Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

DIBUAT OLEH: DESLIN


(20201179)

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU


2023
Nilai yang hidup dan berkembang di daerah Kulawi

a) Gambaran umum
Suku Kulawi atau juga dikenal sebagai Suku To Kulawi merupakan suku yang berasal dari
provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Sigi yang masih masuk daerah Donggala.
Wilayahnya meliputi Danau Kulawi, Danau Lindau, Dataran Gimpu, dan sekitar aliran sungai
Koro yang telah dihuni oleh leluhur mereka sejak masa zaman prasejarah. Suku ini
merupakan suku yang termasuk suku minoritas di provinsi Sulawesi Tengah yang
berkomunikasi menggunakan bahasa Moma dan sebagian besar menganut agama Kristen
sejak tahun 1913. Adapun bukti daerah yang mereka tempati sudah ditempati sejak masa
prasejarah adalah adanya penemuan benda aregologis dari tradisi megalitik yang sudah
berumur lebih dari 3000 tahun. Benda-benda purbakala yang masih dapat ditemukan di
Kulawi adalah Batu Dakon, Bekas Kaki, Batu Lumpang, dan sebagainya.
b) Nilai daerah yang masih ada
1. Upacara ratompo
Ratompo adalah sebuah upacara yang khusus diselenggarakan bagi seorang gadis
yang telah menjalani prosesi mancumani dalam sebuah pesta adat antarkampung.
Dalam artikel ini akan diuraikan upacara Ratompo yang meliputi: waktu upacara,
peralatan yang digunakan dalam upacara, tata laksana atau jalannya upacara, dan
nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Upacara ratompo hanya dilaksanakan
oleh perempuan yang berasal dari kalangan bangsawan yang telah menjalani prosesi
mancumani dalam sebuah pesta adat antarkampung. Adapun waktu upacaranya
pada pagi hari agar seluruh tahapannya dapat dilakukan secara cermat. Sedangkan
tempatnya harus jauh dari keramaian, seperti di bawah sebuah pohon rindang di
tengah hutan atau di sebuah rumah yang sengaja dikosongkan.
Prosesi upacaranya sendiri dipimpin oleh topetompo atau dukun dari kalangan
kebanyakan namun memiliki keahlian khusus dalam mencabut gigi3. Legitimasi
seorang topetompo berada di bawah naungan lembaga adat dan raja-raja setempat.
Dalam melaksanakan tugasnya topetompo hanya dibantu oleh seorang topepalielu
yang bertugas sebagai pemegang pipi dan tubuh orang yang sedang diupacarakan.
Selain kedua orang tersebut beserta orang yang akan diupacarakan, tidak ada yang
boleh menyaksikan atau mengikuti prosesi ratompo. Jadi, apabila ada sanak kerabat
yang ingin berperan serta, mereka hanya dapat melakukannya dengan cara
mempersiapkan segala macam perlengkapan dan peralatan upacara saja.

Ada beberapa nilai yang terkandung dalam upacara ratompo. Nilai-nilai itu antara
lain adalah: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, keselamatan, dan religius. Nilai
kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian sanak kerabat untuk berdoa
bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam
hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini
mengandung pula nilai kebersamaan.

Nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu proses,
upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi, maupun
sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan upacara,
tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus dipersiapkan
dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu,
dibutuhkan ketelitian.

Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam


penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara. Dalam
hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin
upacara, membantu pemimpin upacara, dan lain sebagainya.

Nilai keselamatan tercermin dalam adanya kepercayaan bahwa peralihan kehidupan


seorang individu dari satu masa ke masa yang lain penuh dengan ancaman (bahaya)
dan tantangan. Untuk mengatasi krisis dalam daur kehidupan seorang manusia itu,
maka perlu diadakan suatu upacara. Ratompo merupakan salah satu upacara yang
bertujuan untuk mencari keselamatan pada tahap peralihan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa.

Nilai religius tercermin dalam doa atau mantra yang dilakukan oleh topetompo, pada
acara pencabutan gigi yang merupakan bagian akhir dari serentetan tahapan dalam
upacara ratompo. Tujuannya adalah agar si gadis mendapatkan perlindungan dari
Tuhan dan roh-roh para leluhur.
c) Nilai daerah yang sudah hilang ataupun memudar
1. Pembuatan kain kulit kayu
Pembuatan Kain Kulit kayu oleh Suku Kulawi dilakukan dari zaman neolitikum sampai
dengan sekarang dan hampir pudar di tahun 1786.
Kain kulit kayu sendiri dibuat dari serat kulit pohon beringin, seperti kulit kayu Nunu,
Ivo, dan Malo yang diproses dengan cara tradisional. Di Kulawi sendiri kain Kulit Kayu
disebut dengan Kumpe atau Mbesa yang berarti kain adat. Nama kegiatan membuat
kulit kayu ini disebut Nobalowo, kegiatan Nobalowo hanya dilakukan di rumah-
rumah warga Desa Mataue. Pada wisata budaya kali ini Laely berkesempatan belajar
membuat kain kulit kayu yang diajari khusus oleh seorang wanita maradika
(berdarah biru) Kulawi yang sudah sangat mahir membuat kulit kayu.

d) Daftar Pustaka
1. Suku Kulawi, Sulawesi", diakses dari
http://protomalayans.blogspot.com/2012/10/suku-kulawi-sulawesi_12.html, tanggal
4 Januari 2015.
2. "Ratoe", diakses dari http:// telukpalu.com/2007/11/ratoe/, tanggal 27 Januari 2015.
3. "Ratompo", diakses dari http://telukpalu.com/2007/11/ratompo/, tanggal 5 Februari
2015.

Anda mungkin juga menyukai