan sedarah dan konsekuensi genetik negatif.
Menurut Hamid (2014) Dispersal merupakan salah satu pergerakan spesies melalui
aspek penyebaran. Terjadi dispersal memiliki suatu konsekuensi yaitu terjadinya
pencampuran antara keturunan dari induk yang berbeda sehingga memberi peluang yang
lebih besar untuk terjadi outbreeding, yang akan diikuti dengan munculnya variasi genetik
yang semakin beragam sehingga terjadilah keanekaragaman organisme.
Faktor dispersal (penyebaran) dibagi menjadi 2 yaitu (1). Faktor fisik meliputi suhu,
cahaya, struktur tanah, api dan aliran air. (2). Faktor Kimia meliputi air, oksigen, salinitas,
pH dan nutrients. Adapun faktor kendala dalam penyebaran (dispersal) adalah distribusi
untuk spesies tersebar tidak jelas dan spesies tersebar di area baru tetapi tidak dapat
berkembangbiak karena faktor biotik dan fisik yang mempengaruhinya (Hamid, 2014).
2. Bentuk Dispersal
Secara garis besar penyebaran hewan dalam ruang dibedakan menjadi tiga bentuk
penyebaran yaitu :
a) Penyebaran Acak : Pada bentuk ini kedudukan suatu individu pada suatu titik di
dalam ruang tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu
hewan lain yang ada pada titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
individu hewan dalam satu titik di dalam ruang, bebas tidak terpengaruh oleh
individu hewan yang lain. Contoh hewan yang melakukan penyebaran secara
acak adalah Hama wereng batang coklat.
b) Penyebaran Teratur (Seragam) : Pada bentuk penyebaran teratur ini
kepadatan populasi hewan hampir merata. Oleh sebab itu hasil pengamatan
kepadatan populasi pada setiap unit sampel relatif akan sama. Bentuk
penyebaran populasi demikian jarang dijumpai terjadi pada serangga yang
mempunyai sifat kanibal, sehingga satu individu yang lain kedudukannya akan
terpisah antara satu dengan yang lain. Bentuk penyebaran teratur secara
matematik akan dicirikan dengan besarnya nilai keragaman akan lebih kecil
daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan kepadatan populasi yang relatif
homogen tersebut.
c) Penyebaran Mengelompok : Bentuk penyebaran ini seakan-akan merupakan
kebalikan dari bentuk penyebaran acak, dimana kedudukan suatu individu
hewan pada suatu titik di dalam ruang akan dipengaruhi oleh atau pun
mempengaruhi kedudukan individu hewan lain yang ada pada titik yang lain.
Dengan perkataan lain kedudukan individu hewan yang lain akan saling
mempengaruhi. Contoh hewan yang menyebar secara mengelompok adalah
semut.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Dispersal
Dispersal merupakan factor pembatas dalam penyebaran hewan, factor penghambat
antara lain dorongan mencari makan, menghindari predator, factor iklim, atau terbawa oleh
angin seperti yang dialami oleh serangga.
a) Dorongan mencari makan : Makanan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan perubahan dari morfologi hewan seperti pada serangga Aphids
yang mempunyai sayap yang
akhirnya meninggalkan koloni
awal yang telah kelebihan
kapasitas. Sebagai contoh
penyebaran Aphid diakibatkan
karena kurangnya makanan,
kelebihan populasi, dan ingin
kawin.
b) Menghindar dari predator : Salah satu penyebab hewan ataupun serangga
seperti hama yang meninggalkan habitat aslinya karena munculnya predator
yang dapat mengendalikan hewan tersebut. Sehingga, hewan tersebu
tmeninggalkan habitat asli dan terjadi dispersal yang dilakukan oleh hewan.
Contohnya seperti kutu daun yang akan pergi dari habitatnya ketika ada semut
yang ada pada habitatnya.
c) Terbawa angin atau air : Hewan seperti serangga dapat terbawa oleh angin
atau air ke daerah lain, sehingga serangga tersebut terbawa dan menetap pada
daerah lain.
d) Perilaku kawin dan faktor fisik lainnya : Serangga dapat tersebar akibat dari
keinginan kawin kepada lawan jenis, sehingga serangga tersebut akan berpindah
misalnya Aphids akan menumbuhkan sayap agar dapat mencari lawan jenis
apabila terjadi persaingan dalam perkawinan. Tersebarnya serangga bisa juga
disebab faktor sex ratio, dimana ketidakseimbangan perbandingan antara
serangga jantan dan betina bisa menyebabkan salah satu serangga melakukan
penyebaran untuk mencari pasangan untuk melakukan kopulasi. Selain itu,
perubahan lingkungan dapat menyebabkan hewan melakukan migrasi.
e) Kemampuan Terbang : Kemampuan serangga dalam menyebar ditentukan
dengan kemampuan terbang dari serangga apakah dapat mampu terbang
dengan jarak yang jauh atau dekat, sebagai contoh belalang memiliki sayap
namun jarak terbangnya lebih pendek bila dibandingkan dengan ngengat dan
kupu-kupu yang juga memiliki sayap namun memiliki jarak tempuh yang jauh.
f) Perubahan Lingkungan.

