Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolesterol merupakan masalah kompleks dalam tubuh manusia. Berdasarkan

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 proporsi penduduk Indonesia

dengan kadar kolesterol total di atas normal lebih tinggi pada perempuan (39,6%)

dibandingkan pada lakilaki (30,0%) dan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada

daerah pedesaan (Departemen Kesehatan, 2013). Pada tahun 2017 angka

kejadian hiperkolesterolemia sebanyak 39,8 % (Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesia, 2017).

Pemeriksaan kolesterol merupakan salah satu pemeriksaan profil lemak yang

cukup penting bagi masyarakat. Kolesterol merupakan bentuk lemak berwarna

kekuningan dan berbentuk menyerupai lilin. Sekitar 75% kolesterol dalam darah

diproduksi oleh hati dan sel-sel dalam tubuh. Kadar kolesterol normal dalam tubuh

adalah 160-200 mg/dl. Sebagian besar laboratorium kesehatan termasuk

laboratorium patologi klinik RSUD Kota Kendari melaksanakan pemeriksaan

kolestrol dengan menggunakan alat spektrofotometer. Spektrofotometri adalah

suatu alat yang dapat mengukur kadar kolestrol dalam sampel dengan

menggunakan prinsip absorbansi atau penyerapan cahaya.

Pemeriksaan kolesterol dapat dilakukan dengan sampel berupa serum.

Serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan disimpan dalam lemari es

supaya distribusi kolesterol tidak berubah dan enzim-enzim tidak sempat merubah

proporsi lipoprotein (Dwi, 2010).

1
Pada pemeriksaan kadar kolestrol dilakukan dengan menggunakan metode

kolorimetrik enzimatik (Cholesterol Oxidase Methode/CHOD PAP) yakni, metode

yang disyaratkan sesuai standar WHO/IFCC. Prinsip pemeriksaan kadar kolesterol

total metode kolorimetrik enzimatik adalah kolesterol ester diurai menjadi

kolesterol dan asam lemak menggunakan enzim kolesterol esterase. Kolesterol

yang terbentuk kemudian diubah menjadi Cholesterol-3-one dan hidrogen

peroksida oleh enzim kolesterol oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk

beserta fenol dan 4- aminophenazone oleh peroksidase diubah menjadi zat yang

berwarna merah. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi

kolesterol total dan dibaca pada λ 500 nm.

Kesulitan mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang sesuai sering

dialami oleh analis di laboratorium. Kesulitan dapat disebabkan oleh adanya

gangguan atau interferensi pada pemeriksaan. Interferensi dapat disebabkan oleh

zat endogen dan eksogen. Pengaruh zat pengganggu yang ada dalam sampel

dapat mengubah nilai benar (true value) pada hasil pemeriksaan yang dinyatakan

sebagai konsentrasi atau aktivitas analit sehingga dapat terjadi bias pada hasil

pemeriksaan (Kroll, 2012).

Interferensi adalah suatu kondisi terdapatnya komponen di dalam sampel

pasien yang dapat menyebabkan kesalahan pengukuran analit tertentu oleh alat

pengukur. Salah satu penyebab utama terjadinya interferensi adalah sampel

lipemik. Sampel lipemik merupakan sampel serum atau plasma yang keruh akibat

akumulasi partikel lipoprotein, terutama kilomikron dan very low density lipoprotein

(VLDL) sehingga sampel tampak berwarna seperti susu (Andrade, 2016).

2
Sampel lipemik dapat menginterferensi beberapa metode pemeriksaan

melalui beberapa cara antara lain pengurangan fraksi aqueos pada sampel,

partitioning dan gangguan transmisi cahaya. Pemeriksaan kolesterol pada panjang

gelombang 500 nm dengan menggunakan sampel lipemik dapat mengakibatkan

bias pada hasil pemeriksaan. Sampel lipemik menyebabkan cahaya yang

ditransmisikan akan terpendar dan mengabsorbsi sejumlah cahaya yang secara

proporsional berkebalikan dengan panjang gelombang yang diteruskan. Absorbsi

cahaya pada sampel lipemik relatif rendah pada panjang gelombang 700 nm,

namun meningkat secara linear hingga pada panjang gelombang 500 nm.

Peningkatan absorbs ini meningkat dengan cepat di antara panjang gelombang

500 nm hingga 320 nm.

Pemeriksaan kolesterol dengan menggunakan serum lipemik diperlukan

penanganan serum sebelum dilakukan pemeriksaan. Penanganan serum lipemik

dapat dilakukan dengan metode ultrasentrifugasi, presipitasi dan ekstraksi. Namun

pada sebagian kasus, serum lipemik terkadang tidak dapat ditangani secara baik,

terutama pada serum yang memiliki tingkat lipemik yang sangat tinggi. Hal tersebut

juga dapat memicu hasil berkurangnya akurasi pemeriksaan kolestrol total.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat lipemik ringan berhubungan dengan kadar kolesterol di RSUD

Kota Kendari?

2. Apakah tingkat lipemik sedang berhubungan dengan kadar kolesterol di RSUD

Kota Kendari?

3
3. Apakah tingkat lipemik tinggi berhubungan dengan kadar kolesterol di RSUD

Kota Kendari

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan

kejadian lipemik pada sampel serum dengan tingginya kadar kolesterol di

RSUD Kota Kendari

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis tingkat lipemik yang ringan dengan kadar kolesterol di RSUD

Kota Kendari

b. Menganalisis tingkat lipemik yang sedang dengan kadar kolesterol di RSUD

Kota Kendari

c. Menganalisis tingkat lipemik yang berat dengan kadar kolesterol di RSUD

Kota Kendari

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Praktis

Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi penting tentang

kejadian lipemik pada sampel serum dengan tingginya kadar kolestrol

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya

dalam penanganan serum lipemik

4
E. Kebaruan Penelitian

Table 1. Keaslian Penelitian

No Nama dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Solikin dan Muradi (2020) Pengukuran Derajat hipertensi


Hubungan Kadar Kolesterol kadar kolestrol
Dengan Derajat Hipertensi
Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Sungai Jingah
2 Daniati dan Erawati (2018) Pengukuran Tekanan Darah
Hubungan Tekanan Darah kadar kolestrol
Dengan Kadar Kolesterol LDL (LDL)
(Low Density Lipoprotein)
Pada Penderita Penyakit
Jantung Koroner Di RSUP.
Dr.M. Djamil Padang
3 Riyani A, dkk (2019). Pemeriksaan Penetapan
Penetapan Konsentrasi Alfa- serum lipemik Konsentrasi Alfa-
Siklodekstrin Dan Waktu Siklodekstrin
Sentrifugasi Dalam Preparasi
Serum Lipemik Pada
Pemeriksaan Aktivitas Enzim
Alkali Fosfatase
4 Wheny Mufita Sari, 2017. Pemeriksaan Pemeriksaan
Perbedaan Kadar Kreatinin laboratorium kadar kreatinin
Pada Serum Lipemik Yang dengan
Diolah Dengan Polyethylene menggunakan
Glycolhigh Speed 6000 8% sampel serum
Dan Sentrifugasi lipemik

5
5 Tamara (2020). Gambaran Pemeriksaan Mendeskripsikan
kadar trigliserida pada serum laboratorium satu hasil
lipemik dengan peeriksaan
menggunakan trigliserida
sampel serum
lipemik
6 Yehezkiel Yulio Chrisnadi Pemeriksaan Perlakuan
(2020). Pengaruh Variasi Kadar Kolestrol terhadap sampel
Kecepatan Sentrifugasi normal (bukan
Terhadap Hasil Pemeriksaan lipemik)
Kadar Kolesterol
7 Rizali Noor Maulana, dkk. Pemeriksaan Pemeriksaan
(2017). Perbedaan Kadar laboratorium Kadar albumin
Albumin Pada Serum Lipemik dengan
Dengan Dan Tanpa menggunakan
Penambahan Flokulan sampel serum
Gamma-Siklodekstrin lipemik
Inkubasi 23 oC.
8 Sujono dkk (2016). Kadar Pemeriksaan Pemeriksaan
Protein Total dan Ureum laboratorium Kadar Protein
Dengan dan Tanpa dengan Total dan Ureum
Penambahan γ-cyclodextrin menggunakan
Pada Serum Lipemik sampel serum
lipemik
9 Christant dkk (2018) Pemeriksaan Pengujian sampel
Perbedaan Kadar Kolesterol Kadar Kolestrol serum normal
Serum Dengan Alat dengan
Fotometer Dan Automated menggunakan
Chemistry Analyzer dua metode yang
berbeda

6
10 Rizki Lukita Sari dkk, (2019). Pemeriksaan Pengujian kadar
Perbedaan Kadar Kalsium laboratorium kalsium
Pada Serum Lipemik Dengan dengan
Dan Tanpa Penambahan menggunakan
Alfa-Siklodekstrin. sampel serum
lipemik

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Serum Lipemik

1. Pengertian Serum Lipemik

Serum adalah cairan yang didapat jika darah dibiarkan membeku,

merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen (unsur pembeku darah)

(Wibowo, 2008). Koagulasi mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin yang

padat dan dalam prosesnya menghabiskan faktorVIII, faktor V dan protrombin.

Serum normal mengandung faktor XII, XI, X, IX, dan VII. Jika proses koagulasi

berlangsung secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen atau

protrombin yang belum diubah (Sacher dan McPherson, 2004).

Serum normal berwarna kekuningan-kuningan dan mempunyai sifat

antigenik (Ramali dan Pamoentjak, 2005). Serum berwarna keruh yang mengacu

pada kekeruhan dari kadar lemak disebut serum lipemik (Irawati, 2011). Serum

lipemik yang baru dipisahkan tampak seperti susu. Pada serum yang diinginkan,

kilomikron yang berlebihan akan mengapung dibagian atas dan tampak suatu

lapisan krim. Kekeruhan yang merata pada serum mengisyaratkan peningkatan

kandungan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Terdapat beberapa jenis

kekeruhan yang dijumpai, yaitu:

a. Uniform berarti peningkatan VLDL tanpa kilomikron yang signifikan

b. Krim di atas suatu bahan pemeriksaan yang keruh berarti peningkatan

kilomikron dan VLDL3

8
c. Krim diatas bahan pemeriksaan yang jernih berarti kilomikronemia tanpa VLDL

(Sacher dan McPherson, 2004).

2. Penyebab Serum Lipemik

Serum lipemik digambarkan sebagai kekeruhan pada serum sebelum

proses analitik. Lipemik disebabkan oleh partikel protein lipoprotein seperti

cylomicrons, VLDL (Very Low Density Lipoprotein) maupun trigliserida (Murray,

2009). Lipoprotein mempunyai variasi ukuran, tetapi tidak semua menyebabkan

kekeruhan. Partikel terbesar yaitu cylomicrons dengan ukuran 70-1000 nm,

mempunyai potensial terbesar penyebab kekeruhan. Akumulasi dari partikel kecil

seperti HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan VLDL

(Very Low Density Lipoprotein) tidak menyebabkan sempel lipemik (Nikolac,

2013). Serum dengan kadar trigliserida dan kolesterol lebih dari normal yaitu lebih

dari 200 mg/L atau 2,26 mmol/L dapat beresiko menimbulkan kekeruhan pada

sampel (Lee, 2009).

Asupan makanan seperti gluksoa, lipid, dan kalsium dapat mempengaruhi

hasil tes, sehingga pengambilan sampel setelah makna dapat menjadi penyebab

kesalahan pra analitik untuk serum lipemik. Rekomendasi dari Italia

mengharuskan bahwa pasien harus berpuasa selama minimal 8 jam, sedangkan

Australia membutuhkan 10-16 jam sebelum pemeriksaan lipid. Pada pasien

rumah sakit, lipemik disebabkan oleh pengambilan sampel terlalu cepat setelah

pemberian emulsi lipid parenteral (Nikolac, 2013).

Kondisi patologis yang dapat menyebabkan serum lipemik adalah multiple

myeloma, diabetes mellitus, pankreatitis akut, gagal ginjal, lupus eritematosus,

9
hipertrigliseridemia, hipotiroidise, dan orang dengan konsumsi alkohol (Kocak

dkk., 2014).

3. Mekanisme Gangguan Serum Lipemik

Serum lipemik dapat menyebabkan gangguan fisika dan kimia, gangguan

pada metode spektrofotometri, sampel yang tidak homogen dan efektif

penggantian volume

a. Gangguan fisika dan kimia

Akumulasi lipoprotein pada serum dapat mengganggu hasil analisis fisika

dan interaksi kimia, terutama pada metode elektroforesis. Serum lipemik dapat

menjadi pengganggu non-spesifik pada berbagai pengujian imunologi.

Lipoprotein dapat mengganggu proses pencampuran sampel dengan reagen

seperti deteksi antibodi (WHO, 2002). Lipoprotein dapat mengganggu reaksi

antigen antibodi dengan memblokir tempat ikatan antibodi. Gangguan dapat

menyebabkan meningkat palsu atau menurun palsu tergantung dari sifat reaksi

(Nikolac, 2013). Selain itu juga dapat mengganggu dalam prosedur

elektroforesis dan kromatografi karena adanya matrik-matrik lipoprotein (WHO,

2002)

b. Gangguan metode spektrofotometer

Kekeruhan lipemik mengganggu pemeriksaan secara spektrofotometri,

turbidimetri, maupun nephelometri karena menghamburkan cahaya dan

penyerapan cahaya. Kekeruhan dapat mempengaruhi absorbansi

spektrofotometer pada semua Panjang gelombang sehingga menyebabkan

kesalahan pada nilai Analisa (Piyophirapong dkk., 2010).

10
c. Sampel yang tidak homogen

Darah harus disentrifus terlebih dahulu sebelum menjadi serum. Setelah

disentrifus, partikel-partikel lipoprotein terdistribusi menurut densitasnya,

kiloomikron dan VLDL memiliki densitas yang rendah karena itu akan terletak

di bagian atas serum dan membentuk lapisan yang berbeda. Unsur yang ada

di dalam serum didistribusikan di kedua lapisan menurut polaritasnya. Analit

yang hidrofobik didistribusikan di fase lipid sedangkan analit yang larut air

(molekul kecil dan eletrolit) tidak ada dijumpai di lapisan atas (lapisan lemak).

Ketika pengukuran hasil, sebagian besar alat analisa mengambil sampel pada

bagian atas tabung, hal ini dapat menghasilkan hasil pengukuran konsentrasi

elektrolit dan metabolit lain yang larut air menjadi rendah palsu (Nikolac, 2013).

d. Efek penggantian volume

Lipemik menurunkan konsentrasi analit sebenarnya dengan menurunkan

air yang tersedia, karena volume yang ditempati oleh lipoprotein dalam plasma

atau serum dimasukkan dalam perhitungan konsentrasi analit. Hal ini

menjelaskan alasan dibelakang konsentrasi natrium dan potasium yang lebih

rendah ketika diukur dalam serum lipemik, ketika plasma atau serum diukur

dengan flame photometry atau dengan pengukuran tidak langsung

menggunakan elektroda ion-sensitif, berbeda dengan potensimetri yang diukur

secara langsung (Guder, 2015), yaitu karena terjadi pengenceran yang tinggi

sebelum diperiksa (Nikolac,2013).

