TRAUMA MEDULA SPINALIS servikal, thoracal dan lumbal yang menyebabkan kelumpuhan ekstremitas
bawah, disfungsi defekasi dan berkemih.
Oleh kelompok 2
1. Arti
2. Asri
3. Ayu
4. Bella
5. Betty
6. Catur
7. Citra
8. Danang
9. Darsono
A. PENGERTIAN
C. FAKTOR RESIKO :
1. Jenis kelamin, Pria 80 % lebih beresiko daripada wanita
2. Usia 16-30 tahun, dengan alasan kecelakaan yang sering terjadi pada usia
tersebut.
3. Olahraga, beberapa kegiatan olahraga juga dapat menyebabkan trauma
medulla spinalis, misalnya gulat, menyelam di air dangkal, berselancar,
roller-skating, hockey
4. Memiliki kelainan tulang dan sendi
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kegawat daruratan
1. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : head
tilt, chin lip, jaw thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke
belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi
nasofaring.
3. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan neck
collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang
belakang.
4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen
5. Menyediakan oksigen tambahan.
6. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse
oksimetri.
7. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.
Pemeriksaan diagnostik trauma medulla spinalis meliputi :
8. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan
1. Sinar X spinal : Menentukan lokasi dan jenis cidera tulang
pengaruh dari hipotensi dan bradikardi.
(fraktur/dislokasi)
9. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
2. CT-Scan : Menentukan tempat luka/jejas
10. Meningkatkan tekanan darah
3. MRI : Mengidentifikasi kerusakan saraf spinal
11. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan
4. Foto rontgen thoraks : Mengerti keadaan paru-paru AGD :
memulihkan spinal cord : steroid dengan dosis tinggi diberikan
Menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8 jam setelah kejadian
12. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat ukuran kaki untuk menghindari benturan dan gesekan kaki,
kesadaran pasien. memakai kaos kaki yang terbuat dari bahan katun dan
13. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan melakukan masase dengan teratur.
kemungkinan aspirasi jika ada indikasi Obat-obatan, Pemberian farmakoterapi pada penderita Trauma
14. Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih. Medulla Spinalis adalah pemberian kortikosteroid dosis tinggi
khususnya metil prednison untuk memperbaiki prognosis dan
b. Medis
mengurangi kecacatan bila diberikan dalam 8 jam cedera.
Kemudian pemberian steroid dosis tinggi seperti Mannitol
Penatalaksanaan medis pada penderita trauma medulla spinalias adalah sebagai
(diberikan untuk menurunkan edema), Dextran (diberikan untuk
berikut :
mencegah tekanan darah menurun dan memperbaiki aliran
daerah kapiler).
1. Konservatif
terdiri atas : Reduksi dan Traksi Skeletal, Penatalaksanaan Trauma medulla
spinalis memerlukan immobilisasi dan reduksi dislokasi
Penatalaksanaan Perkemihan, yaitu dengan pemasangan kateter
(memperbaiki posisi normal) dan stabilisasi columna vertebra.
urine dengan tujuan mempertahankan sedikitnya 30 cc/jam.
Penatalaksanaan Pernafasan, dengan menggunakan ventilator
2. Operatif
mekanis, mengajarkan tehnik batuk efektif untuk membantu
Penatalaksanaan tindakan operatif pada penderita trauma medulla
membersihkan jalan nafas.
spinalis adalah Laminectomy. (Hudak and Gall dalam Moellate 2009)
Latihan Usus, tujuan dari latihan usus ini adalah untuk
mempertahankan dan mencapai kontinensia usus.
Perawatan Kulit, dengan menggunakan krim / lotion,
menggunakan alas untuk mencegah lembabnya kulit di bawah
permukaan tubuh, menggunakan sepatu yang cukup dengan