Anda di halaman 1dari 16

Pemberdayaan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara untuk

Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten


Purworejo

Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan XV


Tahun : 2018
Ruang lingkup
: Kabupaten/Kota
inovasi
Cluster inovasi : Perumahan Rakyat & Permukiman
Inovator : ANAWATI SOEWARNO, SP
Kasi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kab.
Jabatan :
Purworejo
Instansi : Pemerintah Kabupaten Purworejo

Latar Belakang

Pemukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian (UU
No.1 Tahun 2011).

              Adapun karakteristik pemukiman kumuh antara lain : sebagian besar


penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah, serta memiliki sistem sosial
yang rentan; sebagian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor informal;
lingkungan permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya di bawah standar minimal
sebagai tempat bermukim, misalnya memiliki: kepadatan penduduk yang tinggi > 200
jiwa/km2; kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha; kondisi prasarana buruk (jalan,
air bersih, sanitasi, drainase, danpersampahan); kondisi fasilitas lingkungan terbatas
dan buruk, terbangun <20% dari luas persampahan; kondisi bangunan rumah tidak
permanen dan tidak memenuhi syarat minimal untuk tempat tinggal; permukiman
rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan keamanan serta kawasan permukiman
dapat atau berpotensi menimbulkan ancaman (fisik dan non fisik) bagi manusia dan
lingkungannya.

              Kriteria perumahan dan permukiman kumuh menurut Permen PU dan


Perumahan Rakyat RI Nomor 02/PRT/M/2016, ditinjau dari :

1. Bangunan Gedung, mencakup :


a. Ketidakteraturan bangunan

b.Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang

c. Kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat

2.    Jalan Lingkungan , mencakup :

a. Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan


perumahan/permukiman

b. kualitas permukaan jalan lingkungan buruk

1.      Penyediaan Air Bersih, mencakup :

a.    ketidaktersediaan akses aman air minum

b.    tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang
berlaku.

2.    Drainase Lingkungan, mencakup :

a.    drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga


menimbulkan genangan

b.    ketidaktersediaan drainase

c.    tidak terhubung dengan drainase perkotaan

d.    tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair didalamnya

e.    kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

3.      Pengelolaan air Limbah, mencakup :

a.    Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku

b.  Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis

4.          Pengelolaan Persampahan, mencakup :


a.  prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis.

b.  Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis

c.  Tidak terpeliharaanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga


terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah

5.        Proteksi Kebakaran, mencakup :

a.    Prasarana proteksi kebakaran

b.    Sarana proteksi kebakaran

Kabupaten Purworejo memiliki luas total kawasan kumuh sebesar 197,41 Ha yang
tersebar di 11 kelurahan, yang telah diwujudkan dalam bentuk : SK Bupati Purworejo
Nomor 188.4/570/2014 tentang penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh di Kabupaten Purworejo. Data luasan kumuh dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Luasan Kumuh di Kabupaten Purworejo

Luasan Kumuh
No Nama Kelurahan
(Ha)
1 Pangenrejo 9,17
2 Mranti 4,39
3 Baledono 18,41
4 Purworejo 14,06
5 Keseneng 2,80
6 Pangenjurutengah 39,3
7 Kutoarjo 56,59
8 Bandung 24,14
9 Semawung Daleman 11,92
10 Bayem 9,23
11 Katerban 7,40
  Jumlah Total 197,41

Sumber : SK Bupati Nomor : 188.4 / 570 / 2014 Tentang Penetapan Perumahan


Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Purworejo

                 Penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada


RPJMN 2015 – 2019, dimana target besarnya adalah terciptanya Kabupaten bebas
kumuh di Tahun 2019. Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh kegiatan
penanganan yang dilakukan tidak hanya bersifat fisik namun juga mencakup kegiatan-
kegiatan yang bersifat non fisik berupa peningkatan kapasitas/ pemberdayaan, sosial
dan ekonomi.

Pemerintah Kabupaten Purworejo saat ini dituntut untuk melakukan pembangunan


sampai di tingkat kelurahan maupun desa. Pembangunan ini meliputi berbagai aspek,
sesuai dengan visi dan misi Bupati Purworejo.

Visi Kabupaten Purworejo adalah :

“TERWUJUDNYA KABUPATEN PURWOREJO YANG SEMAKIN SEJAHTERA


BERBASIS PERTANIAN, PARIWISATA, INDUSTRI, DAN PERDAGANGAN
YANG BERWAWASAN BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI
KERAKYATAN “.

Berdasarkan Peratura  Bupati  Purworejo Nomor 70 Tahun 2016 Tentang


KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA
KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN
PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO mempunyai tugas membantu Bupati
dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang perumahan rakyat dan kawasan
permukiman serta bidang pertanahan sesuai dengan kewenangan daerah, yang
meliputi perumahan rakyat dan kawasan permukiman serta pertanahan.

Fungsi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan adalah


merumuskan kebijakan, melaksanakan kebijakan, melaksanakan evaluasi dan
pelaporan serta melaksanakan administrasi bidang perumahan rakyat dan kawasan
permukiman serta pertanahan.

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten


Purworejo memiliki Seksi Kawasan Permukiman yang mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis serta melakukan pembinaan
bidang pengembangan kawasan permukiman, yang meliputi :

a.    Menyusun dan melaksanakan rencana dan program kerja di bidang


pengembangan kawasan permukiman, sarana dan prasarana permukiman, sistem
penyediaan air minum, sistem penyehatan lingkungan, sanitasi, drainase dan trotoar.
b.    Mengumpulkan, mengolah,menganalisa data dan informasi di bidang
pengembangan kawasan permukiman, sarana dan prasarana permukiman, sistem
penyediaan air minum, sistem penyehatan lingkungan, sanitasi, drainase dan trotoar.

c.    Menyusun bahan petunjuk teknis dibidang pengembangan kawasan permukiman,


sarana dan prasarana permukiman, sistem penyediaan air minum, sistem penyehatan
lingkungan, sanitasi, drainase dan trotoar.

d.    Menerbitkan rekomendasi ijin pembangunan dan pengembangan kawasan


permukiman,

e.    Menata dan meningkatkan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan


luas dibawah 10 (sepuluh) ha

f.      Mencegah kawasan permukiman kumuh di daerah.

g.    Memfasilitasi kelistrikan kawasan permukiman.

h.    Menyiapkan  bahan dan pelaksanaan koordinasi dibidang pengembangan


kawasan permukiman, sarana dan prasarana permukiman, sistem penyedi air minum,
sistem penyehatan lingkungan, sanitasi, drainase, dan trotoar.

i.      Menyelenggarakan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU),  jalan perkotaan


kawasan permukiman

j.      Menyiapkan bahan dan pelaksaanaan koordinasi di bidang manajemen kawasan


permukiman.

k.    Menyampaikan saran dan bahan pertimbangan kepada Kepala  Bidang


Perumuhan Rakyat dan  Kawasan Permukiman dibidang manajemen kawasan
permukiman.

l.      Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas di bidang manajemen kawasan


permukiman.

m.   Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala  Bidang


Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman sesuai dengan tugas dan fungsi.

Upaya penanganan dan peningkatan kualitas di kawasan permukiman kumuh yang


sudah dilaksanakan adalah pembangunan infrastruktur yaitu perbaikan jalan
lingkungan, drainase, saluran air limbah serta perbaikan rumah. Untuk Kabupaten
Purworejo alokasi anggaran berasal dari Pemerintah Pusat melalui Program
KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh), dan sudah terlaksana di tahun 2016 dan 2017 untuk
kegiatan yang sudah direncanakan. Data kegiatan  bisa dilihat pada lampiran 1 dan 2.

Permasalahan permukiman kumuh sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab


Dinperkimtan saja tetapi juga menjadi tanggung jawab semua OPD yang terkait
misalnya Bapeda, Dinas LH, Dinas PU, Satpol PP dan Damkar, Dinas Kesehatan
serta stakeholder lainnya.

Permasalahan yang ada :

-       Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi


tugas dan wewenang daerah belum diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah
dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan.

-       Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan


penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan
pada tahap selanjutnya.

-       Belum terakomodasinya kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan


perekonomian yang berkelanjutan di permukiman kumuh

-       Belum optimalnya pemanfaatan infrastuktur permukiman yang sudah dibangun.

-       Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumberdaya manusia


serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

-       Masih rendahnya masyarakat dalam melakukan pengolahan sampah untuk


pengurangan, penggunaan, pendaur ulang sampah yang dikenal dengan 3R (Reduce,
Reuse, Recircle).Kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah di sungai dan juga
menimbun/mengubur sampah untuk dibakar masih banyak diterapkan.

-       Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi di mana masyarakat


tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa.
-       Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi
dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau
permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 lt/org/hari

-       Ketidaktersediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran

Dari tugas dan fungsi di atas dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada, perlu
dilakukan analisis dengan menggunakan metode Leavvit’s Model (1965).

 Tabel 2.  Kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan

No. Kondisi Saat Ini Kondisi yang diharapkan Penyebab


Kurangnya
Belum optimalnya kesadaran
pemanfaatan Pengelolaan pemanfaatan masyarakat dalam
1 infrastuktur dan pemeliharaan yang pemanfaatan dan
permukiman yang berkelanjutan pemeliharaan
sudah dibangun bantuan infrastruktur
yang diterima
Upaya untuk
penanganan dan
Belum adanya
Pemberdayaan kepada peningkatan kualitas
pemberdayaan
2 Kelompok Pemanfaat hidup di kawasan
kepada masyarakat di
dan Pemelihara (KPP) kumuh sebatas
kawasan kumuh
pembangunan
infrastruktur
Masih kurangnya Operasional
pembiayaan untuk pemeliharaan diharapkan Anggaran
3
pemeliharaan infra secara swadaya Pemerintah terbatas
struktur masyarakat
Perekrutan tenaga
Jumlah pegawai dan
Kapasitas SDM fasilitator untuk
4 beban kerja yang
terbatas penanganan kawasan
tidak seimbang
kumuh

 
Model Leavvit’s ini memberikan pendekatan baru untuk melihat elemen dalam
struktur organisasi. Setiap organisasi memiliki 4 (empat) elemen interaktif yang saling
berkaitan, yaitu People (SDM), Task (Tugas), Structure (Struktur), dan Technologi
(teknologi). Diagram model Leavitt’s dapat disajikan sebagai berikut :

Gambar 1

Leavitt’s Models

STRUKTUR

                                                                 

TASK
TECHNOLOGYYYY

PEOPLE

                                                                                                     

 
 

Tabel 3. Matriks Diagnosa pada Dinas Perumahan Rakyat,  Kawasan


Permukiman dan Pertanahan.

Komponen
Leavitt’s Masalah dan Dampak Inovasi
Kondisi saat ini yang  
Models penyebab masalah Perubahan
diintervensi

Upaya untuk
penanganan dan
peningkatan
Masyarakat
Belum adanya kualitas hidup di
Task/ Tugas   secara swadaya
pemberdayaan kawasan kumuh
berperan dalam  
kepada masyarakat sebatas
  V penanganan
di kawasan kumuh pembangunan
kawasan kumuh
infrastruktur dan
penyediaan sarana
prasarana

Struc-ture Belum optimalnya Kurangnya Pengelolaan


pemanfaatan kesadaran   pemanfaatan dan  
  infrastuktur masyarakat dalam pemeliharaan
pemanfaatan dan
pemeliharaan
permukiman yang bantuan
sudah dibangun yang
infrastruktur yang berkelanjutan
  diterima

People/ Jumlah pegawai


Penanganan
SDM Kapasitas SDM dan beban kerja
  kawasan kumuh  
terbatas yang tidak
bisa terlaksana
  seimbang

Operasional
Masih kurangnya
pemeliharaan
pembiayaan untuk Anggaran dari
Tecknology   diharapkan secara
pemeliharaan infra Pemerintah terbatas
swadaya
struktur
masyarakat

            

   

Sesuai dengan Diagnosa diatas maka permasalahan yang ada adalah belum adanya
peran masyarakat dalam penanganan kawasan kumuh sehingga perlu adanya
pemberdayaan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) di tingkat Kelurahan.

Tujuan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) :

·        Memelihara prasarana secara berkelanjutan

·        Adanya jaminan terhadap kualitas prasarana

·        Adanya keuntungan yang berkelanjutan dari hasil pemanfaatan prasarana


·        Masyarakat mempunyai kemandirian dan kemampuan dalam hal memelihara
dan mengembangkan prasarana yang ada di daerahnya

Sejalan dengan tujuan tersebut, maka tugas pokok Pengelola selaku penggerak utama
kegiatan atau Penanggungjawab KPP, adalah :

1)    Menyusun rencana pemanfaatan prasarana

2)    Menyusun rencana penerimaan dan belanja Pengelola

3)    Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan


pembangunan prasarana

4)    Mengorganisasikan kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan


pembangunan prasarana

Pemberdayaan Masyarakat dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu :

1.    Pendampingan : penyuluhan, pembinaan, bantuan teknis

2.    Pelayanan  informasi

Masyarakat diharapkan untuk dapat :

-       Berpartisipasi aktif pada berbagai program pemerintah daerah dalam


pemeliharaan dan perbaikan di setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang telah tertangani.

-       Berpartisipasi aktif Secara swadaya dan/atau dalam Kelompok Swadaya


Masyarakat pada upaya pemeliharaan dan perbaikan baik berupa dana, tenaga maupun
material.
-       Menjaga ketertiban dalam pemeliharaan dan perbaikan rumah serta prasarana,
sarana dan utilitas umumdi perumahan dan permukiman.

-       Mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi proses


pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan.

Permasalahan di kawasan permukiman kumuh yang belum terselesaikan adalah


permasalahan sampah. Pengelolaan sampah juga tidak lepas dari pengelolaan sanitasi.
Keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan kondisi bersih yang
diinginkan. Sebaliknya, pengelolaan sampah dan sanitasi yang buruk dapat
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang nyata, menurunnya kesehatan
masyarakat, meningkatnya produksi gas rumah kaca, timbulnya bencana bahkan dapat
mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.

Upaya menanggulangi masalah sampah dan sanitasi memerlukan pendekatan yang


integrative, tidak hanya terkait penyediaan prasarana dan sarana fisik, namun juga
adanya dukungan tata aturan (hukum), beroperasinya kelembagaan pengelola,
ketersediaan pendanaan yang memadai dan yang paling penting dukungan socio
kultural, berupa perhatian dan kepedulian masyarakat.

Pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam


pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metoda
pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metode tersebut lebih
menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran
terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk
sampah. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih
menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah,
atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka didalam
pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat terdapat tiga kegiatan yang
harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan, yaitu :

1)   Proses pengelolaan sampah sejak dikeluarkan oleh masyarakat

2) Proses pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan metoda 3R.

3)  Proses pendampingan kepada masyarakat pelaku 3R.

 
Dalam penanganan kawasan permukiman kumuh ini pemerintah juga memberikan
sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah, sarana penyediaan air bersih dan
sarana proteksi kebakaran. Supaya target akhir tercapai yaitu bebas kumuh  maka
perlu mengoptimalkan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara dengan pembentukan
Pengelola di masing-masing sub sektor kegiatan yang ada sehingga ada keberlanjutan
dari program yang sudah dilaksanakan.

Berdasarkan hasil benchmarking di Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman,


Kebersihandan Pertamanan Kota Tanjungpinang  didapat inovasi yang telah dilakukan
oleh instansi tersebut diantaranya:

a.      Pembuatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan memperkenalkan ikon daerah


yaitu Gonggong. Hal ini mengingat masih kurangnya fasilitas / ruang publik bagi
anak-anak untuk bermain dan tempat rekreasi.

b.      Pengolahan sampah plastik menjadi minyak/bensin untuk bahan bakar


kendaraan.

c.      Pembuatan plantar di permukiman kumuh untuk penanganan kumuh di daerah


pesisir.

Hal-hal yang dapat diadaptasi dari benchmarking di Dinas Perumahan Rakyat,


Kawasan Permukiman, Kebersihandan Pertamanan Kota Tanjungpinang  tersebut
adalah adanya penanganan permukiman kumuh yang dilaksanakan secara terpadu.
Semua OPD yang berkaitan dengan masalah permukiman kumuh melaksanakan
kegiatan yang sesuai tupoksi masing-masing OPD di satu lokasi permukiman kumuh
yang menjadi target penanganan, sehingga dapat mempercepat kondisi bebas kumuh
karena semua sektor dilibatkan.

Manfaat

Mendukung pelaksanaan program penanganan kawasan permukiman kumuh serta


meningkatnya  kemandirian masyarakat di Kabupaten Purworejo

Milestone
Tahapan-tahapan dan kegiatan beserta capaiannya dapat dicermati dalam tabel berikut
ini :

    Tabel. 4  Pentahapan Milestone

Tahapan Out put


I.    Tahapan Jangka Pendek ( masa 2 bulan dari  
tanggal 16 Juli – 15 September 2018)
Terbentuknya Pengelola
  Persampahan dan
Pengelolaan sampah yang
1.    Membentuk Tim Efektif proyek perubahan, sesuai Program Kota
dengan kegiatan : Tanpa Kumuh, di
Kelurahan  Bandung
a.    Identifikasi personil tim. Kecamatan Kutoarjo
Kabupaten Purworejo
b.    Menyusun draft SK Tim. 

c.    Konsultasi draft SK Tim.

d.    Pengesahan SK Tim

e.    Pendistribusian SK

2.    Konsultasi dan koordinasi dengan Stakeholder


eksternal untuk mendapatkan dukungan terhadap
gagasan Proyek Perubahan :

a.    Koordinasi dengan pihak terkait untuk


merencanakan konsultasi / koordinasi

b.    Melaksanakan konsultasi/ koordinasi

c.    Melaporkan hasil konsultasi/ koordinasi dengan


Mentor

3.    Melaksanakan Sosialisasi Proyek Perubahan

4.    Melaksanakan Bimtek Pengelolaan Persampahan


kepada KPP/masyarakat

5.    Pembentukan Pengelola Persampahan


6.    Melaksanakan Bimtek kerjasama dengan Bank
Sampah Induk

7.    Melaksanakan Bimtek Pengelolaan Sampah


Organik

8.    Pelaksanaan Kegiatan pengelolaan sampah di


masing-masing RW

9.    Monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek


perubahan.

a.    Rapat monitoring dengan tim.

b.    Menyusun laporan hasil monitoring dan evaluasi

 
 

Terbentuknya Pengelola
Persampahan dan
  Pengelolaan sampah yang
sesuai Program Kota
II.   Jangka Menengah  ( Okt – Sept 2018 ) Tanpa Kumuh, di 3
Kelurahan  :
Implementasi proyek perubahan di Kabupaten
Purworejo. -   Semawung Daleman

  -   Bayem

-   Katerban

 
   

III. Jangka Panjang ( Oktober 2019 s.d. tak Terbentuknya Pengelola


terhingga) Persampahan dan
Pengelolaan sampah yang
Implementasi proyek perubahan di Kabupaten sesuai Program Kota
Purworejo. Tanpa Kumuh, di

7 Kelurahan :

-      Kutoarjo
-      Pangenrejo

-      Mranti

-      Baledono

-      Purworejo

-      Keseneng

-      Pangenjurutengah

Anda mungkin juga menyukai