4. Cara Menghindari Serum Lipemik

Serum lipemik perlu dihindari dengan perlakuan sebagai berikut:

11
a. Pasien harus puasa 12 jam sebelum pengambilan darah.

b. Pasien dengan pemberian infus parenteral dari lipid harus dihentikan

terlebih dahulu selama 8 jam sebelum pengambilan darah.

Apabila kedua pendekatan ini tidak memberikan serum yang jernih maka

penyebab lain kekeruhan harus dicurigai (WHO, 2002).

5. Penanganan Serum Lipemik

Metode yang digunakan untuk menghilangkan lemak padaserum adalah

dengan sentrifugasi, ekstraksi lemak dengan pelarutorganik dan presipitasi

(WHO, 2002).

a. Sentrifugasi

Gold Standar yang direkomendasikan oleh WHO untuk mengatasi

sampel lipemik adalah dengan menggunakan ultra sentrifugasi. Namun karena

harganya yang tinggi, peralatan ini tidak tersedia di banyak laboratorium. Ultra

sentrifugasi efektif untuk menangani serum lipemik. Sampel yang dibutuhkan

sebanyak 1,5 ml dengan kecepatan 108.200xg selama 20 menit. Selain

metode ultra sentrifugasi, terdapat alat lain yang mampu mengatasi serum

lipemik sebaik ultra sentrifugasi yaitu dengan High Speed Sentrifugasi. Sampel

yang dibutuhkan sebanyak 1 ml dengan kecepatan 10.000xg selama 10 menit

(Castro, 2018)

b. Ekstraksi

Metode ekstraksi dengan pelarut organik seperti eter dan kloroform untuk

menghilangkan lipid pada serum manusia, namun penggunaan pelarut organik

seperti eter dan kloroform sudah jarang dipakai karena bahan ini bersifat

12
karsinogenik yang membahayakan teknisi laboratorium dan lingkungan

(Castro, dkk, 2018)

c. Presipitasi

Laboratorium masih menggunakan cara manual yaitu dengan

menggunakan Polyethylene glycol atau menggunakan siklodekstrin yang

dapat mengikat lemak. Setelah disentrifugasi, partikel lemak akan mengalami

presipitasi pada dasar tabung dan serum akan menjadi jernih sehingga

pengukuran absorban dapat dilakukan secara tepat (Nikolac, 2013). Ketika

dilakukan penambahan bahan kimia perlu dipastikan tidak mengganggu hasil

pemeriksaan (WHO,2002)

1) Polyethylene glycol

Polyethylene glycol digunakan untuk mengendapkan lipoprotein pada

sampel serum atau plasma (Contois dan Nguyen, 2013). Serum

ditambahkan dengan Polyethylene glycol 6000 konsentrasi 8% dengan

perbandingan 1:1. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 4°C dengan

kecepatan 1000 xg. Hasil pengukuran pada sampel jernih dihitung dengan

factor pengenceran 2 (WHO, 2002).

2) Siklodekstrin

Siklodekstrin adalah metode flokulasi lipoprotein pada sampel serum

atau plasma yang mudah dilakukan di setiap laboratorium karena tidak

membutuhkan peralatan yang mahal dan tidak membutuhkan waktu yang

lama (Contois dan Nguyen, 2013).

13
3) Pengenceran

Pengukuran dapat dilakukan dengan pengenceran sampel.

Pengenceran sampel hanya cukup untuk menghilangkan gangguan

kekeruhan, tetapi tidak menajamin konsentrasi analit masih ada karena

keterbatasan analitik pada metode yang digunakan (Nikolac, 2013).

B. Tinjauan Umum Tentang Kolestrol

1. Pengertian Kolestrol

Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol

mempunyai fungsi ganda yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi

lainmembahayakan, bergantung seberapa banyak terdapat di dalam tubuh dan

dibagian mana (Almatsier, 2010).

Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua

seldan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat

dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati dimana

kolesterol disintesis dan disimpan. Kolesterol merupakan bahan antara

pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat,

hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron.

Sebaliknya kolesterol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat

dalam jumlah terlalu banyak didalam darah dapat membentuk endapan pada

dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan

aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat

menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada pembuluh darah otak

penyakit serebrovaskular (Almatsier,2010)

14
Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh: (1) asupan kolesterol melalui

makanan, dengan produk-produk hewani, misalnya kuning telur, daging merah,

dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani mengandung

kolesterol sedangkan lemak nabati tidak), dan (2) pembentukan kolesterol oleh

banyak organ terutama hati (Sherwood, 2001).

2. Metabolisme Kolestrol

Hampir seluruh kolesterol dan fosfolipid akan diabsorpsi di saluran

gastrointestinal dan masuk ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam

mukosausus. Kilomikron sebagian besar dibentuk oleh trigliserida dengan

sebagianlaindibentuk oleh fosfolipid (9%), kolesterol (3%), dan apoprotein B

(1%) (Guytondan Hall, 2007). Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya

dijaringan adiposa, kilomikron sisanya akan menyerahkan kolesterol ke hati

(Ganong, 2012).

Kilomikron dan sisanya merupakan suatu sistem transpor untuk

lipideksogen dari makanan. Juga ada sistem endogen yang terdiri dari very low-

densitylipoprotein (VLDL), high-density lipoprotein (HDL), low-densitylipoprotein

(LDL), dan intermediate-density lipoprotein (IDL), yang mengangkut trigliserida

dan kolesterol ke seluruh tubuh. VLDL terbentuk di hati dan mengangkut

trigliserida yang terbentuk dari asam lemak dan karbohidrat di hatike jaringan

ekstra hati. Setelah sebagian besar trigliserida dikeluarkan oleh kerja lipoprotein

lipase, VLDL ini menjadi IDL. IDL menyerahkan fosfolipid dan melalui kerja

enzim plasma lesitin-kolesterol asiltransferase, mengambil esterkolesterol yang

terbentuk dari kolesterol di HDL. Sebagian IDL diserap oleh hati. IDL sisanya

15
kemudian melepaskan lebih banyak trigliserida dan protein, kemungkinan di

sinusoid hati, dan menjadi LDL. Selama perubahan ini sistemendogen

kehilangan APO E, tetapi APO B-100 tetap ada. LDL menyediakan kolesterol

bagi jaringan. Di hati dan kebanyakan jaringan ekstrahati, LDL diambil melalui

endositosis dengan perantara reseptor yang mengenali komponen APO-100

dari LDL tersebut (Ganong, 2012)

3. Pengukuran Kadar Kolestrol

Pasien yang akan melakukan pengukuran lipid harus melakukan puasa

dengan rekomendasi 12 jam pada waktu pengambilan sampel darah. Puasa

dibutuhkan dikarenakan kadar trigliserida meningkat dan menurun secara

dramatis pada keadaan post prandial, dan nilai kolesterol LDL dihitung melalui

perhitungan kolesterol serum total dan konsentrasi kolesterol HDL. Perhitungan

ini berdasarkan sebuah rumus yang disebut Friedwald equation, paling akurat

untuk konsentrasi trigliserida dibawah 400 mg/dl. Equasi Friedwald memberikan

perkiraan kadar kolesterol LDL puasa yang umumnya diantara 4 mg/dl dari nilai

sebenarnya ketika konsentrasi trigliserida dibawah 400 mg/dl (Carlson, 2000).

Metode-metode baru untuk secara langsung menghitung LDL telah

dikembangkan. Ketika akurasi, presisi dan harga untuk perhitungan ini bias

diterima, laboratorium dapat tidak menggunakan lagi equasi Friedewald untuk

perhitungan kolesterol LDL. Namun, konsentrasi trigliserida tetap perlu untuk

dilakukan perhitungan ketika profil lipid ditentukan, sehingga puasa tetap

diperlukan (Carlson, 2000).

16
4. Interpretasi Kadar Kolesterol Dalam Darah

Tinggi kolesterol dalam darah adalah kondisi dimana terdapat banyak

kolesterol di dalam darah. Semakin tinggi level kolesterol dalam darah, semakin

besar resiko terjadinya PJK dan serangan jantung (National Heart Lung and

Blood Institute, 2011). Kadar lipid serum normal untuk seseorang belum tentu

normal untuk orang lain yang disertai faktor resiko koroner. National Cholesterol

Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) membuat batasan

yang dapat digunakan secara umum tanpa melihat faktor resiko koroner

seseorang (Adam,2006). Banyak faktor yang mempengaruhi level kolesterol.

Sebagai contoh, setelah menopause, LDL pada wanita biasanya meningkat,

dan kolesterol HDL biasanya menurun. Faktor lain seperti umur, jenis kelamin,

diet, dan aktifitas fisik juga mempengaruhi level kolesterol. Level kolesterol HDL

dan LDL yang normal akan mencegah terbentuknya plak di dinding arteri

(National Heart Lung andBlood Institute, 2011).

C. Tinjauan Empiris

1. Daniati dan Erawati (2018) melakukan penelitian tentang Hubungan Tekanan

Darah Dengan Kadar Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) Pada Penderita

Penyakit Jantung Koroner DI RSUP.Dr.M. Djamil Padang. Hasil penelitian

terhadap 36 sampel pasien penderita penyakit jantung koroner (PJK) dapat

disimpulkan bahwa: Rata-rata Tekanan darah sistolik pada pasien penderita

penyakit jantung koroner adalah 171,69 mmHg, dan rata-rata tekanan darah

diastoliknya adalah 108,83 mmHg. Rata-rata kadar kolesterol LDL pada pasien

penderita penyakit jantung koroner adalah253,91 mg/dL. Terdapat hubungan

17
yang Signifikan antara tekanan darah dan kadar kolesterol LDL pada pasien

penderita penyakit jantung koroner. Dibuktikan dengan hasil statistik tentang

kerelasi antara sistolik dengan kadar LDL 0,585 > 0,05 dan memiliki nilai

signifikan 0,00 < 0,05 yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan

antara kedua variabel, dan korelasi antara diastolik dengan kadar LDL 0,507 >

0,05 dan memiliki nilai signifikan 0,03 < 0,05 yang menyatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara kedua variable

