Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL APPRAISAL

Daily Intake of Soft Drinks and Moderate-to-Severe Acne


Vulgaris in Chinese Adolescents

Disusun Oleh:
Grace Madeleine (406182057)
Lidya Octalia Ligita (406182060)
Nicyela Jillien Harlendea (406182061)
Priska Bonnie Widiyanti (406182080)
Cessy Christy (406182082)
Novia Anggriani Susantyo (406182083)

Pembimbing:

Dr. dr. Linda Julianti Wijayadi Sp.KK, FINSDV, FAADV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 30 MARET 2020 – 4 APRIL 2020
JAKARTA
ABSTRAK
Objektif
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dari konsumsi soft drink
dan asupan gula dengan kejadian acne vulgaris pada remaja.

Metode Penelitian
Siswa dari berbagai negara menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengisi survei
kuesioner setelah mereka melakukan pendaftaran di sebuah universitas di
Changsha, Cina. Semua siswa yang setuju untuk berpartisipasi direkrut pada
September 2017. Kuisioner ini terdiri dari 84 pertanyaan, termasuk informasi
demografis, riwayat penyakit, asupan soft drink, dll. Diagnosis penyakit kulit
dilakukan oleh dermatologis selama pemeriksaan kesehatan. Derajat keparahan
jerawat dibagi menggunakan sistem yang diperkenalkan oleh Pillsbury et al.
Tingkat 2-4 merupakan acne sedang-berat. Logistik dua tingkat dan model aditif
umum digunakan untuk memperkirakan asosiasi, dan aOR disajikan sebagai
ukuran efek. Analisa statistik dilakukan menggunakan SAS 9.2.

Hasil
Sebanyak 8197 tanggapan survei siswa dianalisis. Asupan yang sering (≥7 kali per
minggu) dari minuman soda berkarbonasi(aOR 1.61, 95% CI 0.96-2.72),
minuman teh manis (aOR 2.52, 95% CI 1.43-4.43), dan minuman rasa buah (aOR
1.90, 95% CI 1,18-3,07) dikaitkan dengan jerawat sedang hingga parah (setelah
dilakukan penyesuaian untuk perancu). Asupan minuman rasa buah sesekali (1-2
kali per minggu) memiliki efek perlindungan yang lemah pada jerawat (AOR
0,86, 95% CI 0,74-0,99). Asupan gula dari minuman ringan menunjukkan
hubungan nonlinear dengan jerawat (P <0,01), dan asupan gula ≥100 gram/hari
secara signifikan dikaitkan dengan jerawat sedang hingga parah (AOR 3,12, 95%
CI 1,80-5,41).

Kesimpulan
Konsumsi soft drink setiap hari secara signifikan meningkatkan risiko jerawat
sedang hingga parah pada remaja, terutama ketika asupan gula dari semua jenis
minuman ringan melebihi 100 gram per hari.
PENGANTAR

Acne vulgaris merupakan penyakit peradangan kronis yang mempengaruhi 79%-


95% populasi remaja di negara Barat. Patogenesis dari acne sendiri cukup
kompleks dan meliputi hiperkeratinisasi dari folikel sebasea, hiperplasia sebasea,
dan kolonisasi pada folikel oleh propionibacterium acnes. Terdapat beberapa
laporan bahwa acne dapat memberikan konsekuensi yang cukup berat, seperti
menurunkan tingkat percaya diri, gangguan perilaku, dan depresi yang akhirnya
dapat mengarah sampai bunuh diri. Peran diet dan nutrisi dalam pembentukan
acne saat ini menjadi perhatian; beberapa studi menunjukkan hubungan positif
antara konsumsi gula dengan prevalensi acne. Diet dengan indeks glikemik tinggi
dapat memicu pembentukan atau eksaserbasi acne vulgaris. Beberapa penelitian
randomized controlled trials telah menunjukkan bahwa diet dengan indeks
glikemik rendah vs konvensional, diet dengan indeks glikemik tinggi dimana
hasilnya diet dengan indeks glikemik rendah dapat meringankan acne vulgaris.

Saat ini semakin banyak studi yang membahas mengenai hubungan antara
konsumsi minuman ringan dengan dampaknya terhadap kesehatan. Konsumsi
minuman ringan dengan pemanis alami maupun buatan berhubungan dengan
meningkatnya resiko untuk terjadi diabetes tipe 2. Beberapa studi juga
menunjukkan bahwa konsumsi makanan ringan yang manis berhubungan dengan
meningkatnya berat badan pada anak-anak dan remaja. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minuman ringan dan asupan
gula dari minuman ringan dengan kejadian acne pada remaja.
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, siswa di seluruh negara menjalani suatu pemeriksaan


kesehatan dan pengisian kuesioner setelah pendaftaran mereka ke universitas di
Changsa, Cina. Semua murid baru yang setuju untuk berpartisipasi direkrut
September 2017. Studi ini disetujui oleh komite etika medik Rumah Sakit
Xiangya, Central South University.
Kuesioner yang digunakan mencakup 84 pertanyaan termasuk
dermografis, riwayat penyakit, dan asupan minuman ringan. Berat badan dan
tinggi diukur menggunakan metode standar dan dihitung juga IMT dengan BB
(kg)/TB (m2).
Pengukuran kadar gula dalam minuman yang dijual di Cina, disajikan
dalam Tabel 1. Asupan gula harian (gram) dari minuman ringan diukur dengan
(frekuensi konsumsi minuman soda selama seminggu/7) x jumlah gula per porsi +
(frekuensi konsumsi teh dengan pemanis selama seminggu/7) x jumlah gula per
porsi + (frekuensi konsumsi minuman rasa buah selama seminggu/7) x jumlah
gula per porsi. Setelah itu, setiap siswa dikelompokkan sesuai dengan asupan gula
harian mereka dari minuman ringan (25, 50 dan 100 g per hari).
Untuk pengukuran tingkat individu, ditambahkan pemeriksaan
kelembaban karena dianggap sebagai faktor perancu yang dapat memengaruhi
sawar kulit. Kelembaban ini diukur dengan persamaan deMartonne, yaitu I =
P/(T/10) dimana I adalah kelembaban, P curah hujan tahunan (mm) dan T adalah
rata-rata suhu tahunan (Celcius). Data curah hujan dan suhu tahunan tahun 2016
diambil dari situs layanan meteorologi publik dari Administrasi Meteorologi Cina
yang dihubungkan dengan data penelitian berdasarkan kota.
Diagnosis dari penyakit kulit dan pertanyaan mengenai riwayat penyakit
dilakukan oleh dermatologis yang bersertifikasi selama pemeriksaan kesehatan.
Tingkat keparahan jerawat ditentukan dengan sistem grading Pillsbury et al
dimana grade 2-4 didefiniskan sebagai jerawat sedang-berat.
Data kontinu disajikan dalam bentuk rata-rata ± SD, dan perbedaan antar
grup dengan tes ANOVA. Perbandingan multiple diuji dengan uji t perbandingan.
Data kategorial disajikan dalam bentuk angka (%) dan perbedaan antar grup diuji
dengan uji kai kuadrat. Data geografis dari frekuensi konsumsi minuman ringan
diplot berdasarkan rata-rata provinsi.
Model logistik dua tingkat (dengan siswa sebagai tingkat 1 dan kota
sebagai tingkat 2) digunakan untuk memperkirakan efek frekuensi asupan
minuman ringan pada jerawat sedang sampai berat, disesuaikan dengan perancu
tingkat 1 dan 2. Variabel yang disertakan dipilih jika P <.05 dalam analisis
bivariat, faktor demografis (usia, jenis kelamin, etnis, pendapatan rumah tangga
tahunan) dan IMT juga dimasukkan meskipun. OR dan indeks kepercayaan 95%
diperkirakan dari model dan diplot.

Model additif umum dengan fungsi tautan log dan distribusi binomial
digunakan untuk meperkirakan hubungan antara asupan gula harian dari minuman
ringan dengan jerawat derajat sedang sampai berat. Model disesuaikan dengan
perancu yang disebut sebelumnya. Cubic splines digunakan untuk perataan kurva,
valdiasi silang digunakan utnuk menentukan parameter perataan. P <.05 dianggap
signifikan untuk semua tes. Analisis statistik menggunakan SAS 9.2 (SAS
Institute, Inc, Cary, North Carolina). Peta statistik diplot menggunakan ArcGIS
10.2 (ESRI Inc, Redlands, California)

Tabel I. Contoh Kandungan Gula pada Minuman Ringan yang Populer Di China
HASIL

Sebanyak 8226 murid dari 353 kota setuju untuk berpartisipasi dalam
pemeriksaan kesehatan dan menyelesaikan kuesioner pada penelitian cross
sectional. Murid dengan riwayat hiperlipidemia, diabetes, dan PCOS dieksklusi
dari penelitia, menyisakan 8197 partisipan pada analisis final. Karakteristik murid
dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan jerawat disajikan di Tabel II.
Jerawat tidak dikaitkan secara signifikan dengan IMT, tetapi asupan gula
dari minuman ringan menunjukkan hubungan dosis-respons dengan IMT disajikan
dalam Gambar 1. Meskipun asupan soda berkarbonasi tidak signifikan
berhubungan dengan jerawat, prevalensi jerawat pada siswa yang mengonsumsi
soda ≥7 kali per minggu adalah 1,5 kali lipat siswa yang jarang minum soda (P =
0,470). Konsumsi minuman teh dengan pemanis menunjukkan hubungan positif
antara jerawat dalam dosis-respon (P = 0.030). Untuk minuman rasa buah,
prevalensi jerawat meningkat signifikan hanya ketika para murid mengonsumsi
minuman tersebut ≥7x dalam seminggu (P = 0.018). Distribusi geografi dari
konsumsi minuman ringan disajikan dalam Gambar 2.
Setelah penyesuaian perancu di tingkat individu dan provinsi, pada
Gambar 3, siswa yang mengonsumsi minuman teh (aOR 2,52, 95% CI 1,43-4,43,
P = 0,001) atau minuman rasa buah (aOR 1,90, 95% CI 1,18-3,07, P = 0,008) ≥7
kali per minggu memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami jerawat sedang
sampai berat. Mengkonsumsi soda ≥7 kali per minggu menunjukkan efek
signifikan secara marginal pada jerawat (aOR 1,61, 95% CI 0,96-2,72, P = 0,074).
Asupan sesekali minuman rasa buah (1-2 kali per minggu) menunjukkan efek
perlindungan yang lemah tetapi signifikan terhadap jerawat (aOR 0,86, 95% CI
0,74-0,99, P = 0,046). Secara keseluruhan, IMT menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan dengan jerawat.

Analisis lebih jauh selanjutnya mengenai hubungan antara asupan harian


gula dari minuman ringan dan jerawat (Gambar 4). Konsisten dengan hasil yang
disebutkan di atas, asupan gula menunjukkan asosiasi nonlinear dengan jerawat
(model kasar: P = 0,036; model penyesuaian: P = .015). Asupan gula harian
kemudian dikategorikan menjadi 4 kelompok (0-24, 25-49, 50-99, dan ≥100
g/hari). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, asupan gula ≥100 g/hari secara
signifikan berhubungan dengan jerawat sedang hingga berat (kasar OR 3,06, 95%
CI 1.79-5.23, P <.001; aOR 3.12, 95% CI 1.80-5.41, P <.001). Hasil lengkap
ditunjukkan pada Tabel III. Analisis sensitivitas yang mengecualikan peserta dari
provinsi Hunan (N = 1421) menghasilkan hasil yang konsisten dengan analisis
lengkap (Tabel IV).

Gambar 1. Hubungan antara Intake Gula (gram) denan BMI


Tabel II. Karakteristik dari Partisipan
Gambar 2. Distribusi Geografis dari Intake Minuman Ringan setiap Minggunya
pada Remaja

Gambar 3. Pengukuran antara Efek dari Konsumsi Minuman Ringan dengan


Jerawat Derajat Sedang-Berat
Gambar 4. Pengukuran antara Efek dari Intake Gula pada Minuman Ringan
dengan Jerawat Derajat Sedang-Berat

Gambar 5. Perhitungan Kasar dan yang sudah Disesuaikan dari Intake Gula per
Hari pada Jerawat Derajat Sedang-Berat
Tabel III. Gambaran dari Hubungan antara Intake Gula dari Minuman Ringan
dengan Jerawat Derajat Sedang-Berat
Tabel IV. Sensitivitas Analisis (Tidak termasuk Murid dari Hunan): Gambaran
secara Keseluruhan Hubunhan dari Intake Gula dari Minuman Ringan dengan
Jerawat Derajat Sedang-Berat
DISKUSI

Penelitian ini menunjukkan hubungan positif antara asupan minuman ringan


dengan keparahan jerawat (sedang hingga berat) pada remaja. Asupan harian (≥7
kali per minggu) dari soda berkarbonasi, minuman teh dengan pemanis buatan dan
minuman perasa buah dikaitkan dengan berisiko terjadi jerawat 1,6 hingga 2,5
kali lipat. Asupan gula harian yang tinggi dari minuman ringan (≥100 g / d) secara
signifikan dikaitkan dengan peningkatan lipatan 3 kali lipat menjadi lebih cepat
jerawat sedang hingga parah.

Minuman bersoda sekarang menjadi sumber utama (47%) dari gula


tambahan, yang memiliki kadar glikemik tinggi dibandingkan dengan makanan
dan minuman lain. Peneliti berhipotesis bahwa kunci untuk menjelaskan
hubungan antara konsumsi minuman ringan dan jerawat terutama terkait dengan
kadar gula. Ukuran efek untuk soda berkarbonasi lebih kecil dari minuman rasa
buah dan minuman teh, mungkin karena soda mengandung lebih sedikit gula per
porsi pada rata-rata dari jenis minuman lain (Tabel I), dan jumlah gula yang
dikonsumsi daripada sumbernya merupakan risiko.

Hubungan diet tinggi glikemik dengan jerawat telah dilaporkan dalam


beberapa penelitian. Sebuah studi cross-sectional, berdasarkan populasi dari tahun
1974 menunjukkan bahwa jerawat dilaporkan setelah diet tinggi glikemik.
Peningkatan bukti dari studi diet epidemiologi dan terkontrol menunjukkan bahwa
beban glikemik tinggi dapat meningkatkan atau memperburuk. Penelitian di New
York menemukan bahwa peserta (n = 248) dengan jerawat sedang sampai parah
melaporkan asupan glikemik yang lebih besar, menambahkan gula, dan total
konsumsi gula yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki
jerawat ringanatau tanpa jerawat. Studi studi kontrol kasus pada orang dewasa
muda Malaysia mendapatkan bahwa kasus jerawat memiliki asupan glikemik diet
secara signifikan lebih besar (175 ± 35) dibandingkan dengan kontrol (122 ±
28) .Penelitian uji coba secara acak yang mengkonfirmasi bahwa mengurangi
asupan glikemik mengurangi jerawat di antara pada subjek dengan usia 15 hingga
25 tahun. Sebuah uji coba terkontrol secara acak pada pasien Korea dengan
jerawat menunjukkan bahwa setelah 10 minggu uji coba intervensi makanan
paralel, subjek dalam kelompok muatan rendah glikemik menunjukan perbaikan
klinis yang signifikan dalam jumlah lesi jerawat. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pola diet seperti diet Mediterania atau diet ketogenik, yang
ditandai dengan konsumsi tinggi buah-buahan dan sayuran, atau mengurangi
karbohidrat dan meningkatkan proporsi protein, dapat meringankan jerawat.

Diet asupan tinggi glikemik dapat menyebabkan hiperinsulinemia


postprandial dan peningkatan kadar Insulin like growth factor (IGF-1) bebas
dalam darah, sehingga mengaktifkan target mamalia dari rapamycin complex 1
(mTORC1), yang sensitif terhadap nutrisi. mTORC1 phosphorylates lipin-1, yang
mengatur elemen pengikat sterol, protein-1c, faktor transkripsi kunci dari
biosintesis lipid dari kelenjar sebaceous. Oleh karena itu, dengan meningkatkan
kadar insulin dan IGF-1 dan mengaktifkan mTORC1, minuman ringan bergula
memediasi sintesis dan produksi sebum dan pada gilirannya meningkatkan
pertumbuhan jerawat dan menyebabkan munculnya sebofollicular
inflammasomopathy acne vulgaris.

Peneliti juga mengamati hubungan dosis asupan gula dari minuman ringan
dan BMI serta jerawat, tetapi BMI tidak secara signifikan terkait dengan jerawat.
Temuan yang tidak konsisten dilaporkan sebelumnya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa BMI secara positif berhubungan dengan keparahan jerawat,
dan IGF-1 memainkan peran penting. Sebaliknya, sebuah penelitian dari Taiwan
menemukan bahwa BMI berbanding terbalik dengan jumlah lesi jerawat pada
subjek postadolescents. Hasil negatif juga dilaporkan dalam literatur, tidak ada
konsensus tentang hubungan antara BMI dan jerawat, mungkin karena kesalahan
dalam pengukuran asupan gula. Selain gula, androgen, testosteron, dan hormon
lain yang terlibat dalam patogenesis jerawat dan obesitas. Pada penelitian
selajutnya diharapkan kadar glukosa darah, insulin, IGF-1, androgen, dan
testosteron harus ditentukan untuk lebih memahami apakah BMI memediasi efek
gula pada jerawat.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa asupan minuman rasa buah (1-2
kali per minggu) memiliki efek perlindungan yang lemah tetapi signifikan
terhadap jerawat. Efek perlindungan ini dapat terjadi karena minuman yang
mengandung buah mengandung vitamin C (asam askorbat), yang merupakan
nutrisi penting dalam perbaikan jaringan dan produksi enzim neurotransmitter
tertentu. Sebuah studi cross-sectional menunjukkan bahwa risiko hiperurisemia
menurun dengan peningkatan asupan asam askorbat diet. Sebaliknya, studi asupan
makanan oleh Chicago Healthy Aging Project yang meneliti 633 orang dewasa
tidak mendukung efek perlindungan dari asam askorbat, mungkin karena tingkat
asam askorbat diet yang tidak memadai . Alasan lain yang mungkin untuk
menemukan faktor pelindung adalah bahwa remaja yang sesekali minum jus
mungkin memiliki kebiasaan hidup yang lebih sehat secara keseluruhan.
KESIMPULAN

Timbulnya jerawat tidak dipengaruhi oleh BMI namun intake dari gula dari
berbagai macam minuman ringan menunjukkan adanya hubungan dose-response
dengan BMI. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif antara
intake minuman ringan dengan jerawat derajat sedang-berat pada remaja.
Konsumsi (≥7x/minggu) dari minuman berkarbonasi, teh dengan pemanis dan
minuman dengan perisa buah meningkatkan jerawat 1.6 – 2.5x lipat. Kadar gula
yang berpengaruh terhadap jerawat derajat sedang-berat adalah gula ≥ 100 g/hari
minungkatkan resiko jerawat sedang-berat hingga 3 kali lipat. Namun jika
minuman dengan perisa buah ini diminum rutin sebanyak 1-2x/minggu memiliki
efek protektif terhadap jerawat.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


Kelebihan penelitian:
1. Konsumsi teh dengan pemanis jika dibandingkan dengan teh tradisional,
dan antara teh dengan perisa buah dengan jus buah asli sedang populer di
pasaran China, terutama pada anaka-anak dan remaja. Dari penelitian ini
ditemukan bahwa ada korelasi yang memungkinkan antara minuman
ringan dengan timbulnya jerawat dilihat dari survei epidemiologi dengan
tingkat homogen yang tinggi pada remaja.
2. Studi ini memiliki jumlah sampel yang besar dan mencakup variasi
geografis yang cukup. Variasi pada tingkat provinsi menghasilkan
parameter yang tidak bias. Hingga didapatkan kesimpulan bawha
menurunkan frekuensi meminum minuman ringan dianjurkan pada remaja
guna untuk mencegah timbulnya jerawat.

Kelemahan penelitian:
1. Variasi nutrisi yang sangat beragam dari substansi yang ada dalam
berbagai macam minuman tidak dapat diklarifikasi hubungannya dengan
jerawat.
2. Peneliti tidak mengukur intake gula per harinya yang diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi

PICO

(P) Patients

Seluruh murid di Changsa, China yang menjalankan pemeriksaan kesehatan dan


mengisi kuesioner setelah memasuki universitas. Data diambil pada bulan
September 2017 ketika mereka baru masuk ke universitas. Dibandingkan antara
frekuensi dan kadar gula dalam minuman ringan dengan prevalensi terjadinya
jerawat derajat sedang-berat.

(A) Intervention

Frekuensi minum minuman ringan yang beragam (minuman berkarbonasi, teh


dengan pemanis dan teh dengan perisa buah) dengan kandungan gula yang
beragam

(C) Comparison

Jumlah konsumsi gula yang didapat dari minuman ringan dengan angka kejadian
timbulnya jerawat

(O) Outcome(s)

Timbulnya jerawat tidak dipengaruhi oleh BMI namun intake dari gula dari
berbagai macam minuman ringan menunjukkan adanya hubungan dose-response
dengan BMI. Rutinitas mengonsumi minuman ringan secara signifikan
meningkatkan resiko timbulnya jerawat derajat sedang-berat pada remaja,
terutama bila intake gula dari jenis minuman ringan apapun melebihi hadar 100
g/hari.
CRITICAL APPRAISAL

1. Did the study address a clearly focused question/issue?


Yes.
Objektifnya adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi
minuman bersoda dan gula dalam minuman bersoda dengan prevalensi
jerawat pada remaja

2. Is the research method (study design) appropriate for answering the


research question?
Yes.
Desain studi cross sectional ini tepat untuk mengetahui prevalensi suatu
penyakit.

3. Is the method of selection of the subjects (Employees. Teams, divisions.


Organization) clearly described?
Yes.
Kriteria inklusi: mahasiswa yang masuk ke universitas di Changsa, Cina
dan bersedia untuk diperiksa dan melengkapi kuisioner
Kriteria eksklusi: mahasiswa dengan riwayat hiperlipidemia, diabetes, dan
PCOS

4. Could the way the sample was obtained introduce (selection) bias?
Yes.
Karena terdapat variasi nutrisi pada minuman yang berbeda, maka sukar
mencari hubungan antara jerawat dan berbagai jenis minuman bersoda.
Selain itu, peneliti juga tidak menghitung konsumsi gula yang berasal dari
makanan.

5. Was the sample of subjects representative with regard to the population to


which the findings will be refered?
Yes.
Mahasiswa yang dipilih berasal dari berbagai daerah di Cina

6. Was the sample size based on pre-study consideration of statistical power?


Can’t Tell.
Peneliti tidak mendeskripsikannya secara rinci.

7. Was a satisfactory response rate achieved?


Yes.

8. Are the measurements (questionnaires) likely to be valid and reliable?


Yes.
Pada kuisioner terdapat 84 pertanyaan yang berisi info demografik,
riwayat penyakit, jumlah konsumsi minuman bersoda, dsbg

9. Was the statistical significance assessed?


Yes.
10. Are the confidence intervals given for the main results?
Yes.

11. Could there be cofounding factors that haven’t been accounted for?
Yes.
Gula dalam makanan dan perbedaan nutrisi dalam berbagai macam
minuman bersoda mungkin mempengaruhi hasil.

12. Can the results be applied to your organization?


Yes.

Anda mungkin juga menyukai