Resume
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dosen Pengampu
Dra. Zulmiyetri, M.Pd
Oleh
Rimal (18004091)
B. Tujuan Identifikasi
Manning (dalam Syamsi dan Haryanto, 2018:3) berpendapat dalam usaha
pelaksanaan kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan
atau tujuan, yaitu (1) screening (penyaringan), (2) referral (pengalihtanganan), (3) klasifikasi,
(4) perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan kemajuan belajar. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1) Screening (Penyaringan)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Identifikasi berfungsi menandai anak-anak yang menunjukkan gelaja-
gejala seperti: sering sakit-sakitan, mudah mengantuk di dalam kelas, sulit berkonsentrasi,
lamban dalam menerima pelajaran, prestasi belajar selalu di bawah rata-rata kelas, ataupun
kesulitan untuk dibaca. Proses tersebut dapat membantu mengetahui anak-anak yang
mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu sehingga tergolong anak berkebutuhan khusus
(Nawangwulan, 2019).
2) Referral (Pengalihtanganan)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringanm selanjutnya
individu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, ada anak yang perlu dirujuk
ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam
bentuk layanan pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada anak yang perlu dikonsultasikan ke
ahli lain terlebih dahulu (referral), seperti psikolog, dokter, orthopedagog, dan terapis,
kemudian ditangani oleh guru (Syamsi dan Haryanto, 2018: 4).
3) Klasifikasi
Kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan anak yang telah dirujuk ketenaga
profesional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi
pelayanan pendidikan khusus. Apabila berdasarkan pemeriksaan tenaga profesional
ditemukan maslah yang perlu penanganan lebih lanjut (pengobatan, terapi, dan
sebagainya), guru lalu mengkomunikasikan kepada orangtua siswa yang bersangkutan. Pada
tahap klasifikasi, guru tidak mengobati atau memberi terapi sendiri tetapi memfasilitasi dan
meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak. Guru hanya memberikan pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Jika tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat
bahwa anak memerlukan penanganan lebih lanjut, anak dapat dikembalikan ke kelas untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler (Syamsi dan Haryanto, 2018: 4).
4) Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan
program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi.
Setiap jenis dan gradasi (tingkat 8 kelainan) anak berkebutuhan khusus memerlukan
program pembelajaran yang berbeda satu sama lain (Syamsi dan Haryanto, 2018: 4).
5) Pemantauan Kemajuan Belajar
Kemajuan belajar dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran yang
diberikan berhasil atau tidak. Dalam kurun waktu tertentu, anak yang tidak mengalami
kemajuan yang signifikasi, perlu ditinjau kembali beberapa aspek yang berkaitan, misalnya:
diagnosis yang telah dibuat tepat atau tidak, program pembelajaran individual (PPI),
bimbingan belajar khusus yang dibuat sesuai atau tidak, serta metode pembelajaran yang
digunakan sesuai atau tidak (Nawangwulan, 2019).
C. Sasaran Identifikasi
1) Sasaran Identifikasi
Secara umum sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah seluruh
anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangkan secara khusus (operasional),
sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah:
Anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
Anak yang belum/tidak bersekolah karena orangtuanya merasa anaknya tergolong
anak dengan kebutuhan khusus sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya;
sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya;
Anak yang drop-out Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah karena factor akademik.
2) Petugas Identifikasi
Untuk mengindentifikasi seorang anak apakah tergolong Anak Berkebutuhan Khusus
atau bukan, dapat dilakukan oleh: a) Guru kelas; b) Guru Mata pelajaran/Guru BK; c) Guru
Pendidikan Khusus; d) Orang tua anak; e) Tenaga profesional terkait.