Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amelia Silvera

Kelas : XII – MIPA 1


No. Absen : 5

PENGAMATAN DAN ANALISIS LEMBAGA MK – 21 OKTOBER 2020

1. Amatilah sebuah artikel bebas yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi baik
tugas maupun wewenang!
2. Kaitkan dengan Mahkamah Konstitusi yang ideal dengan UUD 1945.
3. Laporan bisa diketik maupun foto tulis tangan.

Lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) telah diatur sedemikian rupa dalam UUD 1945.
Artikel mengenai revisi UU MK yang dinilai mengandung unsur kepentingan pribadi dikritisi
oleh berbagai pihak.

Pada aturan peralihan revisi UU, tepatnya dalam Pasal 87, ditetapkan ketentuan
perubahan UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK juga berlaku bagi hakim konstitusi yang
saat ini menjadi petahana. Perubahan aturan ini dinilai menguntung para hakim.

Terdapat tiga permasalahan pokok dari 14 poin perubahan rancangan UU (RUU) tersebut.

Pertama, kenaikan masa jabatan ketua dan wakil ketua MK dari dua tahun enam bulan
menjadi lima tahun. Kedua, menaikkan syarat usia minimal hakim konstitusi dari 47 tahun
menjadi 60 tahun. Ketiga, masa jabatan hakim konstitusi diperpanjang menjadi hingga usia
pensiun, yaitu 70 tahun.

Hakim-hakim konstitusi inilah yang mendapat keuntungan dari perpanjangan masa


jabatan hakim ketua dan wakil ketua, dan perpanjangan sampai masa pensiun, yakni sampai
usia 70 tahun.

Selain itu, UU Mahkamah Konstitusi hasil revisi ini juga dinilai cacat formil fan
inkonstitusional. Pasalnya, revisi UU tersebut berlangsung tertutup dan tergesa-gesa,
sehingga tak mengakomodir aspiarsi publik maupun Mahkamah Konstitusi sendiri.

Iktikad pembentukan UU dibalik revisi ini terlihat jelas dari segi prosedural
pembentukan UU, yakni penyimpangan supremasi konstitusi. Pembuat undang-undang
bukan lagi melanggar UU Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, tetapi sudah melanggar konstitusi sebagai hukum tertinggi, tepatnya
pasal 1 ayat (2) tentang kedaulatan rakyat, serta pasal 1 ayat (3) tentang negara hukum.
Bagaimanapun, Undang-Undang tentang kekuasaan kehakiman, termasuk revisi
Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, harus dibahas secara hati-hati dan dengan kepala
dingin. Sebab, materi muatannya mengandung keluhuran dan marwah Mahkamah
Konstitusi itu sendiri.

Meskipun hal ini menjadi polemik di tengah masyarakat, rancangan Undang-Undang


(RUU) tentang Mahkamah Konstitusi ini tetap disahkan menjadi UU melalui rapat Paripurna
DPR. Padahal, seharusnya Mahkamah Konstitusi perlu mengkaji ulang dalam membuat atau
merevisi UU sebelum disahkan. Sebagaimana yang telah diatur dalam UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai