Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PAPER IDE PENCIPTAAN

METODE PENELITIAN ARTISTIK I


NAMA : MELVINA PUTRI VALENTI
NIM : 2021299411

PRISMA SEGITIGA DALAM PENCIPTAAN SENI


KRIYA TEKSTIL

A. Latar Belakang
Prisma segitiga merupakan salah satu objek geometris dan memiliki ruang.
Prisma segitiga merupakan suatu bentuk tertutup oleh gabungan dua daerah
segitiga dan tiga daerah berbentuk empat persegi panjang (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online, diaskses pada 13 September 2020, 21:30). Prisma segitiga juga
sangat mudah dijumpai pada ilmu sains seperti matematika dan fisika. Dalam
konteks matematika, prisma segitiga lebih mengacu pada pengetahuan tentang
rumus perhitungan volume atau isi dari ruang prisma itu sendiri dengan
menggunakan rumus tertentu. Sejalan dengan matematika, prisma segitiga juga
sering dijumpai dalam cabang ilmu fisika. Dalam fisika, prisma segitiga
merupakan salah satu alat optik yang sering digunakan dalam eksperimen yang
berkaitan dengan pembiasan cahaya maupun dispersi cahaya. Itu adalah beberapa
contoh dari peranan prisma segitiga dalam ilmu sains, sehingga sangat wajar jika
sebagian besar orang hanya memahami prisma segitiga sebagai objek yang
identik dengan sains.
Sebuah pengalaman empiris yang dialami oleh penulis bahwa terdapat
beberapa rekan yang mempertanyakan tentang keputusan penulis dalam
pemilihan jurusan dalam studi di perguruan tinggi yang tidak mengikuti jejak
orang tua khususnya ayah yang notabene merupakan seorang guru fisika dan
justru mendalami bidang tata busana yang erat kaitannya dengan seni. Sementara
seni itu sendiri oleh beberapa individu selalu dipersepsikan bertolak belakang
dengan cabang ilmu sains salah satunya fisika. Banyak konsep-konsep dalam ilmu
fisika yang secara visual banyak dipersepsikan oleh beberapa individu identik
dengan bentuk bentuk geometris salah satunya yaitu prisma segitiga. Prisma kaca
segitiga sering digunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran fisika untuk
materi cahaya dan alat optik. Lain halnya dengan seni yang banyak dipersepsikan
identik dengan bentuk bentuk yang lebih dinamis. Secara umum, banyak orang
beranggapan bahwa seniman seni rupa khususnya akan memilih bentuk bentuk
yang lebih dinamis daripada sekedar bentuk geometris secara visual yang terkesan
kaku dalam penciptaan karya seninya.
Atas dasar uraian pengalaman diatas, maka penulis terdorong untuk
mengangkat tema bentuk geometri khususnya prisma segitiga ini ke permukaan
melalui karya seni. Penulis merasa tertarik dan perlu untuk merepresentasikan
prisma segitiga ini ke dalam karya seni dari sudut pandang visual karena ingin
membangun persepsi estetis dari cabang ilmu fisika. Persepsi baru yang ingin
disampaikan penulis adalah untuk melihat objek khususnya prisma segitiga yang
identik dengan ilmu eksakta seperti fisika dari sudut pandang seni, bahwa seni
dan sains bukanlah dua hal yang bertolak belakang. Sebaliknya, karya seni juga
dapat diciptakan dari sumber ide yang identik dengan sains dan prisma segitiga
cukup mewakili manifestasi cabang ilmu fisika.
Seperti penjelasan di awal bahwa prisma segitiga merupakan bentuk
geometris yang memiliki ruang, sehingga dapat dikatakan bahwa prisma segitiga
merupakan objek tiga dimensi. Penulis terisnspirasi dari bentuk dasar tiga dimensi
dari prisma segitiga dalam penciptaan karyanya dan mengesampingkan material
kaca yang seharusnya transparan. Dalam seni sendiri juga dikenal istilah seni rupa
tiga dimensi yang merupakankarya seni rupa yang mempunyai ukuran lebar,
panjang, dan tinggi ; atau karya seni yang memiliki volume dan menempati ruang
(Rondhi & Sumartono, 2002:13). Namun demikian, penulis tidak serta merta
menerjemahkan prisma segitiga ke dalam karya seni tiga dimesi yang
sesungguhnya. Penulis lebih tertarik menciptakan perspektif tiga dimensi dengan
memanfaatkan seni ilusi optik. Perspektif adalah sistem visual yang digunakan
untuk menciptakan ilusi objek tiga dimensi ada dalam bidang dua dimensi atau
disebut sebagai ilusi ruang, yaitu pandangan semu yang terjadi karena faktor
penglihatan maupun faktor psikologis dalam mempersepsikan suatu objek
(Susanto 2011:190).
Selain memvisualisasikan prisma segitiga secara langsung dengan konsep
ilusi optik, penulis juga memvisualisasikan prisma secara tidak langsung dengan
konsep mengarah pada cara kerja prisma kaca yang memang berbentuk prisma
segitiga. seperti penjelasan diawal bahwa prisma dalam konteks fisika berperan
dalam peristiwa disperse cahaya yang menguraikan cahaya putih menjadi tujuh
spektrum cahaya monokromatik atau dikenal dengan cahaya pelangi. Peristiwa
pelangi secara alami juga menginpirasi munculnya ide dasar prisma segitiga.
Peristiwa pelangi merupakan fenomena yang cukup dekat dengan kehidupan
sehari-hari manusia dan merupakan contoh dispersi cahaya yang terjadi secara
alami.
Butiran-butiran air hujan memantulkan sinar matahari kearah kita sehingga
terurai menjadi warna pelangi (Budiyanto, 2009:43). Butiran-butiran air ini
bertindak sebagai kaca prisma yang dapat menguraikan cahaya putih menjadi
cahaya monokromatik. Kemunculan pelangi seusai hujan turun secara visual
memperlihatkan unsur keindahan dari fenomena alam semesta dan sekaligus
menunjukkan proses fisika dibelakangnya. Fenomena pelangi secara sadar atau
tidak menunjukkan dua aspek sekaligus yaitu estetis dan sains. Dua hal yang juga
ingin direpresentasikan oleh penulis dalam penciptaan karya seni ini.
Teknik utama yang digunakan berupa patchwork dikombinasikan dengan
teknik batik jumputan dan batik tulis. Hasil akhir dari penciptaan seni kriya tekstil
akan diwujudkan dalam media berupa busana kasual. Diharapkan penciptaan ini
dapat memberikan referensi dan wawasan baru dalam seni kriya tekstil.
B. Referensi
1. Estetika Kaca Prisma Pada Pemotretan Post-Wedding Dalam Wedding
Photography disusun oleh Bayu Mohamad Rifai, Jurusan Fotografi Fakultas
Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2018.
Artikel jurnal ini membahas estetika kaca prisma pada pemotretan post-
wedding dalam wedding photography yang dikemas dengan konsep dramatis.
Keunikan dari kaca prisma adalah mampu memberikan efek abstrak dari
pantulan cahaya dan objek yang ada disekitarnya, ini akan menjadikan foto
lebih memilki nilai estetika tanpa melalui proses editing atau manipulasi foto.
Selain dari kaca prisma, teknik pencahayaan dan penggunaan efek warna juga
akan menjadikan foto pada penciptaan ini lebih memiliki kesan dramatis.
Metode penciptaan yang digunakan pada artikel ini adalah metode observasi,
metode eksplorasi, metode eksperimentasi, dan metode pembentukan.
Post-wedding dipilih sebagai ide pemotretan karena karena saat ini foto
post-wedding mulai digemari oleh pasangan yang baru menikah. Pasangan
yang dipilih sebagai model pada pemotretan adalah pasangan yang baru
menikah sehingga mudah membangun chemistry saat pemotretan. Sementara
penggunaan kaca prisma dan pemilihan konsep dramatis dipilih karena masih
sangat jarang teknik ini digunakan dalam pemotretan postwedding. Pada
penciptaan karya ini ada empat faktor untuk membentuk foto post-wedding
yang memiliki nilai estetika dan kesan dramatis, antara lain yaitu pemilihan
lokasi yang memiliki kondisi low-light, penggunaan kaca prisma yang sesuai,
penataan lighting dan penggunaan gel warna yang sesuai pada saat
pemotretan. Editing yang sangat minim pada karya ini akan menjadi kelebihan
tersendiri dalam ranah fotografi komersial khusunya dalam wedding
photography. Konsep dramatis dipilih untuk menghasilkan karya yang
menarik dan lebih misterius.
2. Ilusi Optis Dalam Dunia Seni Dan Desain ditulis oleh Jonata Witabora,
Jurusan Desain Komunikasi Visual School of Design, BINUS University.
Jurnal ini pada dasarnya membahas dan memetakan ilusi optis dan
mengidentifikasi macam-macam ilusi optis serta penerapannya pada karya
seni dan desain. Visual adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penglihatan. Jurnal ini menjelaskan bagaimana Kemampuan otak kita untuk
memaknai visual tersebut kita sebut persepi atau lebih tepatnya dalam konteks
visual kita sebut persepsi visual.
Dalam perkembangan dunia seni dan desain, banyak seniman dan
desainer mempelajari persepsi visual dan berusaha menuangkannya dalam
karya mereka. Salah satu bagian dari persepsi visual yang menarik para
seniman dan menjadikannya sebagai basis karya mereka adalah ilusi optis.
Hal ini pada akhirnya akan memunculkan aliran-aliran baru dalam dunia seni
dan desain. Ilusi optis merupakan anomali dalam persepsi visual, suatu
pengalaman tipuan mata yang terjadi di luar kendali sang pengamat.
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan metode pendekatan studi
literature dengan pembahasan diantaranya yaitu bahwa Ilusi optis terjadi
ketika persepsi visual sang pengamat pada suatu objek tidak sama dengan
atribut sebenarnya objek tersebut. Bahwa stimuli yang diterima mata,
kemudian diproses oleh otak kita menyampaikan informasi yang berbeda
dengan kenyataan sebenarnya. Hal ini bisa terjadi karena berbagai hal. Secara
garis besar ada 3 macam ilusi optis, yaitu: (1) literal optical illusion, ilusi optis
objek yang terlihat memiliki pencitraan yang berbeda dengan yang
sebenarnya; (2) pscyhology optical illusion, ilusi optis yang terjadi ketika
mata dan otak diberi stimulasi tertentu (seperti warna, ukuran, posisi) yang
berlebihan; dan (3) cognitive optical illusion, ilusi optis yang terjadi akibat
hasil dari pengolahan informasi di luar kendali atau bawah sadar.
Simpulan akhir dari jurnal ini yaitu diketahui terdapat berbagai jenis
ilusi optis, bagaimana cara kerjanya dan prinsip-prinsip apa saja yang
mendasari untuk terjadinya suatu ilusi optis tersebut. Semuanya itu tentu tidak
cukup hanya dengan membaca dan mencoba mengerti, tapi diperlukan
percobaan-percobaan yang terus menerus untuk mencapai hasil yang
sempurna. Kepekaan visual dan perhitungan matematika yang akurat adalah
salah satu kunci penting dalam penciptaan ilusi optis. Untuk itu, disarankan
pembelajaran materi-materi tambahan sebagai pendukung penulisan ini seperti
teori dasar persepsi visual dan ilmu matematika terapan. Namun dengan
mengetahui elemen-elemen dasar dari fenomena ilusi optis, diharapakan
pemahaman kita terhadap ilusi optis akan lebih terbuka dan menjadikan kita
lebih bisa mengapresiasikan karya ilusi optis. Dengan tulisan ini diharapakan
menjadi landasan awal dalam eksplorasi dunia ilusi optis.
3. Segitiga Sebagai Inspirasi Karya Lukisan Ditulis Oleh Irnawati Program
Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pedidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa
Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013
Jurnal ini bertujuan untuk menjelaskan makna simbol segitiga yang
terkandung dalam Falsafah Jawa, tentang seperti apa cara pandang masyarakat
mengenai konsep ke-Tuhanan dari berbagai golongan masyarakat, sehingga
tercerminkan sifat pola puncak segitiga yang tak terduakan.
Dalam proses berkarya dengan judul “Segitiga Sebagai Inspirasi Karya
Lukisan”, Tahap pertama yang dilakukan dalam penciptaan adalah tahap
observasi dengan melakukan pengamatan objek dan pengkajian dari berbagai
sumber otentik, kemudian dalam tahap improvisasi penulis mengilustrasikan
kedalam rancangan bentuk gambar sketsa dilanjutkan dengan tahap visualisasi
dengan mengembangkan gambar sketsa tersebut kedalam karya lukisan
melalui pendekatan fauvisme teknik konvensional dan bersifat ilustratif.
Hasil pembahasan dan proses penciptaan dalam karya saya ini adalah
sebagai berikut; Lukisan ini menggambarkan makna simbolis segitiga yang
mengedukasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat sebagai cara
merevitalisasi seni dan budaya tradisional terhadap pengaruh globalisasi
modern. Media yang digunakan diantaranya cat minyak, cat acrylic, dan
mixed media yang diolah menggunakan teknik Sfumato yaitu melapiskan
warna-warna yang berdekatan untuk menciptakan ilusi kedalaman, volume,
dan bentuk. Bentuk lukisan adalah fauvisme yang bersifat ilustratif dengan
judul antara lain : “Harmony”, “Pergi”, “Ritual”, “Nurani”,

Anda mungkin juga menyukai