Dengan demikian kebijakan fiskal pemerintah meliputi semua tindakan pemerintah yang
berupa tindakan memperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak, government expediture
dan government transfer yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
Sedangkan fungsi pokok kebijakan fiskal pemerintah ini ada (tiga) macam yaitu:
1. Fungsi Alokasi
Adalah mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia di dalam masyarakat guna
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang publik.
2. Fungsi Distribusi
Adalah sehubungan dengan peranan pemerintah dalam tujuan untuk dapat terselenggaranya
pembagian pendapatan yang adil.
3. Fungsi Stabilisasi
Adalah sehubungan dengan peranan pemerintah dalam tujuan untuk terpeliharanya tingkat
kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga yang relatif stabil, dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi.
Contoh penggunaannya: diketahui fungsi konsumsi suatu masyarakat C = 0,75 Yd + 20, transfer
pemerintah (TR) = 30, dan besarnya pajak T = 10 (masing-masing dalam milyar rupiah), maka
fungsi konsumsi dan fungsi tabungan setelah adanya pajak dan transfer pemerintah dapat dicari
dengan cara sebagai berikut: Fungsi konsumsi :
C = 0,75 (Y + TR –T) + 20
= 0,75 (Y + 30 – 10) + 20
C = 0,75 Y + 35
Sehingga pendapatan nasional suatu masyarakat berada dalam keadaan keseimbangan apabila:
C + S + (T - TR ) = C + I + G
I + G = S + (T- TR)
Jadi walaupun tabungan tidak sama dengan investasi tetapi apabila: I + G = S + (T – TR), maka
pendapatan nasional tetap berada dalam keseimbangan, sedangkan untuk menentukan berapa
besarnya pendapatan nasional pada saat terjadinya keseimbangan, ada dua cara merumuskannya,
dengan asumsi bersifat tetap yaitu:
Cara pertama:
Y=C+I+G
C = a + b Yd ; I = I0 ; G = G 0 ; TR = TR0
Yd = Y + TR – T
Maka :
Y = a + b (Y + TR – T) + I + G
= a + bY + bTR0 – bTo + I0 + G0
Y – bY = a + bTR0 – bTo + I0 + G0
(1- b)Y = a + bTR0 – bTo + I 0+ G0
a + bTR0 – bTo + I 0+ G0
(1 – b)
Jadi YE =
Cara kedua:
S + ( T - TR ) = I + G
(Yd – C) + T – TR = I + G
Yd – (a + bYd) + To – TR 0 = I 0+ G0
(Y + TR0 – To) – a – b(Y + TR0 – To) + To + TR 0 = I0 + G 0
a + bTR0 – bTo + I 0+ G0
YE =
(1 – b)
Tabel 4.1
Multiplier Dalam Ekonomi Tiga Sektor
(dalam triliun rupiah)
Tahap Pertambahan Pertambahan Pertambahan Pertambahan Pertambahan
Proses pendapatan Pajak pendapatan Konsumsi Tabungan
multiplier nasional disposibel
(∆Y) (∆T) (∆Yd) (∆C) (∆S)
Bagian I : Sistem Pajak
Tetap
I ∆I=∆YI=20 0 20 15 5
II ∆Y2=15 0 15 11,25 3,75
III ∆Y3=11,25 0 11 8,4375 2,8125
Dst ………….. ………….. …………… …………… …………..
I ∆I=∆YI=20 4 16 23 4
II ∆Y2=12 3,2 12,8 9,6 3,2
III ∆Y3=9,6 1,92 7,68 5,76 1,92
Dst ………….. ………… ………….. ………….. ………….
1. Sistem Pajak Tetap. Dalam perekonomian bersistem pajak tetap, keseimbangan pendapatan
nasional awal (sebelum adanya kenaikkan investasi) adalah:
Y0 = C + I + G
Y0 = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y – To) + Io + Go
Y = a + bY – bTo + Io + Go
Y – bY = a – bTo + Io + Go
1
Y0 = (a – bTo + Io + Go)
1-b
2. Sistem pajak proporsional. Sebelum ada kenaikan investasi tingkat pendapatan nasional
dalam perekonomian adalah:
Y0 = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y – tY) + Io + Go
Y = a + bY – btY + Io + Go
Y – bY + btY = a + Io + Go
1
Y0 = (a + Io + Go)
1 – b + bt
Pertambahan investasi sebanyak ∆I (dari I menjadi I1) menyebabkan pendapatan nasional
meningkat menjadi Y1 dan nilainya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Y1 = a + bYd + I + ∆I + G
Y1 = a + b(Y1 – tY) + Io + ∆I + Go
Y1 = a + bY1 – btY1 + Io + ∆I + Go
Y1 – bY1 + btY1 = a + Io + ∆I + Go
Y1 (1– b + bt) = a + Io + ∆I + Go
1
Y1 = (a + Io + ∆I + Go)
1 – b + bt
Dari perhitungan di atas kita lihat pertambahan investasi sebanyak ∆I akan menaikkan
pendapatan nasional dari:
1
Y0 = (a + Io + Go)
1 – b + bt
Menjadi :
1
Y1 = (a + Io + ∆I + Go)
1 – b + bt
Yaitu suatu kenaikan pendapatan nasional (∆Y) sebanyak
1 ∆Y 1
∆Y = Y1 – Y = ∆I, dimana = = kI
1 – b + bt ∆I 1 – b + bt
(besarnya nilai (angka) multiplier investasi dalam sistem pajak proporsional)
Multiplier pengeluaran pemerintah pada tahap pertama dari proses multiplier pertambahan
pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan nasional yang sama besarnya. Sebagai
akibat dari keadaan ini maka nilai multiplier dari perubahan investasi adalah sama dengan nilai
multiplier dari perubahan pengeluaran pemerintah.
I ∆Y 1
∆Y = ∆G => = = kG
I–b ∆G 1–b
Multiplier pajak. Perubahan pajak menimbulkan akibat yang berbeda dari yang diakibatkan oleh
perubahan investasi dan pengeluaran pemerintah. Perubahan pajak tidak secara langsung
mengakibatkan perubahan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional. Terlebih dahulu ia akan
mempengaruhi pendapatan disposable. Seterusnya perubahan pendapatan disposibel akan
mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Baru pada tingkat ini berlaku perubahan dalam
pengeluaran agregat yang seterusnya akan mewujudkan proses multiplier dan perubahan
pendapatan nasional.
Apabila dimisalkan pajak mengalami kenaikan sebesar ∆T maka pendapatan disposibel akan
turun sebanyak ∆Yd = - ∆T0. Seterusnya konsumsi (dan pengeluaran agregat) akan turun
sebanyak :
Oleh karena MPC < 1, maka MPC x ∆T 0 adalah lebih kecil dari ∆T. Dengan demikian, dari
persamaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai multiplier pajak adalah lebih kecil dari
multiplier yang diakibatkan oleh perubahan investasi atau pengeluaran pemerintah. Uraian di
bawah ini akan menerangkan nilai multiplier dari perubahan pajak.
1. Sistem Pajak Tetap. Dalam perekonomian yang bersistem pajak tetap, seperti telah
ditunjukkan dalam uraian mengenai multiplier investasi, pendapatan nasional yang asal dapat
dihitung dengan menggunakan formula berikut:
1
1–b
Y= (a – bT0 + I0 + G0)
Apabila pajak diturunkan sebanyak ∆T maka konsumsi dan pengeluaran agregat akan
bertambah sebanyak.
∆C = ∆AE = b∆T0
Dengan demikian pendapatan nasional yang baru dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
1
Y= (a – b∆T0 + I0 + G0), dimana b∆T0 = ∆C = ∆AE
1–b
Apabila pendapatan nasional yang baru (Y 1) dikurangi dengan pendapatan nasional yang asal
(Y), tambahan pendapatan nasional yang terjadi (∆Y = Y 1 – Y) adalah,
∆Y = 1 (-b∆T0)
1–b
-b ∆Y -b
∆Y = (∆T0), dimana = = kT
1–b ∆T0 1–b
( nilai multiplier pajak tetap pada kasus penurunan pajak tersebut )
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa pengurangan pajak sebanyak To akan
menambah pendapatan nasional sebanyak :
-b
1–b
dikali dengan pengurangan pajak yang dilakukan.
