Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah


“Keperawatan Gerontik” tentang “Teknik Komunikasi Yang
Tepat Pada Lansia Dengan Masalah
Kesehatan Demensia”

Oleh :

KELOMPOK IV (Empat)

YAYASAN BANGUN PRIMA PERSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, karena atas tuntunan dan penyertaan-Nya kepada
kami sehingga makalah yang membahas tentang “Teknik
Komunikasi Yang Tepat Pada Lansia Dengan Masalah Kesehatan
Demensia” ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini ada hambatan, namun berkat


bantuan serta dukungan dari teman-teman, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.

Hasil dari pembuatan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, saran, serta solusi sangat
kami harapkan dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.

Lewat kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima


kasih kepada Ibu Dewi Arwini Bugis, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
dosen pengajar mata kuliah yang bersedia membimbing dengan
harapan dapat menambah wawasan kami tentang materi ini.

Akhir kata semoga dengan adanya makalah ini dapat


menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Suli february, 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
A. Definisi Demensia................................................................ 3
B. Etiologi Demensia ............................................................... 3
C. Klasifikasi Demensia........................................................... 4
D. Teknik Komunikasi Pada Lansia Dengan Masalah
Kesehatan Demensia.................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................ 11
B. Saran................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
yaitu cara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan
lambat, figure tubuh yang tidak proporsional dan daya ingat pun
menjadi lemah atau pikun (Nugroho, 2008).
Selain mengalami kemunduran pada fisiknya, lansia juga
mengalami penurunan kemampuan daya ingat atau biasa disebut
demensia atau pikun, kehilangan memori secara perlahan,
kehilangan keseimbangan dan propriosepsi, tidak mampu
melakukan tugas dengan baik, kehilangan kepribadian seperti
perasaan yang tidak stabil, rasa tersinggung, kurang mempercayai
orang lain dan lupa untuk melakukan hal yang penting misalnya saja
merawat diri dan lingkungannya (Rosdhal & Kowalski, 2014).
Jumlah penderita Demensia meningkat terus pada setiap
tahunnya. Tahun 2015 lalu diperkirakan terdapat 9,9 juta kasus
demensia baru di seluruh dunia. Indonesia berada di peringkat

1
keempat dengan perkiraan jumlah orang yang menderita demensia
sebesar 1.033.000 pada tahun 2015 (Alzheimer’s Disease
International, 2014:4).

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatas maka yang menjadi
rumusan masalah adalah :
1. Apa definisi dari demensia ?
2. Apa etiologi dari demensia ?
3. Faktor apa saja klasifikasi dari demensia ?
4. Bagaimana teknik komunikasi yang tepat pada lansia yang
mengalami masalah kesehatan demensia ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari demensia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari demensia.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari demensia.
4. Untuk mengetahui teknik komunikasi yang tepat pada
lansia yang mengalami masalah kesehatan demensia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan
umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Menurut Aspiani (2014) demensia atau pikun dapat diartikan
sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari atau dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan
tersebut menimbukan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-
hari.
Hubungan antara aktivitas sehari-hari dan fungsi kognitif
adalah sesuatu yang positif terutama pada usia lanjut, karena terjadi
perubahan disemua sistem didalam tubuh salah satunya pada
sistem saraf. Perbahan tersebut dapat mengakibatkan penurunan
dari fungsi kerja otak. hal tersebut tentunya juga akan berpengaruh
pada aktivitas sehari-hari sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan
aktivitas sehari-hari (Ninik, Hartono, Suidah, & Pengertika, 2017).

B. Etiologi Demensia
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat
digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:

3
1. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya
tidak dikenal kelainan yaitu: terdapat pada tingkat subsuler
atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada
metabolism.
2. Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi
belum dapat diobati, penyebab utama dalam golongan ini
diantaranya:
a. Penyakit degenerasi spino-selebelar.
b. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert.
c. Khorea hungtington.
3. Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang dapat
diobati, dalam golongan ini diantaranya:
a. Penyakit kardiovaskuler.
b. Penyakit- penyakit metabolic.
c. Gangguan nutrisi.
d. Akibat intoksikasi menahun

C. Klasifikasi Demensia
Klasifikasi Demensia menurut Aspiani (2014) dapat dibagi
dalam 3 tipe yaitu:
1. Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
a. Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan
yang terjadi pada korteks serebri substansia grisea
yang berperan penting terhadap proses kognitif seperti
daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit

4
Alzheimer, Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy Bodies,
sindroma Korsakoff, ensefalopati Wernicke, Penyakit
Pick, Penyakit CreutzfeltJakob.
b. Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-
Alzheimer, muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak
didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah penyakit Huntington, hipotiroid, Parkinson,
kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis, hematoma
subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.
2. Demensia Reversibel dan Non reversible.
a. Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab
yang dapat diobati. Yang termasuk faktor penyebab
yang dapat bersifat reversibel adalah keadaan/penyakit
yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati SLE,
sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol,
bahan kimia lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi
(hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin B1, B12, dll).
b. Demensia Non Reversibel.
Merupakan demensia dengan faktor penyebab
yang tidak dapat diobati dan bersifat kronik progresif.
Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan
demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson,
Huntington, Pick, CreutzfeltJakob, serta vaskula.

5
3. Demensia Pre Senilis dan Senilis.
a. Demensia Pre Senilis
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada
golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-50
tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi
medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak
(penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat,
penyebab intra kranial, penyebab vaskular, gangguan
metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab
trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan,
penyebab toksik (keracunan), anoksia).
b. Demensia Senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur
65 tahun. Biasanya terjadi akibat perubahan dan
degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya
gambaran deteriorasi mental.

D. Teknik Komunikasi Pada Lansia Dengan Masalah Kesehatan


Demensia
(Menurut Puspensos, 2021) Salah satu bentuk perhatian yang
dapat diberikan kepada lansia dengan demensia adalah melakukan
interaksi secara rutin, terutama bagi keluarga. Walaupun telah kita
ketahui bahwa, lansia dengan demensia, akan mengalami kesulitan
dalam mengingat, berfikir dan berkomunikasi. Dengan melakukan
komunikasi yang intens diharapkan lansia dengan demensia,
mampu mempertahankan keberfungsian sosialnya. Teknik
komunikasi yang baik disertai dengan kesabaran, lambat laun akan

6
menumbuhkan hubungan yang lebih baik bagi lansia dengan
keluarga / masyarakat.
Dikutip dari halaman website goldencarers.com, ada 10 cara
untuk melakukan komunikasi kepada lansia dengan demensia.
Berikut beberapa cara dan strategi dalam melakukan komunikasi
kepada lansia dengan demensia :

1. Kuatkan Mental.
Seseorang yang akan melakukan komunikasi kepada
lansia diperlukan mental yang kuat. Pasalnya, lansia
dengan demensia memiliki kesulitan dalam hal komunikasi.
Apalagi jika suasana hati lansia dengan demensia sedang
tidak baik. Hal ini bisa mempersulit proses dalam
berkomunikasi. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi,
perlu diperhatikan juga suasana hati lansia. Jika lansia
terlihat dalam suasana hati yang menyenangkan, inilah
saat yang tepat untuk melakukan komunikasi.

2. Sabar
Sabar merupakan kunci utama untuk menggali
percakapan yang lebih mendalam dan intens kepada
lansia. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, lansia
dengan demensia akan mengalami kesulitan mengingat,
berfikir dan berkomunikasi, sehingga perlu kesabaran
untuk mendengarkan jawaban atau pernyataan yang
diucapkan oleh lansia. Memaklumi keterlambatan lansia
dalam menjawab pertanyaan, merupakan suatu hal yang
perlu ditolerir.

7
3. Tunjukan Rasa Empati
Menunjukkan rasa empati dapat dilakukan dengan
mendengarkan jawaban-jawaban lansia terhadap
pertanyaan yang diajukan. Selain itu, menunjukan rasa
empati dapat dibangun saat lansia mengalami
kekhawatiran, delusi, kebingungan, ragu-ragu, sedih
bahkan marah. Tetap tunjukan rasa empati, sesuai dengan
apa yang dialami lansia ketika memberikan tanggapan.

4. Hindari Lingkungan yang Bising


Berkomunikasi kepada lansia dengan demensia di
lingkungan yang bising akan memecah konsentrasi kedua
belah pihak. Ketika konsentrasi sudah terganggu, maka
lansia yang mengalami demensia akan mengalami
kebingungan saat menjawab atau menanggapi pertanyaan.
Maka dari itu, carilah tempat sunyi dan aman saat
melakukan komunikasi kepada lansia dengan demensia.

5. Hindari Berdebat
Adakalanya pada saat berkomunikasi, timbul perbedaan
jawaban atau tanggapan yang dilontarkan oleh lansia.
Walaupun kita telah berkomunikasi dengan kata-kata yang
jelas dan nada yang ramah, jangan sampai perbedaan
jawaban atau tanggapan tersebut, menimbulkan
perdebatan saat melakukan komunikasi. Tetap sejajarkan
pandangan terhadap lansia dan gunakan bahasa yang
sederhana agar bisa melanjutkan komunikasi. Jangan
samakan komunikasi kepada lansia demensia dengan

8
komunikasi kepada anak-anak. Terkadang lansia memiliki
perasaan yang sensitif akan hal tersebut.

6. Gunakan Isyarat Nonverbal


Pola gestur, sentuhan dan ekspresi wajah bisa
membantu proses komunikasi. Isyarat nonverbal ini secara
tidak langsung akan memberikan rasa aman dan nyaman
kepada lansia saat akan memberikan jawaban atau
tanggapan. Sehingga lansia yang diajak komunikasi bisa
lebih terbuka dan merasa aman menceritakan kehidupan
pribadinya.

7. Gunakan Kata yang Sederhana dan Tepat


Menggunakan susunan kata yang sederhana membuat
lansia dengan demensia akan lebih paham dan mengerti
terhadap kalimat yang diucapkan. Selain itu, sapaan “Pak”,
“Bu”, “Kakek” atau “Nenek”, sebaiknya ditambahkan
dengan nama lansia. Hal ini dapat membantu lansia yang
mengalami demesia untuk selalu mengingat namanya.

8. Gunakan Pertanyaan Tertutup


Saat akan menanyakan suatu hal, usahakan untuk
menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban yang
mudah seperti “Ya” atau “Tidak”, “Mau” atau “Tidak Mau”,
“Sudah” atau “Belum”. Biasanya lansia yang mengalami
demensia akan kesulitan dalam menjelaskan sesuatu
menggunakan pertanyaan terbuka. Sehingga sebisa
mungkin, penanya dapat mengolah pertanyaan terbuka

9
menjadi pertanyaan tertutup agar tetap fokus pada suatu
hal yang ingin ditanyakan.

9. Lebih Peka
Lansia dengan demensia terkadang memberikan
jawaban yang terkadang sulit dipahami. Menggali
komunikasi secara intens kepada lansia dengan demensia
akan melatih kepekaan dalam merespon jawaban atau
tanggapan lansia tersebut.

10. Berikan Jeda


Jika merasa frustasi, maka beristirahatlah untuk
memberikan jeda saat berkomunikasi. Lansia yang
mengalami demensia, terkadang memiliki kemampuan
membaca gerak tubuh. Jika penanya tidak mengerti apa
yang disampaikan oleh lansia demensia, lansia tersebut
akan tahu tentang hal itu. Maka dengan memberikan jeda,
akan mengurangi perasaan frustasi bagi penanya ataupun
lansia dengan demensia.

10
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari.
Ada tiga penyebab demensia yaitu Sindrom demensia dengan
penyakit, Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi
belum dapat, dan Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang
dapat diobati.
Ada tiga type klasifikasi demensia, yaitu Demensia Kortikal
dan Sub Kortikal, Demensia Reversibel dan Non reversible, dan
Demensia Pre Senilis dan Senilis.
Berkomunikasi dengan lansia yang mengalami demensia,
bukanlah suatu perkara yang mudah. Namun, mau tidak mau,
keluarga atau masyarakat harus memiliki upaya lebih untuk bisa
berkomunikasi terhadap lansia dengan demensia. Bagaimanapun
juga, lansia memiliki hak yang sama untuk bisa berkomunikasi
terhadap lingkungannya untuk mengoptimalkan keberfungsian
sosialnya. Dengan menerapkan strategi diatas, semoga keluarga
atau masyarakat mampu berkomunikasi secara efektif kepada lansia
dengan demensia.

B. Saran
Saran kami kepada pembaca, khususnya mahasiswa kesehatan
agar lebih meningkatkan diri terkait dengan ilmu-ilmu kesehatan,
salah satunya dengan menambah wawasan tentang teknik-teknik

11
komunikasi yang tepat dan efektif pada lansia dengan masalah
demensia agar kelak peran kita sebagai tenaga kesehatan dapat
dianggap mampu untuk menangani lansia dengan masalah
demensia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer"s Disease Internasional. 2014. Demensia in the Asia


Pacific Region. London: Alzheimer"s Disease Internasional.
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid
2. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Elizabeth, C. (2009). Buku Saku: Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta: EGC.
GoldenCarers. 2016. 10 Communication Strategies for Dementia
Care. https://www.goldencarers.com/10-communication-
strategies-for-dementia-care/4774/ (diakses tanggal 5
November 2020)
Ninik, M., Hartono, A., Suidah, H., & Pengertika, N. P. (2017). Fungsi
Kognitif dengan Activities Of Daily Living (ADL) Pada Lansia.
Prosiding Seminar Nasional.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. (M.
Ester, & E. Tiar, Eds.) Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Pusat Penyuluhan Sosial. 2021. Terapkan 10 Strategi Ini, dalam


Berkomunikasi dengan Lansia Demensia.
https://puspensos.kemensos.go.id/terapkan-10-strategi-ini-
dalam-berkomunikasi-dengan-lansia-demensia (Diakses pada
tanggal 7 Februari 2022)

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan


Dasar. Jakarta: EGC.

13
NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4

NO NAMA MAHASISWA NIM


1. FERA TASIDJAWA P. 1810097
2. YUNA M. TEMARTENAN P. 1709052
3. YUNIARTI T.V REMBET P. 1810124
4. WINDI WAEMESE P. 1810120
5. LEONARD A. BWARIAT P. 1810063
6. YOLANIA MATULESSY P. 1810081
7. ZUL KEMAL FADRIAN P. 1810084
8. BOBI WAIMESE P. 1810087
9. ONESIMUS A. MASELA P. 1810068
10. LIKE E. BERHITU P. 1810107
11. RENDY N. MIRPEY P.1810073
12. ANDRE JONGKI URUILAL P. 2012002
13. FITRIA LARTUTUL P. 1810125
14. STELA SOPACUA P. 1810117
15. MARYANDO B. WAKIM P. 1810065
16. FINITA TETIMAU P. 1810099
17. ELISYANE WURLETTE P. 1810095

14

Anda mungkin juga menyukai