Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH METODE PROMOSI KESEHATAN

DOSEN PANGAMPU : M.RIDWAN SKM.MPH

DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari


istilah yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan kesehatan, penyuluhan
kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan
merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang pengetahuan semata, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk
memfasilitasi dalam rangka perubahan prilaku masyarakat.

Dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat dibutuhkannya suatu metode


yang sesuai serta didukung dengan media yang baik. Media sebagai saluran
informasi merupakan komponen yang penting dalam pendidikan kesehatan.
Memilih media sebagai saluran menyampaikan pesan kesehatan dipengaruhi
metode yang digunakan, Media pendidikan kesehatan pada hakekatnya merupakan
alat bantu dalam pendidikan kesehatan.

Banyak metode yang bisa digunakan dan masing-masing metode memiliki


keunggulan dan kelemahan, sehingga Jenis metode yang digunakan harus
disesuaikan dengan sasarannya, baik individu, kelompok atau massa dan
penggunaan gabungan beberapa metode juga sering dilakukan untuk
memaksimalkan hasil dari upaya mempromosikan kesehatan.

1.2. TUJUAN

1. Menjelaskan konsep pengertian metode dalam Promosi Kesehatan


2. Mengetahui tujuan penggunaan metode dalam Promosi Kesehatan
3. Menyebutkan jenis-jenis metode dalam Promosi Kesehatan
4. Mengetahui jenis metode berdasarkan sasaran Promosi Kesehatan
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode
1.3. MANFAAT

Dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa atau tenaga kesehatan


dapat menentukan dan memilih metode yang tepat agar ketika memberikan
penyuluhan kepada masyarakat mereka dapat mempromosikan kesehatan dengan
tepat guna pada setiap sasaran

1.4. PERTANYAAN KAJIAN

1. Jelaskan pengertian metode dalam Promosi Kesehatan


2. Apa tujuan penggunaan metode dalam Promosi Kesehatan
3. Sebutkan jenis-jenis metode dalam Promosi Kesehatan
4. Apa saja jenis metode berdasarkan sasaran Promosi Kesehatan
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui


pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes,
2011).

Sedangkan WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan “the


process of enabling individuals and communities to increase control over the
determinants of health and thereby improve their health” (proses mengupayakan
individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, dengan demikian
meningkatkan derajat kesehatan).

Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan


kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral Jenderal Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengajak masyarakat untuk dapat menuju masa
muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan perilaku
“CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang setiap hurufnya mewakili: Cek
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan
kalori seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK” dapat
mengurangi faktor resiko dan deteksi dini PTM.
2.1.2. Tujuan Promosi kesehatan

Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu


meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial budaya
setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik, mental
maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Kemenkes,
2011).

2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3 jenis


sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

a) Sasaran primer

Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup
mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah.
Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit
dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang
dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan
sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan
pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi
terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka
yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat
pemerintahan dan dunia usaha (Maulana, 2011).
b) Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media
massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan
dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan
(pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2011).

c) Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka
yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut
serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara:

1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan


kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.

2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya (Maulana,
2011)

2.1.4. Strategi Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna


yang terdiri dari pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan.

1. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah


dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat
merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung
tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga
atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice) (Notoatmodjo, 2005).

2. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005).

3. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang


diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi
maupun non materi (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan rumusan WHO (1994), dalam Notoatmodjo (2007), strategi promosi


kesehatan secara global terdiri dari tiga hal, yaitu :

1. Advokasi (advocacy)

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap tujuan yang akan dicapai. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat
tersebut dapat mendukung program kesehatan yang kita inginkan.

2. Dukungan sosial (social supporrt)

Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar tokoh
masyarakat sebagai penghubung antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakat penerima program kesehatan. Bentuk kegiatan
dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh masyarakat, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.

3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada


masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk diri mereka sendiri.
Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2007).

2.1.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada (1986)


yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan menjadi lima
area berikut:

1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy) kegiatan


ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap
kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus mempertimbangkan dampak
kesehatan bagi masyarakat.

2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create


partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan mengembangkan
jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini
ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat
umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah penyelenggaraan


pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan
penerima pelayanan orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat
sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya
sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan lebih diarahkan kepada pemberdayaan
masyarakat.

4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan


masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu.
Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu
terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu
sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.

5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat kesehatan


masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat
tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan
bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat
berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk
berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan
kesehatan.

Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan dengan menggunakan


lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan menggunakan
pendekatan tunggal. Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi
penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat penting untuk
melestarikan berbagai upaya. Masyarakat harus menjadi subjek dalam promosi
kesehatan dan pengambilan keputusan. Akses pendidikan dan informasi sangat penting
untuk mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (Notoatmodjo, 2009).

Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)

2. Kampanye Sosialisasi (sosial marketing)

3. Penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi)

4. Upaya peningkatan (upaya promotif) Universitas


5. Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)

6. Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat

7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

2.1.6 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan

Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi


Promosi Kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Indikator keberhasilan mencakup indikator
masukan (input), indikator proses, dan indikator (output).

1. Indikator Masukan

Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana dengan sasaran individu, kelompok, dan
masyarakat. Oleh karena itu, indikator masukan ini perlu diperhatikan secara detail
sebelum melakukan Promosi Kesehatan.

2. Indikator Proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan Promosi Kesehatan yang akan
mempengaruhi orang lain. Hal ini bisa merupakan media dan metode yang digunakan
dalam Promosi Kesehatan.

3. Indikator Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari Promosi Kesehatan yaitu perilaku kesehatan yang
kondusif untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang terbagi atas:

a. Perubahan perilaku, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan
dirubah.

b. Pembinaan perilaku, yaitu perilaku masyarakat yang sudah sehat tetap dilanjutkan.

c. Pengembangan perilaku, yaitu membiasakan perilaku hidup sehat dimulai bagi anak-
anak.
2.1.7 Jenis Promosi Kesehatan

Maulana (2011), mengidentifikasi tujuan area kegiatan Promosi Kesehatan yaitu :

1. Progam Pendidikan Kesehatan

Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk belajar


tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela dalam
tingkah laku.

2. Pelayanan Kesehatan Preventif

Maulana (2011), mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five
levels of prevention, yaitu:

1) Pencegahan Primer. Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:

a. Promosi Kesehatan (health promotion). Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.

b. Perlindungan Khusus (specific protection). Berupa upaya spesifik untuk mencegah


terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan peningkatan
keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik, dan
penanggulangan stress.

2) Pencegahan Skunder

a. Diagnosis dini dan pengobatan segera.

b. Pembatasan kecacatan

3) Pencegahan Tersier

Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita tidak
menjadi hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat berfungsi optimal secara
fisik, mental, dan sosial.

3. Kegiatan Berbasis Masyarakat


Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan dan untuk
penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.

4. Pengembangan Organisasi

Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan pelalaksanaan


kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan kesehatan para staf
dan pelanggan.

5. Kebijakan Publik yang Sehat

Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan
masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan dalam
situasi dan kondisi kehidupan.

7. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan

Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan, baik di
rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.

2.2. Scabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varientas hominis dan produknya (Djuanda, 2012). Penyakit skabies
dikenal dari ruam, pustul, vesikel dengan krusta dan terowongan pada kulit dan sering
menyebabkan rasa gatal terutama pada malam hari (Tidman, 2013).

Skabies di kenal di Indonesia sebagai penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam
hari dan pada kulit di dapat vesiculae kecil-kecil cairan bening. Kudis ini disebabkan
oleh tungau Sarcoptes scabiei yang memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan
menaruh telur-telurnya di dalam kulit. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-
garuk kulitnya dan sebagai akibatnya sering kali menjadi infeksi sekunder (Slamet,
2012).

Skabies merupakan ruam gatal yang intensif pada kulit terutama sela-sela jari dan
lipatan-lipatan kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi dari Sarcoptes
scabiei dan produknya (Currie, 2014). Penyakit ini sering juga disebut dengan nama
lain kudis, the itch, seven year itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit
ampera (Boediardja, 2014).

Skabies secara morfologik ditularkan oleh tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan
tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron 150- 200 mikron. Bentuk
dewasa mempunyai empat pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan dua
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan pada kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat (Djuanda, 2012).

Sarcoptes Scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruiritus. Rasa
gatal timbul satu bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai
manifestasi respon imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkannya di
terowongan bawah kulit. Sekreta dan ekskreta yang dikeluarkan tungau betina bersifat
toksik atau antigenik. Diduga bahwa terdapat infiltrasi sel dan deposit IgE di sekitar lesi
kulit yang timbul (Boediardja, 2004). Keadaan hyperinfestasi terjadi karena kegagalan
respon imun seluler yang memadai, tetapi sering diserta dengan level IgE total yang
sangat tinggi (Currie, 2014).

Menurut Djuanda (2012), ada empat tanda cardinal, yaitu:

1. Pruritus nokturna, adalah gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga,


biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah kampung
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat prediklesi yang berwarna
putih dan keabu-abuan,berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm,
pada ujung terowongan itu di temukan popula atau vesikal. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lainlain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan,
areola mamae (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria) dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak kaki dan telapak tangan.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan


satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
memperhatikan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat bertahan tungau skabies
sebelum mendapatkan penjamu baru. Pakaian, sprey, handuk milik penderita skabies
harus dicuci dengan baik yaitu direbus dengan air panas supaya tungau-tungaunya
mati. Disamping itu, jangan berkontak secara langsung dengan penderita dan jangan
saling pinjam-meminjam pakaian atau perlengkapan lain. Bagi keluarga yang sudah
menderita skabies seharusnya pengobatan diberikan secara masal dalam satu keluarga
atau satu rumah, tidak boleh ada satupun penderita, ini akan menjadi sumber penularan
kembali (Tabri, 2004).

Pakaian, handuk, seprai, sarung bantal, selimut dan alat-alat tidur milik penderita
skabies harus dicuci dengan direbus dengan suhu minimal 120 ºF atau 50 ºC sedikitnya
selama 10 menit (Grandholm, 2015). Pakaian, sprey, handuk direbus dengan air panas
supaya tungau-tungaunya mati (Tabri, 2014). Alternatif metode lain yang dapat
dilakukan untuk peralatan yang tidak dapat dicuci rebus seperti sepatu, mantel, dan
jaket adalah dengan menempatkan peralatan di dalam plastik rapat dan didinginkan
pada suhu -20 ºC selama 12 jam (Grandholm, 2015).

2.3 Media Promosi Kesehatan

Menurut Hasan (2013), promosi adalah fungsi pemasaran yang fokus untuk
mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasive kepada target
pelanggan-calon pelanggan (audience) untuk mendorong terciptanya transaksi
pertukaran antara perusahaan dan audience. Promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu
akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.

Pentingnya promosi dapat digambarkan lewat perumpamaan bahwa pemasaran tanpa


promosi dapat diibaratkan seorang pria berkacamata hitam yang dari tempat gelap
pada malam kelam mengedipkan matanya pada seorang gadis cantik di kejauhan. Tak
seorang pun yang tahu apa yang dilakukan pria tersebut, selain dirinya sendiri
(Tjiptono, 2002).

Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk,


serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaandan bauran pemasaran.
Menurut Tjiptono (2002), secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:

1. Menginformasikan (informing), dapat berupa:

a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru,

b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,

c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar,

d. Menjelaskan cara kerja suatu produk

e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan

f. Meluruskan kesan yang keliru,

g. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli,

h. Membangun citra perusahaan.

2. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:


a. Membentuk pilihan merk

b. Mengalihkan pilihan ke merk tertentu,

c. Mengubah persepsi pelanggan terhadeap atribut pokok,

d. Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga,

e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga (salesman).

3. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas:

a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu


dekat,

b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan,

c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan,

d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.

Misalnya bila pembeli ingin membeli sabun mandi, diharapkan ingatan pertamanya
adalah merk Lux.

Adapun fungsi dari promosi yang dikemukakan oleh Swastha (2014):

1. Memberikan Informasi Promosi dapat menambah nilai suatu barang dengan


memberikan informasi kepada konsumen. Promosi dapat memberikan informasi baik
tentang barangnya, harganya, ataupun informasi lain yang mempunyai kegunaan
kepada konsumen.Tanpa adanya informasi seperti itu orang segan atau tidak akan
mengetahui banyak tentang suatu barang. Dengan demikian promosi merupakan suatu
alat bagi penjual dan pembeli untuk memberitahu kepada pihak lain tentang kebutuhan
dan keinginan mereka, sehingga kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipengaruhi
dengan mengadakan pertukaran yang memuaskan.

2. Membujuk dan mempengaruhi. Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat


untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan mengatakan
bahwa suatu produk adalah lebih baik dari pada produk yang lainnya.
3. Menciptakan Kesan (Image). Promosi dapat memberikan kesan tersendiri bagi calon
konsumen untuk produk yang diiklankan, sehingga pemasar menciptakan promosi
sebaik-baiknya misalnya untuk promosi periklanan (advertising) dengan menggunakan
warna, ilustrasi, bentuk atau layout yang menarik.

4. Promosi merupakan suatu alat mencapai tujuan. Promosi dapat digunakan untuk
mencapai tujuan, yaitu untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan melalui
komunikasi, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi. Dalam hal ini komunikasi
dapat menunjukan cara-cara untuk mengadakan pertukaran yang saling memuaskan.

Ada beberapa tujuan yang terdapat dalam promosi menurut Asri (2013 : 360) :

1. Informing, yaitu memberitahukan informasi selengkap-lengkapnya kepada calon


pembeli tentang barang yang ditawarkan, siapa penjualnya, siapa pembuatnya, dimana
memperolehnya, harganya dan sebagainya. Informasi yang digunakan dapat diberikan
melalui tulisan. Gambar, kata-kata dan sebagainya, yang disesuaikan dengan keadaan.

2. Persuading yaitu membujuk calon konsumen agar mau membeli barang atau
jasa yang ditawarkan. Perlu ditekankan di sini bahwasannya membujuk bukan berarti
memaksa calon konsumen sehingga keputusan yang diambil mungkin justru keputusan
yang negatif.

3. Reminding yaitu mengingatkan konsumen tentang adanya barang tertentu, yang


dibuat dan dijual perusahaan tertentu, ditempat tertentu dengan harga yang tertentu
pula. Konsumen kadang-kadang memang perlu diingatkan, karena mereka tidak ingin
bersusah payah untuk selalu mencari barang apa yang dibutuhkan dan dimana
mendapatkannya.

Menurut Swastha (2014), banyak jenis media yang dapat digunakan untuk
mempromosikan produk, baik barang maupun jasa. Untuk lebih jelasnya lagi, apa saja
jenis media yang dapat digunakan dapat di lihat dari tabel berikut:
Jenis Media
No Kelebihan Kekurangan
Promosi
Biasanya relatif tidak Mudah diabaikan, dan
1 Koran/Surat Kabar mahal, sangat fleksibel, terkadang dianggap tidak
dapat dinikmati lebih lama penting.
Dapat dinikmati lebih Biayanya relatif lebih
lama, pembacanya lebih mahal dan fleksibilitasnya
selektif, dapat rendah.
2 Majalah
mencantumkan dengan
menggunakan gambar
yang menarik
Dapat dinikmati oleh siapa Biayanya relatif lebih
saja, waktu dan acara mahal, dapat dinikmati
siarannya sudah tertentu, sebentar, dan kurang
3. Televisi dapat memberikan fleksibel.
kombinasi antara gambar
yang bergerak

Biayanya relative murah, Waktunya terbatas, tidak


dapat diterima oleh siapa dapat mengemukakan
saja, dan juga dapat gambar, pendengar sering
4 Radio
menjangkau daerah luas kurang mendengar secara
penuh karena sambil
melakukan pekerjaan.

Media merupakan sarana ataupun sebuah alat untuk menayangkan dan


memperkenalkan sebuah informasi tersebut secara visual mamupun audio visual yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengadakan iklan, maka
perusahaan dituntut untuk memilih media iklan secara tepat. Hal ini adalah sangat
penting karena tidak semua iklan cocok untuk mengiklankan suatu produk.

2.3. Media Cetak

Media cetak merupakan media tertua yang ada dimuka bumi. Media cetak berawal dari
media yang disebut dengan Acta Diuna dan Acta Senatus dikerajaan romawi, kemudian
berkembang pesat setelah Johanes Guttenberg menemukan mesin cetak hingga kini
sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Media cetak
adalah segala barang cetak yang dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan
seperti yang sudah disebutkan sebelumnya macam-macam media cetak pada
umumnya.

Media cetak memiliki karakteristik, di antaranya media cetak biasanya lebih bersifat
fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana bisa disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan
saja, tidak terikat waktu. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam
banyak hal kalah menarik dan atraktif dibanding media elektronik namun di segi lain
bisa disampaikan secara lebih informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen. Selain itu dalam hal penyampaian kritik sosial
melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih
mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi
masyarakat pada umumnya.

Setiap media memiliki kelebihan masing-masing, media cetak juga memiliki kelebihan
dibanding media elektronik. Kelebihan media cetak secara umum dibanding media
elektronik terletak dari “daya tahan” informasi. Dari berbagai jenis media massa, media
cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. hasil cetakan tersebut
permanen dan bisa disimpan sehingga pembaca bisa mengulanginya sampai mengerti
isi pesan yang disampaikan, tanpa biaya tambahan. Selain itu, halaman media cetak,
menurut Mondry, bisa terus ditambah seandainya diperlukan.

Fungsi/peranan media cetak diantaranya, Pertama, sebagai media informasi yang


mencerahkan. Kedua, Sebagai media pendidikan yang mencerdaskan. Ketiga,
Meningkatkan intelektual kehidupan masyarakat. Keempat, membantu memperkuat
kesatuan nasional.

Jenis-jenis media cetak yaitu, Pertama, Surat kabar harian yaitu jenis media cetak yang
terbit setiap hari. Jenis media cetak ini masih dibagi menjadi surat kabar harian
nasional, surat kabar harian daerah, dan surat kabar harianlocal. Berita yang
disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini dan disampaikan dengan
sistem straight news atau apa adanya. Kedua, Surat kabar mingguan yaitu jenis media
cetak yang lebih banyak dikenal dengan sebutan tabloid. Biasanya berita yang diangkat
adalah berita hiburan atau juga in depth news. Tulisan dalam media ini banyak bergaya
feature atau deskriptif. Ketiga, Majalah mingguan, jenis majalah ini terbit setiap
seminggu sekali. Keempat, Majalah tengah bulanan. Kelima, Majalah bulanan.
Keenam, majalah dwibulanan. Ketujuh, majalah tribulanan. Kedelapan, Bulletin, media
cetak ini biasanya dibuat untuk kalangan tertentu atau intern saja. Dan media ini
biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman, serta dibuat konsep sederhana. Bulletin
juga tidak dibuat untuk kepentingan komersial. Jenis media cetak yang disebut diatas
mempunyai berbagai macam bidang.

2.4.1 Karakteristik Media Cetak

Media cetak memiliki beberapa karakteristik yaitu,

1. Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berfikir dan mencerna
secara reflektif dan kreatif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan
pembaca/masyarakat konsumennya di samping memungkinkan untuk mengulas
permasalahan secara lebih mendalam dan lebih spesifik.

2. Media cetak, baik Koran atau majalah relative lebih jelas siapa masyarakat
konsumennya. Sementara media elektronik seringkali sulit mengukur dan mengetahui
siapa konsumen mereka. Dengan demikian Koran atau majalah lebih mewakili opini
kelompok masyarakat tertentu.

3. Kritik social yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih
efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin
opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya.

4. Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana, bisa


disimpan(dikliping), bisa dibaca kapan saja, tidak terikat waktu.

5. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam banyak hal kalah menarik
dan atraktif disbanding media elektronik namun di segi lain bisa disampaikan secara
informative, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang
singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa
yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat
tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan
atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD,
pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy (Notoatmodjo, 2010).

Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah
khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Leaflet juga diartikan sebagai salah
satu media yang menggunakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu
masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca dan biasanya di sajikan dalam
bentuk lipatan yang dipergunakan untuk penyampaian informasi atau penguat pesan
yang disampaikan.

Leaflet merupakan salah satu publikasi singkat dari berbagai bentuk media komunikasi
yang berupa selebaran yang berisi keterangan atau informasi tentang perusahaan,
produk, organisasi dan jasa atau ide untuk diketahui oleh umum. Leaflet adalah
selebaran-selebaran yang bentuk lembarannya seperti daun, biasanya bentuk Leaflet
lebih kecil dari pamphlet.

Menurut Effendi dalam Falasifah, Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil
mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi
mengenai suatu hal atau peristiwa. Menurut kamus Merriam-webster, Leaflet adalah
suatu lembaran yang dicetak pada umumnya dilipat yang diharapkan untuk distribusi
secara Cuma-Cuma.

1. Ciri-Ciri Leaflet

a. Tulisan terdiri dari 200 sampai dengan 400 huruf dengan tulisan cetak biasanya
juga diselingi gambar-gambar

b. Isi Leaflet harus dapat dibaca sekali pandang.

c. Ukuran biasanya sampai dengan cm

2. Penggunaan Leaflet
a. Untuk mengingatkan kembali hal-hal yang pernah dipelajari

b. Biasanya Leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai pelajaran/penyuluhan


atau dapat juga diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang disampaikan.

c. Isi dari Leaflet harus dimengerti

3. Keuntungan Leaflet

a. Leaflet menarik untuk dilihat

b. Mudah untuk dimengerti

c. Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi Leaflet

d. Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi

4. Kelemahan Leaflet

a. Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca

b. Leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa di pajang/ ditempel.

Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku kesehatan,


maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut.
Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan
determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Dan menurut Lawrence
Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni:

1. Faktor Pendorong (predisposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,


antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan
sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang


dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat
pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan bergizi,
uang dan sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang


meskipun orang tahu dan mam
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PENGERTIAN METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik
berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau
cara), jadi metode bisa berarti " jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai
tujuan tertentu".

Metode adalah cara teratur/sistematis yang digunakan untuk melaksanakan suatu


pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.

Dalam Topik mengajar seorang pendidik/pengajar tidak harus terpaku dalam


menggunakan berbagai metode (variasi metode) agar proses belajar mengajar atau
pengajaran berjalan tidak membosankan, tetapi bagaimana memikat perhatian
peserta didik/sasaran. Namun di sisi lain penggunaan berbagai metode akan sulit
membawa keberuntungan atau manfaat dalam topik mengajar, bila penggunaannya
tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang mendukungnya, serta kondisi
psikologi peserta didik. Maka dari itu disini pengajar/pendidik dituntut untuk pandai-
pandai dalam memilih metode yang tepat. (Syaiful Bahri, D. 2002).

Berkaitan dengan penggunaan metode yang tepat, seorang penyuluh/promotor


kesehatan harus memperhatikan berbagai macam faktor dalam penggunaan
metode, diantaranya yaitu:

1. Metode dan tujuan pendidikan


2. Metode dan bahan pengajaran
3. Metode dan tangga-tangga belajar
4. Metode dan tingkat perkembangan
5. Metode dan keadaan perseorangan
6. Dasar tertinggi dari metode
Selain itu Prof Dr.Winarno S, mengatakan ada 5 macam yang mempengaruhi
penggunaan metode mengajar antara lain: tujuan berbagai jenis dan fungsinya,
anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang berbagai macam
keadaannya, fasilitas yang berbagai kualitasnya, pribadi guru serta kemampuan
profesionalnya yang berbeda- beda.

3.2. TUJUAN PENGGUNAAN METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN

Berikut ini merupakan contoh dalam menentukan/memilih metode promosi


kesehatan yg digunakan sesuai dengan tujuan pelaksanaan promosi kesehatannya:

1. Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan : Ceramah, kerja kelompok,


mass media, seminar, kampanye.

2. Menambah pengetahuan dan menyediakan informasi : One-to-one teaching


(mengajar per-seorangan / private), seminar, media massa, kampanye, group
teaching.

3. Self-empowering : Meningkatkan kemampuan atau potensi diri, mengambil


keputusan ketika Kerja kelompok, latihan (training), simulasi, metode pemecahan
masalah, peer teaching method.

4. Mengubah kebiasaan : Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan


keterampilan, training, metode debat.

5. Mengubah lingkungan: Bekerja sama menggunakan pemerintah untuk


menciptakan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan

3.3. JENIS-JENIS METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN

Pemikiran dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan
pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyaknya
faktor, salah satunya yaitu metode. Metode sendiri harus berbeda antara sasaran
massa, kelompok maupun sasaran individual.

1) Metode Individual (Perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja
menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja mendapatkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu
hamil yg segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perseorangan.
Perorangan disini tidak berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan,
tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan (metode) individual ini karena setiap orang


mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar penyuluh/petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat bagaimana cara membantunya maka perlu
menggunakan bentuk pendekatan (metode) berikut ini, yaitu :

a. Bimbingan dan Penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien/sasaran dan petugas/penyuluh kesehatan lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran,
dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.


Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah klien
memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan
(perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau memang belum menerima
perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu diberikan
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2) Metode Kelompok

Ketika memilih menggunakan metode kelompok, harus memperhatikan besarnya


kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Dan bagi kelompok
yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Karena efektivitas
suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan tersebut
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain
ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Ceramah
merupakan metode yang menyampaikan informasi dan pengetahuannya secara
lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi biasanya menjadi
pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama. Berikut hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah:

a) Persiapan

Ceramah yang berhasil yaitu apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa
yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri seperti

 Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
 Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalahsingkat, slide,
transparan, sound system, dsb.
b) Pelaksanaan:

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat


menguasai perhatian sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam
arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu ataupun
gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), sebaiknya tidak duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA) semaksimal mungkin.

c) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:

1) Diskusi Kelompok

Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga
mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya
dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara
peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain
mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk
memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang
dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang
peserta. Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

 Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.


 Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
 Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
 Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)

2) Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang diawali dengan
pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan
pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta
memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-
jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum
semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun.
Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola Salju (Snow Balling)

Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi kelompok yang
lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar. Kelompok
dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan
suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4
orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga
akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

4) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang


kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, masing-masing kelompok mendiskusikan maslaah tersebut, Selanjutnya hasil
dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

5) Role Play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain
sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya
bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-
pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan sepertu permainan
monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan
menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main.
Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

3. Metode Massa

Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan


pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa
atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendeketan massa.

Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awarness (kesadaran)


masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai
pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya
bentuk pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan
menggunakan atau melalui media massa.

Berikut beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara
lain:

a. Ceramah Umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri


Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah
satu bentuk pendekatan massa.

b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV


maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.

d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan
promosi kesehatan massa.

e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard ayo ke posyandu

Metode-metode yang disebutkan diatas hanyalah beberapa dari banyak metode


lainnya. Metode-metode tersebut dapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi
kesehatan disesuaikan dengan penerima pesan dan sarananya. Selain itu, metode
yang digunakan juga disesuaikan dengan tujuan dari promosi kesehatan yang
dilaksanakan.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Pemikiran Dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Suatu
proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubaha
perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya yaitu metode. Metode harus
berbeda dengan sasaran masa dan sasaran individual. Banyak metode untuk
menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Pemilihan metode
dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan
memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima
informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan
lingkungan komunikasi seperti raung dan waktu. Masing masing metode memiliki
keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering
dilakukan untuk memaksimalkan hasil. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat
metode : ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/resolusi,
dan lain-lain.

4.2 SARAN

Diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat


melalui program metode promosi kesehatan dan sifatnya menyeluruh guna
menciptakan perubahan perilaku dan lingkungannya dan diharapkan kita sebagai calon
penyuluh kesehatan dapat memahami tentang metode-metode promosi kesehatan
dalam rangka memajukan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan
dapat menjadi bagian dari pembangunan kesehatan.
DAFTAR RUJUKAN
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Promkes-
Komprehensif.pdf
http://repository.unmuha.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/186/12.%20BAB
%20II.pdf?sequence=5&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai