MODUL PERKULIAHAN
W162100032 -
Metodologi
Penelitian
Teknik
Pendahuluan
Abstrak Sub-CPMK 1
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu konsep yang sulit untuk didefinisikan dengan batas-batas
yang jelas. Cakupan ilmu pengetahuan luas, sehingga batas-batasnya kabur. Fungsi ilmu
pengetahuan juga sering tidak terdefinisikan dengan pasti dan sering dinyatakan dengan
cara yang berbeda-beda.
Contoh:
1. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk memperbaiki kehidupan manusia, yaitu
dengan penemuan baru – hasil kemajuan ilmu pengetahuan maupun aplikasi baru
dari ilmu pengetahuan tersebut
2. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan aturan yang menjelaskan hubungan unsur-
unsur / elemen yang terdapat di dunia
Ilmu pengetahuan mencoba menjelaskan fenomena / fakta untuk memahami hakekat
suatu objek, atau untuk mendapatkan pengetahuan tentang objek tersebut.
Pemahaman dilakukan melalui observasi/pengamatan terhadap objek, yang hasilnya
adalah sekumpulan fakta / fenomena yang dapat dibuktikan secara EMPIRIS, yaitu dapat
diamati langsung oleh manusia dengan menggunakan panca inderanya.
Teori
Teori menyusun fakta-fakta secara teratur dan sistematis. Sehingga teori dapat
didefinisikan sebagai:
Ilmu pengetahuan adalah hasil kegiatan berpikir. Terdapat 2 (dua) pola kegiatan berpikir,
yaitu kegiatan berpikir secara rasional dan kegiatan berpikir secara empiris.
Berpikir merupakan ciri hakekat manusia sehingga disebut homo sapiens dan ilmu
pengetahuan berkembang melalui kegiatan berpikir. Manusia berpikir bukan karena naluri
atau kesenangan, tapi karena menghadapi masalah. Manusia mengamati dunia /
lingkungannya dimana ada sejumlah gejala yang berpengaruh terhadap hidup manusia,
sehingga melahirkan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan
MASALAH bagi manusia yang mengamati lingkungannya.
Pengujian terhadap dugaan yang dilakukan secara empiris melalui observasi terhadap
keadaan dunia sebenarnya untuk memperoleh FAKTA. Dalam pengamatan perlu asumsi
tentang objek empiris yang diteliti – terdapat 3 asumsi tentang objek empiris tersebut:
1. Objek-objek empiris memiliki keserupaan antara satu dengan lainnya, misal
tentang bentuk, struktur, sifat dan lain-lain.
2. Objek-objek empiris tidak mengalami perubahan untuk suatu jangka waktu
tertentu sehingga kerangka pemikiran logis tentang objek tersebut juga dianggap
berlaku untuk jangka waktu tersebut.
3. Tidak ada gejala kebetulan tentang kejadian yang berkaitan dengan objek empiris
– selalu ada pola kejadian bersifat tetap dengan urutan yang sama
(DETERMINISME), sehingga kesimpulan tidaklah didasarkan pada gejala
kebetulan tetapi pada proses kejadian alami yang dilalui objek tersebut.
Tujuan kegiatan keilmuan adalah untuk mencari / menguji kerangka pemikiran logis
(disebut juga TEORI, HUKUM, ASAS, KAIDAH, dsb) yang bersifat umum. Sifat umum
diperlukan agar kerangka pemikiran logis itu dapat digunakan untuk menjelaskan
berbagai gejala dengan macam-macam objek yang berbeda. Proses kegiatan keilmuan
dapat digambarkan sebagai berikut:
Salah satu cara untuk menarik kesimpulan bersifat umum adalah proses INDUKSI, yaitu
menarik kesimpulan bersifat umum dari kasus-kasus individual. Penarikan kesimpulan
harus memenuhi persyaratan tertentu, tidak tepat jika hanya dari pengamatan sepintas.
Kesimpulan harus bersifat umum dan dapat memperhitungkan pengaruh dari faktor
kebetulan (asumsi objek empiris # 3) karena itu digunakan STATISTIKA.
Dunia keilmuan terbagi menjadi DUNIA RASIONAL dan DUNIA EMPIRIS sebagai berikut:
1. Dalam dunia rasional, TEORI dikembangkan jadi HIPOTESIS ataupun
DIAPLIKASIKAN, dengan bertumpu pada LOGIKA ataupun MATEMATIKA
2. Dalam dunia empiris, HIPOTESIS digunakan sebagai dasar untuk menetapkan
CARA PENGAMATAN maupun CARA PENGUKURAN yang akan digunakan
untuk mempelajari objek penelitian, yang akhirnya memberikan
FENOMENA/FAKTA tentang objek tersebut. Dengan STATISTIKA dilakukan
penarikan kesimpulan tentang fenomena/fakta secara INDUKTIF, baik untuk
merumuskan teori yang baru, ataupun untuk menguji teori yang lama, yang
sebelumnya telah ada
Metodologi
A. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse on Methoda, dikemukakan 6 (enam) prinsip metodologi yaitu:
1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal
sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat
menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya,
namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam
aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau
aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah
menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai
pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari
kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan
memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar
dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap
kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat
dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan
pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana
dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi
setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan
sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai
ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap
mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat
merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan
Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh
kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan
metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri,
sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2)
Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan
maupun yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari
pada merombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera.
Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat
membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat
B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip
metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran
suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan.
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk
menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa
depan sebagai pernyataan yang mengandung makna.
3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-
pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang
MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun
Daftar Pustaka
1. Billy J Franklin, Harold W Osborne. Research Method – Issues and Insight.
Wadsworth Publishing Company Ltd., 2020
2. Emanuel J Mason, William J Bramble. Understanding and Conducting Research. 2nd
Edition, McGraw Hill, 2018
3. Gary M Maranell. Scaling, a Sourcebook for Behavioral Scientist. Aldine Publishing
Company, 2012