Apabila pajak tetap dinaikan sebesar ∆T 0 maka konsumsi dan pengeluaran agregat akan turun
sebesar, ∆C = ∆AE = b∆T0
Dengan demikian pendapatan nasional yang baru dapat dihitung dengan persamaan berikut, :
1
Y1 = [a – b(T0 + ∆T0 ) I0 + G0]
1–b
1
Y1 = [a – bT0 - b∆T0 I0 + G0]
1–b
apabila pendapatan nasional yang baru (Y 1) dikurangi dengan pendapatan nasional yang asal
(Y), maka tambahan pendapatan nasional yang terjadi (∆Y = Y 1 – Y) adalah:
1
∆Y = (-b∆T0)
1–b
1 ∆Y ∆Y
∆Y = (∆T0), dimana = = nilai multiplier pajak
1–b ∆T0 ∆T0
tetap pada kasus kenaikan pajak tersebut
2. Sistem Pajak Proporsional. Sekali lagi dimisalkan bahwa dalam perekonomian, pajak yang
dipungut dikurangi sebanyak ∆T0. Maka fungsi konsumsi dan pengeluaran agregat akan
mengalami pertambahan sebanyak.
∆C = ∆AE = b∆T0
Sebelum dilakukan pengurangan pajak, pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor
adalah (lihat uraian mengenai multiplier investasi)
1
Y = (a + I0 + G0)
1 – b + bt
Pengurangan pajak tetap sebanyak ∆T 0 menaikkan konsumsi sebanyak b∆T0 dan
menyebabkan kenaikan pendapatan nasional menjadi Y 1 yang nilainya dapat dihitung dengan
menggunakan formula berikut
1
Y1 = (a - ∆bT0 + I0 + G0)
1 – b + bt
Dengan demikian pertambahan dalam pendapatan nasional (∆Y = Y 1 – Y) dapat ditentukan
dengan menggunakan formula
1
∆Y = [ - (b∆T0 ) ]
1 – b + bt
Atau :
1 ∆Y -b
∆Y = - (b ∆ To), dimana = = = kT
1 – b + bt ∆T0 1 – b - bt
(nilai multiplier pajak proporsional dan pajak tetap pada kasus penurunan pajak tetap)
1
1 – b + bt
dikali dengan pengurangan pajak yang berlaku.
Jika pajak tetap dinaikkan sebesar ∆T 0 maka konsumsi dan pengeluaran agregat akan
mengalami penurunan sebesar: ∆C = ∆AE = -b∆T 0. Akibat kenaikan pajak tetap pendapatan
nasional dengan sistem pajak proporsional turun menjadi Y 1, dinyatakan dengan persamaan
berikut:
1
Y1 = (a + ∆bT0 + I0 + G0)
1 – b + bt
Mengurangkan Y1 dengan pendapatan nasional sebelum kenaikan pajak menghasilkan
persamaan berikut:
1
∆Y = Y1 –Y = (-b∆T0 ), lebih ringkas:
1 – b + bt
-b ∆Y -b
∆Y = (-b∆T0 ) , dimana = = = kI
I – b + bt ∆T0 I – b + bt
(nilai multiplier pajak proporsional dan pajak tetap pada kasus kenaikan pajak tetap)
ΔY T = −b [ ΔΤ 0 ]
1−b
1
ΔY G = ( ΔG )
1−b
1 b
ΔY = ( ΔG )− ( ΔG)
1−b 1−b
1−b
ΔY = ( ΔG )atau( ΔY =ΔG )
1−b
2. Sistem pajak proporsional. Dalam sistem pajak proporsional kenaikan pajak ∆T = ∆G akan
menurunkan pendapatan nasional sebanyak
ΔY T = −b ( ΔT )
1−b+bt
1 b
ΔY = ( ΔG )− ( ΔG )
1−b+bt 1−b+bt
1−b
ΔY = ( ΔG )
1−b+bt
Berdasarkan kepada perhitungan di atas dapatlah disimpulkan bahwa pedapatan nasional
1
ΔY G =
bertambah sebanyak 1−b+bt kali pertambahan ∆T atau ∆G nilai multiplier
1−b
anggaran seimbang dalam sistem pajak proporsional adalah 1−b+bt . Oleh karena (1 –
b) adalah lebih kecil dari (1 - b + bt), maka nilai multiplier tersebut adalah kurang dari satu.