Anda di halaman 1dari 18

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan Publik
Dosen Pengampu:
Siti Sunaidah, S.H.I., S.Pd., M.M.

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Eka Wahyu Romadhani (12403193026)
Lilia Ainun Istikharoh (12403193037)
Siti Lailatul Nikmah (12403193043)
Deha Amanda P. (12403193201)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH 5C


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat-Nya
atas selesainya makalah yang berjudul “Badan Pemeriksa Keuangan”.
Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Siti Sunaidah, S.H.I., S.Pd., M.M., selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan Publik yang telah memberikan bimbingan, saran, ide, dan
masukan kepada penulis.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan Publik. Namun, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 18 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A. Pengertian............................................................................................................ 3
B. Kedudukan dan Keanggotaan BPK..................................................................... 3
C. Tugas dan Kewenangan BPK............................................................................. 3
D. Pemilihan Anggota.............................................................................................. 5
E. Pemilihan Pimpinan............................................................................................ 6
F. Tindakan Kepolisian........................................................................................... 8
G. Kekebalan............................................................................................................ 8
H. Larangan.............................................................................................................. 9
I. Kode Etik............................................................................................................ 9
J. Kebebasan dan Kemadirian................................................................................. 11
K. Akuntabilitas....................................................................................................... 11
L. Pelaksana BPK.................................................................................................... 12
M.Anggaran............................................................................................................. 12
N. Ketentuan Pidana................................................................................................ 12
BAB III : PENUTUP......................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 14
B. Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah suatu lembaga yang dibentuk yang bebas
dan mandiri berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Badan Pemeriksa Keuangan, sebagai badan pemeriksa keuangan eksternal terhadap
pengelolaan keuangan negara. Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh BPK dilakukan
dalam rangka memberikan pendapat atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan.

BPK adalah satu-satunya pemeriksa keuangan ekternal di Indonesia yang mempunyai


kewenangan besar memberikan opini terhadap laporan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan Negara. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan
negara/daerah yang hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya untuk ditindak lanjuti.

BPK berwenang menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang


diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh
bendahara, pengelola keuangan negara, lembaga atau badan yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan negara. Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara ini bertujuan untuk penegakan hukum atas penyimpangan terhadap
keuangan negara.

Tugas dari BPK adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,
dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Auditor BPK akan
menerbitkan opini audit dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP), yang disertai rekomendasi
yang harus ditindaklanjuti oleh pejabat pemerintahan yang bersangkutan.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai BPK yang meliputi pengertian;
kedudukan dan keanggotaan; tugas dan kewenangan; pemilihan anggota; pemilihan
pimpinan; tindakan kepolisian; kekebalan; larangan; kode etik; kebebasan dan kemadirian;
akuntabilitas; pelaksana; anggaran; dan ketentuan pidana.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian BPK?
2. Bagaimana kedudukan dan keanggotaan BPK?
3. Bagaimana tugas dan kewenangan BPK?
4. Bagaimana pemilihan anggota BPK?
5. Bagaimana pemilihan pimpinan BPK?
6. Bagaimana tindakan kepolisian BPK?
7. Bagaimana kekebalan BPK?
8. Bagaimana larangan BPK?
9. Bagaimana kode etik BPK?
10. Bagaimana kebebasan dan kemadirian BPK?
11. Bagaimana akuntabilitas BPK?
12. Bagaimana pelaksana BPK?
13. Bagaimana anggaran BPK?
14. Bagaimana ketentuan pidana BPK?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian BPK.
2. Mengetahui kedudukan dan keanggotaan BPK.
3. Mengetahui tugas dan kewenangan BPK.
4. Mengetahui pemilihan anggota BPK.
5. Mengetahui pemilihan pimpinan BPK.
6. Mengetahui tindakan kepolisian BPK.
7. Mengetahui kekebalan BPK.
8. Mengetahui larangan BPK.
9. Mengetahui kode etik BPK.
10. Mengetahui kebebasan dan kemadirian BPK.
11. Mengetahui akuntabilitas BPK.
12. Mengetahui pelaksana BPK.
13. Mengetahui anggaran BPK.
14. Mengetahui ketentuan pidana BPK.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang BPK, yang dimaksud dengan
Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK adalah lembaga negara yang bertugas untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Kedudukan dan Keanggotaan BPK


Pada dasarnya BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan, di mana :
1. BPK berkedudukan di Ibu kota negara.
2. BPK memiliki perwakilan di setiap provinsi.
3. Pembentukan perwakilan ditetapkan dengan keputusan BPK dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan negara.

Bila dilihat dari dimensi keanggotaan maka :


1. BPK mempunyai 9 (sembilan) anggota, yang keanggotaannya dilantik dengan
keputusan Presiden.
2. Susunan BPK terdiri atas seorang Ketua juga menjadi anggota, seorang Wakil
Ketua juga menjadi anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota lainnya.
3. Keputusan Presiden diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak anggota
BPK terpilih.

Di samping itu pula anggota BPK memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan
sesudahnya dapar dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. BPK memberitahukan
kepada DPR dengan tembusan kepada Presiden tentang akan berakhirnya masa jabatan
anggota BPK paling lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota
tersebut.

C. Tugas dan Kewenangan BPK


Apabila dikaitkan dengan tugas dan kewenangannya BPK bertugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga lainnya, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum.
BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pelaksanaan

3
pemeriksaan BPK dilakukan berdasarkan Undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan
pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam hal pemeriksaan
dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan Undang-undang, laporan hasil
pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan. Dalam
melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:
a. Menentukan objek, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan
waktu dan metode serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;
b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang,
unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga lainnya, Bank
Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan;
c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan daftar lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara;
d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan yang wajib disampaikan kepada BPK;
e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan setelah konsultasi dengan Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan;
f. Menetapkan kode etik pengelolaan dan tanggung jawab keuangan;
g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja
untuk dan atas nama BPK;
h. Membina jabatan fungsional;
i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.

Dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
yang diminta oleh BPK hanya dipergunakan untuk pemeriksaan. Di samping itu pula BPK
menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan
melawan hukum balk sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola
BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan. Penilaian kerugian
4
keuangan negara dan/ atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian
ditetapkan dengan keputusan BPK.

D. Pemilihan Anggota
Untuk dapat dipilih sebagai Anggota BPK, calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Warga negara Indonesia;
b. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Berdomisili di Indonesia;
d. Memiliki integtitas moral dan kejujuran;
e. Setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
f. Berpendidikan paling rendah S1;
g. Tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan hukuman 5 (lima) tahun atau lebih;
h. Sehat jasmani dan rohani;
i. Paling rendah berusia 35 (tiga puluh lima) tahun;
j. Paling singkat telah 2 (dua) tahun meninggalkan jabatan sebagai pejabat di
lingkungan pengelola keuangan; dan
k. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pada dasarnya pemilihan anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD yang disampaikan secara tertulis yang memuat semua nama calon secara
lengkap, dan diserahkan kepada DPR dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal diterimanya surat permintaan pertimbangan dari Pimpinan DPR.
Calon anggota BPK diumumkan kepada publik untuk memperoleh masukan dari masyarakat.
DPR memulai proses pemilihan anggota BPK terhitung sejak tanggal diterimanya surat
pemberitahuan dari BPK harus menyelesaikan pemilihan anggota BPK yang baru, paling
lama 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Anggota BPK yang lama.1

1
Tjahjanulin Domai, “Manajemen Keuangan Publik” (Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press),
2010), hal. 113-118
5
E. Pemilihan Pimpinan
Berdasarkan ketentuan Pimpinan BPK terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil
ketua. Ketua dan wakil ketua BPK dipilih dari dan oleh anggota BPK dalam sidang Anggota
BPK dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diresmikannya
keanggotaan BPK oleh Presiden. Sidang Anggota BPK untuk pemilihan pimpinan BPK
dipimpin oleh Anggota BPK tertua. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua dilakukan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat, dan apabila mufakat tidak dicapai, pemilihan
dilakukan dengan cara pemungutan suara. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemilihan Ketua dan Wakil Ketua serta pembagian tugas dan wewenang ketua, Wakil Ketua,
dan Anggota BPK diatur dengan peraturan BPK.

