Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN INKLUSI

Resume
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dosen Pengampu
Dra. Zulmiyetri, M.Pd

Oleh
Rimal (18004091)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


A. Anak Berkesulitan Belajar
Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuahan khusus yang
ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah
ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan
salah satu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang
berkaitan dengan masalah akademis .
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis kelainan
unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan yang lainnya.Untuk
mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat dilakukan berdasar pada tingkat
usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
1. Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) adalah
kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita belum belajar secara
akademis ,tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan
persepsi visual-audiotory,wicara,daya diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.
2. Kesulitan Belajar Akademik
Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok kesulitan
belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan bidang akademik di sekolah yang
sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu jenis/bidang akademik seperti
berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis
(disgraphia), kesulitan bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb .
Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami
anak yaitu:
 Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang
terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda
yang di pegang, sering memecahkan gelas kalau minum.
 Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada
motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat
aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering
salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis .
 Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini sering
dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika
 Disleksia: merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun
pemahaman
 Disphasia: kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam
berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan.
 Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi
pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.
B. Anak Lamban Belajar
Anak lamban belajar atau slow learner merupakan salah satu dari klasifikasi anak
berkebutuhan khusus dengan gangguan intelektual. Anak Lamban belajar atau slow learner
hampir dapat ditemukan di setiap sekolah, baik di sekolah biasa maupun di sekolah inklusi.
Biasanya lambat belajar dialami oleh anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi antara 81-
90. Pada tingkatan ini anak-anak tersebut memang tidak termasuk ke dalam golongan
retardasi mental namun kemampuan mereka untuk menangkap materi pelajaran terutama
di sekolah berada di bawah anak-anak lain yang memiliki tingkat intelegensi normal atau
diatas 91.
Anak lamban belajar bukanlah nak-anak yang tidak mampu dilatih dan dididik.
Mereka tetap mampu mempelajari apa yang dipelajari oleh anak-anak lain, namun dengan
waktu dan metode pembelajaran khusus karena jangkauan pemikiran mereka memang agak
lambat. Penyandang lambat belajar mengalami hambatan yang berdampak pada
keterlambatan dalam perkembangan psikisnya, yaitu perkembangan fungsi intelektual dan
kesulitan lain seperti penyesuaian diri dengan metode belajar pada umumnya. Keadaan
yang seperti inilah membuat anak lambat belajar membutuhkan kondisi dan penanganan
layanan pendidikan khusus sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan perkembangannya
untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya secara optimal agar mampu mengejar
ketinggalan dibandingkan dengan anak-anak lainnya. (Murtie, 2014)

1. Karakteristik anak lamban belajar


Anak lamban belajar mempunyai karakteristik atau ciri khas tertentu yang
membedakannya dengan anak normal. Menurut Triani & Amir (2013: 10-12) anak yang
mengalami kelambanan belajar (slow learner) mempunyai karakteristik sebagai berikut,
dalam hal:
 Inteligensi, Dari segi inteligensi anak-anak lamban belajar atau slow learner berada
pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala WISC. Anak dengan
IQ 70-90 ini, biasanya mengalami masalah hampir pada semua pelajaran terutama
pada mata pelajaran-mata pelajaran yang berkenaan dengan hafalan dan
pemahaman. Sulit memahami hal-hal yang abstrak, nilai hasil belajarnya rendah
dibanding dengan teman-teman dikelasnya.
 Bahasa, Anak-anak lamban belajar atau slow learner mengalami masalah dalam
komunikasi. Anak-anak ini mengalami kesulitan baik dalam bahasa ekspresif atau
menyampaikan ide atau gagasan maupun dalam memahami percakapan orang lain
atau bahasa reseptif oleh karena itu untuk meminimalisir kesulitan dalam berbahasa
anak slow learner sebaiknya melakukan komunikasi dengan bahasa yang sederhana,
singkat namun jelas.
 Emosi, Dalam hal emosi, anak-anak lamban belajar atau slow learner memiliki emosi
yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan meledak-ledak serta sensitive. Jika ada
hal yang membuatnya tertekan atau melakukan kesalahan, biasanya anak-anak
lamban belajar atau slow learner cepat patah semangat.
 Sosial, Anak-anak lamban belajar atau slow learner dalam bersosialisasi biasanya
kurang baik. Mereka sering memilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain
atau bahkan menarik diri. Walau pada beberapa anak ada yang menunjukkan sifat
humor. Saat bermain, anak-anak lamban belajar atau slow learner lebih senang
bermain dengan anak-anak dibawah usianya. Mereka merasa lebih aman, karena
saat berkomunikasi dapat menggunakan bahasa yang sederhana.
 Moral, Moral seseorang akan berkembang seiring dengan kematangan kognitifnya.
Anak-anak lamban belajar atau slow learner tahu aturan yang berlaku tetapi mereka
tidak paham untuk apa peraturan tersebtu dibuat. Terkadang mereka nampak tidak
patuh atau melanggar aturan. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan memori
mereka yang terbatas sehingga sering lupa. Oleh karena itu sebaiknya anak-anak
lamban belajar atau slow learner sering diingatkan.

C. Autis
Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang
kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang telah dapat dideteksi
sejak bayi berusia 6 bulan. Deteksi dan terapi sedini mungkin akan menjadikan si penderita
lebih dapat menyesuaikan dirinya dengan yang normal. Kadang-kadang terapi harus
dilakukan seumur hidup, walaupun demikian penderita Autisme yang cukup cerdas, setelah
mendapat terapi Autisme sedini mungkin, seringkali dapat mengikuti Sekolah Umum,
menjadi Sarjana dan dapat bekerja memenuhi standar yang dibutuhkan, tetapi pemahaman
dari rekan selama bersekolah dan rekan sekerja seringkali dibutuhkan, misalnya tidak
menyahut atau tidak memandang mata si pembicara, ketika diajak berbicara. Karakteristik
yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina
hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan
orang lain. Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian
dari Kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) dan juga merupakan
salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau
Pervasive Development Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia
merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut
tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku
penyandang autisme.Autisme adalah yang terberat di antara PDD.
D. Anak Tunaganda
Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis
kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga
dia tidak hanya dapat diatasi dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan
saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang
dimiliki.
Menurut Departemen Amerika Serikat, anak-anak yang tergolong tunaganda adalah
anak-anak yang mempunnyai masalah-masalah jasmani, mental, atau emosional yang
sangat berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut sehingga agar potensi mereka
dapat berkembang secara maksimal memerlukan pelayanan pendidiikan sosial, psikology,
dan medis yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum.
Menurut Johnston dan Magrab, Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan
perkembangan mencangkup kelompok yang memiliki hambatan-hambatan perkembangan
neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan
seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi masyarakat.

1. Ciri ciri anak tunaganda


Ciri-ciri anak tunaganda dibagi menjadi 2, yaitu ciri-ciri secara umum dan khusus..
Ciri-ciri secara umum
 Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
 Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat
 Seringkali menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan
 Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri
 Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya kostruktif
 Kecenderungan lupa akan keterampilan yang sudah dikuasai
 Memiliki masalah dalam megeneralisasikan keterampilan dari suatu situasi ke
situasi lainnya.
Ciri-ciri secara khusus
 Memiliki ketunaan lebih dari satu jenis. Misal : tunanetra dan tunagrahita,
tunanetra dan tunagrahita, tunanetra dan tunarungu-wicara, tunanetra dan
tunadaksa dan tunagrahita, dll
 Ketidakmampuan anak akan semakin parah atau semakin banyak bila tidak cepat
mendapatkan bantuan. Hal ini disebabkan kegandaannya yang tidak cepat
mendapatkan bantuan
 Sulit untuk mengadakan evaluasi karena keragaman kegandaannya
 Membutuhkan instruksi atau pemberitahuan yang sangat terperinci
 Tidak menyamaratakan pendidikan tunaganda yang satu dengan yang lain walau
mempunyai kegandaan yang sama.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Tunaganda
 Faktor Keturunan (Hereditas). Faktor ini berasal dari keturunan atau gen yang
dibwakan oleh orangtuanya.
 Faktor Sebelum Lahir (Prenatal). Ketika dalam kandungan janin mengalami
keracunan, kekurangan gizi, atau terkena infeksi.
 Saat sedang hamil, ibu yang mengandung menderita penyakit kronis, dan lain-lain.
 Proses persalinan yang menghabiskan waktu yang lama sehingga kehabisan cairan
 Persalinan yang dibantu dengan menggunakan alat sehingga terdapat syaraf yang
terganggu.
 Faktor Sesudah Lahir (Post Natal). Faktor ini disebabkan karena anak mengalami
sakit parah atau kronis, kecelakaan atau karena salah mengonsumsi obat.

3. Klasifikasi Tunaganda
Dari sekian banyak kemungkinan kombinasi kelainan, ada beberapa kombinasi yang
paling sering muncul dibandingkan kombinasi kelainan-kelainan yang lainnya, yaitu:
 Tunagrahita dengan Cerebral Palsy (CP). Terdapat suatu kecenderungan untuk
mengasumsikan bahwa anak-anak cerebral palsy (CP) anak-anak tungrahita. Adapun
penyebab terjadinya tunagrahita karena factor genetic atau factor lingkungan
sehingga adanya kerusakan pada sistem syaraf pusat yang dapat menyebabkan
rusaknya cerebral cortex sehingga menimbulkan tunagrahita.
 Tunagrahita dan tunarungu. Anak-anak tunarungu mengalami berbagai masalah
dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Sementara pada anak tunagrahita
mengalami kelambanan dan keterlambatan dalam belajar. Pada anak tunaganda hal
tersebut mungkin saja dapat terjadi, ia mengalami tunagrahita yang sekaligus
tunarungu. Karena terdapatnya kombinasi tersebut anak tunganda memerlukan
pelayanan yang lebih banyak daripada anak-anak yang mengalami tunagrahita dan
tunarungu saja.
 Tunagrahita dan masalah-masalah perilaku. Telah diketahui bahwa tunagrahita
terdapat hubungan antara tunagrahita dengan gangguan emosional. Biasanya
hubngan ini terjadi ada anak yang mengalami tunagrahita berat. Adanya gejala-
gejala bhwa tunagrahita yang cukup kuat dan nyata menyertai atau bersama
dengan gangguan emosional cendeurung untuk diabaikan atau dikesampingkan. Ini
berarti bahwa bagi anak-anak retardasi mental, mereka tidak disarankan untuk
memperoleh pelayanna psikoterapi atau[un terapi perilaku, padahal perilaku-
perilaku yang aneh pada anak adalah merupakan gejala tunagrahita berat atau
sangat berat.
 Kelainan utama tunarungu dan tunanetra. Anak buta tuli adalah seorang anak yang
memliki gangguan penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang
menyebabkan problema komunikasi dan perkembangan pendidikan lainnya yang
berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan baik di sekolah
yang melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang melayani untuk anak-
anka buta, dengan penanganan yang baik dan tepat, anak yang mengalami buta dan
tuli masih bisa dididik dan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai