Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak Usia Dini merupakan anak-anak yang berusia dibawah 6 tahun.

Anak yang masih butuh perhatian dan bimbingan agar terbentuk insan yang

memiliki karakter yang baik. Perkembangan pada Anak Usia Dini tidaklah sama

pada setiap anak, karena setiap anak mempunyai kehidupan sosial yang berbeda.

Namun, perkembangan anak dalam beberapa hal dapat disamakan secara

maksimal apabila anak mendapatkan layanan pendidikan yang sama yaitu di

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Karena pada hakikatnya setiap anak

dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keahlian masing-masing yang

memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan layanan pendidikan

sebelum pendidikan dasar bagi anak dibwah usia 6 Tahun. Pendidikan ini

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur

formal, nonformal, dan informal. Menurut Chairul Anwar (2014: 62) pendidikan

merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus menbedakab manusia

dengan makhluk hidup yang lainnya. Hal ini sesuai dengan UU sisdiknas no. 20

tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

1
2

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Peranan guru dalam mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan

anak usia dini sangat penting, artinya di samping ditunjang dari faktor keluarga

dan lingkungannya, pendidikan tidak mungkin dilihat dan dirasakan dalam waktu

singkat. Pendidikan dapat dilihat dalam waktu yang lama, itu sebabnya proses

pendidikan tidak boleh keliru atau salah mengkondisikannya. Anak usia taman

kanak-kanak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat, secara

jelas hal tersebut terlihat pada perkembangan motorik, koordinasi otot-otot dan

kecepatan gerak menunjukkan kemajuan yang mencolok.

Dalam Permendiknas (2009: 2) menetapkan bahwa:

Standard tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini sejak lahir


sampai dengan usia enam tahun tingkat pencapaian perkembangan
menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan
dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai
merupakan intergrasi aspek pemahaman nilai- nilai agama dan
moral,fisik,kognitif,bahasa dan sosial,emosional.

Tim Redaksi Ayah bunda (2002: 63) berpendapat bahwa :

Tingkat pencapaian perkembangan anak yang diutamakan adalah


perkembanngan kognitif. Kognitif merupakan peranan yang sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang mencakup
banyak hal diantaranya yaitu rentang perhatian. Rentang perhatian adalah
lamanya waktu yang dapat dipertahankan seorang anak untuk
memusatkan perhatian pada sesuatu. Rentang perhatian dapat diartikan
dengan kemampuan dalam memfokuskan perhatiannya (Konsentrasi ).
Rentang perhatian pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor,antara lain keterlambatan perkembangan saraf ,faktor
lingkungan,dan psikis. Rata rata rentang perhatian anak usia 4-5 tahun
berkisar hingga 12-14 menit.
3

Menurut Anderson (2008: 1)

Seorang anak yang kesulitan belajar harus bekerja keras disekolah


meskipun diberikan pengajar yang terbaik, tetapi kesulitan semakin
bertambah apabila bersamaan dengan daya konsentrasi yang lemah.
Perhatian adalah hasil ketika harus konsentrasi terbentuk dalam bagian
bahasa atau relasi di sisi otak yang mendomonasi. Alih perhatian bisa
mempengaruhi proses belajar jika anak mengalami terlalu banyak
kehilangan konsentrasi.

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Faktor yang

menyebabkan terjadinya kesulitan konsentrasi dapat dikelompokan menjadi tiga

yaitu faktor eksternal, faktor psikologi, dan faktor internal. Sehingga hal yang

dapat dilakukan untuk mengatasi anak yang sulit konsentrasi antara lain mencari

tahu penyebab kesulitan anak yang sulit berkonstrasi, mencari strategi yang

sesuai dengan, melakukan aktivitas yang dapat melatih konsentrasi anak, melalui

aktifitas bermain, berolahraga dan seni

(http://paudanakceria.wonderpress.com.2011/02/21).

Berdasarkan hasil observasi awal di TK Sion Tanjung Morawa, terdapat

temuan terhadap Konsentrasi anak adalah

1. Anak terlihat tidak bisa fokus pada pengamatan benda tersebut,

2. Anak suka berbicara dengan temannya,

3. Tidak bisa tenang di dalam kelas.

4. Saat pembelajaran berlangsung, anak belum bisa menyelesaikan tugas

5. Anak belum bisa memperhatikan guru saat bercerita,

6. Anak masih berbicara sendiri,


4

7. Anak senang berlari lari sendiri menyebabkan kurangnya konsentrasi

belajar pada anak.

Mencermati kondisi tersebut untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak

memerlukan suatu cara atau teknik yang dianggap menarik dan menyenangkan.

Salah satu cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak adalah melalui

aktivitas bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari Anak Usia dini yang

masih memprioritaskan diri untuk sealu bermain. Anak menghabiskan waktu

selama ±4 jam di sekolah dan ditemani oleh guru tanpa orang tua, salah satu

stimulasi perkembangan yang diberikan oleh guru adalah belajar dan bermain

disekolah merupakan role model lanjutan dirumah. Melalui media permainan

yang baik anak dapat mengeskpresikan perasaan serta daya kreasi yang dapat

mengembangkan kreativitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai

sumber stress.

Permainan merupakan salah satu kegiatan yang paling menyenangkan dan

menghargai kebudayaan yang memiliki dampak yang positif terhadap aspek

perkembanngan anak dan dapat mengembangkan potensi penuh yang ada pada

anak. Permainan merupakan sarana anak-anak untuk dapat bereksperimen dengan

berbagai cara secara meluas tanpa adanya batas. Permainan merupakan sesuatu

kegiatan yang bersifat aktif, dinamis, dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Dengan kata lain, permainan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja.

Permainan juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi dengan teman sebaya

dan lingkungan sekitar. Melalui kegiatan bermain, anak-anak akan


5

mengembangkan konsep membangun pengetahuan mereka sendiri yang mereka

dapatkan dalam kegiatan bermain.

Secara umum permainan terdiri atas 2 jenis, yaitu permainan modern dan

tradisional. Permainan modern untuk saat ini masih mendominasi kehidupan

masyarakat luas khusunya anak-anak. Perkembangan teknologi yang semakin

lama bertambah canggih, banyak orang yang dimanjakan oleh teknologi modern

seperti televisi, handphone, playstation dan smartphone. Kesan dari

perkembangan teknologi moderen tidak selamanya berdampak positif bagi dunia

anak-anak. Menurut Perwitasari (dalam Andi Akifa Sudirman,dkk: 2018: 215)

fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, banyak permainan digital yang berdampak

negatif bagi anak. Hal tersebut akan menyebabkan aktivitas anak akan semakin

berkurang karena anak-anak sibuk dengan gadget, sehingga menimbulkan

perkembangan motorik menjadi terhambat.

Perbedaan besar antara permainan masa kini dengan permainan

tradisional adalah pada zaman dahulu permainan trasional tidak cuma melatih

otak, perasaan, emosional seseorang, tetapi juga melatih keseimbangan gerak dan

ketangkasan tubuh, hal ini sangat jauh berbeda dengan permainan modern.

Menurut Muliawan (dalam Andi Akifa Sudirman,dkk: 2018: 216) permainan

tradisional merupakan permaian yang dapat digunakan untuk membantu anak

dalam perkembangan motorik. Keuntungan permainan tradisional dapat

menambah kreativitas anak dalam mengelola permainan dan mengembangkan

kemampuan interaksi sesama anak, karena pada dasarnya permainan tradisional

cenderung pada permainan kelompok yang menumbuhkan kerja sama yang baik.
6

Salah satu diantara banyaknya permainan tradisional yang sudah hampir

terlupakan adalah permainan Papan Titian dan Kelereng. Bermain Papan titian

merupakan permainan yang menggunakan sebuah alat yang terbuat dari Papan

dan anak-anak berjalan melewati papan tersebut. Permainan Papan titian tidak

hanya mengembangkan kemampuan motorik kasar saja tetapi juga mampu

mengembangkan kemapuan lainnya seperti mengkoordinasi gerakan motorik,

baik motorik kasar maupun motorik halus, anak juga mengoperasikan

kemampuan kognitifnya untuk memikirkan agar tidak jatuh dan melatih untuk

berkonsentrasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Montolalu (2007: 6.19) bahwa

Bermain papan titian tidak hanya mengembangkan kemampuan motorik


kasar saja tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan keterampilan
dalam mengkoordinasi gerak motorik, baik motorik kasar dan halus, anak
juga mengoperasikan kemampuan kognitifnya untuk memikirkan agar
tidak jatuh, mengembangkan, menumbuhkan, mengasah kepekaan,
kepedulian, anak menjujung moral dan nilai nilai yang berlaku universal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Anam,dkk (2017)

menyimpulkan bahwa Konsentrasi belajar dapat ditingkatkan dengan melakukan

bermain papan titian. Terbukti pada setiap Siklus yang dilakukan dalam

penelitian ini mencapai nilai baik sebesar 80%. Hal ini sependapat dengan hasil

penenlitian yang dilakukan oleh Zulfah (2013: 7) bermain papan titian terbukti

dapat meningkatkan proses maupun hasil pencapaian batas penguasaan

kompetensi dasar pada pembelajaran bermain papan titian dengan anak yang

dibangun berdasarkan kegembiraan dan menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan, menarik minat anak.


7

Kemudian permaianan tradisional kelereng merupakan permainan yang

sangat digemari oleh anak-anak khususnya anak laki-laki. Kelereng adalah

mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Konsep

permainan tradisional kelereng dalam pembelajaran yaitu ketika siswa sedang

bermain kelereng dan mereka berhasil menjentik kelereng hingga keluar dari

segitiga maka siswa harus menghitung selisih jumlah kelerang awal dengan

jumlah kelereng setelah berhasil di keluarkan. Sehingga untuk dapat melakukan

permainan tersebut, anak-anak harus berKonsentrasi agar dapat menjentikkan

kelerang kearah yang dituju.

Dengan adanya permainan kelerang menuntut anak untuk

berKonsentrasi , sehingga anak dalam pembelajaran akan dengan senang

mengikuti segala aturan dan tugas yanng diberikan guru. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Olanda Dwi Sumintra, dkk (2014) membuktikan bahwa

penggunaan konteks permainan tradisional kelereng dalam pendesainan

pembelajaran memiliki peranan penting dalam membantu meningkatkan

kepemahaman siswa dalam memahami konsep dan juga bisa membantu untuk

meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu permainan tradisional kelereng juga

sangat berpengaruh terhadap pembelajaran, karena dengan metode ini siswa bisa

belajar secara konkrit dan bisa menerapkan pembelajaran langsung ke dalam

kehidupan sehari-hari. Metode ini berpotensi tidak hanya untuk mengembangkan

ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk memberikan

pengalaman secara langsung bagi siswa untuk memecahkan masalah yang terkait
8

dengan kehidupan sehari-hari melalui interaksi serta melatih untuk

berkonsentrasi.

Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang Efektivitas

Permainan Tradisonal Kelereng dan Papan Titian terhadap Konsentrasi Hasil

Belajar Anak di TK Sion Tanjung Morawa.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik masih bersifat Konvensional

2. Permainan tradisional sudah mulai dilupakan oleh anak-anak zaman

sekaranng dan digantikan dengan Gadget atau Game di Handphone

3. Cenderung orang tua saat ini melarang anak-anaknya untuk bermain yang

didominasi oleh gerakan fisik, seperti; berlari, melompat dan memanjat

karena takut akan terjatuh, kotor dan kelelahan.

4. Layanan Pendidikan Anak Usia Dini cenderung melupakan bahwa anak

memiliki karakteristik senang bermain dan hanya memfokuskan agar anak

memiliki kemampuan Calistung.

5. Anak mengalami kesulitan konsentrasi belajar karena anak tidak fokus

dalam memperhatiakan, terpecah pemeikirannya dan mudah teralihkan

6. Permainan Tradisional Papan Titian dan Kelereng belum pernah dijadikan

sebagai media pembelajaran di TK Sion Tanjung Morawa.


9

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apakah Permainan Tradisonal Kelereng efektif Terhadap Konsentrasi

belajar anak?

2. Apakah Permainan Tradisonal Papan Titian efektif Terhadap Konsentrasi

belajar anak?

3. Apakah Permainan Tradisional Kelereng dan Papan Titian Terhadap

Konsentrasi belajar anak?

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas Permainan Tradisonal Kelereng Terhadap

Konsentrasi belajar anak

2. Untuk mengetahui efektivitas Permainan Tradisonal Papan Titian

Terhadap Konsentrasi belajar anak.

3. Untuk mengetahui efektifitas Permainan Tradisional Kelereng dan Papan

Titian Terhadap Konsentrasi belajar Anak

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan acuan guna

memperkuat teori yang sudah ada. Selain itu, penelitian ini juga
10

bermanfaat dalam menambah wawasan pendidikan pada anak di TK,

terutama pada guru di sekolah yang bersangkutan.

15.2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini maka peneliti, guru dan siswa di

sekolah yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang berharga dalam

melaksanakan kegiatan permainan tradisional Papan Titian dan Kelereng

di TK Sion Tanjung Morawa

Anda mungkin juga menyukai