SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO TAHUN AJARAN 2021/2022 IMM (IKATAN MAHASISWA MUHAMMADDIYAH) GERAKAN DAKWAH MUHAMMADIYAH
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) ialah organisasi mahasiswa Islam di Indonesia
yang memiliki hubungan struktural dengan organisasi Muhammadiyah dengan kedudukan sebagai organisasi otonom. Memiliki tujuan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.Keberadaan IMM di perguruan tinggi Muhammadiyah telah diatur secara jelas dalam qoidah pada bab 10 pasal 39 ayat 3: “Organisasi Mahasiswa yang ada di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah Senat Mahasiswa dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)”. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) didirikan di Yogyakarta pada tangal 14 Maret 1964, bertepatan dengan tanggal 29 Syawwal 1384 H. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dalam tulisan ini penulis akan mengulas secara gamblang berkenaan dengan gerakan dakwah yang dibangun oleh salah satu organisasi ortonom (ortonom) Muhammadiyah tersebut. IMM dalam mempolakan gerakannya menganyam tiga bidang yakni : pertama, bidang keagamaan yang mefokuskan diri kepada pemahaman al-Qur’an dan al-hadis yang otentik. Sebagaimana halnya Muhammadiyah, IMM juga berkomitmen untuk mengikis bid’ah dalam amalan-amalan ibadah murni seperti shalat. Beriman, berarti mempunyai tujuan yang benar yakni ridla Tuhan, sedangkan berilmu berarti mengerti ajaran secara benar.Ilmu dan iman bak dua sisi mata uang yang sama. Keberadaan yang satu mesti didukung oleh yang lain. Albert Eisten mengatakan “iman tanpa ilmu seperti orang buta dan ilmu tanpa iman laksana orang lumpuh”. Senada dengan Eisten, Nurcholish Madjid menandaskan, Iman membuat orang berkiblat pada kebaikan. Tapi iman tanpa ilmu tidak menjamin kesuksesan. Ilmu membuat orang cakap berbuat nyata,namun tanpa bimbingan iman, justru ilmunya itu akan membuat ia celaka, malah lebih celaka dari orang lain yang tidak berilmu. Maka Nabi bersabda: “Barangsiapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, maka ia tidak bertambah apa-apa kecuali semakin jauh saja dari Allah. ”Dengan demikian, IMM menghendaki kader yang semakin beriman maka ia semakin haus akan ilmu pengetahuan, dan begitu pula sebaliknya, semakin berilmu ia maka keimanannya akan semakin mantap. Tak ubahnya laksana ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk” Namun tingkat keimanan dan kapasitas keilmuan yang mumpuni mesti diwujudkan dengan amal yang nyata. Iman, ilmu dan amal, merupakan setali tiga uang. Iman dan ilmu Kader IMM harus memainkan peranan di tengah-tengah masyarakat. Seorang kader tidak boleh terjebak di “puncak piramida” strata sosial. “Penyakit” mahasiswa pada umumnya, setelah mereka mengenyam pendidikan tinggi, kebanyakan di antara mereka sulit untuk mentransfer pengetahuan kepada masyarakat, bisa jadi karena bahasa yang “melangit” dengan segudang istilah ilmiah, atau mungkin pula mereka “gagap” dengan masyarakat awam.Dalam hal ini, IMM sebagai lokomotif pergerakan dituntut untuk menggiring para kader agar bisa menjadi sang pencerah di lingkungan yang mereka tempati. Dengan demikian sang kader tidak hanya Cumlaude di kampus, tapi juga mesti menggodolSumma Cumlaude di ranah ummat. Bertambahnya tahun senantiasa diiringi dengan meningkatnya tantangan hidup. IMM menjelang usianya yang ke-50, mesti memformulasikan konsep dakwah sesuai konteks zaman agar bisa menjelajahi segenap sisi kemasyarakatan. Namun perlu diingat, IMM bukan lah merupakan saingan bagi kalangan organisasi dakwah yang lain, hal ini tercermin dari slogan Billahi fi Sabilill Haq Fastabiqul Khairat.Artinya IMM menjadikan organisasi dakwah yang telah ada dan yang mungkin akan ada sebagai mitra untuk “berkompetensi” dalam mendapatkan ridla-Nya. Ada banyak metode dakwah yang ditampilkan sebut saja, M.Quraish Shihab dengan metode tafsir al-Misbhanya, M.Nur Maulana dengan slogan Islam itu indah, AA Gym yang mengusung Manajemen Qolbu, dan masih banyak lagi pendakwah lainnya yang tidak mungkin kita sebutkan di sini satu persatu.IMM menggarap celah lain yang sempat tertinggal