2. Solikin dan Muradi (2020) melakukan penelitian tentang Hubungan Kadar

Kolesterol Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

Sungai Jingah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang

Hubungan Kadar Kolesterol Darah Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien

Hipertensi Di Puskesmas Sungai Jingah Tahun 2019 Terhadap 41 responden

mengacu pada tujuan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Kadar kolesterol darah responden sebagian besar adalah kadar kolesterol

darah dengan batas tinggi sebanyak 27 responden (65,58%). Derajat hipertensi

responden sebagian besar adalah berada pada hipertensi derajat II sebanyak

27 orang (65,85%). Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah dengan

derajat hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Sungai Jingah Tahun

2019 dengan nilai signifikan 0,004.

3. Riyani A, dkk (2019) melakukan penelitian tentang Penetapan Konsentrasi Alfa-

Siklodekstrin Dan Waktu Sentrifugasi Dalam Preparasi Serum Lipemik Pada

Pemeriksaan Aktivitas Enzim Alkali Fosfatase. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan bahwa Konsentrasi alfa-siklodekstrin yang optimal

18
parameter glukosa dengan kadar trigliserida ± 1000mg/dL pada alfa-

siklodekstrin 0,5% dengan waktu sentrifugasi 10 menit dan kadar trigliserida

±1500 mg/dL dan ±2000 mg/dL pada konsentrasi alfa-siklodekstrin 1%

dengan waktu sentrifugasi 5 menit.

4. Wheny Mufita Sari (2017) melakukan penelitian tentang Perbedaan Kadar

Kreatinin Pada Serum Lipemik Yang Diolah Dengan Polyethylene Glycolhigh

Speed 6000 8% Dan Sentrifugasi menyatakan bahwa ada perbedaan yang

bermakna kadar kreatinin serum lipemik yang diolah dengan Polyethylene

glycol6000 8% dan dengan High Speed Sentrifugasi

5. Tamara (2020) dalam penelitian Gambaran kadar trigliserida pada serum

lipemik menyatakan bahwa serum lipemik cenderung memiliki kadar trigliserida

dalam darah tinggi

6. Yehezkiel Yulio Chrisnadi (2020) dalam penelitian Pengaruh Variasi Kecepatan

Sentrifugasi Terhadap Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol menyatakan bahwa

terdapat pengaruh dari variasi kecepatan sentrifugasi terhadap hasil

pemeriksaan kadar kolesterol

7. Rizali Noor Maulana, dkk. 2017 dalam penelitiantentang Perbedaan Kadar

Albumin Pada Serum Lipemik Dengan Dan Tanpa Penambahan Flokulan

Gamma-Siklodekstrin Inkubasi 23oC menyatakan bahwa (1). Rerata hasil

pemeriksaan kadar albumin tanpa penambahan flokulan Gamma-siklodekstrin

yang diinkubasi suhu 23oC adalah 3,77 g/dl dan dengan penambahan

adalah 5,20 g/dl. (2). Rerata selisih kadar albumin serum lipemik dengan

19
dan tanpa penambahan gamma-siklodekstrin yang diinkubasi suhu 23oC

adalah 1,44 g/dl (43%)

8. Sujono dkk (2016) dalam penelitian kadar protein total dan ureum dengan dan

tanpa penambahan γ-cyclodextrin Pada Serum Lipemik menyatakan bahwa (1).

Rata-rata selisih kadar protein total dan ureum dengan dan tanpa penambahan

γ-cyclodextrinadalah 1,311 g/dL (12,40%) dan 6.38 mg/dL (10.88%). (2). Ada

perbedaan yang bermakna kadar protein total dan ureum pada serum lipemik

dengan dan tanpa penambahan γ-cyclodextrin.

9. Christant dkk (2018) dalam penelitian tentang perbedaan kadar kolesterol

serum dengan alat fotometer dan automated chemistry analyzer menyatakan

bahwa (1). Rata-rata hasil pemeriksaan kadar kolestrol serum menggunakan

alat fotometer adalah 205 mg/dl (2). Rata- rata pemeriksaan kadar kolestrol

serum menggunakan Dan Automated Chemistry Analyzer adalah 189 mg/dl

10. Rizki dkk, (2019) dalam penelitian tentang perbedaan kadar kalsium pada serum

lipemik dengan dan tanpa penambahan Alfa-Siklodekstrin menyatakan bahwa

(1) Ada perbedaan kadar kalsium serum lipemik dengan dan tanpa penambahan

alfa-siklodekstrin. (2) Kadar kalsium rata-rata serum lipemik tanpa penambahan

alfasiklodekstrin adalah 10,13 mg/dl. (3) Kadar kalsium rata-rata serum lipemik

dengan penambahan alfasiklodekstrin adalah 6,34 mg/dl. (4) Pengaruh

penambahan alfa-siklodekstrin terhadap hasil pemeriksaan kadar kalsium pada

serum lipemik yaitu hasil mengalami penurunan dengan rata-rata selisih kadar

kalsium dengan dan tanpa penambahan alfa-siklodekstrin sebesar 3,79 mg/dl.

20
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Kolesterol merupakan masalah kompleks dalam tubuh manusia.

Pemeriksaan kolesterol merupakan salah satu pemeriksaan profil lemak yang

cukup penting bagi masyarakat. Kesulitan mendapatkan hasil pemeriksaan

laboratorium yang sesuai sering dialami oleh analis di laboratorium. Kesulitan dapat

disebabkan oleh adanya gangguan atau interferensi pada pemeriksaan

Serum lipemik adalah keadaan dimana serum mengandung lipoprotein

berlebih. Penyebab utama terjadinya serum lipemik adalah adanya partikel besar

lipoprotein yaitu kilomikron. Pemeriksaan kolesterol total metode spektrofotometri

Uv-Vis menggunakan serum lipemik dapat menyebabkan gangguan pembacaan

absorbansi larutan.

Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan uji hubungan kejadian

lipemik pada sampel serum dengan tingginya kadar kolestrol di RSUD Kota

Kendari.

21
Adapun bagan kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pasien Sampel darah Sentrifugasi

Serum Normal
Tg, LDL dan HDL
Pemeriksaan Sampel
metode full Serum Lipemik
automatic
Kolestrol Total 1. Ringan
2. Sedang
3. Berat

Normal
Pencampuran Pengolahan serum
Sampel dengan dengan metode
Hipercholestrolemia: Reagen ultrasentrifugasi
1. Ringan
2. Sedang
Analisis Hasil Kesimpulan
3. Berat

Gambar 3.1 Gambar Kerangka Teori Penelitian


Sumber: Sacher dan McPherson, 2004

Keterangan:

= variable yang diteliti

= variable yang tidak diteliti

22
B. Kerangka Konsep

Kejadian Serum Lipemik:


1. Ringan
2. Sedang Kadar Kolestrol
3. Berat

Keterangan:

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

Gambar. 3.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Terikat : Kolesterol Tinggi

2. Variabel Bebas : Kejadian Lipemik

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kejadian Lipemik

a. Defenisi operasional

Kejadian lipemik adalah adalah tingkat kekeruhan sampel serum lipemik

pada pasien penderita hiperkolestrolemia

23
b. Kriteria Objektif

Kriteria Kategori Data Indikator


Berat 1 Serum berwarna putih susu dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi
Sedang 2 Serum berwarna putih susu dan keruh

Ringan 3 Serum berwarna putih susu namun tidak


mengeruh

2. Kolestrol Tinggi

a. Defenisi Operasional

Kolesterol tinggi adalah jumlah kolestrol total (hiperkolesterolemia) yang

terkandung dalam sampel darah yang mengalami serum lipemik di RSUD

Kota Kendari

b. Kriteria Objektif

Kriteria Kategori Data Indikator


berat 1 kolesterol >190 mg/dL
sedang 2 kadar kolesterol berkisar antara 160-189
mg/dL
ringan 3 nilai kolesterol antara 140-159 mg/dL

24
E. Hipotesis Penelitian

1. Lipemik Ringan

Hipotesis Nol (H0): Tidak ada hubungan kejadian lipemik ringan pada sampel

serum dengan tingginya kadar kolestrol di RSUD Kota Kendari

Hipotesis Alternatif (H1): Ada hubungan kejadian lipemik ringan pada sampel

serum dengan tingginya kadar kolestrol

2. Lipemik Sedang

Hipotesis Nol (H0): Tidak ada hubungan kejadian lipemik sedang pada sampel

serum dengan tingginya kadar kolestrol di RSUD Kota Kendari

Hipotesis Alternatif (H1): Ada hubungan kejadian lipemik sedang pada sampel

serum dengan tingginya kadar kolestrol

3. Lipemik Berat

Hipotesis Nol (H0): Tidak ada hubungan kejadian lipemik berat pada sampel

serum dengan tingginya kadar kolestrol di RSUD Kota Kendari

Hipotesis Alternatif (H1): Ada hubungan kejadian lipemik berat pada sampel

serum dengan tingginya kadar kolestrol

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study.

Bagan desain cross sectional study pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Populasi/Sampel

Serum Lipemik Kolesterol

Efek Efek

Gambar 4.1: Bagan Penelitian Cross Sectional Study

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

2. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada Bulan Maret 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita hiperkolesterolemia

di RSUD Kota Kendari. Populasi tersebut berjumlah 40 orang

26
2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Jumlah

sampel ditentukan dengan mnggunakan rumus slovin. Adapun rumus besar

sampel tersebut sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan:

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = total eror yang diterima

maka,

40
𝑛=
1 + 40.0,052

40
𝑛=
1,1

n=36,36 atau 36 sampel

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusif dalam penelitian ini adalah Penderita hiperkolesterolemia

dengan sampel darah serum laboratorium mengalami lipemik

2. Kriteria Eksklusif

Kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah Penderita

hiperkolesterolemia dengan sampel darah serum laboratorium tanpa lipemik

27
E. Sumber dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh secara

langsung di lapangan. Data primer ini juga di sebut data asli atau data baru.

Data primer pada penelitian ini adalah data kejadian lipemik dan kadar

kolestrol tinggi serum lipemik

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang menunjang penelitian. Data sekunder

pada penelitian ini data data jumlah pemeriksaan kolestrol di RSUD Kota

Kendari

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur atau menentukan

kadar kolestrol pada pasien. Tahapan pengumpulan data tersebut sebagai

berikut:

a. Pra Analitik

Tabel 3. Alat dan Bahan Penelitian


No Alat dan Bahan Fungsi
1 Spoid 3 cc Sebagai alat pengambilan darah
2 Sentrifus Sebagai alat pemisah serum
3 Tabung Tutup Merah Sebagai wadah sampel darah
4 Tourniquet Sebagai alat pembendung pada
saat pengambilan sampel
5 Kapas Alokohol Sebagai alat sterilisasi
6 Spektrofotometer Sebagai alat pengukur kadar
kolestrol
7 Serum Sebagai sampel penelitian

28
b. Analitik

1) Prosedur pengambilan sampel darah

a) Atur posisi pasien, pasang tourniquet dan minta pasien untuk

mengepalkan tangannya.

b) Pilih vena, buka tahanan tourniquet, minta pasien untuk membuka

kepalan tangannya.

c) Lepaskan tourniquet. Desinfektan daerah situs.

d) Ulangi pemasangan tourniquet, siapkan spuit.

e) Tusuk daerah yang ditentukan dengan jarum menghadap ke atas dan

dengan sudut 15o-30o.

f) Isap darah dengan menarik plunger, dan ketika darah telah mengalir

ke dalam spuit, lepaskan tourniquet, dan minta pasien untuk

membuka kepalan tangan.

g) Setelah volume darah dianggap cukup, tutup situs dengan kasa

kering, tarik jarum keluar dan tekan atau minta pasien untuk

menekan.

h) Lepaskan kasa tersebut lalu terapkan plester di bekas tusukan.

Masukkan darah di dalam spuit tersebut ke dalam tabung Lalu buang

jarum ke dalam kontainer benda tajam dan beri indentitas pada

tabung yang telah berisi darah

2) Prosedur pemeriksaan kolestrol

a) Lakukan Calibrasi/Control alat terlebih dahulu

b) Klik LIS pada alat Barcode Internal, Refresh kemudian Send

29
c) ID, Nama Pasien dan pemeriksaan-pemeriksaan pasien otomatis

akan masuk tanpa harus melakukan pengimputan manual

d) Letakkan tabung (sampel) pada tray dengan posisi barcode

menghadap diluar

e) Klik Star untuk memulai running sampel, sampel akan terbaca

otomatis pada alat pembacaan LIS Connected

f) Setelah sampling has been completed BV, maka dapat dilakukan

running sampel berikutnya

g) Analysis has been completed terdengar setelah semua sampel telah

dibaca/diperiksa

h) Melakukan Validasi sampel

i) Mengcrosscheck kembali hasil yang ada

c. Paska Analitik

Nilai Kolestrol Tinggi:

Hipercholesterolemia berat = >190 mg/dL

Hipercholesterolemia sedang = 160-189 mg/dL

Hipercholesterolemia ringan = 140-159 mg/dL

F. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan data

menjawab tujuan penelitian. Dalam pengolahan data terdapat 3 (tiga)

tahap yaitu:

30
a. Coding

Coding yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh dari hasil

pengambilan sampel dilaboratorium.

b. Editing

Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi

kesalahan.

c. Tabulasi

Tabulasi yaitu menyusun data-data kedalam table sesuai dengan

kategorinya untuk selanjutnya dianalisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan pada satu

variabel dengan tujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik

dari variabel tersebut.

b. Analisis Bivariat

untuk menganalisis hubungan antara variabel kejadian lipemik dengan

variable kolesterol tinggi. Uji yang digunakan adalah Rank Spearman.

Menurut Oktavia (2015) tidak terdapat syarat melakukan uji normalitas

sebelum melakukan uji Rank Spearman sehingga dalam penelitian ini tidak

dilakukan uji normalitas data. Interpretasi hasil analisis Rank Spearman

menggunakan metode menurut Oktavia (2015).

31
Parameter Nilai Interpretasi
Sangat lemah 0,00-0,199
Lemah 0,20-0,399
Kekuatan Korelasi Sedang 0,40-0,599
Kuat 0,60-0,799
Sangat kuat 0,80-1,000

3. Penyajian Data

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk table dan gambar yang

kemudian dinarasikan.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak kepihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan selanjutnya

dilakukan penelitian dengan menetapkan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka harus menandatangan ilembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

hak responden.

32
2. Anonymity (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama pada lembar alat ukur,

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

33

Anda mungkin juga menyukai