Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EKONOMI MIKRO DAN MAKRO

TENTANG

Pendapatan Perkapita

Disusun Oleh :
REFLI GIOVALNO NELLOH

E 321 19 190

FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGRIBISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

KATA PENGANTAR

1
Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT


telah  melimpahkan Rahmat dan hidayah-nya,sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Ekonomi Mikro dan Makro tentang
Pendapatan Perkapita yang alhamdlillah terlaksanakan dengan baik.

Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah  nilai mata


kuliah serta  merupakan  bentuk  tanggung jawab penulis pada tugas
yang di berikan..

Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari bahwa


masih ada kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca.

Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna,


tetapi hendaklah makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

                                                                                               

Palu, Desember 2020

REFLI GIOVALNO NELLOH

2
DAFTAR ISI

KATA PENNGANTAR........................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................... 1
C. Rumusan masalah....................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendapatan Per kapita Indonesia Tahun 2008................... 2


B. Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2009.................... 2
C. Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2010.................... 3
D. Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2011.................... 6
E. Target Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2015......... 10
F. Solusi untuk Mencapai Target Pendapatan Perkapita Indonesia
USD 5000............................................................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan per kapita diperoleh dari hasil pembagian pendapatan
nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya. Pendapatan per kapita juga
merefleksikan produk domestik bruto (PDB) per kapita.
Pendapatan per kapita itu sering digunakan sebagai tolok ukur
kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar
pendapatan per kapitanya, makin makmur negara tersebut.
Di tengah demonstrasi buruh marak menuntut kenaikan upah
minimum, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru. Pendapatan per
kapita masyarakat Indonesia, menurut BPS, meningkat selama tiga tahun
terakhir, rata-rata naik 12,9 persen per tahun.

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menambah wawasan masyarakat
dalam memahami bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang
tercermin dari pendapatan per kapita Indonesia dari tahun ke tahun.
Tujuan lain dari penulisan ini juga untuk memenuhi tugas berupa tulisan
mata kuliah Perekonomian Indonesia yang adaptif terhadap pengembangan
softskill.

C.    Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapatan per kapita Negara Indonesia selama kurun waktu
empat tahun terakhir?
2. Bagaimana pengaruh pendapatan per kapita terhadap perekonomian
Indonesia?
3. Bagaimana target yang ditetapkan untuk pendapatan per kapita Indonesia
beberapa tahun ke depan?
4. Usaha apa saja yang perlu dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk
mencapai target pendapatan per kapita yang telah direncanakan?

4
BAB II
ISI

A.    Pendapatan Per kapita Indonesia Tahun 2008


Pendapatan per kapita Indonesia pada 2008 mengalami peningkatan
dibanding 2007 lalu. Badan Pusat Statistik mencatat sebesar Rp 21,7 juta atau
setara dengan US$ 2.271,2 per orang per tahun. Kepala BPS, Rusman Heriawan
mengatakan bahwa ini merupakan peningkatan yang cukup besar 23,6 persen
jika dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 17,5 juta atau setara US$ 1.942,1.
Angka ini merupakan PDB total dibagi dengan jumlah penduduk dibagi rata-rata
kurs tahun 2008. Dalam penghitungan PDB per kapita tersebut, BPS
menggunakan kurs realisasi ekpor dan impor, bukan kurs yang ditetapkan Bank
Indonesia.
BPS sebelumnya mencapat PDB Indonesia sepanjang 2008 sebesar 6,1
persen. Sedangkan triwulan IV 2008 sebesar 5,2 persen atau minus 3,6 persen
dibandingkan triwulan sebelumnya.

"Secara year on year triwulanan memang jauh di bawah enam persen.


Bahkan kalau dilihat dari q to q, minus 3,6 persen. Ini bukan surprise karena
dalam tiga tahun terakhir, setiap triwulan IV memang selalu kontraksi. Jadi ini
bukan sesuatu yang luar biasa," kata Rusman. Rusman menjelaskan,
pemerintah sepakat Indonesia sudah terkena dampak krisis pada triwulan IV
2008. Namun kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. "Semua negara
yang ekonominya ditunjang ekspor, seperti Singapura, Jepang, semuanya tidak
ada yang mengatakan pertumbuhan ekonominya positif," kata dia.

