Anda di halaman 1dari 4

Indische Partij (IP) didirikan oleh E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setyabudi), dr.

Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Mereka
terkenal dengan sebutan Tiga Serangkai.

Sebelum membentuk Indische Partij, mereka telah mempropagandakan Hindia untuk Hindia.
Douwes Dekker ingin menanamkan perasaan kebangsaan terhadap orang-orang kulit putih dan kulit
berwarna yang lahir di Hindia (Indonesia). Ia ingin menyatukan orang-orang kulit putih dan kulit
berwarna.

Indische Partij adalah organisasi di Indonesia yang pertama kali bergerak dalam bidang politik. Untuk
mewujudkan cita-citanya, Indische Partij dalam program kerja telah menetapkan langkah-langkah
sebagai berikut:

a. meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia);

b. memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun


kemasyarakatan;

c. berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia;

Karena sifatnya yang progresif dengan tujuan ingin merdeka, pemerintahan Hindia Belanda bersikap
tegas terhadap Indische Partij. Permohonan Indische Partij untuk mendapat pengakuan sebagai
badan hukum pada bulan Maret 1913 ditolak pemerintah kolonial Belanda.

2.

Indische Partij (IP) berdiri di Bandung pada 25 Desember 1912. Tokoh pendiri Indische Partij (IP)
dikenal dengan sebutan tiga serangkai, yang terdiri dari Douwes Dekker (ketua), Suwardi
Suryaningrat (wakil ketua), dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai
berikut.

1. Douwes Dekker

Nama lengkap beliau adalah Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi. Beliau lahir pada 8
Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda,
ibu seorang Indo. Beliau meninggal pada 28 Agustus 1950 (umur 70) di Bandung, Jawa Barat,
Indonesia.
Pendidikan dasar beliau ditempuh di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke HBS di
Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah
beliau bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana beliau
menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun. Beliau seringkali melakukan
tindakan membela mereka. Tindakannya itu membuat beliau kurang disukai rekan-rekan kerja,
namun disukai pegawai-pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernya, beliau dipindah ke
perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan
manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia
dipecat.

2. Dr. Cipto Mangunkusumo

Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo dilahirkan di Pecangakan, Ambarawa pada
tahun 1886. Beliau meninggal di Jakarta pada 8 Maret 1943. Beliau adalah seorang tokoh pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal
sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap
pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh
pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.

3. Suwardi Suryaningrat

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Suwardi Suryaningrat) dan sejak tahun 1922 namanya menjadi
Ki Hadjar Dewantara. Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan meninggal di Yogyakarta
pada 26 April 1959. Beliau adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Beliau adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari
semboyan ciptaannya, yaitu tut wuri handayani, menjadi slogan bagi pendidikan di Indonesia.

Di dalam rapat pendirian IP pada tanggal 25 Desember 1912 ditetapkan pula anggaran dasarnya.Lalu
anggaran dasar itu diberikan kepada pemerintah untuk mendapatkan pengesahan supaya
menjadikan IP berbadan hukum. Sikap Gubernur jendral Idenberg terhadap IP berbeda dengan
sikapnya kepada Budi Utomo maupun Sarekat Islam. Sikapnya terhadap Budi Utomo dan Sarekat
Islam sangat berhati-hati,namun sikapnya terhadap IP sangat tegas. Gub.Jen. Idenberg menolak
anggaran dasar IP dengan surat keputusan tanggal 4 Maret 1913. Alasan penolakannya yaitu karena
perkumpulan itu berlandas politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum, harus
dilarang pendiriannya, menurut pasal 111 RR".

Di dalam rapat tanggal 5 Maret 1913 pimpinan IP memutuskan untuk mengubah bunyi pasal 2
tentang tujuan IP .

Setelah diubah bunyinya menjadi:


a. Memajukan kepentingan anggota di dalam segala lapangan, baik jasmani maupun rohani.

b. Menambah kesentosaan kehidupan rakyat di Hindia Belanda.

c. Berdaya upaya menghilangkan segala rintangan dan Undang-undang Negara yang menghalangi
terciptanya tujuan, dan

d. Minta diadakan undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang menunjang tercapainya tujuan.

Tanggal 5 Maret 1913 IP mengajukan lagi untuk kedua kalinya anggaran dasar agar dapat disahkan
oleh pemerintah. Dengan surat keputusan tanggal 11 Maret 1913 Gub.Jend. menolak anggaran
dasar IP yang baru. Bunyi penolakan itu adalah:

"Menimbang bahwa perubahan yang diadakan pada pasal 2 anggaran dasar itu, sekali-kali tidak
bermaksud merubah dasar dan jiwa organisasi itu yang sebenarnya, yang diterangkan dalam surat
keputusan tanggal 4 Maret 1913 No.1 maka kenyataan itu adalah jelas daripada keterangan ketua
organisasi IP, atas pernyataan cabang Indramayu yang tertulis di dalam notulen persidangan tanggal
25 Desember 1912 dan dilampirkan di dalam surat permohonan pucuk pimpinan IP tanggal 16 Maret
1913. Maka berhubung dengan itu, pemerintah Hindia Belanda tetap menguatkan surat keputusan
tanggal 4 Maret 1913".

Walaupun kemudian pucuk pimpinan IP beraudiensi kepada Gub.Jend Idenburg untuk mengulangi
permohonan badan hukum itu, tetapi pemerintah Hindia Belanda tetap pada pendiriannya.

Dengan adanya penolakan itu berarti IP menjadi partai terlarang dan hanya berusia 6 Bulan.
Meskipun usianya pendek tetapi semangat dan jiwa IP tetap mendapatkan tempat pada para
pemimpin pergerakan saat itu.

Visi : Mengembalikan kejayaan Indonesia

Misi :

· Mewujudkan Negara yang kuat, unggul dan terdepan dengan segala cara.

· Nasionalisasi perusahaan pertambangan asing

· Penerapan hukuman mati untuk koruptor

· Mensejahterakan rakyat dengan system ekonomi koperasi

· Menerapkan sikap dan sifat disiplin dalam kehedipan bernegara

· Mencetak manusia Indonesia yang setia dan mencintai Negara.


Tujuan Indische Partij

Untuk membangun rasa patriotisme semua bangsa Indonesia kepada tanah air yang telah memberi
lapangan hidup kepada mereka.

Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaran

Memajukan tanah air Indonesia

Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka

Karena mendapat penolakan dari organisasi lainnya, IP akhirnya melakukan beberapa usaha agar
dapat bekerja sama dengan Bumiputera, usahanya tersebut antara lain :

Menyerap cita-cita nasional Hindia

Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam bidang pemerintahan maupun
kemasyarakatan

Memberantas berbagai usaha yang bisa mengakibatkan kebencian antar agama. Sejarah
terbentuknya agama kristen

Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan

Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia

Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat ekonomi
mereka yang lemah

Anda mungkin juga menyukai