Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nawanda De Gupita

NIM : 19104050002
Podi : Pendidikan Fisika
Kelas :B

BAB VI
IMPLIKASI DAN IMPLEMENTASI AKHLAK DAN KARAKTER/MORALITAS

A. Pembentukan moralitas
Manusia dengan daya akal dan daya offensive dan defensive sebenarnya mempunyai
kemungkinan menjadi manusia yang termulia di dunia ini. Ditegaskan dalam al-Qur’an
bahwa manusia adalah makhluk paling mulia karena dengan daya akal manusia dapat
malebihi Malaikat, jika daya akal itu difungsikan secara optimal. Sebaliknya manusia
mempunyai kemungkinan menjadi makhluk yang paling rendah, bahkan lebih rendah
daripada binatang, apabila perwujudan daya-daya di atas (offensive dan defensive) tidak
terkontrol dan terawasi oleh daya intelektualnya.
B. Intelektual Diri Manusia
Menurut Bung Hatta intelektual diperuntukkan bagi mereka yang memiliki karakter dan
teguh pendirian, lepas dari kepentingan diri, golongan, atau partai, lepas dari kedudukan,
pangkat atau harta. Oleh karena itu, mereka harus tegas atas kebenaran, sebab ilmu yang
menjadi ciri khasnya senantiasa mencari kebenaran. Untuk menjaga komitmen diri
sebagai intelektual dituntut berpegang teguh prinsip kemandirian dan kooperatif. Di
antaranya, prinsip kemandirian itu digunakan untuk memberikan keleluasan intelektual
dalam usaha mengintegrasikan berbagai nilai moral dalam diri pribadi masing-masing.
C. Moralitas Diri Manusia
Dalam peradaban dan budaya manapun, masyarakat pasti mengenal apa yang disebut
moralitas. Bahkan moralitas menjadi sumber aturan perilaku yang tak tertulis yang oleh
masyarakat dipegang teguh karena ia memiliki nilai-nilai kebaikan sesuai dengan
ukuranukuran nilai yang berkembang dalam masyarakat itu. Jadi sebenarnya moralitas
suatu kelompok atau masyarakat memiliki dinamika dan pergeseran karena adanya
interpretasi dan pemahaman yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun
demikian, moralitas di manapun, selalu digunakan sebagai acuan untuk menilai suatu
tindakan atau perilaku; Karena moralitas memiliki nilai (values) yang memiliki implikasi
takaran kualitatif seperti: baikburuk, benar-salah, wajar-tidak, pantas-tidak, dsb. Itulah
sebabnya moralitas sering juga disebut sebagai code of conduct.3 Oleh karena itu
moralitas akan menggejala pada perilaku yang baik secara langsung maupun tidak
langsung memiliki akibat pada orang lain. Moralitas dalam diri seseorang dapat
berkembang dari tingkat yang rendah ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan
kedewasaannya. Kohlberg (1976) menggambarkan tiga tingkatan moralitas yang
dikaitkan dengan perspektif yang meliputi: (1) preconventional; (2) conventional, dan (3)
post conventional atau principled.
D. Sosok Pribadi Intelek dan Bermoral
Menurut Suwito bahwa hakikat pendidikan akhlǎk adalah inti semua jenis pendidikan
karena diarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi
manusia yang seimbang, baik terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya. Dengan
demikian, pendekatan pendidikan akhlak bukan monolitik dalam pengertian harus
menjadi nama bagi suatu mata pelajaran atau lembaga melainkan terintegrasi ke dalam
berbagai mata pelajaran atau lembaga.
E. Beberapa Contoh Akhlak Dan Adab Nabi Muhammad SAW
1. Tuntunan Nabi Muhammad saw Seputar Akhlak dan Adab dalam Kahidupan
Sosial
Menurut Shaleh Ahmad Asy-Syaami, berakhlak dan beradab mulia: contoh-contoh
dari Rasulullah Muhammad SAW sebagai berikut.
a. mengucapkan, menyebarkan salam (berarti menghendaki seseorang rendah
hati, tidak sombong terhadap siapapun) dan menjawab salam
b. mengucapkan salam kepada ahli kitab
c. meminta ijin
d. bersin
e. doa orang bersin dan orang yang mendengarkan
f. keutamaan menjenguk orang sakit
2. Tuntunan bepergian. Tuntunan Nabi Muhammad saw dalam hal-hal yang
berkaitan dengan Kebutuhan Primer
a. berkenaan dengan makanan, Rasulullah tidak pernah menolak makanan yang ada.
Beliau makan seadanya tidak pernah menyusahkan diri menginginkan makanan
yang tidak ada. Disuguhi makanan yang baik dan halal pasti beliau makan,
kecuali jika memang ia tidak berselera terhadap makanan tersebut, maka beliau
tinggalkan, namun tidak lantas mengharamkan. Beliau tidak pernah mencela dan
menghina makanan, bila ia suka ia makan bila tidak ia tidak mencela dan
menghina, contoh Rasul disuguhi daging dhabb.
b. berkenaan dengan minuman, minum dan makan sambil duduk, baca basamalah
dan selesai baca hamdalah, tempat makanan dan minuman supaya ditutup,
minuman manis dan dingin
c. berkenaan dengan busana, berdoa saat memakai dan melepas busana
d. berkenaan dengan tempat tinggal, berdoa ketika mau masuk dan keluar rumah
e. berkenaan dengan hal-hal yang dianjurkan dalam masalah fitrah penciptaan,
misalnya mendahulukan anggotan kanan daripada anggota kiri dalam kehidupan
seharihari, termasuk memakai sandal/sepatu menyisir rambut kepala dicukur
secara keseluruhan bukan sebagian rambut saja, gemar menggunakan siwak baik
saat puasa maupun tidak, mau berwudlu, shalat dan setiap masuk rumah, Rasul
gemar memakai harum-haruman
3. Tuntunan Nabi Muhammad saw Seputar kelahiran anak
a. pemberian nama, (setelah lahir diazani dan iqamah, diberi nama dan dikhitani,
diaqiqah)
b. b. aqiqah .
4. Tuntunan Nabi Muhammad saw Berkenaan Hati
a. Faktor-faktor kelapangan hati di antaranya tauhid, cahaya keimanan, ilmu, selalu
kembali dan bertobat kepada Allah, selalu mengingat Allah, gemar berbuat baik,
keberanian, membersihkan hati, dan meninggalkan sikap berlebihan
b. Keutamaan berperilaku adil terhadap diri sendiri. Adil mengandung pokok-pokok
kebaikan sekaligus cabang-cabangnya. Perilaku adil mengandung banyak hal
yang harus ditunaikan. Di antaranya: menunaikan hak-hak Allah swt secara
sempurna, menunaikan hak-hak sesama secara sempurna, tidak meminta dari
orang lain sesuatu yang tidak mereka miliki, tidak membebani mereka dengan
hal-hal di atas kemampuan mereka, memperlakukan mereka dengan perilaku yang
sama, memaafkan dan membebaskan mereka dari hal-hal yang seandainyajika ia
yang mengalami ia juga menginginkan pengampunan dan pembebasan yang
sama. Juga memberi keputusan kepada mereka dengan hukum yang seandainya ia
berada pada posisi mereka, maka ia juga mengharapkan keputusan hukum yang
sama
c. anjuran memiliki cita-cita dan keteguhan tinggi. Allah mencela sikap lemah dan
tidak mampu. Allah menyukai sikap tangkas dan cerdas (al-kais) serta
memerintah pada hambaNya agar menghiasi diri dengan sikap yang terpuji.
d. kriteria batasan-batasan akhlak. Bahwa akhlak memilki batasan-batasan dan jika
akhlak keluar dari batasan-batasan tersebut maka akhlak akan berbalik menjadi
sifat tercela, baik keluarnya akhlak dari batasan-batasan tersebut dalam bentuk
berlebihan ataupun sebaliknya.
5. Tuntunan Nabi Muhammad saw Menjaga ucapan dan memilih kata-kata yang
baik
a. memilih kata-kata yang baik, ketika Rasulullah saw berbicara selalu memilih
kata-kata yang baik. Beliau memilih kata-kata yang baik dan halus untuk
umatnya, menjauhkan kata-kata yang jelek, kasar, dan jorok.
b. kalimat-kalimat yang dibenci oleh Nabi Muhammad saw. Rasulullah saw
melarang seseorang mengucapkan hujan ini turun berkat bintang ini dan ini,
larangan bersumpah demi selain Allah , di dalam bersumpah seorang dilarang
mengucapkan”dia adalah orang Yahudi atau Nasrana atau kafir, jika ia melakukan
begini dan begini”, larangan memanggil orang muslim dengan panggilan wahai
orang kafir, larangan memanggil penguasa dengan panggilan :malikul muluuk”,
larangan memanggil hamba sahaya dengan abdi dan amatii, larangan mencela
angin yang bertiup kencang, maka berdoa, larangan mencela sakit demam,
larangan mencela ayam jago, larangan mengajak kepada perilaku jahiliyah,
larangan terlalu sering menyebut shalat isya dengan alAtamah, larangan mencela
orang muslim, larangan berbisik-bisik berdua, larangan isteri memberitahukan
kebaikan-kebaikan wanita lain kepada suaminya, larangan mengucapkan doa
seperti “Ya Allah, ampunilah hamba jika Engkau berkehendak dan kasihilah
hamba jika Engkau berkehendak” larangan terlalu sering bersumpah, larangan
menyebut sesuatu yang terlihat di langit dengan sebutan pelangi, larangan
meminta kepada seseorang dengan menggunakan keagungan Allah, larangan
menyebut kota Madinahdengan sebutan Yatsrib, larangan bertanya kepada
seorang suami kenapa dia memukul isterinya, kecuali jika hal ini memang
dibutuhkan, larangan berkata “Aku berpuasa Ramadhan satu bulan penuh, dan
“aku melakukan qiyam al-lail semalam penuh, larangan mengungkapkan
ungkapan yang jelas tentang sesuatu yang sayogyanya diungkapkan dengan
ungkapan kinayah. Dst.

Anda mungkin juga menyukai