Triwulan IV, hampir semua negara pertumbuhannya kontraksi. "Cuma


kepararahannya, barangkali Indonesia masih lebih baik. Jadi Amerika kena
duluan, kemudian negara-negara yang punya hubungan dengan Amerika, ramai-
ramai mengumumkan pertumbuhannya kontraksi," kata dia.

B.     Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2009

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 yang mencapai 4,5% membuat


pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2009 naik menjadi Rp 24,3 juta
(US$ 2.590,1) dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp 21,7 juta (US$

5
2.269,9). Hal ini disampaikan oleh Deputi Neraca dan Bidang Analisis Statistik
Slamet Sutomo.

PDB per kapita merupakan PDB (atas dasar harga berlaku) dibagi dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2009 angka PDB per kapita
diperkirakan mencapai Rp24,3 juta (US$ 2.590,1) dengan laju peningkatan
sebesar 12,0 persen dibandingkan dengan PDB per kapita tahun 2008 yang
sebesar Rp21,7 juta (US$ 2.269,9).

Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5% di 2009, maka nilai


PDB Indonesia secara keseluruhan pada tahun 2009 mencapai Rp 2.177 triliun,
sedangkan pada tahun 2008 dan 2007 masing-masing sebesar Rp 2.082,3 triliun
dan Rp 1.964,3 triliun.

Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp
662,0 triliun, yaitu dari Rp 4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar
Rp5.613,4 triliun pada tahun 2009.

Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.


Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang
mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,8 persen,
Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor Keuangan,
Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan
Penggalian 4,4 persen, Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri
Pengolahan 2,1 persen, serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1
persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen
yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang
besarnya 4,5 persen.

C.    Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2010

Perekonomian Indonesia memang sedang naik daun. Ketika dunia


dilanda krisis, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh positif, bahkan
hingga 4,5 persen pada 2009. Padahal, tahun itu banyak negara mengalami
kemerosotan dalam perekonomian. Di Indonesia, jumlah penduduk yang besar
tidak lagi dilihat sebagai ”hantu” perekonomian, tetapi sebagai pasar yang besar
dan menarik.

6
Orang asing berdatangan ke Indonesia untuk menanam modal dan menjual
barang dan jasa ke Indonesia. Lebih menggembirakan lagi, tahun ini pendapatan
per kapita orang Indonesia diperkirakan mencapai USD3.000. Pencapaian angka
ini sangat penting. Presiden China pernah menargetkan pencapaian pendapatan
per kapita sebesar USD3.000 pada 2020. China ternyata telah mencapainya
pada 2008-2009. 
Perekonomian Korea Selatan juga tumbuh dengan amat cepat, 11 persen per
tahun setelah mencapai pendapatan per kapita sebesar USD3.000. Dengan kata
lain, Indonesia akan segera memasuki era pertumbuhan ekonomi yang makin
cepat.
Pemerintah Indonesia juga ingin mencapai pertumbuhan yang berkualitas
dan berkeadilan. Artinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu penting.
Harus dilihat apa yang menyebabkan pertumbuhan tersebut. Apakah
pertumbuhan yang tinggi itu disertai berbagai hal negatif seperti perusakan
lingkungan, penurunan kesehatan penduduk, polusi udara, dan kemacetan di
jalan raya yang menurunkan produktivitas penduduk?
Selain pertanyaan konseptual berkaitan dengan tujuan pembangunan
ekonomi, harus diketahui pula bagaimana pendapatan per kapita tersebut
dihitung. Konsep yang digunakan adalah suatu konsep yang disebut dengan
”pendapatan nominal”, dan bukan ”pendapatan nyata”. Pendapatan nyata
memperlihatkan perubahan dalam daya beli, sedangkan pendapatan nominal
mencakup perubahan daya beli dan perubahan harga. 
Sebuah contoh: setelah lima tahun bekerja, gaji Amin meningkat dari Rp5
juta menjadi Rp6 juta. Amin tampak senang kenaikan Rp1 juta ini, tapi
sesungguhnya daya belinya menurun. Dengan asumsi inflasi hanya lima persen
per tahun, gaji Amin seharusnya naik menjadi kira-kira Rp 6,5 juta agar daya
belinya tidak berubah. Kenaikan gaji Rp1 juta itu sesungguhnya tidak mencukupi
untuk mengimbangi kenaikan harga. Amin mengalami peningkatan pendapatan
nominal, tetapi pendapatan nyata dia yakni daya beli telah menurun. Kalau inflasi
lebih tinggi dari lima persen per tahun, daya beli Amin akan turun lebih banyak.
Di Indonesia, inflasi lima persen sudah dianggap rendah. Maka, tiap tahun
pendapatan Amin harus naik lebih tinggi dari lima persen agar daya belinya
meningkat.
Bagaimana dengan pendapatan per kapita USD3.000? Di awal sudah
memperlihatkan betapa hebatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2004-

7
2010. Pendapatan per kapita naik secara cemerlang dari USD1.196 pada 2004
menjadi USD3.000 pada 2010. Pendapatan per kapita naik menjadi hampir tiga
kali lipat selama enam tahun. Angka pertumbuhan pendapatan per kapita
mencapai 15,3 persen per tahun selama periode enam tahun ini. 
Namun, perlu diingat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 1998 tak
pernah lebih tinggi daripada 6,5 persen per tahun. Lalu, dari mana datang angka
15,3 persen itu? Kesan cemerlang tadi diperoleh dengan menggunakan konsep
pendapatan nominal untuk membandingkan pendapatan per kapita. Dengan kata
lain, perbandingan pendapatan per kapita selama 2004-2010 itu belum tentu
mencerminkan perubahan dalam daya beli masyarakat. Sebagian dari
perubahan pendapatan selama enam tahun itu karena kenaikan harga. Mari kita
lihat data Badan Pusat Statistik (BPS). Karena data 2010 belum selesai, maka
BPS hanya memakai data 2009 untuk menghindar data proyeksi. Bila
menggunakan pendapatan nominal, pendapatan per kapita di Indonesia naik
menjadi USD2.696 pada 2009, lebih dari dua kali lipat USD1.179 pada 2004.
Data dengan pendapatan nominal dari BPS ini pun memberikan kesan yang luar
biasa pada peningkatan pendapatan per kapita Indonesia. Namun, BPS juga
memberikan data pendapatan nasional nyata yang memungkinkan kita melihat
perubahan daya beli.
BPS menggunakan tingkat harga pada 2000 untuk membandingkan daya beli
di 2004 dan 2009. Diukur dengan tingkat harga 2000, pendapatan per kapita
Indonesia sebesar USD851 pada 2004 yang kemudian naik hanya menjadi
USD1.045 pada 2009. Kenaikan yang hanya 22 persen selama lima tahun jauh
lebih kecil dari yang diperlihatkan dengan statistik pendapatan nominal. Artinya
kenaikan yang luar biasa dari pendapatan per kapita tersebut sebagian besar
karena kenaikan harga yang cepat. Dengan kata lain, pendapatan per kapita naik
dengan cepat, tetapi disertai kenaikan biaya hidup yang cepat pula. Memang
perhitungan dengan menggunakan konsep pendapatan nominal dapat memberi
gambaran yang salah karena mencakup perubahan harga dan tidak
mencerminkan peningkatan daya beli masyarakat.
Kalau kita menggunakan konsep pendapatan nominal, kita dapat dengan
”mudah” menggandakan pendapatan per kapita kita menjadi USD6.000 pada
2014. Caranya? Pendapatan per kapita harus tumbuh 17,5 persen per tahun
selama 2010-2014. Asumsikan pertumbuhan penduduk 1,3 persen per tahun.
Maka, pertumbuhan pendapatan secara nominal harus tumbuh kira-kira 19

8
persen per tahun. Kalau selama empat tahun ke depan pendapatan tumbuh rata-
rata tujuh persen per tahun, inflasi harus mencapai rata-rata minimal 12 persen.
Untuk menggandakan pendapatan per kapita pada 2014, kita harus bersiap
menghadapi inflasi yang luar biasa yakni 12 persen per tahun. Artinya, tiap tahun
hingga 2014 harga akan naik 12 persen. Kalau pertumbuhan ekonomi lebih
rendah dari tujuh persen, inflasi harus lebih tinggi lagi.
Maukah kita menggandakan pendapatan nasional per kapita kita dengan
peningkatan biaya hidup yang cepat? Tentu saja tidak. Ini hanya contoh dramatis
dari kelemahan menggunakan konsep pendapatan nominal untuk
memperlihatkan kemajuan perekonomian Indonesia.
Kita dapat memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, tetapi pendapatan
yang tinggi ini dapat pula disertai biaya hidup yang makin tinggi. Selama 2004-
2009, daya beli masyarakat memang mengalami kemajuan, tetapi tidak
sedramatis yang diperlihatkan dengan statistik pendapatan nominal.

D.    Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2011

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan per kapita  masyarakat


Indonesia sepanjang 2011 mencapai Rp30,8 juta atau sekitar US$3.542,9.
Angka ini naik sekitar Rp3,7 juta dibandingkan setahun sebelumnya sebesar
Rp27,1 juta.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Suryamin, dalam keterangan pers di
kantornya, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal IV-2011
masih banyak terkonsentrasi di tiga provinsi utama yaitu DKI Jakarta, Jawa
Timur, dan Jawa Barat. Kegiatan ekonomi di sektor sekunder dan tersier juga
masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara itu, kegiatan ekonomi sektor
primer lebih banyak diperankan oleh daerah-daerah di luar Jawa.

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pendapatan per kapita


Indonesia akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-3.600, lebih tinggi dari tahun lalu
US$ 3.005. Perkiraan itu didasarkan pada kinerja pertumbuhan ekonomi yang
konsisten saat ini. Pada triwulan II-2011, pertumbuhan ekonomi nasional
mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan
triwulan sama 2010 tumbuh 6,5%.

Menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, secara kumulatif, produk domestik


bruto (PDB) nominal semester I-2011 mencapai Rp 3.549 triliun, lebih tinggi dari

9
semester I-2010 senilai Rp 3.084 triliun atau dibanding semester II-2010 sebesar
Rp 3.339 triliun. Apabila perkembangan pada semester II tahun ini kira-kira sama
dengan semester II tahun lalu, total PDB tahun ini bisa mencapai Rp 7.400 triliun.
Dengan perkiraan PDB nominal 2011 sebesar Rp 7.400 triliun atau setara
pertumbuhan ekonomi 6,7% dan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 241 juta jiwa dengan rata-rata kurs Rp 8.600 per dolar AS, pendapatan
per kapita Indonesia hingga akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-US$ 3.600.
Angka itu lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.004,9.

Pemerintah Optimistis Secara terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa


optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini minimal mencapai 6,5%. Beliau
berpendapat bahwa dengan pertumbuhan yang stabil sejak awal tahun dan
pencapaian pertumbuhan kuartal II sebesar 6,5%, ia yakin  perekonomian
nasional tahun ini setidaknya mencapai 6,5%, atau di atas target APBN sebesar
6,4%.

Saat ini terjadi sedikit guncangan di pasar modal global. Di sisi lain, sejumlah
negara mengalami penurunan pertumbuhan selama kuartal II. Contohnya
Tiongkok dan Singapura yang ekonominya tumbuh pesat pada kuartal I, tapi
pada kuartal II turun tajam. Tapi Indonesia tetap mengalami pertumbuhan stabil.
Konsumsi masyarakat tetap terjaga, inflasi juga cukup baik. Hatta juga optimistis
nilai ekspor bisa menembus US$ 200 miliar tahun ini.

Realisasi nilai ekspor yang melebihi impor menunjukkan surplus pada neraca
perdagangan yang  tetap. Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600. Ekspor
Indonesia jauh lebih tinggi pertumbuhannya dibanding impor. Untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional, menurut Hatta Rajasa, pemerintah harus
mampu mengatasi tiga titik hambatan.

Pertama, memperbaiki perencanaan proyek yang terkait belanja modal dan


infrastruktur.
Kedua, memperbaiki proses pelelangan. Ketiga, memperbaiki proses
penyelesaian atau pembayaran.

“Ini sebetulnya sudah diatur Perpres No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan


Barang dan Jasa Pemerintah. Tapi, menurut saya, Perpres ini harus terus
dievaluasi.
Kalau menghambat, tentu harus diubah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah

10
harus simpel, cepat, transparan, dan akuntabel, bukan njelimet, berbelit-belit,
malah memperlambat. Itu repot,” tandas Hatta.

Minim Tenaga Kerja Menanggapi hal itu, ekonom Lembaga Ilmu


Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Latief Adam mengungkapkan,   laju pertumbuhan ekonomi masih
didominasi sektor non-tradeable yang terbilang minim menyerap tenaga kerja.
Kontribusi sektor pengolahan dan pertanian masih 39%. Padahal, idealnya,
kedua sektor tersebut harus dominan untuk dapat menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas. Menurut Latief, seharusnya pertumbuhan ekonomi
disokong sektor-sektor yang tradeable, seperti pertanian, industri, dan
pertambangan. Pasalnya, ketiga sektor tersebut paling besar menyerap tenaga
kerja. Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi semester I-2011 sebesar 6,5%
dibanding semester I tahun silam, Indonesia sepanjang tahun ini mampu
mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6,7%. Namun, untuk dapat
mencapainya, pemerintah harus mampu mengendalikan inflasi. Pertumbuhan
ekonomi sebagian besar didorong konsumsi masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya
beli masyarakat menurun dan konsumsi masyarakat akan berkurang. Ini tentu
berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Selain disokong tingkat konsumsi  yang tinggi, menurut Latief, tren investasi
diperkirakan akan semakin meningkat pada kuartal III. Demikian pula belanja
pemerintah. Yang akan menjadi hambatan justru ekspor, karena beberapa
negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan
penurunan performa. Meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan
ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat.
Eksposur Indonesia dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura
atau negara Asean yang lain.  Terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan
mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Karena, para investor akan
memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. Capital
inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital
inflow ke sektor riil.

Konsumsi Rumah Tangga Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan,


pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011 mencapai 2,9%
dibandingkan triwulan sebelumnya (quarter to quarter/q-to-q). Sedangkan
dibandingkan triwulan yang sama 2010 (year on year/yoy) tumbuh 6,5%.

11
Konsumsi ruma tangga memberikan kontribusi paling besar.
Sebaliknya, belanja pemerintah berkontribusi paling rendah. Secara spasial,
struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 masih didominasi
kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar
57,7%, diikuti Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,5%, Sulawesi 4,7%, dan sisanya
4,6% dikontribusi pulau-pulau lainnya.

Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2011 mencapai Rp
1.811,1 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang
sama sebesar Rp 611,1 triliun. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-
to-q) adalah perdagangan, hotel, dan restoran 4,8%, konstruksi 4,2%, serta
sector listrik, gas, dan air bersih 4%. Secara tahunan (yoy), sektor pengangkutan
dan komunikasi tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6%,
dan sektor konstruksi 7,4%. Struktur PDB triwulan
II-2011 masih didominasi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta
sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi masing-masing
24,3%, 15,4%, dan 13,9%.

Pertumbuhan PDB triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 (q-to-q)


yang mencapai 2,9% ditopang kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga
sebesar 1,3%. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 26%,
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik 3,9%, ekspor barang dan jasa
tumbuh 7,4%, serta impor barang dan jasa meningkat 6%. Pertumbuhan
ekonomi triwulan II-2011 yang mencapai 6,5% dibandingkan triwulan II- 2010
(yoy) didukung pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat 4,6%.
Pendukung lainnya adalah pengeluaran konsumsi pemerintah 4,5%, PMTB
9,2%, ekspor barang dan jasa 17,4%, serta impor barang dan jasa 16%.

Adapun pertumbuhan ekonomi semester I-2011 terhadap semester I- 2010


yang mencapai 6,5% didukung peningkatan konsumsi rumah tangga 4,5%,
konsumsi pemerintah 3,7%, PMTB 8,3%, serta ekspor dan impor masing-masing
14,9% dan 15,8%. Struktur PDB penggunaan triwulan II-2011 didominasi
komponen pengeluaran rumah tangga sebesar 54,3%. Komponen PMTB dan
pengeluaran konsumsi pemerintah memberikan kontribusi masing-masing 31,6%
dan 8,3%. Sedangkan ekspor neto berkontribusi 1,9%

12
E.     Target Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2015

Pada tahun 2012, ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalahkan


belanda yang notabene telah menjajah Negara Indonesia selama 350 tahun. Ini
merupakan satu prestasi  yang sangat membanggakan bagi kita. Jika kondisi
politik dan ekonomi relatif stabil, maka pada akhir 2013 yang akan datang
Indonesia di-prediksikan mencapai pendapatan perkapita USD 5.000. Inilah satu
bukti pertama kalinya Indonesia akan menembus 100 Negara dengan
pendapatan perkapita terbesar di dunia.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menargetkan pendapatan
per-kapita Indonesia tahun 2015 mencapai 5.500 USD atau meningkat hampir
dua kali lipat dari tahun 2011 lalu yang masih bekisar 3.500-3.600 USD. Target
ini disesuaikan dengan berbagai program pemerintah terkait peningkatan
perekonomian rakyat seperti program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Dalam tiga tahun kedepan, katanya, Pemerintah RI harus sudah mampu


meningkatkan perekonomian rakyat yang signifikan. Satu pekerjaan memang
tidak gampang, tetapi bisa dicapai. Pendapatan perkapita kita 3.500 hingga
3.600 USD pada tahun 2011 lalu. Dan pada 2015 mendatang, pendapatan per-
kapita Indonesia diharapkan bisa mencapai 5.500 USD.

Oleh sebab itu, demikian Hatta yang juga Ketua Umum partai berlambang
matahari bersinar (PAN) itu, pemerintah secara bersama-sama harus mampu
membangun koridor satu wilayah Sumatra, yang pertama yakni membangun dan
perbaikan jalan dari Aceh hingga ke Lampung.

Selain itu, kata Hatta, demi menyukseskan program MP3EI, pemerintah juga
akan membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau, paling
tidak klaster atau "kantung" pertumbuhan industri serta membangun tiga
pelabuhan baru dan memperbaharui pelabuhan yang telah ada seperti
Pelabuhan Internasional Dumai serta Pelabuhan Kuala Enok.

"Juga membangun kembali pusat industri, hilirisasi, manufaktur industri hilir.


Semua harus kita bangun. Oleh sebab itu, diminta semua pihak agar bahu-
membahu menyukseskan program ini," katanya.

13
Apabila semua terlaksana dengan baik, bukan tidak mungkin pertumbuhan
Indonesia secara keseluruhan akan mengalami peningkatan yang kian pesat.
Memang untuk setiap tahunnya perdapatan per-kapita Indonesia terus
mengalami peningkatan, namun masyarakat   mengharapkan adanya
pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih baik lagi.

F.     Solusi untuk Mencapai Target Pendapatan Perkapita Indonesia USD


5000

Sering sekali kita dengar baik itu berita dari siaran televisi, 
radio maupunmedia cetak lainnya tentang kondisi Perekonomian di Indonesia.
Baik itu yang di soroti secara negative maupun positif. Tetapi lebih sering kita
dengar dan kita lihat yang disoroti oleh media adalah hal-hal yang bersifat
negative sehingga hal-hal positif seakan-akan tidak pernah ada di Indonesia ini.
Didalam dunia politik sering juga kita mendengar dan melihat bahwa sanya hal-
hal yang bersifat positif ini sangat sedikit di perbincangkan, apakah yang dapat
diperbincangkan itu hanya yang bersifat negative atau istilah lain selalu yang
kurang baik. Tapi benar untuk kita ketahui bahwa hal yang kurang ini akan selalu
menjadi pembahasan terpenting agar bagaimana hal negatif tersebut menjadi
positif.
Jika kita dapat berbicara tentang hal yang positif yang sudah dicapai oleh
Negara kita ini, bahkan dalam taraf global, ini akan membuat kita dan generasi-
generasi Indonesia akan semakin antusias dalam menghadapi perekonomian
sekarang ini.
Sebagai contoh dalam hal ekonomi. Pada tahun 2011 indonesia mengalami
kemajuan yang sangat pesat :
1.      Indonesia Berhasil menembus pendapatan per-kapita USD 3,500
2.      Indonesia berhasil mencapai investment grade, bahkan Indonesia satu-
satunya Negara asia tenggara yang masuk dalam jajaran kelompok
Negara G20. Ini merupakan suatu kebanggan.
3.      Bahkan dengan GDP sebesar USD 834 Miliar, Indonesia kini duduk di
posisi 17ekonomi terbesar di dunia di atas, Turki, Swiss, Swedia, Arab Saudi,
Taiwan, Thailand, Singapura, dan Malaysia. 
Menurut data dari Asian Development Bank (ADB), antara tahun 2002-2008
ada sekitar 102 juta jiwa kelas menengah baru di Indonesia. Tingkat
kemakmuran dan daya beli rakyat Indonesia akan makin meningkat pesat. Daya

14
tarik pasar kelas menengah Indonesia yang cukup melesat pada akhir-akhir ini.
Terbukti semakin menggiurkan bagi para pemain kelas dunia untuk berlomba-
lomba menjaring rupiah di Indonesia.
Buktinya, Launching produk-produk baru smartphone beberapa merek
ternama pun kini diadakan di Indonesia. Dengan kata lain,
pasaran domesticIndonesia semakin menarik dan menjadi incaran
dunia international.
Maka dari itu, akankah itu berarti kita cuman sekedar jadi
Negara konsumenyang konsumtif? Mungkin akan menyedihkan jika
pertumbuhan kelas menengah sekedar menjadikan Indonesia sebagai pasar dan
masyarakatnya hanya jadipembeli dan tukang belanja. Apakah kita sebagai
warga Negara Indonesia yang memiliki warisan dari nenek moyang kita yaitu
tanah air Indonesia yang tercinta ini dijadikan ladang oleh Negara lain sedangkan
kita hanya jadi penonton dari produk asing? Kita hanya pintar membeli produk
tetapi tidak pintar untuk menciptakan produk.
 
Lalu bagaimana solusinya bagi Masyarakat Indonesia?
 
Semestinya pertumbuhan kelas menengah yang pesat di Negara ini bukan
hanya melahirkan generasi konsumtif dan pasar yang siap belanja, tapi juga
menumbuhkan generasi kelas menengah baru: Entrepreneur Kelas Menengah
Indonesia. Mereka inilah para Entrepreneur 5000 yang dating dari kalangan
kelas menengah dan siap menghadapi era kebangkitan daya beli nasional pada
pendapatan perkapita USD 5.000, karena mereka yang paham benar,
bagaimana karakteristik pasar kelas menengah yang lagi berkembang pesat saat
ini.
Lahirnya Entrepreneur 5000, ini menjadi satu alternative jawaban masa
depan agar kebangkitan kelas menengah dan daya beli bangsa justru bisa
memperkuat posisi tawar kita sebagai tuan rumah di Negara sendiri. Lalu,
Entrepreneur 5000 ini sekaligus menjadi sebuah tantangan, Apakah UMKM kita
siap naik kelas untuk bersaing secara global?

15
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perekonomian Indonesia memang sedang naik daun. Ketika dunia
dilanda krisis, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh positif, bahkan
hingga 4,5 persen pada 2009. Padahal, tahun itu banyak negara mengalami
kemerosotan dalam perekonomian. Di Indonesia, jumlah penduduk yang besar
tidak lagi dilihat sebagai ”hantu” perekonomian, tetapi sebagai pasar yang besar
dan menarik.
Meningkatnya pendapatan per kapita yang diantaranya ditopang kenaikan
di sejumlah sektor usaha, terutama tambang itu akhirnya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2011 mencapai
6,5 persen. Sepanjang 2011 terjadi pertumbuhan di semua sektor ekonomi.
Namun, tercapainya target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5
persen itu bukanlah penentu kesuksesan negara dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Peningkatan PDB di Indonesia justru membuat negara
semakin miskin sumber daya. 
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mengalami
keterpurukan di tengah sumber daya yang melimpah. Indonesia tidak menangani
sumber daya alamnya dengan baik.
Pemerintah justru menghancurkan sumber alam dengan terlalu
berlebihan mengekploitasinya. Bahkan, pemerintah dinilai tidak
mengalokasikannya untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan. Pemerintah
terlalu terfokus pada upaya meningkatkan PDB. Namun, di sisi lain malah
mengorbankan sumber daya alam.
Peningkatan PDB ini malah justru membuat negara semakin miskin.
Kondisi itu, justru membuktikan PDB tidak bisa meningkatkan kualitas hidup

16
rakyat. Ada banyak bukti empiris dan studi yang menunjukkan kualitas hidup dan
kebahagiaan rakyat tidak ada hubungannya dengan PDB dan kekayaan negara.

DAFTAR PUSTAKA

http://bisnis.vivanews.com/news/read/30496
pendapatan_per_kapita_indonesia_us__2_ 271_2
http://bisnis.vivanews.com/news/read/285894-pendapatan-per-orang-warga-ri-
naik-rp3-7-jt
http://economy.okezone.com/read/2010/10/26/279/386413/memahami-statistik-
ekonomi-pendapatan-per-kapita-2010
http://finance.detik.com/read/2010/02/10/131037/1296658/4/pendapatan-per-
kapita-ri-naik-jadi-rp-243-juta-di-2009
http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/08/06/akhir-2011-
pendapatan-per-kapita-us-3-600/
http://vacancy-carrer.blogspot.com/2012/03/pendapatan-perkapita-indonesia-
bakal.html

17

Anda mungkin juga menyukai