4. Macam-macam Dispersal
a) Migrasi : Migrasi serangga adalah pergerakan musiman serangga, terutama
spesies capung, kumbang, kupu-kupu dan ngengat. Jarak migrasi dapat
bervariasi, tetapi kebanyakan melibatkan banyak individu. Terkadang individu
yang bermigrasi dalam satu arah tidak kembali dan generasi selanjutnya
mungkin bermigrasi ke arah yang berbeda. Contoh serangga yang bermigrasi
adalah kupu-kupu monark yang bermigrasi dari Kanada selatan ke Meksiko
tengah.
Monarch Butterfly
Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan, yang pada binatang dapat diperluas
artinya menjadi, perpindahan dari satu habitat ke habitat yang lain yang lebih
baik (cocok). Fenomena perpindahan ini umum terjadi pada binatang, termasuk
serangga. Perilaku ini terutama dipicu oleh kondisi lingkungan abiotik yang tidak
mendukung, misalnya karena terjadi perubahan suhu dan kelembaban yang
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
drastis akibat perubahan musim. Perubahan-perubahan tersebut berdampak
pula terhadap ketersediaan pakan bagi si serangga, sehingga alasan lain
perpindahan secara massal ini juga dalam rangka untuk mendapatkan lokasi
yang menyediakan pakan, dan biasanya sekaligus sebagai tempat berbiak yang
lebih memadai.
Migrasi dilakukan oleh banyak
spesies serangga, meskipun
hanya beberapa serangga yang
tercatat melakukan migrasi
yang dikategorikan fenomenal,
contohnya migrasi musiman
Kupu-kupu Raja (Monarch
Butterfly), Danaus plexippus
(Lepidoptera: Danaidae). Pada musim dingin mereka berpindah dari daerah asal
di Amerika Utara (termasuk Kanada) ke bagian selatan yang lebih hangat,
misalnya di wilayah selatan-tengah Meksiko (Garland & Davis, 2002), atau Kuba
(Dockx et al., 2004)dalam Putra (2009). Setelah musim semi tiba, mereka akan
bergerak pulang ke daerah asalnya di bagian utara Amerika. Jarak yang mampu
mereka tempuh tercatat sampai 4000 km.
b) Imigrasi : Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain
atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme;
didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini
akan meningkatkan populasi. Contohnya perpindahan hama wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens Stal.) dari suatu daerah pesawahan ke daerah
pesawahan lainnya sehingga terjadi peningkatan populasi hama wereng batang
coklat didaerah pesawahan yang didatanginya.
c) Emigrasi : Emigrasi hewan adalah pemencaran atau perpindahan individu
hewan keluar daerah populasi atau ke luar dari habitat populasinya. Emigrasi ini
akan mengakibatkan penurunan populasi hewan tersebut didaerah habitatnya.
Contohnya Kutu daun (Aphids) sering dipindah oleh semut ke bagian tanaman
atau tanaman lain untuk keperluan makanan (embun madu). Larva instar
pertama Meloidae (Coleoptera) yang disebut triungulin yang aktif bergerak dan
menempel pada bunga-bungaan supaya dapat pindah bersama lebah.
D. Dispersal Sebagai Faktor Pembatas
Dispersal atau penyebaran disatu sisi sangat berperan dalam perpindahan hewan
dari suatu tempat ke tempat lainnya namun di sisi yang lainnya penyebaran ini dapat
menjadi faktor pembatas dalam perkembangan hewan berkaitan dengan :
a) Ketersediaan makanan
Emigrasi suatu serangga hama ke suatu tempat akan mengakibatkan
meningkatnya populasi serangga pada daerah tersebut, disisi yang lain ketersediaan
makanan/pakan tidak mengalami peningkatan pada saat yang bersamaan akibatnya
akan terjadi persaingan dalam memperoleh nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
energi bagi serangga dampaknya akan meningkatkan mortalitas dan penurunan
natalias, Jika makanan tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan
cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan menurun.
Disaat yang bersamaan peningkatan populasi hama yang ada di areal berarti
ketersediaan makanan bagi musuh alami juga semakin banyak, sehingga populasi
musuh alami juga mengalami peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi,
peningkatan proporsi dari populasi hama akan mengalami gangguan, sehingga
mengurangi juga ketersediaan pakan bagi musuh alami.
Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan tingkat reproduksi,
Menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah musuh alami
menurun, maka tekanan terhadap populasi hama semakin menurun, sehingga jumlah
hama dilapangan akan meningkat, ketika jumlah hama di lapangan meningkat, makan
populasi musuh alami juga akan meningkat
b) Kemampuan berkembangbiak
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan
berkembang biak dan perbandingan kelamin. Perbandingan kelamin yang dimiliki
hama umumnya 1:1 namun pada keadaan tertentu perbandingan tersebut dapat
berubah. Misalnya pada keadaan jumlah makanan banyak tersedia perbandingan
antara jantan dan betina menjadi 1:3 sedangkan pada keadaan jumlah makanan
sedikit jumlah jantan dapat mencapai 90% sehingga populasi berikutnya menurun
c) Tidak Tersedianya Habitat/Ruang
Habitat adalah tempat dimana hewan dapat hidup. Hal ini termasuk tempat
istirahat, sembunyi, perlindungan ataupun tempat tinggal dan bersarang.
Menghilangkan atau mengurangi habitat yang disukai hewan/hama membuat
pertumbuhan hewan/hama menjadi jauh berkurang. Masuknya serangga hama ke
suatu areal dapat mengurangi ketersediaan habitat sehingga terjadi persaingan
dalam memperoleh ruang dan tempat, serangga yang kalah dalam persaingan ruang
dan tempat populasinya akan menurun.
d) Kompetisi intraspesifik
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Masuknya serangga ke suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya Kompetisi
intraspesifik, ini terjadi karena kepadatan populasi yang sedemikian rupatingginya,
sehingga kebutuhan akan makanan, tempat tinggal dan kebutuhanhidup lain dari populasi
tersebut menjadi di luar kemampuan daya dukung alamIingkungannya untuk menyediakan
atau mendukung kelangsungan hiduppopulasi tersebut. Akibatnya individu yang lemah
akan tertekan atau mati, ataumeninggalkan tempat tersebut pergi ke tempat lain, dan
bahkan kondisi demikiandapat rnendorong terjadinya kanibalisme.