dari sorotan pendakwah tersebut dengan merambah tiga ranah sebagaimana keagamaan (dalam artian khusus),keilmuan, dan pengabdian pada masyarakat. IMM perlu menjalin kerja sama, agar tidak terjadi adanya. Sebagaimana dikatakan Oleh Immawan Kadarisman S,Pdi selaku Ketua Bidang Tabligh dan Kajian KeIslaman DPP IMM Periode 2016-2018) Beberapa problematika kehidupan masyarakat yang menjadi tantangan IMM dalam gerakan dakwahnya salah satunya dan yang paling mendasari adalah pendangkalan aqidah dan kemerosotan akhlak atau moral, inilah yang menjadi permaslahan penting dalam gerakan dakwah khususnya bagi IMM sendiri. Kemerosotan akhlaq ini bukan tanpa sebab tetapi dapat kita ambil garis besarnya bahwa penyebab adanya kemerosotan akhlaq tersebut karena kurang nya pemahaman dan pengetahuan kader mengenai ideologi ikatan dan juga ideologi persyarikatan muhammadiyah. Berbicara ideologi muhammadiyah bukan tidak memiliki ideologi tetapi muhammadiyah memiliki haluan tersendiri yang mendasari setiap gerakannya yaitu “matan keyakinan dan cita – cita Muhammadiyah” , dengan demikian pengkaderan untuk mengembalikan nilai – nilai dan peningkatan akhlaq perlu dilakukan untuk mengingat kembali tugas pergerakan ,untuk mengingat kembali panggilan dakwah seorang kader,dan untuk mengingat kembali sebuah tujuan didirikannya ikatan ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dalam perjalannya IMM bukan hanya berfungsi bagi kepentingan ideologis regenerasi elite pimpinan (kader), tetapi penyiapan intelektual baru, yaitu suatu generasi baru dengan kemampuan ide-ide Kiai Dahlan bagi maksud pragmatis dan fungsional Islam dalam kehidupan duniawi yang beradab. Disinilah letak tanggungjawab sejarah dan teologis Muhammadiyah di masa depan, yang lebih mungkin diperankan oleh IMM. Senada dengan itu, tujuan IMM terbentuk adalah “mengusahakan terciptanya akademisi Islam yang berakhlak mulia untuk mencapai tujuan Muhammadiyah”. Tujuan ini yakni berdasarkan tiga aitem; akademisi Islam, akhlak mulia dan mencapai tujuan Muhammadiyah. Makna dan cita- cita yang diinginkan oleh Muhammadiyah pada IMM adalah melahirkan suatu cendekiawan muslim (kiai berkemajuan) yang berakhlak mulia dan mengupayakan terbentuknya masyarakat utama dalam perfektif Muhammadiyah (untuk Muhammadiyah). Untuk melahirkan seorang kader yang cerakhlaq mulia kita perlu memaknai maksud dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai pelangsung dakwah, IMM memahami dakwah sebagai seruan atau ajakan menuju keinsafan atau ikhtiar yang dilakukan untuk mengubah situasi dari yang buruk menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap diri sendiri, individu yang lain maupun masyarakat secara umum. Perwujudan dakwah IMM bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah IMM harus lebih berperan menuju kepada aktualisasi ajaran Islam secara kaffatan dalam berbagai aspek kehidupan. Pada kenyataannya dalam mendakwahkan Islam, IMM senantiasa menjumpai berbagai kendala dan tantangan. Realitas dakwah Islam menjadi problem keagamaan yang krusial dan terkadang dilematis. Pola gerakan dakwah pada trilogi gerakan IMM, tidaklah berjalan semulus yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat diupayakan untuk mengatasi problematika diatas antara lain yang Pertama, melakukan sebuah pengkaderan pada setiap anggota IMM sehingga perlu disini adanya kesadaran hati seorang kader untuk lebih memaknai setiap perjuangan dakwah pergerakan yang mana merupakan salah satu bentuk pengabdian kita untuk muhammadiyah, oleh karena itu, IMM memiliki tanggung jawab akan mengembalikan semangat dakwah ke- Islaman guna memberikan pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah al-maqbulah secara komprehensif, baik secara tekstual maupun kontekstual kepada kader-kadernya, juga kepada masyarakat secara umum. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah tersebut, harus dimiliki oleh segenap kader IMM, tidak hanya memahaminya secara tekstual saja tetapi lebih dari itu, kader IMM harus mampu mengelaborasi dan mengekspolarasikannya secara kontekstual (kekinian) sehingga Al-Qur’an dan As-Sunnah benar-benar hadir sebagai solusi terhadap banyaknya persoalan-persoalan keumatan dan keagamaan. Di samping itu, dalam tugas dakwah ke-Islaman ini, IMM harus berkomitmen untuk memurnikan ajaran Islam dari Takhayyul, Bid’ah, dan Khurafat. Sebagaimana misi awal lahirnya Muhammadiyah. Perlu diketahui, tidak mudah memberantas “penyakit agama” di atas, oleh karena itu, IMM harus mampu mencari formulasi dan strategi dakwah baru yang lebih rasional dan kontekstual. Dalam konteks paham keagamaan, IMM harus menjadi benteng penjaga Aqidah umat, yang mulai tergoyahkan dengan hadirnya kembali paham-paham keagamaan yang cenderung jauh melenceng dari ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, maupun paham agama yang kemunculannya terbilang baru yang juga tidak sesuai dengan ajaran yang diyakini oleh Islam. Yang kedua, IMM sebagai organisasi pergerakan bukan hanya sekedar pengontrol kebijakan pemerintah tetapi yang lebih baiknya dapat melakukan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Kemampuan ini merupakan suatu hal yang wajib dimana dengan jargonnya sebagai pembela rakyat, pembela rakyat ini dapat ditafsirkan paling tidak kader amanahnya ,hal ini dapat dilakukan dengan mendampingi masyarakat khususnya kader Muhammadiyah sendiri ,sehingga apa yang dilakukan dapat sejlan dengan yang di cita – citakan muhammadiyah yaitu membentuk sebuah masyarakat islam yang sebenar – benarnya melalui dakwah yanng disampaikan oleh setiap pergerakan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang mengajak pada kebaikan. Yang ketiga, perlu adanya ikatan ini membentuk sebuah kegiatan yang mampu membangkitkan semangat dakwah para kader dan mampu meng aktualisasikannya dalam kehidupannya, Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini, terkadang membuat akal manusia berpikir dan bertanya melampui kapasitasnya sehingga tidak jarang muncul pemikiran-pemikiran ke-Islaman yang liberal dan sekuler bahkan sampai pada tingkatan ateisme. Jika hal ini dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan merambat ke tubuh IMM itu sendiri. Tidak menafikan kemerdekaan berpikir kritis kader tetapi mengharapkan kader IMM dalam semangat keilmuannya harus terbingkai dalam religiusitas yang kuat. Jika ilmu tidak dibingkai dengan Iman maka benarlah apa yang dikatakan oleh Nurcholis Majid bahwa Ilmu membuat orang cerdas dalam berbuat, namun tanpa bimbingan iman, justu ilmu akan menjadi malapetaka buat dirinya sendiri bahkan lebih celaka dari orang tidak berilmu. kembali ideologi muhammadiyah perlu dilakukan agar setiap nafas perjuangan pergerakan para kader ikatan pelajar muhammadiyah tidak melenceng dari apa apa yang telah benar. Dalam sebuah artikel imm yang saya baca tentunya muhammadiiyah sangat mengharapkan adanya kader kader IMM yang mampu melanjutkan sepak terjang para pemimpin muhammadiyah yang tak selamanya mampu mendakwahkan semangat pergerakan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ) sebagai satu-satunya organisasi otonom Muhammadiyah yang elit ( elit karena hanya mahasiswa yang bisa menjadi anggota IMM ) tidaklah boleh diam melihat kondisi tersebut Salah satu gerakan/ solusi menjawab Krisis Mubaligh/ Dai Muhammadiyah ini ,dapat kita mengambil contoh pada Bidang Tabligh dan kajian ke-Islam-an Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Tengah ( DPD IMM Jateg ) telah melaksanakan Pelatihan Nasional Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah atau di singkat Platnas M3. Platnas M3 ini dilaksanakan pada tanggal 4- 6 mei 2018 dengan peserta dari Perwakilan Pimpinan Komisariat dan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Bidang Tabligh dan Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah seluruh Indonesia,adanya kegiatan seperti itulah yang mampu menumbuhkan kembali semangat dakwah dan tentunya semangat perjuangan pengabdian untuk muhammadiyah dan negara. Dalam Setiap Dakwah tentunya ada banyak tantangan yang harus dihadapi namun tentunya setiap tantangan akan terlewati ,namun perlu di ingat terlewati bukan berarti pergi begitu saja melainkan kita sebagai kader IMM tentunya harus mampu menjadikan tantangan itu terlewati dengan cara yang baik. DAFTAR PUSTAKA