Dalam hal anggota BPK sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah
atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung. Ketua dan Wakil
Ketua BPK terpilih wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu
oleh Ketua Mahkamah Agung. Apabila Ketua Mahkamah Agung berhalangan, sumpah atau
janji dipandu oleh Wakil Ketua Mahkamah Agung. Adapun sumpah atau janji berbunyi
sebagai berikut:

"Demi Allah Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk


menjadi Anggota (Ketua/Wakil Ketua) BPK langsung atau tidak langsung dengan rupa atau
dalih apapun tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun juga.

Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melakukan atau


tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak akan menerima langsung araupun tidak
langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan memenuhi


kewajiban Anggota (Ketua/Wakil Ketua) BPK dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa
tanggung jawab berdasarkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan peraturan perundang-undangan lain yang berkenaan dengan tugas dan kewajiban
tersebut.

Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan setia terhadap


Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945".

6
Berkaitan dengan pemberhentian Ketua, Wakil Ketua, dan/atau Anggota BPK dapat
diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat dari keanggotaan BPK. Ketua, Wakil
Ketua, dan/atau Anggoa BPK diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dengan
keputusan presiden atas usul BPK karena :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang diajukan kepada ketua atau wakil
ketua BPK;
c. Telah berusia 67 (enam puluh tujuh) tahun;
d. Telah berakhir masa jabatannya; atau
e. Sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus atau berhalangan tetap yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

Di samping itu pula Ketua, Wakil Ketua, dan/atau anggota BPK diberhentikan tidak
dengan hormat dari keanggotaannya atas usul BPK atau DPR karena :
a) Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih;
b) Melanggar kode etik BPK;
c) Tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya selama 1 (satu) bulan berturut-turut
tanpa alasan yang sah;
d) Melanggar sumpah atau janji jabatan;
e) Melanggar larangan; atau
f) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPK.

Dalam hal Ketua, Wakil Ketua, dan/atau Anggota BPK diberhentikan sementara dari
jabatannya oleh BPK melalui Rapat pleno apabila ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Ketua, Wakil Ketua,
dan/atau Anggota BPK yang terbukti tidak melakukan tindak pidana, berhak mendapatkan
rehabilitasi dan diangkat kembali menjadi Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota BPK.

Pemberhentian tidak dengan hormat dilakukan setelah yang bersangkutan diberi


kesempatan untuk membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Kode Etik BPK.
Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua, dan/atau Anggota BPK diresmikan dengan Keputusan
Presiden atau usul BPK atau DPR.

7
Apabila anggota BPK diberhentikan diadakan pengangkatan penggantian antar waktu
anggota BPK sesuai dengan syarat-syarat dan tata cara dan diresmikan dengan Keputusan
Presiden. Pengangkatan Anggota BPK dilakukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal pemberhentian Anggota BPK. Sebelum memangku jabatannya,
Anggota BPK yang diangkat mengucapkan sumpah/janji yang pengucapannya dipandu oleh
Ketua/Wakil Ketua BPK dengan bunyi sumpah/janji. Anggota BPK pengganti melanjutkan
sisa masa jabatan Anggota BPK yang digantikannya. Penggantian Anggota BPK antar waktu
tidak dilakukan apabila sisa masa jabatan anggota yang akan diganti kurang dari 6 (enam)
bulan dari masa jabatan.

F. Tindakan Kepolisian
Tindakan Kepolisian terhadap Anggota BPK guna pemeriksaan suatu perkara dilakukan
dengan perintah Jaksa Agung setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis Presiden.
Anggota BPK dapat dikenakan tindakan Kepolisian tanpa menunggu perintah Jaksa
Agung atau persetujuan tertulis Presiden, apabila:
a. Tertangkap tangan melakukan suatu tindak pidana; atau
b. Disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
mati.

Tindakan Kepolisian dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam harus
dilaporkan kepada Jaksa Agung yang berkewajiban untuk memberitahukan penahanan
tersebut kepada Presiden, DPR, dan BPK.

G. Kekebalan
Pada dasarnya anggota BPK tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena
menjalankan tugas, kewajiban, dan wewenangnya menurut undang-undang.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, anggota BPK, Pemeriksa, dan pihak
lain yang bekerja sama untuk dan atas nama BPK diberikan perlindungan hukum dan jaminan
keamanan oleh instansi yang berwenang.

Dalam hal terjadi gugatan pihak lain dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, BPK
berhak atas bantuan hukum dengan biaya negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

8
H. Larangan
Anggota BPK dilarang:
a. Memperlambat atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur
pidana kepada instansi yang berwenang;
b. Mempergunakan keterangan, bahan, data, informasi, atau dokumen lainnya yang
diperolehnya pada waktu melaksanakan tugas yang melampai batas
kewenangannya kecuali untuk kepentingan penyidikan yang terkait dengan dugaan
adanya tindak pidana;
c. Secara langsung maupun tidak langsung menjadi pemilik selunuh sebagian, atau
penjamin badan usaha yang melakukan, usaha dengan tujuan untuk mendapatkan
laba atau keuntungan atas beban keuangan negara;
d. Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain, dan badan-badan
yang mengelola keuangan negara, swasta/nasional/ asing; dan/atau
e. Menjadi anggota partai politik.2

I. Kode Etik
BPK wajib menyusun kode etik yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh
setiap anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat,
kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK. Kode etik memuat mekanisme penegakan kode etik
dan jenis sanksi.3

Pemeriksa BPK mendasarkan perilaku etis mereka dengan berpedoman pada Peraturan
BPK RI Nomor 4 Tahun 2018, yang berisi tentang kode etik sebagai pemeriksa BPK RI dan
berlaku sejak 31 Desember 2018 hingga sekarang. Kode etik ini menunjukkan konsensus
bersama yang dibuat dan dikodifikasi secara tertulis untuk dipatuhi serta mengikat semua
aktivitas anggotanya. Setiap terjadi pelanggaran kode etik oleh pemeriksa BPK, akan
dilakukan pendisiplinan oleh Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE) BPK RI.

BPK RI diharapkan dapat menerapkan dan menegakkan kode etik di seluruh


organisasinya karena kegagalan dalam menegakkan kode etik dapat mencoreng integritas
BPK RI serta berefek negatif pada integritas organisasi sektor publik Indonesia, dengan
menghambat efektivitas produksi barang dan jasa publik. Menjamin penegakkan kode etik
tersebut, dibutuhkan peran penting dari seorang pemimpin dengan ikut serta mendorong

2
Ibid., hal. -122
3
Ibid., hal. 122
9
kepatuhan, mengkomunikasikan dan memberi teladan pada anggotanya atas implementasi
kode etik pemeriksa BPK.

Berdasarkan aturan kode etik pemeriksa BPK, independensi, integritas dan


profesionalisme merupakan tiga prinsip etika utama yang melekat dan mengikat seluruh
pemeriksa BPK RI. Nilai utama yang dianut adalah independen untuk menegaskan bahwa
BPK RI ialah lembaga independen dalam hal organisasi, legislasi, maupun anggaran, ia juga
bebas dari intervensi lembaga negara lain. Independensi pemeriksa BPK menunjukkan sikap
pemeriksa BPK dalam merespon fakta seperti bukti audit, sikap pimpinan atau pegawai
selama proses pemeriksaan dimana sikap independen pemeriksa BPK tercermin jika ia bebas
dan tidak memihak dalam penyusunan program, pemilihan bidang, kegiatan atau kebijakan
manajerial terperiksa, serta tidak memihak ketika mengungkap fakta pemeriksaan atau
pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan.

Pemeriksa BPK independen secara kelembagaan dan atau individu, baik terkait
pekerjaan pemeriksaan, sikap mental serta penampilan. Pemeriksa BPK yang tidak
independen, tidak jujur serta tidak objektif ketika mengungkap fakta karena berpihak pada
agent (pemerintah, BUMN, dll) akan merugikan pihak pemakai jasanya yaitu principal (DPR,
DPD, DPRD, masyarakat, LSM, investor dan kreditur) dan akhirnya pendapatnya juga tidak
memiliki arti apapun. Independensi pemeriksa BPK yang terjaga dengan baik akan
meningkatkan kredibilitas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atau dapat dikatakatan
independensi menentukan kualitas pemeriksaan. Selain itu, kualitas tinggi pemeriksaan
tercipta apabila pemeriksa BPK mampu meminimalisir kesalahan dalam pemeriksaannya.

Integritas diartikan dalam Peraturan BPK RI Nomor 4 Tahun 2018 Pasal 1 Ayat 9
sebagai sifat, mutu, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan penuh dari sifat kerja keras,
jujur, serta kompentensi memadai. Prinisp integritas ini tidak hanya terbatas pada tiga sifat
tersebut tetapi juga mencerminkan kewajaran serta kebenaran informasi yang disampaikan
oleh agent sebagai dasar kepercayaan dalam pertimbangannya untuk menyatakan pendapat.
Pemeriksa BPK harus membangun dan mewujudkan nilai integritas dengan selalu
menunjukkan sikap jujur, objektif dan tegas ketika melakukan penilaian, pembuatan
keputusan, dan penyelesaian pekerjaannya. Dengan tanggung jawab yang besar, seharusnya
pemeriksa BPK memiliki integritas kuat dan baik sebelum mereka menilai integritas insitusi
lain karena integritas adalah kunci kesuksesan pemeriksaannya.

10
Profesionalisme berarti suatu keahlian, kemampuan, serta komitmen untuk
menjalankan tugas, dimana profesionalisme seorang pemeriksa BPK diwujudkan melalui
praktik skeptisisme profesional selama pemeriksaan, dengan mengutamakan pertimbangan
profesional dalam menilai temuan, dan melaporkan temuan tersebut pada laporan hasil
pemeriksaan. Pemeriksa BPK diharapkan mampu membangun sikap profesionalisme dengan
selalu menerapkan sikap kehati-hatian, teliti, cermat dan terus berpedoman pada standar yang
berlaku. Selain itu, pemeriksa profesional juga diharapkan dapat menjaga kompentensi
profesional pribadi yang diperoleh selama mereka menempuh pendidikan formal maupun dari
kegiatan wajib pengembangan profesional.4

J. Kebebasan dan Kemadirian


Dalam rangka menjaga kebebasan dan kemandirian BPK dan/atau Pemeriksa
berkewajiban:
a. Menjalankan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara;
b. Mematuhi kode etik pemeriksa; dan
c. Melaksanakan sistem pengendalian mutu.

Standar pemeriksaan keuangan negara sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai


berikut:
a. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek
pemeriksaan;
b. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan objek pemeriksaan;
c. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek pemeriksaan
dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
d. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerja sama dengan objek pemeriksaan; dan
e. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi,
pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan objek
pemeriksaan.

K. Akuntabilitas

4
Dian Kusuma Wardhani dan Erina Sudaryati, “Penegakkan Etika Profesional Pemeriksa BPK Untuk
Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Negara”, Journal of Accounting Science, Vol. 5 No 1 (Januari,
2021), hal. 3-5
11
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan tahunan BPK dilakukan oleh
akuntan publik ditunjuk oleh DPR atas usul BPK dan Menteri Keuangan, yang masing-
masing mengusulkan 3 (tiga) nama akuntan publik. Akuntan publik dalam 2 (dua) tahun
terakhir tidak melakukan tugas untuk dan atas nama BPK atau memberikan jasa kepada BPK.
Hasil pemeriksaan diserahkan kepada DPR dengan salinan kepada Pemerintah untuk
penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat.

Untuk menjamin mutu pemerikasaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
oleh BPK sesuai dengan standar, sistem pengendalian mutu BPK ditelaah oleh badan
pemeriksa keuangan negara yang lain dengan menjadi anggota organisasi pemeriksa
keuangan sedunia. Badan pemeriksa keuangan negara lain ditunjuk oleh BPK setelah
mendapat pertimbangan DPR.5

L. Pelaksana BPK
BPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh pelaksana BPK, yang
terdiri atas Sekretariat Jendral, unit pelaksana tugas pelaksanaan, unit pelaksana tugas
penunjang, perwakilan, pemeriksa, dan jabatan lain yang diterapkan oleh BPK sesuai dengan
kebutuhan. Pemeriksa merupakan jabatan fungsional.
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK menggunakan pemeriksa yang berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil atau yang bukan Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan mengenai
organisasi dan tata kerja pelaksana BPK serta jabatan fungsional ditetapkan oleh BPK setelah
berkonsultasi dengan pemerintah.

M. Anggaran BPK
Anggaran BPK dibebankan pada bagian anggaran tersendiri dalam anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran diajukan oleh BPK kepada DPR untuk dibahas
dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN. Hasil pembahasan sebagaimana
disampaikan pada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan Rancangan Undang –
Undang tentang APBN.

N. Ketentuan Pidana
Anggota BPK yang memperlambat atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan yang
mengandung unsur pidana kepada instansi yang berwenang, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling sedikit Rp

5
Tjahjanulin Domai, Manajemen Keuangan ..., hal. 122-123
12
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).

Anggota BPK yang mempergunakan keterangan, bahan, data, informasi atau dokumen
lainnya yang diperolehnya pada waktu melaksanakan tugas BPK dengan melampaui batas
wewenangnya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun atau denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).6

6
Ibid., hal. 124
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) adalah suatu lembaga yang dibentuk yang bebas dan mandiri di ibukota
negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi, yang bertugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemda, Lembaga
lainnya, BI, BUMN, Badan Layanan Umum. BUMD, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara.
Pemilihan anggota BPK dipilih oleh DPR atas pertimbangan DPD yang disampaikan
secara tertulis yang memuat semua nama calon secara lengkap, dan diserahkan kepada DPR.
Sedangkan untuk pemilihan Pimpinan BPK terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil
ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BPK dalam sidang Anggota BPK secara
musyawarah untuk mencapai mufakat atau pemungutan suara.
Tindakan kepolisian terhadap Anggota BPK untuk pemeriksaan suatu perkara
dilakukan dengan perintah Jaksa Agung atas persetujuan tertulis Presiden. Dalam
menjalankan tugasnya, anggota BPK, auditor, dan orang lain yang bekerja untuk atau atas
nama BPK mendapat perlindungan hukum dan jaminan keamanan dari pejabat yang
berwenang. BPK wajib mematuhi larangan, kode etik, dan kewajiban tertentu dalam
mencapai kebebasan dan kemandirian ketika melakukan pemeriksaan.
Untuk menjamin kualitas pemeriksaan administrasi BPK dan akuntabilitas keuangan
negara sesuai standar, sistem manajemen mutu BPK diaudit oleh badan pemeriksa di negara
lain melalui anggota Badan Pemeriksa Akuntansi Dunia.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya BPK dibantu oleh pelaksana BPK,
meliputi Sekretariat Jendral, unit pelaksana tugas pelaksanaan, unit pelaksana tugas
penunjang, perwakilan, pemeriksa, dan jabatan lain yang diterapkan oleh BPK. Kemudian,
untuk Anggaran BPK dibebankan pada bagian anggaran tersendiri dalam anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan harus mematuhi peraturan BPK yang juga memuat
ketentuan pidana terkait.
B. Saran
Kami sebagaim tim penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Untuk
kesempurnaan makalah ini kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak
yang membaca baik dari dosen pengampu maupun teman-teman semua.

14
DAFTAR RUJUKAN
Domai, Tjahjanulin. 2010. Manajemen Keuangan Publik. Malang: Universitas Brawijaya
Press (UB Press).
Wardhani, Dian dan Erina Sudaryati. 2021. Penegakkan Etika Profesional Pemeriksa BPK
Untuk Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Negara. Journal of Accounting
Science, Vol. 5 No 1, 1-17.

15

Anda mungkin juga menyukai