E. Persebaran Hewan di Dunia


Wilayah persebaran fauna pertama kali diperkenalkan oleh Sclater (1858) dan
kemudian dikembangkan oleh Huxley (1868) dan Wallace (1876). Alfred Russel Wallace
mengelompokkan persebaran fauna di dunia menjadi 6 wilayah, yaitu :

1. Paleartic
Kawasan persebaran fauna paleartik meliputi bagian utara benua Asia dan Eurasia,
Himalaya, Afghanistan, Persia, Afrika, Inggris dan Jepang.Beberapa jenis fauna yang hidup
jenis fauna yang hidup di wilayah Paleartik antara lain : Beruang Panda (hewan endemik
wilayah Paleartik yang hanya ada di Cina), Tikus, Rus a kutub, Bison, Berua ng Kutub.
2. Neartic
Kawasan ini meliputi daerah Holartic, yaitu meliputi seluruh Amerika Utara, dataran
tinggi Meksiko dan Greenland. Beberapa jenis fauna khas di wilayah Neartik antara lain
:Antelop bertanduk cabang tiga, prairie dog sejenis tupai dari Amerika Utara,
kolkum(kalkun), burung biru, salamander, bison, karibou, mockingbird dan muskox.

3. Ethiopian
Persebaran fauna Ethiopian ini meliputi daerah Afrika sebelah selatan, gurun Sahara,
Madagaskar dan wilayah Arabia bagian selatan. Wilayah Ethiopian memiliki kurang lebih
160 vertebrata darat, dan memiliki beberapa fauna khas. Contohnya, singa, cheetah,
jerapah, zebra, gajah afrika, burung unta, unta, kudanil, simpanse.

4. Oriental
Wilayah persebaran fauna oriental meliputi seluruh Asia Tenggara dan selatan
termasuk Indonesia bagian barat. Kondisi lingkungan fisik wilayah Oriental cukup
bervariasi, sebagian besar beriklim tropis sehingga banyak terdapat hutan tropis yang kaya
akan flora dan fauna. Beberapa fauna khas yang hidup di wilayah Oriental antara lain :
Badak bercula satu, gajah, bekantan, gibbon, orang utan, harimau, tapir, monyet, anoa,
komodo.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021

5. Australian
Daerah yang termasuk dalam wilayah persebaran fauna Australis adalah benua
Australia, Selandia Baru, Papua, Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitar samudera Pasifik.
Beberapa hewan khas wilayah fauna Australia antara lain :,

Kiwi, Koala, Oposum Layang (pemanjat berkantung), Kangguru Pohon

Burung Penghisap Madu, urung Emu, Kakaktua, Kasuari

Nokdiak (landak Irian), Wallaby, Cendrawasih, Kangguru.


Selain beberapa fauna di atas juga terdapat beberapa fauna endemik yang hanya
terdapat di satu wilayah, yaitu Tuatara (sphenodon punctatus) sejenis amphibi purba yang
hanya terdapat di Selandia Baru dan Tazmanian Devil yang terdapat di pulau Tasmania.

Tazmanian Devil
Tuatara (sphenodon punctatus)
6. Neotropik
Wilayah Neotropis adalah salah satu dari delapan wilayah biogreografi yang berada
di permukaan tanah Bumi. Secara fisik, ini meliputi wilayah ekologi terestrial dari benua
Amerika dan seluruh zona hangat Amerika Selatan. Contoh jenis fauna yang ada di wilayah
neotropik adalah kukang, armadillo, alpaka, kelelawar penghisap darah, orang utan,
siamang, trenggiling, menjangan, sejenis babi, kuda, kera dan tapir.

F. Studi Kasus
1. Diversitas dan Potensi Kelelawar Megachiroptera sebagai Disperser dan
Polinatordi Hutan Harapan, Jambi
Studi ini dilakukan untuk mengetahui jenis kelelawar Megachiroptera yang terdapat
pada kawasan Hutan Harapan, untuk mengetahui jenis kelelawar Megachiroptera
yang berpotensi sebagai pemencar biji (dispensar agent) dan penyerbuk tumbuhan
(polinator) pada kawasan Hutan Harapan dan untuk mempelajari waktu aktif
harian kelelawar Megachiroptera dalam memencarkan biji dan menyerbuki
tumbuhan di kawasan Hutan Harapan, Jambi. Metode yang digunakan adalah
purposive samplingdengan menggunakan perangkap mist netyang dipasang
sebanyak 90 trap–nightdilakukan pada Januari-Juli 2013.
Dari studi ini kita ketahui bahwa hewan juga turut berperan dalam penyebaran
tumbuhan salah satunya adalah kelelawar.
2. Penandaan serangga hama dengan Radioisotop untuk studi pola pemencaran,
migrasi dan estimasi kepadatan populasi
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI HEWAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021

REFERENSI

Al-Qur’an
Chapin, F.S., P. A. Matson., H. A. Mooney. 2002. Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology.
Springer. United States of America.
Asmiandy Hamid. 2014. Ekologi Populasi. https://docs.google.com/presentation/d/1S-
oXqRsEWkiLrLqjAsdnGisGRlbcdwsje3gNOTvvNM0/edit#slide=id.i0 . diakses
pada tanggal 31 Oktober 2021.
Husamah., dkk. 2017. Ekologi Hewan Tanah (Teori & Praktek). Malang : Universitas
Muhammadiyah.
Maknun, Djohar. 2017. Ekologi : Populasi, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan Kampus Hijau
Asri, Islami & Ilmiah. Cirebon : Nurjati Press.
Ramona, F. (2019). Diversitas dan Potensi Kelelawar Megachiroptera sebagai Disperser dan
Polinator di Hutan Harapan, Jambi Diversity and Potential of Megachiroptera Bats
as Dispersal Agent and Polinator at Harapan Rainforest, Jambi.
Sumarto, Saroyo., & Roni Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Bandung : CV. Patra Media Grafindo.
Sutrisno, S. (2013). Penandaan serangga hama dengan Radioisotop untuk studi pola
pemencaran, migrasi dan estimasi kepadatan populasi. Jurnal Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai