Disusun Oleh:
Grace Madeleine (406182057)
Lidya Octalia Ligita (406182060)
Nicyela Jillien Harlendea (406182061)
Priska Bonnie Widiyanti (406182080)
Cessy Christy (406182082)
Novia Anggriani Susantyo (406182083)
Pembimbing:
Metode Penelitian
Siswa dari berbagai negara menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengisi survei
kuesioner setelah mereka melakukan pendaftaran di sebuah universitas di
Changsha, Cina. Semua siswa yang setuju untuk berpartisipasi direkrut pada
September 2017. Kuisioner ini terdiri dari 84 pertanyaan, termasuk informasi
demografis, riwayat penyakit, asupan soft drink, dll. Diagnosis penyakit kulit
dilakukan oleh dermatologis selama pemeriksaan kesehatan. Derajat keparahan
jerawat dibagi menggunakan sistem yang diperkenalkan oleh Pillsbury et al.
Tingkat 2-4 merupakan acne sedang-berat. Logistik dua tingkat dan model aditif
umum digunakan untuk memperkirakan asosiasi, dan aOR disajikan sebagai
ukuran efek. Analisa statistik dilakukan menggunakan SAS 9.2.
Hasil
Sebanyak 8197 tanggapan survei siswa dianalisis. Asupan yang sering (≥7 kali per
minggu) dari minuman soda berkarbonasi(aOR 1.61, 95% CI 0.96-2.72),
minuman teh manis (aOR 2.52, 95% CI 1.43-4.43), dan minuman rasa buah (aOR
1.90, 95% CI 1,18-3,07) dikaitkan dengan jerawat sedang hingga parah (setelah
dilakukan penyesuaian untuk perancu). Asupan minuman rasa buah sesekali (1-2
kali per minggu) memiliki efek perlindungan yang lemah pada jerawat (AOR
0,86, 95% CI 0,74-0,99). Asupan gula dari minuman ringan menunjukkan
hubungan nonlinear dengan jerawat (P <0,01), dan asupan gula ≥100 gram/hari
secara signifikan dikaitkan dengan jerawat sedang hingga parah (AOR 3,12, 95%
CI 1,80-5,41).
Kesimpulan
Konsumsi soft drink setiap hari secara signifikan meningkatkan risiko jerawat
sedang hingga parah pada remaja, terutama ketika asupan gula dari semua jenis
minuman ringan melebihi 100 gram per hari.
PENGANTAR
Saat ini semakin banyak studi yang membahas mengenai hubungan antara
konsumsi minuman ringan dengan dampaknya terhadap kesehatan. Konsumsi
minuman ringan dengan pemanis alami maupun buatan berhubungan dengan
meningkatnya resiko untuk terjadi diabetes tipe 2. Beberapa studi juga
menunjukkan bahwa konsumsi makanan ringan yang manis berhubungan dengan
meningkatnya berat badan pada anak-anak dan remaja. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minuman ringan dan asupan
gula dari minuman ringan dengan kejadian acne pada remaja.
METODE PENELITIAN
Model additif umum dengan fungsi tautan log dan distribusi binomial
digunakan untuk meperkirakan hubungan antara asupan gula harian dari minuman
ringan dengan jerawat derajat sedang sampai berat. Model disesuaikan dengan
perancu yang disebut sebelumnya. Cubic splines digunakan untuk perataan kurva,
valdiasi silang digunakan utnuk menentukan parameter perataan. P <.05 dianggap
signifikan untuk semua tes. Analisis statistik menggunakan SAS 9.2 (SAS
Institute, Inc, Cary, North Carolina). Peta statistik diplot menggunakan ArcGIS
10.2 (ESRI Inc, Redlands, California)
Tabel I. Contoh Kandungan Gula pada Minuman Ringan yang Populer Di China
HASIL
Sebanyak 8226 murid dari 353 kota setuju untuk berpartisipasi dalam
pemeriksaan kesehatan dan menyelesaikan kuesioner pada penelitian cross
sectional. Murid dengan riwayat hiperlipidemia, diabetes, dan PCOS dieksklusi
dari penelitia, menyisakan 8197 partisipan pada analisis final. Karakteristik murid
dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan jerawat disajikan di Tabel II.
Jerawat tidak dikaitkan secara signifikan dengan IMT, tetapi asupan gula
dari minuman ringan menunjukkan hubungan dosis-respons dengan IMT disajikan
dalam Gambar 1. Meskipun asupan soda berkarbonasi tidak signifikan
berhubungan dengan jerawat, prevalensi jerawat pada siswa yang mengonsumsi
soda ≥7 kali per minggu adalah 1,5 kali lipat siswa yang jarang minum soda (P =
0,470). Konsumsi minuman teh dengan pemanis menunjukkan hubungan positif
antara jerawat dalam dosis-respon (P = 0.030). Untuk minuman rasa buah,
prevalensi jerawat meningkat signifikan hanya ketika para murid mengonsumsi
minuman tersebut ≥7x dalam seminggu (P = 0.018). Distribusi geografi dari
konsumsi minuman ringan disajikan dalam Gambar 2.
Setelah penyesuaian perancu di tingkat individu dan provinsi, pada
Gambar 3, siswa yang mengonsumsi minuman teh (aOR 2,52, 95% CI 1,43-4,43,
P = 0,001) atau minuman rasa buah (aOR 1,90, 95% CI 1,18-3,07, P = 0,008) ≥7
kali per minggu memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami jerawat sedang
sampai berat. Mengkonsumsi soda ≥7 kali per minggu menunjukkan efek
signifikan secara marginal pada jerawat (aOR 1,61, 95% CI 0,96-2,72, P = 0,074).
Asupan sesekali minuman rasa buah (1-2 kali per minggu) menunjukkan efek
perlindungan yang lemah tetapi signifikan terhadap jerawat (aOR 0,86, 95% CI
0,74-0,99, P = 0,046). Secara keseluruhan, IMT menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan dengan jerawat.
Gambar 5. Perhitungan Kasar dan yang sudah Disesuaikan dari Intake Gula per
Hari pada Jerawat Derajat Sedang-Berat
Tabel III. Gambaran dari Hubungan antara Intake Gula dari Minuman Ringan
dengan Jerawat Derajat Sedang-Berat
Tabel IV. Sensitivitas Analisis (Tidak termasuk Murid dari Hunan): Gambaran
secara Keseluruhan Hubunhan dari Intake Gula dari Minuman Ringan dengan
Jerawat Derajat Sedang-Berat
DISKUSI
Peneliti juga mengamati hubungan dosis asupan gula dari minuman ringan
dan BMI serta jerawat, tetapi BMI tidak secara signifikan terkait dengan jerawat.
Temuan yang tidak konsisten dilaporkan sebelumnya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa BMI secara positif berhubungan dengan keparahan jerawat,
dan IGF-1 memainkan peran penting. Sebaliknya, sebuah penelitian dari Taiwan
menemukan bahwa BMI berbanding terbalik dengan jumlah lesi jerawat pada
subjek postadolescents. Hasil negatif juga dilaporkan dalam literatur, tidak ada
konsensus tentang hubungan antara BMI dan jerawat, mungkin karena kesalahan
dalam pengukuran asupan gula. Selain gula, androgen, testosteron, dan hormon
lain yang terlibat dalam patogenesis jerawat dan obesitas. Pada penelitian
selajutnya diharapkan kadar glukosa darah, insulin, IGF-1, androgen, dan
testosteron harus ditentukan untuk lebih memahami apakah BMI memediasi efek
gula pada jerawat.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa asupan minuman rasa buah (1-2
kali per minggu) memiliki efek perlindungan yang lemah tetapi signifikan
terhadap jerawat. Efek perlindungan ini dapat terjadi karena minuman yang
mengandung buah mengandung vitamin C (asam askorbat), yang merupakan
nutrisi penting dalam perbaikan jaringan dan produksi enzim neurotransmitter
tertentu. Sebuah studi cross-sectional menunjukkan bahwa risiko hiperurisemia
menurun dengan peningkatan asupan asam askorbat diet. Sebaliknya, studi asupan
makanan oleh Chicago Healthy Aging Project yang meneliti 633 orang dewasa
tidak mendukung efek perlindungan dari asam askorbat, mungkin karena tingkat
asam askorbat diet yang tidak memadai . Alasan lain yang mungkin untuk
menemukan faktor pelindung adalah bahwa remaja yang sesekali minum jus
mungkin memiliki kebiasaan hidup yang lebih sehat secara keseluruhan.
KESIMPULAN
Timbulnya jerawat tidak dipengaruhi oleh BMI namun intake dari gula dari
berbagai macam minuman ringan menunjukkan adanya hubungan dose-response
dengan BMI. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif antara
intake minuman ringan dengan jerawat derajat sedang-berat pada remaja.
Konsumsi (≥7x/minggu) dari minuman berkarbonasi, teh dengan pemanis dan
minuman dengan perisa buah meningkatkan jerawat 1.6 – 2.5x lipat. Kadar gula
yang berpengaruh terhadap jerawat derajat sedang-berat adalah gula ≥ 100 g/hari
minungkatkan resiko jerawat sedang-berat hingga 3 kali lipat. Namun jika
minuman dengan perisa buah ini diminum rutin sebanyak 1-2x/minggu memiliki
efek protektif terhadap jerawat.
Kelemahan penelitian:
1. Variasi nutrisi yang sangat beragam dari substansi yang ada dalam
berbagai macam minuman tidak dapat diklarifikasi hubungannya dengan
jerawat.
2. Peneliti tidak mengukur intake gula per harinya yang diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi
PICO
(P) Patients
(A) Intervention
(C) Comparison
Jumlah konsumsi gula yang didapat dari minuman ringan dengan angka kejadian
timbulnya jerawat
(O) Outcome(s)
Timbulnya jerawat tidak dipengaruhi oleh BMI namun intake dari gula dari
berbagai macam minuman ringan menunjukkan adanya hubungan dose-response
dengan BMI. Rutinitas mengonsumi minuman ringan secara signifikan
meningkatkan resiko timbulnya jerawat derajat sedang-berat pada remaja,
terutama bila intake gula dari jenis minuman ringan apapun melebihi hadar 100
g/hari.
CRITICAL APPRAISAL
4. Could the way the sample was obtained introduce (selection) bias?
Yes.
Karena terdapat variasi nutrisi pada minuman yang berbeda, maka sukar
mencari hubungan antara jerawat dan berbagai jenis minuman bersoda.
Selain itu, peneliti juga tidak menghitung konsumsi gula yang berasal dari
makanan.
11. Could there be cofounding factors that haven’t been accounted for?
Yes.
Gula dalam makanan dan perbedaan nutrisi dalam berbagai macam
minuman bersoda mungkin mempengaruhi hasil.